Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
pada daerah retrofaring. Keadaan ini merupakan salah satu infeksi pada leher
bagian dalam (deep neck infection). Pada umumnya sumber infeksi pada ruang
retrofaring berasal dari proses infeksi di hidung, adenoid, nasofaring dan sinus
paranasal, yang menyebar ke kelenjar limfe retrofaring. Oleh karena kelenjar ini
biasanya atrofi pada umur 4 – 5 tahun, maka sebagian besar abses retrofaring
Kasus abses retrofaring saat ini sudah mulai menurun karena penggunaan
antibiotik yang luas untuk keadaan infeksi saluran napas bagian atas. Lander dkk
menemukan 1.321 kasus abses retrofaring di Amerika Serikat pada tahun 2003.
Sedangkan di Taiwan, dari 50 kasus infeksi leher bagian dalam (deep neck
angka mortalitas dari komplikasi yang timbul akibat abses retrofaring masih
cukup tinggi sehingga diagnosis dan penanganan yang cepat dan tepat sangat
dan operatif. Pada umumnya abses retrofaring mempunyai prognosis yang baik
apabila didiagnosis secara dini dan dengan penanganan yang tepat sehingga
yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari
pada orang dewasa kurang lebih 14 cm, bagian ini merupakan bagian dinding
resonasi suara dan untuk artikulasi. Selain itu terdapat dua ruang yang
berhubungan dengan faring (ruang faringal) yang secara klinis penting, yaitu
lapisan tengah fasia leher dalam yang mengelilingi faring dan esofagus di sebelah
anterior dan lapisan dalam fasia leher dalam di sebelah posterior. Ruang ini
mediastinum setinggi vertebra torakal pertama atau kedua yang merupakan batas
inferior. Selanjutnya lapisan dalam dari fasia leher dalam bergabung dengan
setinggi bifurkasio trakea (vertebra torakal I atau II) dimana divisi viscera dan alar
bersatu.
oleh midline raphe . Tiap – tiap bagian mengandung 2 – 5 buah kelenjar limfe
menampung aliran limfe dari rongga hidung, sinus paranasal, nasofaring, faring,
tuba Eustakius dan telinga tengah. Daerah ini disebut juga dengan ruang
2.2 Epidemiologi
Abses retrofaring jarang ditemukan dan lebih sering terjadi pada anak di
bawah usia 5 tahun. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut ruang retrofaring
masih berisi kelenjar limfe. Penelitian selama 35 tahun terhadap anak-anak yang
berusia kurang dari 3 tahun dan 71% kasus berusia kurang dari 6 tahun.
Sedangkan di Sydney, Australia didapati sebanyak 55% kasus berusia kurang dari
2. trauma dinding belakang faring oleh benda asing seperti tulang ikan atau
endoskopi; dan
Fusobacteria.
1. Akut
terjadi akibat infeksi pada saluran napas atas seperti pada adenoid, nasofaring,
rongga hidung, sinus paranasal, dan tonsil yang meluas ke kelenjar limfe
Sedangkan pada dewasa terjadi akibat infeksi langsung oleh karena trauma akibat
2. Kronis
Biasanya terjadi pada orang dewasa atau anak-anak yang lebih tua. Keadaan ini
terjadi akibat infeksi TB pada vertebra servikalis dimana pus secara langsung
menyebar melalui ligamentum longitudinal anterior. Selain itu abses dapat terjadi
akibat infeksi TB pada kelenjar limfe retrofaring yang menyebar dari kelenjar
limfe servikal.
2.4 Patofisiologi
inferior dari basis kranii sepanjang faring. Ruang ini merupakan lanjutan ruang
oleh fasia alar, yang merupakan barier yang kurang efektif terhadap penyebaran
thoraks.
Ruang retrofaring terdiri dari jaringan areolar longgar dan cincin limfe,
sehingga dapat mengikuti pergerakan faring dan esofagus pada saat menelan.
Kelenjar limfe retrofaring menerima aliran limfe dari hidung, sinus paranasalis,
tuba eustachius, dan faring. Pembentukan pus pada kelenjar limfe retrofaring pada
keadaan ini jarang terjadi pada praktiknya. Sebagian besar gejala abses retrofaring
berhubungan dengan obstruksi saluran napas bagian atas dan iritasi lokal otot
yang dipisahkan oleh dua komponen yaitu fasia alar dan fasia prevertebra. Hal ini
abses melalui dua cara, yaitu penyebaran infeksi melalui aliran limfe (sebagian
besar) secara lokal dari sumber infeksi atau inokulasi langsung bakteri melalui
Pada anak, abses retrofaring akut paling banyak disebabkan infeksi saluran
pernapasan atas seperti tonsilitis dan faringitis, sinusitis paranasalis, otitis media,
akibat supurasi kelenjar getah bening nasofaring. Hal ini merupakan alasan abses
orang dewasa karena kelenjar getah bening retrofaring telah mengalami regresi.
retrofaring akut yang terjadi pada anak dapat disebabkan benda asing seperti
tulang ikan, tangkai es krim, dan pensil. Sedangkan penyebab sekunder iatrogenik
trauma pada faring atau esofagus akibat tertelan benda asing atau prosedur medis
kronik, dan AIDS dilaporkan sebagai predisposisi abses retrofaring pada orang
dewasa.
Abses retrofaring kronis pada anak dapat terjadi akibat infeksi
tuberkulosis. Pada anak usia kurang dari 5 tahun, abses retrofaring kronis
kronis yang demikian dikenal sebagai tipe lateral karena secara klinis terlihat lebih
ke arah lateral dari garis tengah tubuh, fluktuan, dengan tanda inflamasi yang
minimal. Pada anak yang lebih tua dan orang dewasa abses retrofaring kronis
dikenal sebagai tipe sentral. Abses terjadi diantara korpus vertebra dan fasia
2.5 Diagnosis
2.5.1 Anamnesis
kepada kelompok umur. Gejala abses retrofaring berbeda untuk orang dewasa,
Batuk (33%)
obstruksi jalan napas tetapi hal ini jarang terjadi. Meskipun demikian, pasien yang
menjadi obstruksi jalan napas. Pada pasien dewasa dan anak pemeriksaan fisik
Tabel 2.2. Temuan pemeriksaan fisik abses retrofaring pada berbagai kelompok usia
Anamnesis yang baik sangat penting karena kondisi serius lain merupakan
infeksi gigi) dan lebih sering terjadi pada anak sehingga riwayat tertelan benda
Pada anak manifestasi klinis dapat tidak jelas dan bergantung pada tingkat
penyakit tetapi gejala khas termasuk demam tinggi, nyeri leher (terutama pada
Odinofagia menyebabkan drooling, intake oral yang buruk, dan anoreksia. Gejala
minor lain misalnya trismus, disfonia, stridor, dan sleep apnea. Anak dapat
Pada orang dewasa manifestasi klinis lebih spesifik dengan drooling dan
seperti diabetes mellitus dan melakukan kontrol glukosa darah apabila ditemukan.
Hampir sepertiga pasien dengan abses leher dalam memiliki diabetes mellitus.7
penting lain dilakukan terhadap drooling, dispneu, tortikolis, dan massa atau
bergantung pada usia dan kooperasi dari anak dan orang tua. 7
distres pernapasan, dan fatigue. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-
tanda seperti takipneu, sianosis, tracheal thug, atau retraksi interkosta. Laju
pernapasan yang cepat dan saturasi oksigen membantu diagnosis gangguan jalan
napas.
Abses retrofaring kronik yang disebabkan oleh infeksi tuberkulosis biasanya
timbul dengan gejala kaku pada leher dan nyeri pada belakang leher. Diagnosis
pada garis tengah (tipe sentral) dan lateral korpus vertebra (tipe lateral) yang
Gambar 2.2. Abses retrofaring kronik tipe lateral (kiri) dan sentral (kanan)
Pemeriksaan Hasil
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan antara lain foto polos
pneumonia aspirasi atau mediastinitis.3 Kultur darah tidak rutin dilakukan kecuali
diagnosis adalah leukositosis, peningkatan laju endap darah, dan tes Mantoux
yang positif. Foto polos servikal lateral menunjukkan destruksi korpus vertebra
1. Adenoiditis
2. Tumor
3. Anuerisma Aorta
2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Medikamentosa
menunggu hasil kultur pus. Antibiotik yang diberikan harus mencakup terhadap
kuman aerob dan anaerob, Gram positif dan Gram negatif. Pilihan antibiotik lini
terapi tunggal. Terapi antibiotik dapat diberikan selama sekitar 10 hari.11 Untuk
2.8.2 Operatif
aspiration) atau insisi drainase. Insisi drainase dapat dilakukan melalui dua
pendekatan:
Dilakukan untuk abses yang kecil dan terlokalisir. Pasien diletakkan pada
posisi Trendelenburg dimana leher dalam keadaan hiperekstensi dan kepala lebih
rendah dari bahu. Insisi vertikal dilakukan pada daerah yang paling berfluktuasi
dan pus yang keluar harus segera diisap dengan alat penghisap untuk menghindari
aspirasi pus. Insisi diperlebar dengan forsep atau klem arteri untuk memudahkan
evakuasi pus. Kekurangan dari pendekatan ini terkait dengan risiko aspirasi isi
abses. Pendekatan intraoral dapat sulit dilakukan untuk abses yang letaknya
abses yang besar dan meluas ke arah hipofaring. Kelemahan dari teknik ini adalah
waktu pemulihan yang lebih lama dan terdapat kemungkinan komplikasi cidera
mengikuti garis kulit setingkat krikoid atau pertengahan antara os hyoid dan
klavikula. Kulit dan subkutis dielevasi untuk memperluas pandangan sampai
abses terpapar dengan cunam tumpul, abses dibuka dan pus dikeluarkan. Bila
diperlukan insisi dapat diperluas dan selanjutnya dipasang drain (Penrose drain).
2.9 Komplikasi
mediastinum;
lateral: trombosis vena jugularis, ruptur arteri karotis, abses parafaring;
2.10. Prognosis
akibat penyebaran inferior ke arah inferior atau superior. Rekurensi terjadi pada 1-
5% pasien.
BAB III
KESIMPULAN
disebabkan oleh infeksi saluran nafas atas yang menjalar ke ruang retrofaring.
Pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh trauma, benda asing, atau infeksi
Gejala klinis yang ditimbulkan dapat berupa gejala yang ringan seperti
demam, sulit dan sakit menelan sampai timbul gejala yang berat seperti obstruksi
dari penanganan yang cepat dan tepat sehingga komplikasi yang membahayakan