Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Hati merupakan salah satu organ yang paling besar dalam tubuh manusia. Memiliki
fungsi utama yaitu sebagai filter darah. Darah yang beredar di tubuh kita akan dibersihkan
dan disaring dari bahan-bahan beracun yang masuk ke tubuh melalui makanan atau
pernafasan. Ia juga menghasilkan faktor-faktor, protein dan enzim pembekuan darah,
membantu keseimbangan hormon, serta menyimpan vitamin dan mineral. Dalam fungsi
ekskresi maka hati akan mengeluarkan bahan bahan metabolit seperti empedu, bilirubin,
kolesterol dan sebagainya melalui saluran pencernaan, untuk dibuang atau menjadi
metabolit lain. Banyak faal metabolik yang dilakukan oleh jaringan hati, maka ada banyak
pula, lebih dari 100, jenis test yang mengukur reaksi faal hati. Semuanya, disebut sebagai
tes faal hati atau tes fungsi hati.
Tes fungsi hati atau lebih dikenal dengan liver panel atau liver function test adalah
sekelompok tes darah yang mengukur enzim atau protein tertentu di dalam darah anda. Tes
fungsi hati umumnya digunakan untuk membantu mendeteksi, menilai dan memantau
penyakit atau kerusakan hati. Untuk tes ini diperlukan contoh darah yang diambil dari
pembuluh balik (vena) umumnya pada lengan pasien. Dan sebelum tes dilakukan, tidak
diperlukan persiapan khusus, kecuali tes dilakukan bersamaan dengan tes lain yang
mungkin memerlukan persiapan khusus.
Berbagai penyakit & infeksi dapat menyebabkan kerusakan akut maupun kronis pada
hati, menyebabkan peradangan, luka, sumbatan saluran empedu, kelainan pembekuan
darah, dan disfungsi hati. Alkohol, obat-obatan, dan beberapa suplemen herbal, serta racun
juga bisa memberikan ancaman. Jika besarnya kerusakan cukup bermakna, maka akan
menimbulkan gejala-gejala jaundice, urine gelap, tinja berwarna keabuan terang, pruritus,
mual, kelelahan, diare, dan berat badan yang bisa berkurang atau bertambah secara tiba-
tiba. Deteksi dini penting untuk diagnosis lebih awal guna minimalisasi kerusakan dan
menyelamatkan fungsi hati.
Pemeriksaan laboratorium klinik merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat
penting dalam membantu diagnosis suatu penyakit. Pelayanan pemeriksaan laboratorium
klinik biasanya dilakukan sesuai dengan permintaan dokter sehubungan dengan gejala
klinis dari penderita. Pemeriksaan terhadap fungsi hati secara umum meliputi Alanine
aminotransferase (ALT), Aspartarte aminotransferase (AST), Alkaline phosphatase (ALP),
Gamma glutamyl transferase (GGT atau Gamma GT), dan Bilirubin, Albumin. Masing-
masing pemeriksaan tersebut menjadi petunjuk untuk mengetahui apakah ada masalah
pada fungsi hati atau tidak.
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bilirubin (total, direk, Diagnosis ikterus, menilai beratnya penyakit, penyakit Gilbert,
indirek) hemolisis, diagnosis kolektasis.
Masalah klinis
Bilirubin Total, Direct
Peningkatan kadar : ikterik obstruktif karena batu atau neoplasma, hepatitis, sirosis
hati, mononucleosis infeksiosa, metastasis (kanker) hati, penyakit Wilson. Pengaruh
obat : antibiotic (amfoterisin B, klindamisin, eritromisin, gentamisin, linkomisin,
oksasilin, tetrasiklin), sulfonamide, obat antituberkulosis ( asam para-aminosalisilat,
isoniazid), alopurinol, diuretic (asetazolamid, asam etakrinat), mitramisin, dekstran,
diazepam (valium), barbiturate, narkotik (kodein, morfin, meperidin), flurazepam,
indometasin, metotreksat, metildopa, papaverin, prokainamid, steroid, kontrasepsi
oral, tolbutamid, vitamin A, C, K.
Penurunan kadar : anemia defisiensi besi. Pengaruh obat : barbiturate, salisilat
(aspirin), penisilin, kafein dalam dosis tinggi.
Bilirubin indirect
Peningkatan kadar : eritroblastosis fetalis, anemia sel sabit, reaksi transfuse, malaria,
anemia pernisiosa, septicemia, anemia hemolitik, talasemia, CHF, sirosis
terdekompensasi, hepatitis. Pengaruh obat : aspirin, rifampin, fenotiazin (lihat
biliribin total, direk).
Penurunan kadar : pengaruh obat (lihat bilirubin total, direk).
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
Makan malam yang mengandung tinggi lemak sebelum pemeriksaan dapat
mempengaruhi kadar bilirubin.
Wortel dan ubi jalar dapat meningkatkan kadar bilirubin.
Hemolisis pada sampel darah dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Sampel darah yang terpapar sinar matahari atau terang lampu, kandungan pigmen
empedunya akan menurun.
Obat-obatan tertentu dapat meningkatkan atau menurunkan kadar bilirubin.
Gambar 4. Peningkatan kadar bilirubin
2.2.7 Kolinesterase
Cholinesterase test adalah metode yang digunakan untuk melakukan uji keracunan
pada seseorang yang terpapar pestisida golongan organo phosfat (organophosphates
exposed).
Terdapat 2 macam jenis :
1. Acethyl cholin esterase : terdapat pada jaringan syaraf dan sel darah merah
2. Pseodo esterase : terdapat pada darah,liver , usus, pancreas
Merupakan indikator terjadinya penyembuhan dan prognosa viral hepatitis, bila terjadi
sirrhosis hepatic dengan penurunan kadar CHE ( cholinesterase ) memberikan prognosa
yang jelek. Dapat pula digunakan untuk mendeteksi keracunan organophosate pada
pestisida misalnya : malathion
Nilai normal : 4300 – 10.500 U/L.
Prinsip kerja pengujian adalah darah yang mengandung enzyme cholinesterase
membebaskan asam asetat dari acetyl choline sehingga akan merubah pH larutan (mixture)
darah dan indicator.
3.1 BILIRUBIN
Bilirubin adalah pigmen kuning yang sangat tidak larut dalam air yang berasal dari
pemecahan hem dari pengolahan normal metabolik hemoglobin setelah pembebasannya
dari eritrosit yang menua dan penguraian otot (mioglobin). (Sacher R.A, 2004)
Pemeriksaan bilirubin untuk menilai fungsi eksresi hati di laboraorium terdiri dari
pemeriksaan bilirubin serum total, bilirubin serum direk, dan bilirubin serum indirek,
bilirubin urin dan produk turunannya seperti urobilinogen dan urobilin di urin,
serta sterkobilin dan sterkobilinogen di tinja. Apabila terdapat gangguan fungsi eksresi
bilirubin maka kadar bilirubin serum total meningkat selain itu bertujuan untuk
mengetahui kadar penyakit kuning karena gangguan hati. Angka yang tinggi
menggambarkan bahwa pasien mengalami gangguan hati yang biasa ditandai dengan mata
dan kulit berwarna kuning.
Pemeriksaan bilirubin dalam serum dapat menggambarkan faal sekresi hati, dan
dapat memberikan informasi tentang kesanggupan hati mengangkut empedu secara umum
disamping memberikan informasi tentang kesanggupan untuk mengkonjugasi bilirubin dan
diekresikan ke empedu. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan
bilirubin dalam urin, jika didapatkan bilirubin maka menunjukkan adanya kelainan hati
atau saluran empedu, biasanya dua tes bilirubin digunakan bersamaan (apalagi pada
jaundice).
Pemeriksaan bilirubin :
a) Tahap Pra analitik
1. Pada pemeriksaan ini pasien tidak perlu puasa.
2. Serum atau plasma sebaiknya secepatnya dipisahkan dari sel- sel darah.
b) Tahap Analitik
1. Reagen
Reagen yang digunakan sesuai prosedur kerja, sesuai kebutuhan dan dalam
penyimpanan, suhu harus disesuaikan yaitu disimpan pada temperatur 2-80 C.
2. Alat
Alat harus dijaga kebersihannya, keutuhannya dan ketepatannya yang merupakan
persyaratan yang harus dipenuhi agar alat dapat dipakai sesuai dengan fungsinya dan alat
harus dikalibrasi dan dikontrol tiap hari.
3. Metode pemeriksaan
Metode dichloro penyldiazonin
Prinsip : Bilirubin indirek yang terikat oleh albumin dibebaskan dengan adanya
detergen. Bilirubin total akan bereaksi dengan garam 2,5-dichloro penyldiazonin akan
membentuk warna merah.
4. Bahan pemeriksaan
Serum dan Plasma EDTA.
c) Tahap Paska analitik
Pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan yang telah diperoleh harus dicatat dan
segera dilaporkan. (Santoso,1999).
Batas normal bilirubin total: 0,3-1 mg/l. Bila lebih tinggi dari normal, kemungkinan
terjadi penyumbatan atau gangguan aliran bilirubin.
Nilai normal :
Bilirubin direct : 0,1-0,5 mg/dt
Bilirubin indirect : 0,3-1,1 mg/dl
Bilirubin Total : 0,3-1,0 mg/dl
b. Pengambilan Sampel
Sampel darah harus dicegah terjadi hemolisis karena beberapa pemeriksaan enzim
tidak boleh mengunakan sampel darah hemolisis. Hemolisis berat akan mengakibatkan
terjadi efek pengenceran terhadap zat-zat yang banyak terdapat dalam plasma tetapi kecil
kandungannya dalam eritrosit. Tetapi akibat yang lebih jelas akan terlihat kandungannya
dalam eritrosit.
Enzim yang kandungannya dalam eritrosit lebih tinggi adalah adolase,asam fosfatase,
Laktat dehidroginase dan AST. Aktivitas AST (SGOT) dalam serum meningkat 2% pada
setiap peningkatan 10 mg/dl kandungan Hb dalam serum.
Pembendungan vena yang terlalu lama selain dapat menyebabkan hemolisis juga dapat
meningkatkan aktivitas enzim, sebagai contoh aktivitas AST akan meningkat 9% bila
bendungan vena 3 menit dibandingkan bendungan vena 1 menit.
B. Tahap Analitik
a. Reagen
Perlu diperhatikan pada penggunaan reagen adalah :
1) Fisik kemasan kadaluarsa
2) Suhu penyimpanan
3) Penyimpanan reagen sebelum pemeriksaan (suhu, pelarutan dan stabilitas
b. Alat
Perlu diperhatikan pada penggunaan peralatan
1) Bagian-bagian fotometer dan alat ukur otomatis lainnya berfungsi dengan baik
(kalibrasi alat).
2) Peralatan bantu (pipet, penangas air) juga harus dipantau secara teratur ketepatannya.
3) Alat-alat yang tidak memenuhi standar seperti kuvet pecah, retak, lampu fotometer
suram dan filter yang berjamur serta pengagas air yang tidak teratur temperaturnya
sebaiknya diganti.
c. Metode Pemeriksaan
Beberapa pemeriksaan enzim sudah dilakukan metode pemeriksaannya oleh WHO,
IFCC, seperti SGOT dan SGPT. Namun sebagian lagi masih belum dilakukan. Dalam
memilih metode pemeriksaan hendaknya dipertimbangkan :
1) Reagen yang mudah diperoleh
2) Alat yang tersedia dapat untuk memeriksa dengan metode tersebut.
3) Suhu temperature metode pemeriksaan dipilih sesuai dengan tempat kerja. Suhu
30OC lebih baik daripada suhu 37OC dan lebih baik lagi dari pada suhu 25OC untuk
pemeriksaan yang dilakukan di Negara tropis seperti Indonesia.
4) Metode pemeriksaan yang mudah dan sederhana
5) Kemampuan tenaga pemeriksa.
C. Tahap Pasca Analitik
a. Pencatatan dan Pelaporan
Hasil pemeriksaan yang telah diperoleh harus dicatat dan segera dilaporkan. Makin cepat
hasil pemeriksaan sampai ke tangan dokter makin bermanfaat pemeriksaan tersebut.
b. Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan yang disajikan mencakup
1) Bilangan
Umumnya hasil pemeriksaan ativitas enzim disajikan dalam bilangan tanpa desimal.
2) Satuan
Satuan hasil pemeriksaan aktivitas enzim umumnya disajikan dalam unit/volume satuan.
3) Suhu
Suhu Pemeriksaan harus disajikan karena mempunyai nilai normal yang berbeda
3.5 Albumin
Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dalam tubuh manusia,
yaitu sekitar 55-60% dan total kadar protein serum normal adalah 3,8-5,0 g/dl. Albumin
terdiri dari rantai tunggal polipeptida dengan berat molekul 66,4 kDa dan terdiri dari 585
asam amino. Pada molekul albumin terdapat 17 ikatan disulfida yang menghubungkan
asam-asam amino yang mengandung sulfur. Molekul albumin berbentuk elips sehingga
dengan bentuk molekul seperti itu tidak akan meningkatkan viskositas plasma dan larut
sempurna. Kadar albumin serum ditentukan oleh fungsi laju sintesis, laju degradasi, dan
distribusi antara kompartemen intravaskular dan ekstravaskular. Cadangan total albumin
3,5-5,0 g/kg BB atau 250-300 g pada orang dewasa sehat dengan berat 70 kg, dari jumlah
ini 42% berada di kompartemen plasma dan sisanya di dalam kompartemen ektravaskular
(Evans, 2002). Albumin manusia (human albumin) dibuat dari plasma manusia yang
diendapkan dengan alkohol. Albumin secara luas digunakan untuk penggantian volume
dan mengobati hipoalbuminemia (Uhing, 2004: Boldt, 2010).
Pemberian preparat albumin tidak diekskresi oleh ginjal. Pada keadaan sehat
ekskresi albumin melalui ginjal relatif tidak penting. Penyakit ginjal dapat mempengaruhi
degradasi dan sintesis. Pada sindrom nefrotik, albumin plasma dipertahankan dengan
menurunkan degradasi apabila kehilangan albumin 100 mg/kg BB/hari, tetapi bila
kecepatan hilangnya albumin meningkat, sintesis albumin akan meningkat lebih dan 400
mg/kg BB/hari.
3.6 Kolinesterase
Cholinesterase test adalah metode yang digunakan untuk melakukan uji keracunan
pada seseorang yang terpapar pestisida golongan organo phosfat (organophosphates
exposed).
Terdapat 2 macam jenis :
1. Acethyl cholin esterase : terdapat pada jaringan syaraf dan sel darah merah
2. Pseodo esterase : terdapat pada darah,liver , usus, pancreas
Merupakan indikator terjadinya penyembuhan dan prognosa viral hepatitis, bila terjadi
sirrhosis hepatic dengan penurunan kadar CHE ( cholinesterase ) memberikan prognosa
yang jelek. Dapat pula digunakan untuk mendeteksi keracunan organophosate pada
pestisida misalnya : malathion
Nilai normal : 4300 – 10.500 U/L.
Prinsip kerja pengujian adalah darah yang mengandung enzyme cholinesterase
membebaskan asam asetat dari acetyl choline sehingga akan merubah pH larutan (mixture)
darah dan indicator.
3.7 Masa Protrombin
Protrombin disintesis oleh hati dan merupakan prekursor tidak aktif dalam proses
pembekuan. Protrombin dikonversi menjadi thrombin oleh tromboplastin yang diperlukan
untuk membentuk bekuan darah.
Prinsip pengukuran PT adalah menilai terbentuknya bekuan bila ke dalam plasma
yang telah diinkubasi ditambahkan campuran tromboplastin jaringan dan ion kalsium.
Reagen yang digunakan adalah kalsium tromboplastin, yaitu tromboplastin jaringan dalam
larutan CaCl2. Beberapa jenis tromboplastin yang dapat dipergunakan misalnya :
- Tromboplastin jaringan berasal dari emulsi ekstrak organ otak, paru atau otak dan paru
dari kelinci dalam larutan CaCl2 dengan pengawet sodium azida (mis. Neoplastine CI
plus)
- Tromboplastin jaringan dari plasenta manusia dalam larutan CaCl2 dan pengawet (mis.
Thromborel S).
Hasil memanjang: Penyakit hati (sirosis hati, hepatitis, abses hati, kanker hati, jaundice),
afibrinogenemia, defisiensi faktor koagulasi (II, V, VII, X), disseminated intravascular
coagulation (DIC), fibrinolisis, hemorrhagic disease of the newborn (HDN), gangguan
reabsorbsi usus. Pengaruh obat : treatmen vitamin K antagonis, antibiotic (penisilin,
streptomisin, karbenisilin, kloramfenikol [Chloromycetin], kanamisin [Kantrex], neomisin,
tetrasiklin), antikoagulan oral (warfarin, dikumarol), klorpromazin (Thorazine),
klordiazepoksid (Librium), difenilhidantoin (Dilantin), heparin, metildopa (Aldomet),
mitramisin, reserpin (Serpasil), fenilbutazon (Butazolidin), quinidin, salisilat (aspirin),
sulfonamide.
Hasil memendek : tromboflebitis, infark miokardial, embolisme pulmonal. Pengaruh Obat
: barbiturate, digitalis, diuretic, difenhidramin (Benadryl), kontrasepsi oral, rifampin,
metaproterenol (Alupent, Metaprel).