You are on page 1of 5

I.

PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, dilakukan pembuatan simplisia dari herba meniran, daun jambu
biji, dan buah pare. Baku pembuatan simplisia dapat dilakukan menurut Farmakope
Herbal Indonesia, Materia Medika Indonesia, atau buku Sediaan Galenik.
Proses pembuatan simplisia dimulai dari pengumpulan bahan yang sangat penting
dalam pembuatan simplisia. Bahan baku yang dipakai yakni herba meniran, buah pare,
dan daun jambu biji. Hal yang dipertimbangkan dalam perolehan bahan baku adalah
jenis, waktu panen, umur dan bagian tanaman yang tepat. Hal ini karena meskipun
bahan tanaman secara morfologi sama namun jika bukan spesies yang dimaksud maka
senyawa yang terambil juga berbeda. Sedangkan waktu panen, umur, dan bagian
tanaman mempengaruhi kondisi dan jumlah senyawa aktif pada tanaman. Pada waktu
panen tertentu seperti pagi atau siang dipengaruhi suhu dan sinar yang akan
mempengaruhi kondisi zat tanaman yang dipanen. Sedangkan bagian tanaman tertentu
memiliki kandungan zat yang berbeda-beda sehingga harus tepat pengambilannya.
Berikut adalah hasil pembuatan simplisia yang telah dilakukan
a. Herba meniran
Klasifikasi tanaman

Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Phyllanthus
Spesies : Phyllanthus niruri L.
Tanaman ini diperoleh secara liar di area persawahan, pekarangan
rumah, dan area yang dekat dengan sumber air. Menurut literatur,
pemanenan/pengambilan herba dan daun paling baik dilakukan pada saat
tanaman menjelang berbunga. Pada meniran hal ini di tandai dengan munculnya
biji di sepanjang bagian bawah tulang daun. Untuk mengambilnya harus
dicabut hingga akar agar herba utuh. Sortasi dilakukan untuk menghilangkan
kotoran dan gulma yang mungkin terikut. Bahan meniran dicuci dengan air
mengalir agar bersih dari kotoran organic dan non organik.
Bagian yang dipakai adalah seluruh bagian di atas tanah Phyllanthus
niruri L Tanaman ini mengandung flavonoid total tidak kurang dari 0,90%
dihitung sebagai kuersetin. Secara organoleptik, simplisia herba meniran yang
telah diperoleh memiliki warna hijau tua, bau khas herba, rasa pahit. Hasil
pembuatan simplisia meniran yakni dari bobot basah 1 kg, kemudian disortasi
basah dan dicuci diperoleh hasil sebanyak 400 gram (90%). Kemudian dipotong
5 cm dan dioven. Hasil bobot setelah dioven yakni 84,753g. Rendemen setelah
dioven adalah sebesar 21,18%.

b. Buah pare
Klasifikasi tanaman

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Momordica
Spesies : Momordica charantia L.
Hasil pembutan simplisia pare yakni dari 1 kg bahan segar lalu disortasi
sehingga diperoleh bobot 300 gram. Banyaknya bagian yang terbuang karena
bobot bagian dalam isis pare (biji dan jantung) cukup banyak dan terdapat
bagian lain yang busuk. Bahan tersebut yang telah dicuci dan dirirs-iris
selanjutnya dioven pada suhu 54o C. Bobot kering setelah dioven yang
diperoleh adalah 116,1402 gram. Nilai rendemen bahan kering terhadap bahan
basah meniran adalah sebesar 38,71%.
Momordisin pada buah pare memberikan rasa pahit yang berkhasiat
mengaktifkan enzim di usus. Pare mengandung albiminoid, karbohidrat,
momordisin, protein, vitamin A, B, C, saponin, flavonoid, steroid/triterpenoid,
asam fenolat, alkaloid, keratonoid, asam galakturonik, asam oksalat,
polypeptides, dan stigmasterol (Agoes et. al). Dalam sediaan fitofarmasetika,
ekstrak pare dimanfaatkan sebagai antidiabetes karena senyawa pare salah
satunya yakni senyawa chatarantin merupakan senyawa yang insulin yang
mirip peptida dan alkaloid yang dapat mengatur penguraian gula darah lebih
cepat.

c. Daun jambu biji


Klasifikasi tanaman

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.
Pengumpulan bahan daun jambu biji adalah dari daun segar yang baru
dipetik. Kemudian disortasi basa (memisahkan helai perhelai dari pengotor dan
daun yang rusak). Daun yang dipilih adalah pucuk yang muda atau pun daun tu
dan dipisahkan dari tangkai utama. Hasil pembutan simplisia daun bahan segar
lalu disortasi sehingga diperoleh bobot 4,240 g. Banyaknya bagian yang
terbuang karena banyak bagian daun yang rusak/ warna tidak hijau. Bahan
tersebut yang telah dicuci dan dianginkan sebentar selanjutnya dioven pada
suhu 54o C. Bobot kering setelah dioven yang diperoleh adalah 1,450 gram.
Rendemen bahan setelah disortasi adalah sebesar 53,48%. Nilai rendemen
bahan kering terhadap bahan basah adalah 34,15%.
Dalam sediaan fitofarmasetika, ekstrak daun jambu biji digunakan
sebagai anti diare. Aktivitas antidiare ini dikarenakan adanya senyawa tannin
yang berperan sebagai astringen pada mukosa usus sehingga terjadi penurunan
tingkat keluarnya cairan tubuh bersama feses. Selain itu, senyawa fenolik dan
minyak atsiri pada daun jambu biji berperan sebagai antibakteri terutama
terhadap bakteri diare.
Dari hasil perolehan rendemen pada proses pembuatan simplisia,
diketahui bahwa persentase penyusutan bobot setelah sortasi basah yang paling
banyak adalah daun jambu biji dan yang paling sedikit adalah pare. Hal ini
karena bagian daun yang diambil adalah acak dan banyak bagian yang tidak
sesuai, sedangkan meniran memiliki persentase paling besar karena seluruh
bagiannya diambil. Pada buah pare tidak banyak yang dibuang (hanya bagian
isi yang tidak dipakai).
Hasil pengeringan bahan menunjukkan bahwa bagian daun memiliki
kadar air yang sedikit sehingga penyusutan bobot juga sedikit. Rendemen daun
jambu biji setelah dioven merupakan yang paling banyak diantaara pare dan
meniran. Kemudian rendemen kering (setelah dioven yang paling banyak
kedua) adalah herba meniran. Sedangkan hasil rendemen kering buah pare
adalah yang paling sedikit diantara daun jambu biji dan meniran karena
umumnya bagian buah memiliki kandungan air paling banyak sehingga bobot
bahan banyak yang hilang selama dioven. Selaam pengovenan tidak hanya air
yang hilang, namun kemungkinan senyawa volatile lainnya (minyak atsiri).

II. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
a. Simplisia merupakan bahan alamiah yang digunakan sebagai bahan awal atau
intermediet dalam pembuatan obat jika dinyatakan lain berupa bahan yang telah
dikeringkan dengan suhu ≤ 60o C.
b. Prinsip utama dalam pembuatan simplisia yakni pengumpulan bahan, sortasi basah,
pencucian, perajangan/perubahan ukuran menjadi lebih kecil, pengeringan,
pengepakan dan penyimpanan.
c. Pembuatan simplisia herba meniran, buah pare, dan jambu biji dibuat dengan cara
pengeringan buatan (oven).
d. Simplisia herba meniran dapat diformulasi menjadi ekstrak dalam kapsul sebagai
imunomodulator, buah pare sebagai antidiabetes, dan daun jambu biji sebagai
antidiare.

You might also like