Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
DARYANTI RISTINA
NIM. P.13011
2016
PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP
GANGGUAN KEBUTUHAN TIDUR PADA ASUHAN
KEPERAWATAN Nn. R DENGAN POST OPERASI
LAPARATOMI DI RUANG KANTIL 1 RSUD
KARANGANYAR
DISUSUN OLEH :
DARYANTI RISTINA
NIM. P.13011
2016
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha kuasa karena
berkat, rahmat dan karunianya, sehingga penulis mampu menyelesaikan karya
tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian aromaterapi lavender terhadap gangguan
kebutuhan tidur pada asuhan keperawatan Nn. R dengan post operasi laparatomi
di RSUD Karanganyar”.
iv
5. Semuadosen program studi DIII KeperawatanSTIKesKusumaHusada
Surakarta yang
telahmemberikanbimbingandengansabardanwawasannyasertailmu yang
bermanfaat.
6. Direktur RSUD Karanganyar
yangtelahmemberikankesempatanpadapenulisuntukmelaksanakanasuhanke
perawatanpada Nn. R di RSUD Karanganyar.
7. Ati Mardiyah S.Kep.,Ns., selakupembimbinglahan di ruang kantil 1
Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar yang
telahmemberikanbanyakmasukandanmembimbingpenulisdalammenyelesai
kanasuhankeperawatanselama 2 minggu di Rumah Sakit Umum Daerah
Karanganyar.
8. Keduaorang tuakuyang selalumemberikankasihsayang,
dukungandando’asertamenjadiinspirasidanmemberikansemangatuntukmen
yelesaikanpendidikan DIII Keperawatan.
9. Sahabat-sahabatsaya yang selalumemberi
motivasisehinggapenulismampumenyelesaikankaryatulisilmiahini.
10. Teman-temanMahasiswasatuangkatankhususnyakelas 3A Program DIII
KeperawatanSTIKesKusumaHusada Surakarta danberbagaipihak yang
tidakdapatdisebutkansatu-persatu yang
telahmemberikandukunganmorildan spiritual.
Semogalaporanstudikasusinibermanfaatuntukperkembanganilmuke
perawatandankesehatan. Amin
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengkajian .............................................................................. 25
B. Perumusan masalah keperawatan ........................................... 34
vi
C. Perencanaan............................................................................ 35
D. Implementasi .......................................................................... 38
E. Evaluasi .................................................................................. 44
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian .............................................................................. 51
B. Diagnosa Keperawatan........................................................... 56
C. Perencanaan............................................................................ 60
D. Tindakan Keperawatan........................................................... 62
E. Evaluasi .................................................................................. 69
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................ 75
B. Saran....................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
pola penyakit di rumah sakit se Indonesia. Salah satu dari respon psikologis
dari pasien yang mengalami bedah mayor dapat berupa kecemasan. Respon
membutuhkan waktu yang lebih lama serta pemantuan yang lebih intensif.
1
2
meningkat dari 162 pada tahun 2005 menjadi 983 kasus pada tahun 2006 dan
illius, dll. Hasil survei pada tanggal 04januari 2016 di ruang kantil 1 RSUD
lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar
dari minyak esensial dari berbagai macam tanaman yang bisa dihirup untuk
beberapa bentuk selama ribuan tahun , tapi itu tidak sampai abad ke-11 ketika
macam fungsi dan tujuan telah lama dilakukan dibanyak negara, terutama di
India, Perancis, Inggris, dan AS (Dewi, 2012). Salah satu aromaterapi yang
utama yaitu lanalool dan linaly asetat yang mana dapat meningkatkan
gangguan tidur dan juga depresi, minyak esensial levender bisa memicu alergi
bahkan bisa menjadi racun jika pasien mempunyai riwayat alergi terhadap
obat tidur dalam memenuhi kebutuhan tidur pasien, pemberian obat tidur
karya tulis ilmiah berupa aplikasi riset dengan judul pemberian aromaterapi
laparatomi.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
laparatomi.
operasi lapatomi.
operasi laparatomi.
laparatomi.
laparatomi.
C. Manfaat penulisan
kebutuhan tidur.
6
kebutuhan tidur.
3. Bagi Penulis
lavender.
4. Bagi Pembaca
lavender.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Laparatomi
a. Pengertian
b. Etiologi
2) Peritonitis.
c. Manifestasi Klinis
diantaranya :
7
8
nadi.Kelemahan.
4) Konstipasi.
d. Patofisiologi
(Brooker,2008)
sebagian fungsi organ dan respon stress dari saraf simpatis akan
nyeri akut.
e. Pemeriksaan Penunjang
urine.
f. Komplikasi
1). Syok
metabolisme.
Manifestasi Klinis :
a) Pucat.
c) Pernafasan cepat.
2). Hemorrhagi
bila ligatur slip karena pembuluh darah tidak terikat dengan baik
tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran
g. PenatalaksanaanSyok
1) Pencegahan :
vasodilatasi).
2) Pengobatan :
dinaikkan.
plasma).
13
3) Penatalaksanaan Hemoragi :
1) Pengkajian
a) Data biografi
b) Riwayat kesehatan
(1) Aktivitas/istirahat
(2) Sirkulasi
(4) Eliminasi
14
(5) Makanan/cairan
(6) Neurosensori
(7) Nyeri/ketidaknyamanan
(8) Pernapasan
(9) Keamanan
(10) Pembelajaran/penyuluhan
2) Diagnosa Keperarawatan
prosedur preoperative.
tidur (nyeri).
3) Intervensi Keperawatan
prosedur preoperative.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
nafas dalam.
kecemasan.
Intervensi
kebutuhan diet.
adekuat.
16
Kriteria hasil :
Intervensi ;
tidur.
Kriteria hasil ;
meningkatkan tidur.
Intervensi ;
tidur.
a. Pengertian
kesehatan pada tingkat yang optimal. Selain itu, proses tidur dapat
istirahat dan tidur terutama sangat penting bagi orang yang sedang sakit
istirahat dan tidur tersebut cukup, maka jumlah energi yang diharapkan
b. Etiologi
1. Ketegangan
2. Strees
7. Faktor usia
1. Status Kesehatan
2. Lingkungan
3. Motivasi
kantuk
4. Stres Psikologis
5. Asupan Diet
= mudah tidur
6. Kelelahan
7. Obat-obatan
d. Manifestasi Klinis
keesokan harinya.
3. Bisa mudah tertidur, tetapi bangun terlalu awal dan tidak bisa
tidur kembali.
3. Aromaterapi
a. Pengertian
bebas atau sebagai ester dengan asam asetat, butirat, valerianat, dan
b. Tujuan
c. Prosedur
B. Kerangka Teori
Nyeri Laparatomi
Farmakologi
Gangguan
kebutuhan tidur
Non
farmakologi
A. Subyekaplikasiriset
1. FaseOrientasi
a. Mengucapkansalam
b. Memperkenalkandiri
c. Menjelaskantujuan
d. Menjelaskanprosedur
22
23
e. Kontrakwaktu
f. Menanyakankesiapanpasien
2. Fasekerja
c. Siapkan air 10 cc
penguap
mengobrol)
malam)
3. Faseterminasi
a. Melakukanevaluasi
b. Menyampaikanrencanatindaklanjut
c. Berpamitan
Nama :
Alamat :
Keterangan Tindakan :
Keterangan :
Kesimpulan hasil :
LAPORAN KASUS
Dalam bab ini menjelaskan Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada Nn.
dilakukan pada tanggal 06 Januari 2016 pukul 08:10 WIB data diperoleh dari
dilakukan 3 hari pada tanggal 06-08 Januari 2016. Asuhan keperawatan ini
evaluasi.
A. Pengkajian
25
26
masuk rumah sakit pasien mengeluh sakit perut, setelah itu pada tanggal 2
perut sakit dan nyeri terutama pada bagian perut kanan bawah dan badan
mg/12 jam, santagesik 2x500 mg/8 jam. Pada jam 17:00 pasien dipindah ke
menderita penyakit DBD pada umur 12 tahun, sudah kedua kali pasien masuk
rumah sakit, pasien tidak mempunyai alergi baik alergi obat-obatan maupun
dari keluarga baik diabetes melitus maupun hipertensi. Pasien juga tidak
Genogram
X X
16
Nn. R
Keterangan:
X : meninggal : perempuan
: laki – laki
lingkungan sekitar rumahnya bersih dekat dengan jalan raya dan tidak ada
sebelum dan sesudah makan, saat ada anggota keluarga yang sakit pasien
makan 3 x sehari dengan nasi, lauk, sayur setiap makan satu porsi habis,
minum 5-7 gelas/hari, dan tidak ada keluhan. Selama sakit pasien mengatakan
makan 3 x sehari dengan bubur, minum 3-4 gelas/hari, setiap makan 1 porsi
habis yang diberikan dari rumah sakit dan tidak ada keluhan.
Pola eliminasi, sebelum sakit BAK frekuensi 3-5 kali sehari, sekali
BAK mengeluarkan urine ± 1500 cc, warna jernih dan tidak ada keluhan.
BAB sebelum sakit, frekuensi 1 kali sehari konsistensi lunak, warna kuning,
berbau khas, dan tidak ada keluhan. Pola eliminasi selama sakit terpasang
DC, sekali BAK mengeluarkan urine ± 1400 cc/hari, warna kuning pucat dan
tidak ada keluhan. BAB selama sakit frekuensi 2 hari sekali, konsistensi agak
keras, warna kuning kecoklatan, berbau khas dan perut terasa penuh.
siang, tidur malam pukul 22:00 dan bangun jam 05:00 tidur 6 – 8 jam/hari,
tidur dengan nyenyak dan nyaman dan tidak ada gangguan tidur, sedangkan
selama sakit pasien mengatakan susah tidur siang dan tidur malam ± 4 jam,
pasien sering terbangun karena nyeri pada perut, kondisi tidur pasien kurang,
mata terlihat sayu kemerahan, mata terlihat hitam berkantung dan mata
Pola kognitif dan perseptual sebelum sakit pasien tidak ada masalah
area luka operasi (perut), Scale pasien mengatakan skala nyeri 6, Time nyeri
dirasakan hilang timbul durasi nyeri 4-6 menit. Pasien tampak menahan sakit
teman sekolahnya. Pasien merasa takut dan cemas apabila bekas operasi
30
luka operasi pada perutnya. Pasien mengatakan ingin menjadi anak yang baik,
yang dapat berbakti pada orang tua, terutama ibu, namun dengan kondisi
sekarang ini apa mungkin saya dapat melakukan tugas saya dengan baik,
yang terjadi pada diri saya merupakan jalan yang telah digariskan oleh Tuhan.
Pasien mengatakan saya sebagai anak, dan seorang mahasiswa, tetapi dengan
kondisi saya yang sekarang ini saya sudah merepotkan banyak orang dan saya
masyarakat baik pasien selalu mengikuti karang taruna dan kerja bakti.
kalau dia anak keempat dari 8 bersaudara, 2 kakak perempuan, 2 kakak laki-
dirumah sakit pasien mengatasi penyakitnya saat ini dengan mengikuti aturan
saat sakit seperti ini pasien merasa terganggu untuk beribadah karena
waktu sebisa dan semampu saya, karena saya yakin dengan sholat dan berdoa
M:6 V:5, tanda-tanda vital tekanan darah pasien 110/70 mmHg, Nadi 88 kali
tidak ada ketombe, tidak ada lesi, rambut bersih, tidak ada kutu rambut,
tidak ada odema, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor,
Hidung, bulu hitam bersih, tidak ada sekret. Mulut didapatkan data mulut
tampak simetris, tidak ada stomatitis, mulut bersih, tidak ada gangguan
pengecapan pada lidah, tidak ada tonsil, palatum tampak bersih, mukosa bibir
kering. Gigi, didapatkan data gigi tidak ada caries, tidak ada gigi palsu, tidak
ada perdarahan pada gigi dan gusi. Telinga, pada pengkajian telinga
didapatkan data telinga tampak bersih, telinga simetris, tidak ada gangguan
leher ditemukan tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar
sama. Palpasi didapatkan vokal fremitus kanan, kiri sama. Perkusi paru
kanan/kiri sonor. Auskultasi suara paru normal, tidak ada bunyi tambahan.
simetris, ictus cordis tidak tampak. Palpasi didapatkan ictus cordis teraba di
SIC V. Perkusi jantung pekak. Auskultasi didapatkan bunyi jantung I/II murni
reguler.
kemerahan (rubor) disekitar luka, kolor pada area sekitar luka operasi perut
didapatkan kuadran I redup, II, III, IV tympani. Palpasi nyeri tekan pada
500mg/ 20 tpm, kekuatan otot 5 ada gerakan penuh, dapat menggerakan sendi
capillary reffil ≤ 2detik, tidak ada perubahan bentuk tulang, perabaan akral
hangat. Pemeriksaan ektremitas kiri atas, kekuatan otot 5 yang artinya dapat
tahanan ringan, capillary reffil ≤ 2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang,
perabaan akral hangat. Ektremitas kiri bawah, kekuatan otot 4 yang artinya
sedikit sakit saat ada tarikan otot, capillary reffil ≤ 2 detik, tidak terdapat
33
9,28 ribu/µl (nilai normal 5-10). Trombosit 334 ribu/µl (nilai normal 150-
450).
Rabu 06 Januari 2016 sampai dengan hari jumat 08 Januari 2016 yaitu, cairan
asering 500 mg/ 20 tpm golongan larutan elektrolit fungsinya untuk sebagai
kehilangan ion alkali dalam tubuh.Infus RL 500 ml/16 tpm golongan larutan
elektrolit, fungsinya sebagai nutrien untuk tubuh, pengganti cairan yang tidak
gejala refluksi esofagitis. Kaltropen supp 100 mg/8 jam golongan anti
osteoritis.
B. Perumusan Masalah
Januari 2016 pukul 08:00 WIB diperoleh data subjektif antara lain pasien
rasakan pada bagian perut, Scale Skala nyeri 6. Time Nyeri dirasakan hilang
timbul berlangsung 4-6 menit. Selain data subyektif juga didapatkan data
terlihat sangat hati-hati, pasien selalu melindungi area nyeri (perut). Tekanan
antara lain pasien mengatakan susah tidur dan hanya tidur 4 jam/hari. Data
terlihat hitam berkantung dan mata terlihat cowong, pasien sering menguap.
35
Pada hari Rabu 06 Januari pukul 08:30 WIB didapatkan data subjektif
nyeri bekas operasi di perut. Data objektif didapatkan pasien terlihat kesulitan
Pada hari Rabu 06 Januari pukul 08:40 WIB didapatkan data subjektif
pasien mengatakan ada luka operasi di perut. Data objektif didapatkan perut
terlihat kemerahan (rubor) disekitar luka, kolor (panas) pada area sekitar luka
invasif.
C. Perencanaan
dengan agen cidera fisik (post operasi laparatomi) dengan tujuan setelah
penurunan rasa nyeri, skala nyeri turun 2 bahkan 1, pasien merasa nyaman,
waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi nyaman dengan
untuk melakukan tarik napas dalam ketika nyeri muncul dengan rasionalisasi
pemberian obat analgesik pereda nyeri (santagesik 2x500 mg/8 jam) dengan
gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (nyeri) dengan
masalah gangguan pola tidur dapat teratasi dengan kriteria hasil jumlah tidur
pasien dalam batas normal 6-8 jam/hari, perasaan segar sesudah tidur (mata
tidak cowong, mata tidak berkantung, wajah terlihat segar). Intervensi yang
yang nyaman dengan rasionalisasi untuk menjaga kualitas tidur yang nyaman,
37
dapat teratasi dengan kriteria hasil pasien mampu melakukan mobilitas secara
dengan ahli terapi fisik atau okupasi dengan rasionalisasi sebagai suatu
infeksi dapat teratasi dengan kriteria hasil tidak ada tanda-tanda infeksi, luka
Intervensi yang dilakukan yaitu monitor tanda dan gejala infeksi dengan
lakukan perawatan luka dengan rasionalisasi untuk merawat luka supaya tidak
D. Implementasi
mengatakan nyeri skala 6, Time nyeri dirasakan hilang timbul durasi nyeri
mengajarkan pasien untuk melakukan tarik nafas dalam ketika nyeri muncul,
pasien mengatakan bersedia untuk diajarkan cara tarik nafas dalam, pasien
melakukan tarik nafas dalam, pasien terlihat meringis menahan nyeri. Pukul
diberikan posisi yang nyaman, pasien tampak lebih rileks. Pukul 09:00 WIB
pereda nyeri, obat santagesik masuk melalui selang infus, 30 menit kemudian
pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan, pasien
pasien mengatakan ada luka bekas operasi di perut, perut pasien simetris, ada
(rubor) disekitar luka, kolor pada area sekitar luka operasi perut bekas operasi
40
1000 mg/8 jam, obat cefotaxime masuk melalui selang infus, 30 menit
pasien mengatakan susah tidur dan hanya tidur 4 jam/hari, pasien tampak
dan mata terlihat cowong, pasien sering menguap. Pukul 12:10 WIB
perawat menata tempat tidur dan membersikan sekitar area tidur pasien.
Pukul 13:40 WIB menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat, pasien dan
operasi), Scale pasien mengatakan nyeri skala 5, Time nyeri dirasakan hilang
36,7⁰C. Pukul 08:40 WIB mengajarkan pasien untuk melakukan tarik nafas
dalam ketika nyeri muncul, pasien mengatakan bersedia untuk diajarkan cara
tarik nafas dalam, pasien melakukan tarik nafas dalam dan pasien tampak
diinjeksi dimasukkan obat pereda nyeri, obat santagesik masuk melalui selang
infus, 30 menit kemudian pasien terlihat nyaman karena reaksi dari obat.
110/70 mmHg, Nadi 82 x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu 36,7 ⁰C. Pukul
pasien mengatakan ada luka bekas operasi di perut, luka tampak belum
kering, tampak kemerahan (rubor) disekitar luka, perut bekas operasi tertutup
jam, obat cefotaxime masuk melalui selang infus, 30 menit kemudian pasien
terlihat nyaman karena reaksi dari obat. Pukul 10:10 WIB mempertahankan
untuk di bersihkan lukanya, pada saat dibuka luka tampak belum kering,
hari, pasien mengatakan susah tidur dan hanya tidur 5 jam/hari, pasien terlihat
berkantung dan mata terlihat cowong, pasien sering menguap. Pukul 13:50
nyaman, perawat menata tempat tidur dan membersikan sekitar area tidur
nyeri skala 4,Time nyeri dirasakan hilang timbul durasi nyeri berlangsung ±
43
4-6 menit, pasien terlihat masih meringis kesakitan, Tekanan darah 110/70
bersedia melakukan tarik nafas dalam, pasien terlihat nyaman, rileks, kontak
tidur. Pukul 09:50 WIB melatih pasien untuk berjalan, pasien mengatakan
bersedia untuk belajar latihan berjalan, pasien terlihat mampu berjalan dengan
bantuan orangtuanya.
mengatakan agak nyeri di area luka, pada saat di buka luka belum kering,
antibiotik cefotaxime 1000 mg/8 jam, obat cefotaxime masuk melalui selang
infus, 30 menit kemudian pasien terlihat nyaman karena reaksi dari obat.
pasien mengatakan sudah bisa tidur 6 jam/hari, pasien tampak segar, mata
44
rilek.
E. Evaluasi
keperawatan nyeri akut berhubugan dengan agen cidera fisik (post operasi
pasien mengatakan nyeri, Provocate nyeri pada luka jahitan operasi, nyeri
Region nyeri dibagian perut. Scale pasien mengatakan skala nyeri 5 (agak
mengganggu). Time nyeri hilang timbul durasi 4-6 menit. Objektif, keadaan
pasien terlihat meringis menahan nyeri, pasien terlihat melindungi area nyeri,
masalah keperawatan nyeri akut berhubugan dengan agen cidera fisik (post
dilanjutkan yaitu kaji karakteristik nyeri pasien, berikan posisi yang nyaman,
ajarkan pasien untuk melakukan tarik nafas dalam, kolaborasi pemberian obat
(nyeri), didapatkan data subjektif, pasien mengatakan susah tidur dan hanya
tidur 5 jam/hari. Objektif, pasien tampak pucat, mata terlihat sayu, mata
pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (nyeri) teratasi sebagian
mengatakan sudah bisa melakukan miring kanan-kiri walau agak sulit bekas
badannya miring kanan-kiri dan sudah bisa duduk di bed, dalam aktivitasnya
monitor vital sign, latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara
berikan bantuan jika diperlukan, kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau
okupasi.
data subjektif, pasien mengatakan ada luka operasi di perut. Objektif, pada
Evaluasi hari kedua dilakukan pada hari Jumat 08 Januari 2016, Pukul
nyeri akut berhubugan dengan agen cidera fisik (post operasi laparatomi)
mengatakan nyeri, Provocate nyeri pada luka jahitan operasi, nyeri pada saat
dibagian perut. Scale pasien mengatakan skala nyeri 4. Time nyeri hilang
timbul durasi 4-6 menit. Objektif, keadaan pasien terlihat meringis menahan
nyeri, pasien terlihat melindungi area nyeri, pasien sangat berhati-hati bila
akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post operasi laparatomi) teratasi
karakteristik nyeri pasien, berikan posisi yang nyaman, ajarkan pasien untuk
tidur dan hanya tidur 6 jam/hari. Objektif, pasien terlihat sedikit pucat, mata
tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (nyeri) teratasi sebagian dari
bisa latihan berjalan, dalam latihan jalan pasien tampak dibantu oleh
laparatomi) teratasi sebagian pasien bisa miring kanan-kiri dan bisa duduk di
bed, maka intervensi dilanjutkan yaitu monitor vital sign, latih pasien dalam
data subjektif, pasien mengatakan ada luka operasi di perut. Objektif, pada
Evaluasi hari ketiga dilakukan pada hari Sabtu 09 Januari 2016, Pukul
nyeri akut berhubugan dengan agen cidera fisik (post operasi laparatomi)
mengatakan nyeri, Provocate nyeri pada luka jahitan operasi, nyeri pada saat
dibagian perut. Scale pasien mengatakan skala nyeri 3 (sedang). Time nyeri
hilang timbul durasi 2 menit. Objektif, keadaan pasien terlihat lebih segar,
posisi yang nyaman, ajarkan pasien untuk melakukan tarik nafas dalam,
jam.
(nyeri), didapatkan data subjektif, pasien mengatakan sudah bisa tidur selama
7 jam/hari. Objektif, pasien terlihat segar, mata tidak sayu, kantung mata
sudah bisa miring kanan-kiri, duduk di bed dan sudah bisa berjalan. Objektif,
50
duduk di bed dan tampak sudah bisa berjalan walaupun di bantu orangtuanya.
subjektif, pasien mengatakan ada luka operasi di perut dan sudah tidak begitu
infeksi sudah tidak ada. Maka dapat disimpulkan masalah keperawatan resiko
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar serta sebagai dasar
penyakit keluarga dan 11 pola gordon serta pemeriksaan fisik head to toe
51
52
hasil pasien dengan nama Nn. R dengan diagnosa medis appendisitis akut dan
akan dilakukan operasi laparatomi. Keluhan utama pada pasien post operasi
laparatomi adalah nyeri pada bagian perut sebelah kanan bawah, yang salah
satu dari efek pembedahan adalah nyeri. Data tersebut sudah sesuai dengan
Assesment Behavioral Scale (PABS) yang telah diubah dalam bentuk rentang
angka nyeri. Dimana alat ukur nyeri skala 0 : Tidak nyeri, 1-3: nyeri ringan:
secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik, 4-6 : nyeri sedang:
lebih dari 7: nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat
lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi dalam Syaiful & Rachmawan, (2014).
Menurut Donovan & Girto (1984) dalam Nian (2010) dalam melakukan
stimulus nyeri pada klien, kualitas (Q ; Quality) sesuatu yang subjektif yang
sedang dan nyeri berat, durasi (T : Time) untuk menentukan awitan, durasi
Pada teori ini dibuktikan salah satu ekspresi wajah dari nyeri yaitu
adanya gerakan tubuh yang khas dan ekspresi wajah yang mengkondisikan
pada bagian yang terasa nyeri, postur tubuh membengkok (Perry & Potter,
2006).
keluhan utama yang muncul pada pasien laparatomi yaitu nyeri perut bagian
mengeluh perut sakit dan nyeri terutama pada bagian perut kanan bawah dan
DBD pada umur 12 tahun, sudah kedua kali pasien masuk rumah sakit, pasien
tidak mempunyai alergi obat dan makanan,dari riwayat operasi tidak ada atau
tidur pasien mengatakan selama sakit susah tidur, susah tidur siang dan tidur
54
malam ± 4 jam dan pasien sering terbangun karena nyeri pada perut, kondisi
tidur pasien kurang, mata terlihat sayu kemerahan, mata terlihat hitam
berkantung dan mata terlihat cowong, pasien sering menguap. Data tersebut
menyebabkan gangguan tidur dan apabila pusing semakin parah maka akan
terbangun dari tidurnya sehingga total jam tidur menjadi kurang dari batas
permenit, suhu 36⁰C. Hal ini terjadi penurunan tekanan darah dari normal
yaitu untuk tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi pernafasan 14-20 kali per
menit, nadi 60-100 kali per menit, suhu 36,5-37,5 oC untuk suhu dewasa
(Bickley, 2008).
ekstremitas bawah kaki kanan dan kiri mengalami penurunan kekuatan otot
55
yaitu kekuatan otot 4 artinya sedikit sakit saat ada tarikan otot sedangkan
ekstremitas yang lain tidak mengalami masalah dengan kekuatan otot 5. Data
tersebut sudah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa penurunan otot
disebabkkan karena nyeri yang dialami klien post operasi laparatomi, selain
itu adanya pengaruh ansietas dan pengaruh dari anastesi (Brunner dan
yang dilakukan pada klien yaitu pemeriksaan darah lengkap didapatkan hasil
nomal yaitu Hemoglobin 11,2 g/dl (nilai normal 12.0-16.0). Hematokrit 35,1
Leukosit 9,28 ribu/µl (nilai normal 5-10). Trombosit 334 ribu/µl (nilai normal
150-450).
harian air dan elektrolit dengan cukup untuk mengganti eskresi harian pada
terapi intravena berupa injeksi ranitidine 50 mg/12 jam, santagesik 1000 mg/8
jam, cefotaxime 1000 mg/8 jam. Cefotaxime 1000 mg/12 jam golongan
peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks).
bengkak, dan dipenuhi nanah, jika tidak segera di obati akan mengakibatkan
usus buntu pecah dan dapat menimbulkan terjadinya infeksi. Usus buntu
bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi appendisitis akut fokal
B. Diagnosa Keperawatan
aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan. Respon aktual dan
57
potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang
dengan kebutuhan hierarki Maslow (Potter dan Perry, 2005). Dari hasil
pertama yang penulis rumuskan adalah nyeri akut berhubungan dengan agen
(International Association for the Study of Pain) awitan tiba-tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post operasi
Pada Nn. R batasan karakteristik yang ditemukan yaitu data subjektif pasien
rasakan pada bagian perut, Scale Skala nyeri 6. Time Nyeri dirasakan hilang
timbul berlangsung 4-6 menit. Selain data subyektif juga didapatkan data
terlihat sangat hati-hati, pasien selalu melindungi area nyeri (perut). Tekanan
berhubungan dengan kurang kontrol tidur (nyeri). Gangguan pola tidur dapat
kesadaran alami, periodic) yang dibatasi waktu dalam jumlah dan kualitas
cukup. Data hasil pengkajian yang mendukung diagnosa gangguan pola tidur
dan objektif dan hasil pemeriksaan. Pada Nn. R batasan karakteristik yang
ditemukan yaitu data subjektif pasien mengatakan susah tidur dan hanya tidur
4 jam/hari. Data objektif didapatkan pasien terlihat pucat, mata terlihat sayu
diagnosa gangguan pola tidur sebagai diagnosa kedua setelah nyeri, karena
fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri (Herdman, 2012-
subjektif dan objektif dan hasil pemeriksaan. Pada Nn. R batasan karakteristik
yang ditemukan yaitu data subjektif pasien mengatakan tidak bisa melakukan
aktivitas secara mandiri karena nyeri bekas operasi di perut. Data objektif
dan hasil pemeriksaan. Pada Nn. R batasan karakteristik yang ditemukan data
pada area sekitar luka operasi perut bekas operasi tertutup kassa.
C. Perencanaan Keperawatan
atau untuk memenuhi kebutuhan klien. Perencanaan yang tertulis dengan baik
perencanaan adalah sumber informasi bagi semua yang terlibat dalam asuhan
(Setiadi, 2012).
perubahan yang diinginkan pada setiap kondisi atau perilaku klien dengan
Time). Spesifik adalah berfokus pada klien. Measurable dapat diukur, dilihat,
diraba, dirasakan dan dibau. Achieveble adalah tujuan yang harus harus
secara ilmiah. Time adalah batasan percapaian dalam rentang waktu tertentu,
nyeri akut, gangguan pola tidur, hambatan mobilitas fisik dan resiko infeksi
Tujuan dan kriteria hasil ini disusun berdasarkan NOC (Nursing Output
kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi nyaman,
ajarkan pasien untuk melakukan tarik napas dalam ketika nyeri muncul,
62
kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi (Amin dan Hardhi, 2013).
perencanaan antara lain: monitor tanda dan gejala infeksi, pertahankan tehnik
D. Tindakan Keperawatan
implementasi dan evaluasi selama 3 hari sesuai tujuan, kriteria hasil, dan
ada di intervensi pada diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan
nyeri dan berikan posisi nyaman, mengajarkan pasien untuk melakukan tarik
operasi), Scale pasien mengatakan nyeri skala 6, Time nyeri dirasakan hilang
pemicu nyeri, kualitas nyeri, lokasi nyeri, intensitas nyeri dan waktu serangan
membutuhkan alat lain sehingga mudah dilakukan kapan saja atau sewaktu-
waktu dan dapat digunakan dalam jangka waktu relatif lebih lama. sesuai
relaksasi nafas dalam ini selama 3 hari pengelolaan, dan selama 1 hari berikan
berikut pada hari pertama skala nyeri 6, hari kedua skala nyeri 5, hari ketiga
skala nyeri 4. Hal ini sesuai dengan teori dalam jurnal Syaiful & Rachmawan
yang santai (Perry & Potter, 2006). Dalam pengelolaan kasus ini setelah
dalam ketika nyeri muncul dalam 3 hari pengelolaan ini skala nyeri pasien
mengalami penurunan, hal ini sesuai dengan jurnal Syaiful & Rachmawan
(2014) bahwa teknik relaksasi nafas dalam efektif dalam menurunkan skala
analgesik yang efektif, namun nyeri post operasi tidak dapat diatasi dengan
65
baik, sekitar 50% pasien tetap mengalami nyeri sehingga dapat mengganggu
jangka pendek nyeri akut derajat sedang – berat segera setelah operasi
(Midian, 2013-2014).
aroma yang diterimanya, sehingga fokus perhatiannya terhadap nyeri dan rasa
informasi lebih jauh ke area di otak yang mengontrol emosi dan memori
pengatur sistem internal tubuh, suhu tubuh, dan reaksi terhadap stress. Bagi
2008).
aktivitas kewasapadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas
proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam reticular activating system
dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu
tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dipusat otak dan sistem
limbik. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau
dengan hasil respon subyektif pasien mengatakan sudah bisa tidur selama 7
jam/hari. Objektif, pasien terlihat segar, mata tidak sayu, kantung mata tidak
memenuhi gangguan kebutuhan tidur pasien. Hal ini sesuai dengan jurnal,
dimana dalam jurnal disebutkan bahwa gangguan kebutuhan tidur pasien post
(jurnal). Aromaterapi lavender memiliki bau yang khas dan lembut sehingga
dapat membuat seseorang menjadi relaks atau santai, disamping itu lavender
juga dapatmengurangi rasa tertekan, stress, rasa sakit, emosi yang tidak
dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resiko-resiko karena tirah baring
tubuh dan sirkulasi darah dan pernafasan terganggu, juga adanya gangguan
peristaltik maupun berkemih. Sering kali dengan keluhan nyeri, klien tidak
peran perawat sebagai edukator dan motivator kepada klien sehingga klien
mengkaji ada tidaknya tanda dan gejala infeksi yang dapat menghambat
(bengkak), dolor (nyeri) dan fungsio laesa terganggu, ini sesuai dengan teori
Price, A dan L.Wilson (2006) yaitu sistem pertahanan tubuh rusak bila ada
trauma pada jaringan dimana respon pasien mengatakan ada luka operasi di
perut dan sudah tidak begitu nyeri. Objektif, pada saat dibuka luka tampak
belum kering, tanda-tanda infeksi sudah tidak ada. Melakukan perawatan luka
2012-2014).
69
E. Evaluasi Tindakan
perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Nikmatur dan Saiful, 2012).
dilakukan pada hari kedua diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera fisik (post operasi laparatomi), Kamis 07 Januari 2016
pukul08:30 WIB dengan hasil Subyektif (S) pasien mengatakan nyeri karena
bekas operasi, Provocate nyeri pada luka jahitan operasi, nyeri pada saat
Time nyeri hilang timbul durasi 4-6.Obyektif (O) keadaan pasien terlihat
meringis menahan nyeri, pasien terlihat melindungi area nyeri, pasien sangat
teratasi dan Planning (P) lanjutkan intervensi dengan kaji karakteristik nyeri
pasien (PQRST), berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan
berikan posisi nyaman, ajarkan pasien untuk melakukan tarik napas dalam
dengan kurang kontrol tidur (nyeri), Kamis 07 Januari 2016 pukul 09:10
WIB. Subyektif (S) pasien mengatakan susah tidur dan hanya tidur 5
jam/hari. Obyektif (O) pasien terlihat pucat, mata terlihat sayu, mata
sering menguap. Asessment (A) masalah belum teratasi dan Planning (P)
Januari 2016 pukul 09:40 WIB Subyektif (S) pasien mengatakan sudah bisa
pasien terlihat bisa menggerakkan badannya miring kanan-kiri dan sudah bisa
intervensi monitor vital sign, latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs
dan berikan bantuan jika diperlukan, kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau
okupasi.
tindakan invasif, Kamis 07 Januari 2016 pukul 10:10 WIB Subyektif (S)
pasien mengatakan ada luka operasi di perut.Obyektif (O) pada saat dibuka
71
Asessment (A) masalah belum teratasi dan Planning (P) monitor tanda dan
Januari 2016 pukul 09:10 WIB dengan hasil Subyektif (S) pasien mengatakan
nyeri karena bekas operasi, Provocate nyeri pada luka jahitan operasi, nyeri
Region nyeri dibagian perut. Scale pasien mengatakan skala nyeri 4. Time
nyeri hilang timbul durasi 4-6 menit. Obyektif (O) keadaan pasien terlihat
meringis menahan nyeri, pasien terlihat melindungi area nyeri, pasien sangat
sebagian dan Planning (P) lanjutkan intervensi dengan kaji karakteristik nyeri
pasien, berikan posisi yang nyaman, ajarkan pasien untuk melakukan tarik
dengan nyeri, Jumat 08 Januari 2016 pukul 09:20 WIB Subyektif (S) pasien
mengatakan masih sedikit susah tidur dan hanya tidur 6 jam/hari. Obyektif
(O) pasien tampak sedikit pucat, mata tidak sayu. Asessment (A) masalah
Januari 2016 pukul 09:40 WIB Subyektif (S) pasien mengatakan sudah bisa
intervensi monitor vital sign, latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs
dan berikan bantuan jika diperlukan, kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau
okupasi.
tindakan invasif, Jumat 08 Januari 2016 pukul 10:20 WIB Subyektif (S)
pasien mengatakan ada luka operasi di perut.Obyektif (O) pada saat dibuka
luka tampak belum kering, masih tampak kemerahan (rubor) disekitar luka.
Asessment (A) masalah belum teratasi dan Planning (P) monitor tanda dan
Januari 2016 pukul 06:00 WIB dengan hasil Subyektif (S) pasien mengatakan
73
nyeri, Provocate nyeri pada luka jahitan operasi, nyeri pada saat badan
perut. Scale pasien mengatakan skala nyeri 3. Time nyeri hilang timbul durasi
2 menit. Obyektif (O) keadaan pasien terlihat lebih segar, tidak pucat, sudah
berikan posisi yang nyaman, ajarkan pasien untuk melakukan tarik nafas
mg/8 jam.
dengan kurang kontrol tidur (nyeri), Sabtu 09 Januari 2016 pukul 06:10 WIB
Subyektif (S) pasien mengatakan sudah bisa tidur selama 7 jam/hari. Obyektif
(O) pasien terlihat segar, mata tidak sayu, kantung mata tidak hitam, mata
tidak cowong. Asessment (A) masalah teratasi dan Planning (P) hentikan
intervensi.
Januari 2016 pukul 06:40 WIB Subyektif (S) pasien mengatakan sudah bisa
duduk di bed dan tampak sudah bisa berjalan walaupun di bantu orangtuanya.
tindakan invasif, Sabtut 09 Januari 2016 pukul 07:00 WIB Subyektif (S)
pasien mengatakan ada luka operasi di perut dan sudah tidak begitu
nyeri.Obyektif (O) pada saat dibuka luka tampak belum kering, tanda-tanda
infeksi sudah tidak ada. Asessment (A) masalah teratasi sebagian dan
Planning (P) monitor tanda dan gejala infeksi, pertahankan tekhnik apsesis,
Ruang Kanthil 1 RSUD Karanganyar. Secara metode studi kasus, maka dapat
ditarik kesimpulan.
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
utama pasien mengatakan susah tidur dan hanya tidur 4 jam/hari. Data
(rubor) disekitar luka, kolor (panas) pada area sekitar luka operasi perut
75
76
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul pada Nn. R yang pertama adalah nyeri akut
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan yang disusun untuk diagnosa nyeri akut yaitu kaji
berikan bantuan jika diperlukan, kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau
antibiotik.
77
4. Implementasi
5. Evaluasi
dengan kriteria hasil sudah teratasi, maka nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera fisik (post operasi laparatomi) pada Nn. R belum teratasi dan
kurang kontrol tidur (nyeri pasca operasi) pada Nn. R teratasi dan
klien dengan kriteria hasil sudah tercapai, maka hambatan mobilitas fisik
dengan kriteria hasil belum tercapai, maka resiko infeksi pada Nn. R
pada Nn. R dapat menunjukkan hasil yang signifikan karena dalam waktu
78
atau sebagai ester dengan asam asetat, butirat, valerianat, dan kaproat
malam hari saat pasien akan tidur. Cara pemberian aromaterapi lavender
sampai habis kurang lebih 1 jam, pasien dalam keadaan berbaring dan
B. Saran
nyeri akut, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif
komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. 2008. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan Edisi 2. Salemba Medika :
Jakarta
Amin, Huda dan Hardhin Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Edisi Revisi 2. MediAction : Yogyakarta
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Klien.
Salemba Medika : Jakarta
Brunner, L and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah (H. Kuncara, A.
Hartono, M. Ester, Y. Asih, Terjemahan). (Ed.8) Vol 1. EGC : Jakarta
Brunner & Suddart. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta
Buckle, J. 2003. Clinical aromatherapy, Essential Oil in Pratice Second Edition. Churchill
Livingstone. New York
Dermawan, Deden. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja.
Gosyen Publising. Yogyakarta.
Dewi, I. P. 2012. Aromaterapi Lavender Sebagai Media Relaksasi. Jurnal Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: AplikasiKonsep dan
Proses Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta
Kozier, Erb, Berman and Synder. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep
&Praktek, ahli.
Median Sirait. (2013-2014). Informasi Spesialite Obat Indo.PT ISFI Penerbit : Jakarta
Nurlela. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta
Potter. Patricia A. dan Perry. Anne Griffin., 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan PraktikEdisi 4, Vol.2. EGC : Jakarta
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu : Yogyakarta
Sjamsuhidajat. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Ed. 8) Vol 3. EGC : Jakarta
Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Medikal Bedah (Ed. 2).EGC : Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner and Suddarth.
(8 edition) : editor, Suzanne. C. Smeltzer, Brenda G. Bare : Ahli Bahasa, Agung
Waluyo..[et, al]: editor bahasa Indonesia. Monica Ester. [et al] Ed.8. EGC : Jakarta
Wahit Iqbal Mubarak. 2008. Buku ajar kebutuhan dasar Manusia Teori & Aplikasi dalam
praktek. EGC : Jakarta