Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan salah satu unsur penting dalam bidang
ketenagakerjaan. Menurut konvensi ILO 161 dan rekomendasi No. 171 (1985) tujuan dari
penyelenggaraan K3 adalah untuk melindungi pekerja dari bahaya kesehatan di tempat kerja
dengan menyesuaikan pekerja agar serasi dengan status kesehatan pekerja, menyumbang
pembangunan dan pemeliharaan kesejahtraan fisik dan mental yang setinggi-tingginya di
tempat kerja.
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep kesehatan kerja.
2. Untuk mengetahui program kesehatan dan tempat kerja.
fv
BAB II
PEMBAHASAN
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya, baik fisik atau mental maupun sosial dalam usaha-usaha preventif dan kuratif
terhadap penyakit-penyakit akibat kerja, gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan
faktor-faktor pekerjaan dan lapangan kerja, serta penyakit-penyakit umum (Suma’mur,
1995).
Dalam Permenaker No.3 tahun 1982 disebutkan tugas pokok kesehatan kerja
antara lain:
a. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja
b. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
c. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitasi
d. Pembinaan danpengawasan perlengkapan kesehatan kerja
e. Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja
,pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan
makanan ditempat kerja
f. Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada pengurus
g. Memberikan saran dan masukan kepada manajemen dan fungsi terkait terhadap
permasalahan yang berhubungan dengan aspek kesehatan kerja
B. Ruang Lingkup
Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah bukan sekedar
kesehatan pada sector industri saja melainkan juga mengarah pada upaya kesehatan
untuk semua orang dalam melakukan pekerjaanya (Total health of all at work). Oleh
sebab itu kesehatan kerja meiliki tujuan untuk :
Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan pekerja.
Melindungi dan mencegah pekerjaan dari semua gangguan kesehatan akibat
lingkungan kerja atau pekerjaanya.
Menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan fisik, mental, dan pendidikan
atau ketermapilannya.
meningkatkan efesiensi dan produktivitas.
Adapun Ruang Lingkup Kesehatan kerja mencakup kegiatan yang bersifat
komprehensif berupa upaya promotif yang berupa penyuluahan, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Upaya promotif berupa penyuluahan, pelatihan dan peningkatan
pengetahuan tentang upaya hidup sehat dalam bekerja. Upaya prepentif yakni
kegiatan pencagahan terhadap resiko kesehatan. Upaya kuratif lebih menekankan
pada angka absensi karena sakit dan angka kesakitan. Upaya rehabilitatif lebih
menekankan upaya penyembihan dan pemeliharaan kesehatan setelah sakit. Dalam
disiplin kesehatan kerja upaya promotif dan prepentif lebih mengemuka dengan tidak
mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif.
E. Potensial Hazard
hazard adalah segala sesuatu yang dapat berpotensi menjadi bahaya bahkan
accident atau incident. Di berbagai lingkungan kerja dipastikan kita dapat menemukan
hazard tersebut dengan melakukan identifikasi HAZARD ID. Ada beberapa metode
yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi hazard di suatu lingkungan,tapi kita
harus tau dulu ada berapa pengelompokan hazard berdasarkan teori yang ada. hazard
di kelompokkan menjadi 5,berdasarkan potensi bahaya yang ada. yaitu :
a. hazard biologi
hazard biologi adalah potensi bahaya yang ditimbulkan dari faktor makluk hidup.
Biasanya hazard biologi ini berada di lingkungan-lingkungan yang tidak
bersih,kotor,dll.
contoh dari hazard biologi adalah seperti cacing tambang,cacing tambang dapat
membuat kaki kita berlubang seperti dimakan oleh cacing tersebut.Maka dari
itu,dipertambangan diharapkan selalu menggunakan APD sepatu safety agar
sebagai pencegahan terhadap hazard biologi.
b. hazard kimia
hazard kimia adalah potensi bahaya yang disebabkan oleh sifat dan karakteristik
kimia yang dimiliki bahan tersebut. Hazard kimia ini sangat berbahaya jika kita
tidak menggetahuinya secara detail seperi apa sifat dari bahan tersebut. Perlunya
penanganan yang intensif terhadap potensi bahaya ini.
contoh dari hazard kimia adalah amoniak yang bercampur di udara karena sifatnya
yang berbahaya bagi THT pada manusia. MSDS adalah salah satu cara melakukan
penanganan dini terhadap potensi bahaya yang ditimbulkan oleh bahan kimia.
c. hazard fisik
hazard fisik adalah potensi bahaya yang disebabka oleh faktor fisik dari seseorang
yang sedang melakukan pekerjaan. Hazard fisik erat sekali hubungannya dengan
manusia,kitasendiripun terkadang adalah sumber masalah dari permasalahan yang
terjadi. Managemen kegiata adalah salah satu cara untuk mengendalikan hazard
yang muncul ini.
d. hazard ergonomi
hazard ergonomi adalah potensi bahaya yang disebabkan terjadi karena tidak
efisiennya hubungan alat kerja dengan manusianya,biasanya berhubungan dengan
prilaku kerja manusia dengan alatnya. Disini ini adalah yang menyebabkan juga
munculnya penyakit akibat kerja karena kesalahan-kesalahan dalam prilaku
penggunaan alat kerjanya.
e. hazard psikologi
hazard psikologi adalah potensi bahaya yang disbabkan terjadinya suatu konfik
dalam lingkungan kerja tersebut.Konflik yang terjadipun sudah terbagi menjadi
langsung dan tidak langsung.Psikologi ini juga merupakan hal penting karena
dapat mempengaruhi juga bagaimana orang tersebut bekerja,semakin banyak
konflik maka pekerjaan yang di kerjakan semakin tidak efisien dan malah banyak
menimbulkan masalah yang terjadi. Pengendaliannya biasaya mengunakan
managemen konflik dan ketetapan disiplin.
F. Konsep Ergonomi
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang memanfaatkan informasi-informasi
mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam rangka membuat sistem
kerja yang ENASE (efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien).
Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan dua hal
yang tidak dapat dipisahkan.Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama yakni
peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life). Aspek kualitas
kehidupan kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi rasa
kepercayaan dan rasa kepemilikan pekerja kepada perusahaan, yang berujung kepada
produktivitas dan kualitas kerja.
Pencapaian kinerja manajemen K3 sangat tergantung kepada sejauh mana
faktor ergonomi telah terperhatikan di perusahaan tersebut. Kenyataannya, kecelakaan
kerja masih terjadi di berbagai perusahaan yang secara administratif telah lulus
(comply) audit sistem manajemen K3. Ada ungkapan bahwa “without ergonomics,
safety management is not enough”. Keluhan yang berhubungan dengan penurunan
kemampuan kerja (work capability) berupa kelainan pada sistem otot-rangka
(musculoskeletal disorders) misalnya, seolah-olah luput dari mekanisme dan sistem
audit K3 yang ada pada umumnya. Padahal data menunjukkan kompensasi biaya
langsung akibat kelainan ini (overexertion) menempati rangking pertama (sekitar
30%) dibandingkan dengan bentuk kecelakaan-kecelakaan kerja yang lain.
Kondisi berikut menunjukkan beberapa tanda-tanda suatu sistem kerja yang
tidak ergonomik:
Hasil kerja (kualitas dan kuantitas) yang tidak memuaskan
Sering terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang hampir berupa kecelakaan
Pekerja sering melakukan kesalahan (human error)
Pekerja mengeluhkan adanya nyeri atau sakit pada leher, bahu, punggung, atau
pinggang
Alat kerja atau mesin yang tidak sesuai dengan karakteristik fisik pekerja
Pekerja terlalu cepat lelah dan butuh istirahat yang panjang
Postur kerja yang buruk, misalnya sering membungkuk, menjangkau, atau
jongkok
Lingkungan kerja yang tidak teratur, bising, pengap, atau redup
Pekerja mengeluhkan beban kerja (fisik dan mental) yang berlebihan
Komitmen kerja yang rendah
Rendahnya partisipasi pekerja dalam sistem sumbang saran atau hilangnya sikap
kepedulian terhadap pekerjaan bahkan keapatisan
Dengan ergonomi, sistem-sistem kerja dalam semua lini departemen dirancang
sedemikian rupa memperhatikan variasi pekerja dalam hal kemampuan dan
keterbatasan (fisik, psikis, dan sosio-teknis) dengan pendekatan human-centered
design (HCD). Konsep evaluasi dan perancangan ergonomi adalah dengan
memastikan bahwa tuntutan beban kerja haruslah dibawah kemampuan rata-rata
pekerja (task demand < work capacity). Dengan inilah diperoleh rancangan sistem
kerja yang produktif, aman, sehat, dan juga nyaman bagi pekerja.
Tujuan utama dari ergonomi adalah:
Memperbaiki performansi kerja manusia, seperti menambah ketepatan kerja dan
mengurangi energi yang berlebihan serta mengurangi kelelahan.
Mengurangi waktu pelatihan dan biaya.
Memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia melalui peningkatan
ketrampilan (skill) yang diperlukan.
Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan
peralatan yang disebabkan human error.
Memperbaiki kenyamanan manusia dalam bekerja.
Dengan demikian tujuan ergonomi adalah menimbulkan efektifitas fungsional
dan kenyamanan pemakaian dan kenyamanan pemakaian dari lingkungan kerja yang
dirancang.
Pendekatan khusus yang dilakukan dalam disiplin ilmu ergonomi adalah aplikasi
yang sistematis dari segala informasi yang relevan dan berkaitan dengan karakteristik
perilaku manusia di dalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang
dipakai.
Untuk itu analisis penelitian ergonomi meliputi hal-hal yang berkaitan dengan:
Anatomi (struktur), fisiologi (cara bekerja) dan antropometri (ukuran) dimensi
tubuh manusia.
Psikologi yang fisiologis mengenai berfungsinya otak dan sistem saraf yang
berperan dalam tingkah laku manusia.
Kondisi-kondisi kerja yang dapat mencederai baik dalam waktu pendek maupun
panjang dan sebaliknya kondisi-kondisi kerja yang dapat membuat nyaman kerja
manusia.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas maka penelitian-penelitian dan
pengembangan ergonomi akan memerlukan dukungan dari berbagai disiplin ilmu
seperti psikologi, antropologi, anatomi dan teknologi. Sritomo Wigyosoebroto
(1995;59).
Pendekatan khusus yang ada dalam ilmu ergonomi adalah aplikasi yang
sistematis dari segala informasi yang relevssan yang berkaitan dengan karakteristik
perilaku manusia di dalam perancangan alat dan lingkungan kerja yang dipakai.
Ergonomi dikelompokkan menjadi 4 bidang penyelidikan yaitu:
Penyelidikan tentang tampilan (display)
Tampilan adalah suatu perangkat (interface) yang mampu menyajikan informasi
tentang keadaan lingkungan dan mengkomunikasikan kepada manusia dalam
bentuk tanda-tanda, angka, lambang, dan sebagainya.
Penyelidikan tentang kekuatan fisik manusia
Penyelidikan ini mengukur kekuatan serta ketahanan fisik manusia pada saat
bekerja. Penyelidikan ini juga mempelajari obyek serta peralatan yang sesuai
dengan kemampuan fisik manusia pada saat melakukan aktifitasnya.
Penyelidikan tentang ukuran tempat kerja
Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan perancangan tempat kerja
manusia yang sesuai dengan ukuran tubuh manusia.
Penyelidikan tentang ukuran kerja.
Penyelidikan ini meliputi penyelidikan tentang kondisi fisik lingkungan dan
fasilitas kerja. Sebagai contoh adalah pengaturan cahaya, kebisingan, temperatur
dan lain sebagainya.
G. Konsep Apd
Alat Pelindung Diri atau APD merupakan seperangkat peralatan yang
dikenakan sebagai perlindungan sebagian atau keseluruhan tubuh dari resiko
kecelakaan kerja. Sehingga pekerja lebih nyaman dan aman selama menjalankan
tugasnya. Ada berbagai macam peralatan yang pada umumnya digunakan, apa sajakah
itu?
Manfaat Alat Pelindung Diri
Penggunaan peralatan pelindung diri bermanfaat sebagai pelindung tenaga
kerja dari berbagai resiko kecelakaan kerja. Sekaligus meningkatkan produktivitas,
efektivitas dan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan aman. Peralatan yang
dikenakan seharusnya memenuhi berbagai kriteria yang ditentukan, untuk menunjang
keamanan pekerja. Seperti nyaman dikenakan, tidak mengganggu aktivitas bekerja
dan memberikan perlindungan secara optimal.
Secara teknis memang penggunaan berbagai alat tersebut tidak bisa menjamin
keselamatan jiwa secara menyeluruh. Tapi setidaknya bisa meminimalisir resiko
keparahan terhadap keluhan penyakit tertentu dan kecelakaan kerja. Setiap alat
biasanya memiliki kelemahan tersendiri, seperti kemampuan perlindungan kurang
sempurna, kurang nyaman saat dikenakan, mengganggu komunikasi dan lain
sebagainya. Untuk memastikan alat bisa berfungsi dengan baik, pengecekan secara
rutin wajib diterapkan pada Alat Pelindung Diri.
Jenis alat pelindung diri
Ada beragam Alat Pelindung Diri yang biasa digunakan sebagai ketika sedang
bekerja, seperti di kawasan tambang, pembangunan property dan sebagainya.
a. Safety helmet.
Alat ini memiliki fungsi dalam melindungi kepala dari resiko terkena benda jatuh.
Sehingga mengurangi potensi cedera atau bahkan kematian.
b. Safety google atau kacamata pengaman.
Fungsinya untuk melindungi daerah mata, agar partikel kecil, sinar yang
menyilaukan, radiasi dan debu tidak mengganggu penglihatan. Sebagai contoh
saat proses pengelasan besi.
c. Face shield atau perisai muka.
Fungsinya sebagai perlindungan pada mata dan wajah. Sehingga terhindar dari
paparan bahan kimia yang bisa merusak mata dan wajah. Alat ini bisa dipasang di
helm atau memegangnya memakai tangan.
d. Safety belt atau sabuk keselamatan.
Bentuknya mirip ikat pinggang yang fungsinya sebagai perlindungan dari bahaya
terjatuh saat bekerja di ketinggian.
e. Full body hardness atau sabuk pengaman penuh.
Fungsi alat ini hampir serupa dengan safety belt, tapi alat tersebut lebih aman. Hal
ini karena memiliki kelebihan dengan tali pengaman yang bisa melindungi seluruh
tubuh. Jadi tidak hanya bagian pinggang saja, sehingga sangat nyaman saat
dikenakan ketika bekerja di ketinggian lebih dari 2 meter.