You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan salah satu unsur penting dalam bidang
ketenagakerjaan. Menurut konvensi ILO 161 dan rekomendasi No. 171 (1985) tujuan dari
penyelenggaraan K3 adalah untuk melindungi pekerja dari bahaya kesehatan di tempat kerja
dengan menyesuaikan pekerja agar serasi dengan status kesehatan pekerja, menyumbang
pembangunan dan pemeliharaan kesejahtraan fisik dan mental yang setinggi-tingginya di
tempat kerja.

Kewajiban menyelenggarakan K3 oleh perusahan sebagaimana diatur dalam pasal 87 ayat 1


No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan bahwa “setiap perusahaanwajib menerapkan
sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang terintegrasi dengan sistem
manajemen perusahaan” hal ini memberikan konsekuensi hukum yang mengikat bagi
perusahaan untuk mengatur dengan baik jaminan pelindungan K3 terhadap pekerjaan guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep kesehatan kerja?
2. Apa saja program kesehatan kerja dan tempat kerja?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep kesehatan kerja.
2. Untuk mengetahui program kesehatan dan tempat kerja.

fv
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Kesehatan Kerja

Upaya Kesehatan Kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas, beban,


lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan
dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilinnya, agar diperoleh produktivitas kerja
yang optimal (Undang-undang Kesehatan Tahun 1992). Konsep dari upaya kesehatan
kerja ini adalah mengidentifikasi permasalahan, mengevaluasi dan dilanjutkan dengan
tindakan pengendalian. Sasaran kesehatan kerja adalah manusia dan meliputi aspek
kesehatan dari pekerja itu sendiri (Ferry efendi.2009).

Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya, baik fisik atau mental maupun sosial dalam usaha-usaha preventif dan kuratif
terhadap penyakit-penyakit akibat kerja, gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan
faktor-faktor pekerjaan dan lapangan kerja, serta penyakit-penyakit umum (Suma’mur,
1995).

Pengertian kesehatan kerja adalah adanya jaminan kesehatan pada saat


melakukan pekerjaan. Menurut WHO/ILO (1995), kesehatan kerja bertujuan untuk
peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-
tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan
kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja
dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan; dan penempatan
serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan
kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan
kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya

Notoatmodjo menyatakan bahwa kesehatan kerja adalah merupakan aplikasi


kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor, dan
sebagainya) dan yang menjadi pasien dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dan
masyarakat sekitar perusahan tersebut. Ciri pokoknya adalah preventif (pencegahan
penyakit) dan promotif (peningkatan kesehatan). Oleh sebab itu, dalam kesehatan kerja
pedomannya ialah: “penyakit dan kecelakaan akibat kerja dapat dicegah”. Dari aspek
ekonomi, penyelenggaraan kesehatan kerja bagi suatu perusahaan adalah sangat
menguntungkan karena tujuan akhir dari kesehatan kerja ialah meningkatkan
produktifitas seoptimal mungkin

Berdasarkan defenisi tersebut diatas, kesehatan kerja diselenggarakan agar setiap


pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
disekelilingnya agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal sejalan dengan
perlindungan tenaga kerja (Depkes RI, 1991).

Menurut International Labor Organization (ILO) salah satu upaya dalam


menanggulangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja adalah dengan
penerapan peraturan perundangan antara lain melalui :

a. Adanya ketentuan dan syarat-ayarat K3 yang selalu mengikuti perkembangan


ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi ( up to date )
b. Penerapan semua ketentuan dan persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku sejak tahap rekayasa.
c. Pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3 melalui pemeriksaan-pemeriksaan
langsung di tempat kerja.

ILO dan WHO (1995) menyatakan kesehatan kerja bertujuan untuk


peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang
setinggi-tingginya bagi pekerja disemua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap
gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan
bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan
dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang
disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya.

Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap


manusia kepada pekerjaan atau jabatannya. Selanjutnya dinyatakan bahwa fokus
utama kesehatan kerja , yaitu:
a. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pekerja dan kapasitas kerja
b. Perbaikan lingkungan kerja dan pekerjaan yang mendukung keselamatan dan
kesehatan
c. Pengembangan organisasi kerja dan budaya kerja kearah yang mendukung
kesehatan dan keselamatan di tempat kerja juga meningkatkan suasana sosial
yang positif dan operasi yang lancar serta meningkatkan produktivitas
perusahaan.

Dalam Permenaker No.3 tahun 1982 disebutkan tugas pokok kesehatan kerja
antara lain:
a. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja
b. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
c. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitasi
d. Pembinaan danpengawasan perlengkapan kesehatan kerja
e. Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja
,pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan
makanan ditempat kerja
f. Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada pengurus
g. Memberikan saran dan masukan kepada manajemen dan fungsi terkait terhadap
permasalahan yang berhubungan dengan aspek kesehatan kerja

A. Tujuan Kesehatan Kerja


Tujuan kesehatan kerja antara lain :
 Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di
semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan
sosialnya.
 Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja
 Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien
 Menjamin proses produksi berjalan lancer

B. Ruang Lingkup
Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah bukan sekedar
kesehatan pada sector industri saja melainkan juga mengarah pada upaya kesehatan
untuk semua orang dalam melakukan pekerjaanya (Total health of all at work). Oleh
sebab itu kesehatan kerja meiliki tujuan untuk :
 Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan pekerja.
 Melindungi dan mencegah pekerjaan dari semua gangguan kesehatan akibat
lingkungan kerja atau pekerjaanya.
 Menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan fisik, mental, dan pendidikan
atau ketermapilannya.
 meningkatkan efesiensi dan produktivitas.
Adapun Ruang Lingkup Kesehatan kerja mencakup kegiatan yang bersifat
komprehensif berupa upaya promotif yang berupa penyuluahan, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Upaya promotif berupa penyuluahan, pelatihan dan peningkatan
pengetahuan tentang upaya hidup sehat dalam bekerja. Upaya prepentif yakni
kegiatan pencagahan terhadap resiko kesehatan. Upaya kuratif lebih menekankan
pada angka absensi karena sakit dan angka kesakitan. Upaya rehabilitatif lebih
menekankan upaya penyembihan dan pemeliharaan kesehatan setelah sakit. Dalam
disiplin kesehatan kerja upaya promotif dan prepentif lebih mengemuka dengan tidak
mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif.

C. Kapasitas Kerja, Beban Kerja Dan Lingkungan Kerja


Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen
utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga
komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal.
Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang
baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seseorang pekerja dapat
melakukan pekerjaannya secara baik.
Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja
yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan
seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising, debu, zat kimia, dll) dapat
merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban tambahan tersebut secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit
akibatnya.
Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang
berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status kesehatan kerja dari masyarakat
pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya-bahaya kesehatan ditempat kerja dan
kingkungan kerja tetapi juga faktor-faktor pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja
serta faktor-faktor lainnya
D. Penyakit Akibat Kerja
a. Golongan fisik
 Suara yang keras dapat menyebabkan tuli.
 Suhu tinggi dapat menyebabkan heat stroke, heat cramps, atau hyperpyrexia.
 Suhu rendah menyebabkan chilblains, trench foot, atau frostbite.
 Penerangan yang kurang atau yang terlalu terang (menyilaukan) menyebabkan
kelainan penglihatan dan memudahkan terjadinya kecelakaan.
 Penurunan tekanan udara (dekompressi) yang mendadak dapat menyebabkan
caisson disease.
 Radiasi dan sinar Roentgent atau sinar radio aktif menyebabkan penyakit-
penyakit darah, kemandulan, kanker kulit dan sebagainya.
 Sinar infra merah dapat menyebabkan catharfact lensa mata.
 Sinar ultra violet dapat mnyebabkan conjunctivitis photo electrica.
b. Golongan kimiawi
 Gas yang menyebabkan keracunan misalnya: CC, HCN, H2S, SQ2.
 Uap dan logam dapat menyebabkan “metal fume fever”, ataupun keracunan
logam misalnya karena Hg, Pb.
 Larutan ataupun cairan misalnya H2S04, HC1 dapat menyebabkan keracunan
ataupun dermatosis (penyakit kulit).
 Debu-debu misalnya debu silica, kapas, asbest ataupun debu logam berat bila
terhirup ke dalam paru-paru menyebabkan pneumoconiosis.
 Awan atau kabut dan insecticida ataupun fungicida pada penyemprotan
serangga dan hama tanaman dapat menyebabkan keracunan.
c. Golongan penyakit infeksi
Misalnya penyakit anthrax yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis pada
penyamak kulit atau pengumpul wool. Penyakit-penyakit infeksi pada karyawan
yang bekerja dalam bidang mikrobiologi ataupun dalam perawatan penderita
penyakit menular.
d. Golongan fisiologi
Penyakit yang disebabkan karena sikap badan yang kurang baik; karena
konstruksi mesin yang tidak cocok, ataupun karena tempat duduk yang tidak
sesuai.
e. Golongan mental-psikologi
Penyakit yang timbul karena hubungan yang kurang baik antara sesama
karyawan, antara karyawan dengan pimpinan, karena pekerjaan yang tidak cocok
dengan psikis karyawan, karena pekerjaan yang membosankan ataupun karena
upah (imbalan) yang terlalu sedikit sehingga tenaga pikirannya tidak dicurahkan
kepada pekerjaannya melainkan kepada usahausaha pribadi untuk. menambah
penghasilannya.

E. Potensial Hazard
hazard adalah segala sesuatu yang dapat berpotensi menjadi bahaya bahkan
accident atau incident. Di berbagai lingkungan kerja dipastikan kita dapat menemukan
hazard tersebut dengan melakukan identifikasi HAZARD ID. Ada beberapa metode
yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi hazard di suatu lingkungan,tapi kita
harus tau dulu ada berapa pengelompokan hazard berdasarkan teori yang ada. hazard
di kelompokkan menjadi 5,berdasarkan potensi bahaya yang ada. yaitu :
a. hazard biologi
hazard biologi adalah potensi bahaya yang ditimbulkan dari faktor makluk hidup.
Biasanya hazard biologi ini berada di lingkungan-lingkungan yang tidak
bersih,kotor,dll.
contoh dari hazard biologi adalah seperti cacing tambang,cacing tambang dapat
membuat kaki kita berlubang seperti dimakan oleh cacing tersebut.Maka dari
itu,dipertambangan diharapkan selalu menggunakan APD sepatu safety agar
sebagai pencegahan terhadap hazard biologi.
b. hazard kimia
hazard kimia adalah potensi bahaya yang disebabkan oleh sifat dan karakteristik
kimia yang dimiliki bahan tersebut. Hazard kimia ini sangat berbahaya jika kita
tidak menggetahuinya secara detail seperi apa sifat dari bahan tersebut. Perlunya
penanganan yang intensif terhadap potensi bahaya ini.
contoh dari hazard kimia adalah amoniak yang bercampur di udara karena sifatnya
yang berbahaya bagi THT pada manusia. MSDS adalah salah satu cara melakukan
penanganan dini terhadap potensi bahaya yang ditimbulkan oleh bahan kimia.
c. hazard fisik
hazard fisik adalah potensi bahaya yang disebabka oleh faktor fisik dari seseorang
yang sedang melakukan pekerjaan. Hazard fisik erat sekali hubungannya dengan
manusia,kitasendiripun terkadang adalah sumber masalah dari permasalahan yang
terjadi. Managemen kegiata adalah salah satu cara untuk mengendalikan hazard
yang muncul ini.
d. hazard ergonomi
hazard ergonomi adalah potensi bahaya yang disebabkan terjadi karena tidak
efisiennya hubungan alat kerja dengan manusianya,biasanya berhubungan dengan
prilaku kerja manusia dengan alatnya. Disini ini adalah yang menyebabkan juga
munculnya penyakit akibat kerja karena kesalahan-kesalahan dalam prilaku
penggunaan alat kerjanya.
e. hazard psikologi
hazard psikologi adalah potensi bahaya yang disbabkan terjadinya suatu konfik
dalam lingkungan kerja tersebut.Konflik yang terjadipun sudah terbagi menjadi
langsung dan tidak langsung.Psikologi ini juga merupakan hal penting karena
dapat mempengaruhi juga bagaimana orang tersebut bekerja,semakin banyak
konflik maka pekerjaan yang di kerjakan semakin tidak efisien dan malah banyak
menimbulkan masalah yang terjadi. Pengendaliannya biasaya mengunakan
managemen konflik dan ketetapan disiplin.

F. Konsep Ergonomi
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang memanfaatkan informasi-informasi
mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam rangka membuat sistem
kerja yang ENASE (efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien).
Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan dua hal
yang tidak dapat dipisahkan.Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama yakni
peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life). Aspek kualitas
kehidupan kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi rasa
kepercayaan dan rasa kepemilikan pekerja kepada perusahaan, yang berujung kepada
produktivitas dan kualitas kerja.
Pencapaian kinerja manajemen K3 sangat tergantung kepada sejauh mana
faktor ergonomi telah terperhatikan di perusahaan tersebut. Kenyataannya, kecelakaan
kerja masih terjadi di berbagai perusahaan yang secara administratif telah lulus
(comply) audit sistem manajemen K3. Ada ungkapan bahwa “without ergonomics,
safety management is not enough”. Keluhan yang berhubungan dengan penurunan
kemampuan kerja (work capability) berupa kelainan pada sistem otot-rangka
(musculoskeletal disorders) misalnya, seolah-olah luput dari mekanisme dan sistem
audit K3 yang ada pada umumnya. Padahal data menunjukkan kompensasi biaya
langsung akibat kelainan ini (overexertion) menempati rangking pertama (sekitar
30%) dibandingkan dengan bentuk kecelakaan-kecelakaan kerja yang lain.
Kondisi berikut menunjukkan beberapa tanda-tanda suatu sistem kerja yang
tidak ergonomik:
 Hasil kerja (kualitas dan kuantitas) yang tidak memuaskan
 Sering terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang hampir berupa kecelakaan
 Pekerja sering melakukan kesalahan (human error)
 Pekerja mengeluhkan adanya nyeri atau sakit pada leher, bahu, punggung, atau
pinggang
 Alat kerja atau mesin yang tidak sesuai dengan karakteristik fisik pekerja
 Pekerja terlalu cepat lelah dan butuh istirahat yang panjang
 Postur kerja yang buruk, misalnya sering membungkuk, menjangkau, atau
jongkok
 Lingkungan kerja yang tidak teratur, bising, pengap, atau redup
 Pekerja mengeluhkan beban kerja (fisik dan mental) yang berlebihan
 Komitmen kerja yang rendah
 Rendahnya partisipasi pekerja dalam sistem sumbang saran atau hilangnya sikap
kepedulian terhadap pekerjaan bahkan keapatisan
Dengan ergonomi, sistem-sistem kerja dalam semua lini departemen dirancang
sedemikian rupa memperhatikan variasi pekerja dalam hal kemampuan dan
keterbatasan (fisik, psikis, dan sosio-teknis) dengan pendekatan human-centered
design (HCD). Konsep evaluasi dan perancangan ergonomi adalah dengan
memastikan bahwa tuntutan beban kerja haruslah dibawah kemampuan rata-rata
pekerja (task demand < work capacity). Dengan inilah diperoleh rancangan sistem
kerja yang produktif, aman, sehat, dan juga nyaman bagi pekerja.
Tujuan utama dari ergonomi adalah:
 Memperbaiki performansi kerja manusia, seperti menambah ketepatan kerja dan
mengurangi energi yang berlebihan serta mengurangi kelelahan.
 Mengurangi waktu pelatihan dan biaya.
 Memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia melalui peningkatan
ketrampilan (skill) yang diperlukan.
 Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan
peralatan yang disebabkan human error.
 Memperbaiki kenyamanan manusia dalam bekerja.
Dengan demikian tujuan ergonomi adalah menimbulkan efektifitas fungsional
dan kenyamanan pemakaian dan kenyamanan pemakaian dari lingkungan kerja yang
dirancang.
Pendekatan khusus yang dilakukan dalam disiplin ilmu ergonomi adalah aplikasi
yang sistematis dari segala informasi yang relevan dan berkaitan dengan karakteristik
perilaku manusia di dalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang
dipakai.
Untuk itu analisis penelitian ergonomi meliputi hal-hal yang berkaitan dengan:
 Anatomi (struktur), fisiologi (cara bekerja) dan antropometri (ukuran) dimensi
tubuh manusia.
 Psikologi yang fisiologis mengenai berfungsinya otak dan sistem saraf yang
berperan dalam tingkah laku manusia.
 Kondisi-kondisi kerja yang dapat mencederai baik dalam waktu pendek maupun
panjang dan sebaliknya kondisi-kondisi kerja yang dapat membuat nyaman kerja
manusia.
 Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas maka penelitian-penelitian dan
pengembangan ergonomi akan memerlukan dukungan dari berbagai disiplin ilmu
seperti psikologi, antropologi, anatomi dan teknologi. Sritomo Wigyosoebroto
(1995;59).
Pendekatan khusus yang ada dalam ilmu ergonomi adalah aplikasi yang
sistematis dari segala informasi yang relevssan yang berkaitan dengan karakteristik
perilaku manusia di dalam perancangan alat dan lingkungan kerja yang dipakai.
Ergonomi dikelompokkan menjadi 4 bidang penyelidikan yaitu:
 Penyelidikan tentang tampilan (display)
Tampilan adalah suatu perangkat (interface) yang mampu menyajikan informasi
tentang keadaan lingkungan dan mengkomunikasikan kepada manusia dalam
bentuk tanda-tanda, angka, lambang, dan sebagainya.
 Penyelidikan tentang kekuatan fisik manusia
Penyelidikan ini mengukur kekuatan serta ketahanan fisik manusia pada saat
bekerja. Penyelidikan ini juga mempelajari obyek serta peralatan yang sesuai
dengan kemampuan fisik manusia pada saat melakukan aktifitasnya.
 Penyelidikan tentang ukuran tempat kerja
Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan perancangan tempat kerja
manusia yang sesuai dengan ukuran tubuh manusia.
 Penyelidikan tentang ukuran kerja.
 Penyelidikan ini meliputi penyelidikan tentang kondisi fisik lingkungan dan
fasilitas kerja. Sebagai contoh adalah pengaturan cahaya, kebisingan, temperatur
dan lain sebagainya.

G. Konsep Apd
Alat Pelindung Diri atau APD merupakan seperangkat peralatan yang
dikenakan sebagai perlindungan sebagian atau keseluruhan tubuh dari resiko
kecelakaan kerja. Sehingga pekerja lebih nyaman dan aman selama menjalankan
tugasnya. Ada berbagai macam peralatan yang pada umumnya digunakan, apa sajakah
itu?
Manfaat Alat Pelindung Diri
Penggunaan peralatan pelindung diri bermanfaat sebagai pelindung tenaga
kerja dari berbagai resiko kecelakaan kerja. Sekaligus meningkatkan produktivitas,
efektivitas dan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan aman. Peralatan yang
dikenakan seharusnya memenuhi berbagai kriteria yang ditentukan, untuk menunjang
keamanan pekerja. Seperti nyaman dikenakan, tidak mengganggu aktivitas bekerja
dan memberikan perlindungan secara optimal.
Secara teknis memang penggunaan berbagai alat tersebut tidak bisa menjamin
keselamatan jiwa secara menyeluruh. Tapi setidaknya bisa meminimalisir resiko
keparahan terhadap keluhan penyakit tertentu dan kecelakaan kerja. Setiap alat
biasanya memiliki kelemahan tersendiri, seperti kemampuan perlindungan kurang
sempurna, kurang nyaman saat dikenakan, mengganggu komunikasi dan lain
sebagainya. Untuk memastikan alat bisa berfungsi dengan baik, pengecekan secara
rutin wajib diterapkan pada Alat Pelindung Diri.
Jenis alat pelindung diri
Ada beragam Alat Pelindung Diri yang biasa digunakan sebagai ketika sedang
bekerja, seperti di kawasan tambang, pembangunan property dan sebagainya.
a. Safety helmet.
Alat ini memiliki fungsi dalam melindungi kepala dari resiko terkena benda jatuh.
Sehingga mengurangi potensi cedera atau bahkan kematian.
b. Safety google atau kacamata pengaman.
Fungsinya untuk melindungi daerah mata, agar partikel kecil, sinar yang
menyilaukan, radiasi dan debu tidak mengganggu penglihatan. Sebagai contoh
saat proses pengelasan besi.
c. Face shield atau perisai muka.
Fungsinya sebagai perlindungan pada mata dan wajah. Sehingga terhindar dari
paparan bahan kimia yang bisa merusak mata dan wajah. Alat ini bisa dipasang di
helm atau memegangnya memakai tangan.
d. Safety belt atau sabuk keselamatan.
Bentuknya mirip ikat pinggang yang fungsinya sebagai perlindungan dari bahaya
terjatuh saat bekerja di ketinggian.
e. Full body hardness atau sabuk pengaman penuh.
Fungsi alat ini hampir serupa dengan safety belt, tapi alat tersebut lebih aman. Hal
ini karena memiliki kelebihan dengan tali pengaman yang bisa melindungi seluruh
tubuh. Jadi tidak hanya bagian pinggang saja, sehingga sangat nyaman saat
dikenakan ketika bekerja di ketinggian lebih dari 2 meter.

f. Respirator dan masker.


Fungsinya sebagai penutup hidung, sehingga bisa membantu penyaringan udara
yang terhirup ketika sedang bekerja. Terutama di kawasan yang kualitas udaranya
sangat rendah, seperti beracun dan berdebu.
g. Penutup dan pelindung telinga.
Alat ini fungsinya dalam melindungi telinga ketika bekerja di daerah yang sangat
bising. Sangat cocok dikenakan pada kawasan dengan tingkat kebisingan lebih
dari 85 dBA. Peralatan ini bisa menekan intensitas udara yang memasuki telinga.
f. Sarung tangan.
Material sarung tangan sangat beragam, seperti karet, kulit dan kain. Fungsinya
sebagai pelindung tangan dari goresan benda tajam, paparan benda dingin atau
panas, bahan kimia dan aliran listrik. Sehingga tangan tidak mudah mengalami
cedera atau kerusakan tertentu.
g. Rubber boot atau sepatu karet.
Fungsinya untuk alat pengaman kaki, ketika sedang bekerja di kawasan yang
becek atau berlumpur. Sekaligus melindungi kaki dari bahaya aliran listrik, cairan
kimia, benda panas, benda tajam dan lain sebagainya.
h. Safety shoes atau sepatu keselamatan.
Berfungsi mirip sepatu karet, tapi sepatu ini dilapisi dengan material metal dan sol
karet yang kuat serta tebal. Pada ujung kaki biasanya dilengkapi material anti
hantaran listrik dan baja.

2.2. Program Kesehatan Kerja dan Tempat Kerja


Organisasi K3 yang harus ada di perusahaan yaitu P2K3 (Panitia Pembina
K3) adalah jantung dari sukses sistem manajemen K3.
P2K3 merupakan wadah kerjasama antara unsur pimpinan perusahaan dan
tenaga
kerja dalam menangani masalah K3 di perusahaan.
 Manfaat dibentuknya P2K3 adalah:
 Mengembangkan kerjasama bidang K3
 Meningkatkan kesadaran dan partisipasi tenaga kerja terhadap K3
 Forum komunikasi dalam bidang K3
 Menciptakan tempat kerja yang nihil kecelakaan dan penyakit akibat kerja
Tugas Pokok P2K3 adalah memberikan saran dan pertimbangan di bidang K3
kepada pengusaha/pengurus tempat kerja (diminta maupun tidak)
Fungsi:
 Menghimpun dan mengolah data K3
 Membantu, menunjukan dan menjelaskan :
o Faktor bahaya
o Faktor yang mempengaruhi efisiensi dan prod’s
o APD
o Cara dan sikap kerja yang benar dan aman
 Membantu pengusaha atau pengurus :
o Mengevaluasi cara kerja, proses danlingkungan kerja
o Tindakan koreksi dan alternatif
o Mengembangkan sistem pengendalian bahaya
o Mengevaluasi penyebab kec. dan PAK
o Mengembangkan penyuluhan dan penelitian
o Pemantauan gizi kerja dan makanan
o Memeriksa kelengkapan peralatan K3
o Pelayanan kesehatan tenaga kerja
o Mengembangkan lab. Dan interpretasi hasil pem.
o Menyelenggarakan administrasi K3
 Membantu menyusun kebijakan manajemen K3 dan pedoman kerja
Porgram Kerja P2K3 meliputi:
a. Safety meeting
b. Inventarisasi permasalahan K3
c. Indentifikasi dan inventarisasi sumber bahaya
d. Penerapan norma K3
e. Inspeksi secara rutin dan teratur
f. Penyelidikan dan analisa kecelakaan
g. Pendidikan dan latihan
h. Prosedur dan tata cara evakuasi
i. Catatan dan data K3
j. Laporan pertanggungjawaban
Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang
susunannyaterdiri dari ketua sekretaris dan anggota. Sebagai sekretaris
P2K3 adalah Ahli K3 yaitu tenaga tehnis berkeahlian khusus yang membantu
pimpinan perusahaan atau pengurus untuk menyelenggarakan dan
meningkatkan usaha keselamatan kerja,higiene perusahaan dan kesehatan
kerja, membantu pengawasan dibidang K3.

You might also like