Professional Documents
Culture Documents
Sulastri1, Buldan Muslim2, Supriyanto Rohadi1, Angga Setiyo Prayogo1, Bambang Sunardi1,
Suliyanti Pakpahan1, Pupung Susilanto1, Drajat Ngadmanto1
1Pusat Penelitian dan Pengembangan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
2Pusat Sains Antariksa, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
e-mail: sulastri@bmkg.go.id
ABSTRAK
Riwayat Artikel: Penelitian tanda-tanda awal sebelum gempabumi melalui pengamatan
multi-parameter menjadi bahasan yang menarik untuk diteliti. Fokus
Diterima: 22-11-2016
Direvisi: 20-02-2017 penelitian ini adalah identifikasi keberadaan anomali elektromagnet (EM)
Disetujui: 02-03-2017 dan Total Electron Content(TEC) sebelum gempabumi di sekitar Pelabuhan
Diterbitkan: 22-05-2017 Ratu dari bulan Januari sampai April 2016. Anomali EM dilihat pada
variabel polarisasi magnet Hz/Hh dan Hh/Hht, serta impedansi
Kata kunci: elektromagnet E/H dari data magnetotellurik di Pelabuhan Ratu. Anomali
Anomali elektromagnet, TEC ditentukan menggunakan korelasi data TEC Global Ionosphere Map
anomali TEC, (GIM) selama 31 hari sebelum kejadian gempabumi. Anomali EM
prekursor gempa, terindikasi muncul pada kejadian gempabumi tanggal 16 Februari 2016 (M
Pelabuhan Ratu. 4.9), 3 Maret 2016 (M 4.2), 27 Maret 2016 (M 3.4), dan 13 April 2016 (M 4.7).
Anomali EM muncul sebelum gempabumi yang berjarak relatif lebih deka
tdengan lokasi pengamatan. Anomali TEC yang teridentifikasi, bukan
merupakan prekursor gempabumi diatas, namun anomali TEC muncul
sebelum gempabumi dengan magnitude lebih besar dan jarak episenter yang
relatif lebih jauh.
ABSTRACT
Keywords: Researches on earthquake precursor through multi parameter observations
Electromagnetic became interesting discussion to be examined. This research focus is to
anomaly, identify existency of electromagnetic (EM) and Total Electron Content (TEC)
TEC anomaly, anomalies before earthquakes around Pelabuhan Ratu from January to April
earthquake precursor, 2016. EM anomaly could be seen in magnetic polarization variables Hz/Hh
Pelabuhan Ratu. and Hh/HHT, also electromagnetic impedance E/H, which were obtained
from magnetotelluric measurement data in Pelabuhan Ratu. TEC anomaly
were determined using Global Ionosphere Map (GIM) TEC data correlation
for 30 days preceeding earthquake events. EManomalies indicated had
appeared in February 16, 2016 (M4.9), March 3, 2016 (M 4.2), March 27,
2016 (M 3.4), and April 13, 2016 (M=4.7) earthquake events. EM
anomaliesappeared before earthquakes within relatively closer distances
from observation location. Identified TEC anomalies weren't precursors of
above earthquakes, but precursors of bigger magnitude and more distance
earthquakes.
2. Landasan Teori
1. Pendahuluan
Landasan teori yang dipakai untuk
Penelitian tentang tanda-tanda awal
menjelaskan keberadaan berbagai macam
(prekursor) gempabumi dilakukan oleh
prekursor dari lapisan litosfer hingga ionosfer
Puslitbang BMKG sejak satu dekade lalu.
adalah model Kopling Litosfer-Atmosfer-Ionosfer
Berbagai macam metode telah dilakukan, mulai
(Kopling LAI) oleh Pulinet dan Ouzounov (2011),
dari pengamatan Vp/Vs, geokimia (radon),
serta Teori Ionisasi Medan (Field Ionization)
elektromagnet, geoatmosfer, dan Total Electron
yang berlangsung dari daerah sumber gempa
Content (TEC).Salah satu lokus penelitian
hingga ke ionosfer oleh Freund (2013). Luasan
prekursor gempabumi Puslitbang BMKG adalah
dimana kemungkinan besar anomali parameter
di Stasiun Observatori Pelabuhan Ratu yang
fisik sebagai prekursor masih teramati sering
terletak pada koordinat 07º 00' 22,4'' LS dan 106º
disebut sebagai zona preparasi. Dalam tulisan ini
33' 44,7'' BT, dengan ketinggian 54 m. Anomali
dikemukakan dua teori tentang zone preparasi
elektromagnet sudah mulai dikembangkan sejak
ini, yaitu oleh Dobrovolsky et al. (1979) serta oleh
2012. Sementara itu anomali TEC sebagai
Morgounov dan Malzev (2007).
prekursor gempabumi dimulai sejak 2014.
Model Kopling Litosfer - Atmosfer - Ionosfer
Namun demikian, penelitian bersamatentang
(KLAI) telah menjelaskan adanya sinergi antara
keberadaan kedua anomali tersebut yang
proses yang terjadi di permukaan bumi,
mendahului suatu kejadian gempabumi belum
atmosfer, dan ionosfer beserta adanya anomali
dilakukan. Penelitian prekursor yang telah
yang sering disebut prekursor (Pulinet dan
dilakukan di Pelabuhan Ratu adalah tentang
Ouzounov, 2011). Radioaktivitas dalam tanah
anomali elektromagnet (Prayogo et al., 2014)
(radon di sekitar sesar aktif) merupakan sumber
serta gabungan antara elektromagnet dan radon
anomali yang teramati 1 minggu sampai
(Prayogo dan Pakpahan, 2015; Prayogo et al.,
beberapa hari sebelum gempa kuat di daerah
2015).
persiapan. Setelah itu, dilanjutkan dengan
Fokus penelitian ini adalah identifikasi
proses ionisasi udara, yang merupakan awal
keberadaan anomali elektromagnet (EM) dan
proses yang berlangsung di atmosfer hingga ke
Total Electron Content (TEC)
ionosfer, yaitu perubahan termal, konduktivitas
sebelumgempabumi yang dilakukan di Stasiun
udara, listrik atmosfer, hingga anomali atmosfer
Observatori Pelabuhan Ratu. Sebelumnya,
dan ionosfer. Proses keberadaaan prekursor dari
diidentifikasi anomali elektromagnet yang
tanah sampai lapisan ionosfer selengkapnya bisa
terindikasi sebagai prekursor gempabumi,
dilihat pada skema model KLAIpada Gambar 2-
dengan data gempabumi dari Januari - April
1.
2016 yang memenuhi jarak Dobrovolsky.
Suatu teori yang berbeda dikemukakan oleh
Selanjutnya, pada gempabumi yang telah
Freund (2013). Menurut Freund, sebelum
teridentifikasi anomali elektromagnetnya
terjadinya gempabumi terdapat tanda - tanda
tersebut, akan dicari keberadaan anomali TEC-
yang salah satunya adalah perturbasi di ionosfer.
nya.
Hal ini disebabkan adanya proses fisik, yaitu
Gambar 2-1. Skema model Kopling LAI (Pulinets dan Ouzounv, 2011).
Gambar 4-1. Plot nilai Indeks Dst dari bulan Januari hingga April 2016 (Sumber: WDC
Geomagnetic, Kyoto University).
Gambar 4-2. Grafik rasio polarisasi Hz/Hh. (Anomali yang diperkirakan sebagai prekursor gempa
bumi ditandai dengan kotak biru).
Gambar 4-3.Grafik rasio polarisasi Hh/Hht. (Anomali yang diperkirakan sebagai prekursor gempa
bumi ditandai dengan kotak biru).
Gambar 4-4. Grafik Impedansi elektromagnet. Perubahan impedansi yang terjadi masih kurang
dari - standart deviasinya. (Anomali yang diperkirakan sebagai prekursor gempa bumi ditandai
dengan kotak biru).
mendahului gempabumi tanggal 16 Februari magnitudo yang lebih besar. Dengan demikian,
2016, anomali tanggal 3 Maret 2016 mendahului gempabumi utama yang dimaksud adalah
gempabumi tanggal 6 Maret 2016, anomali gempabumi tanggal 13 April 2016. Kemunculan
tanggal 8 dan 24 Maret 2016 mendahului anomali tersebut bersesuaian dengan hasil
gempabumi tanggal 27 Maret 2016, serta penelitian Cicerone et al. (2009), dimana anomali
anomali tanggal 2 dan 6 April 2016 mendahului elektromagnet sebagai prekursor gempabumi
gempabumi tanggal 12 dan 13 April 2016. dapat terbaca pada gempabumi dengan
Dari ketiga metode yang telah dikemukakan magnitudo minimal 3.0, dan dengan jarak < 100
diatas, terlihat bahwa anomali elektromagnet km.
yang diduga sebagai prekursor gempabumi Deteksi anomali TEC diperoleh dengan
munculsebelum gempabumitanggal 16 Februari menggunakan software IonoQuake (Sunardi et
2016 dengan magnitudo 4.9, tanggal 6 Maret al., 2015a). Masukan yang diperlukan untuk
2016 dengan magnitudo 4.2 dan 27 Maret dengan mengetahui anomali TEC adalah waktu dan
magnitudo 3.4, serta dua gempabumi dengan lokasi. Untuk waktu, disesuaikan dengan
selang satu hari, yaitu tanggal 12 April 2016 tanggal kejadian gempabumi yang sudah
dengan magnitudo 3.8 dan 13 April 2016 dengan diketahui anomali elektromagnetnya.Sedangkan
magnitudo 4.7. Gempabumi tanggal 12 dan 13 lokasi disesuaikan dengan lokasi pengamatan
April 2016 hanya berselang satu hari, dan elektromagnet, yaitu di Stasiun Observatorium
gempabumi tanggal 13 April 2016 mempunyai
Gambar 4-5. Nilai skk/dskk selama 30 hari sebelum gempabumi tanggal 16 Februari 2016.
(Anomali yang diperkirakan sebagai prekursor gempa bumi ditandai dengan kotak merah).
Gambar 4-6. Nilai skk/dskk selama 30 hari sebelum gempabumi tanggal 6 Maret 2016. (Anomali
yang diperkirakan sebagai prekursor gempa bumi ditandai dengan kotak merah).
Geofisika Pelabuhan Ratu (07º 00' 22,4'' LS dan Keberadaan anomali TEC sebelum
106º 33' 44,7'' BT). gempabumi 27 Maret 2016 (DOY 87) dapat
Keberadaan anomali TEC sebelum dilihat pada Gambar 4-7, yang berada pada
gempabumi 16 Februari 2016 dapat dilihat pada kotak warna merah. Terdapat dua buah anomali
Gambar 4-5, yang berada pada kotak warna yang terjadi pada DOY 67 (7 Maret 2016) dan
merah.Anomali TEC terjadi pada DOY 41 atau DOY 80 (20 Maret 2016).
tanggal 10 Februari 2016. DOY 47 mewakili Anomali yang terjadi tanggal 12 Februari
tanggal 16 Februari 2016 (DOY = Day Of Year; 2016, kemungkinan merupakan prekursor dari
nomer urut hari dalam 1 tahun, yang dimulai gempabumi yang berada di Sumba region
dari 1 Januari, DOY = 1). tanggal 12 Februari 2016, dengan magnitudo6.2.
Keberadaan anomali TEC sebelum Hal ini karena ketika dicoba untuk daerah
gempabumi 6 Maret 2016 (DOY 66) dapat dilihat Yogyakarta, anomali tersebut juga terbaca.
pada Gambar 4-6, yang berada pada kotak warna Anomali TEC tanggal 7 Maret 2016 berhubungan
merah. Terdapat anomali TEC padaDOY 41 atau dengan badai geomagnet, karena indeks Dst < -
tanggal 10 Februari 2016, sama seperti pada 50 nT, yang merupakan batas antara anomali
Gambar 4-5. Anomali ini sama seperti anomali sebagai prekursor gempabumi dan badai
pada gempa tanggal 16 Februari 2016. Jadi geomagnet, sesuai dengan Muslim (2015).
dapat disimpulkan bahwa untuk tanggal 6 Maret Anomali tanggal 20 Maret 2016 tidak berkorelasi
2016 tidak terdapat anomali TEC. dengan gempa besar manapun, namun anomali
Keberadaan anomali TEC sebelum ini juga terbaca di daerah Sumatra. Kejadian ini
gempabumi 13 April 2016 (DOY 104) dapat kemungkinan merupakan anomali regional yang
dilihat pada Gambar 4-8, yang berada pada belum diketahui sebabnya. Anomali tanggal 9
kotak warna merah. Terdapat dua anomali yang April 2016 kemungkinan besar merupakan
terjadi pada DOY 80 (20 Maret 2016) dan pada prekursor gempabumi Sumatra 10 April 2016
DOY 100 (9 April 2016). dengan magnitudo 5.8.
Gambar 4-7. Nilai skk/dskk selama 30 hari sebelum gempabumi tanggal 27 Maret 2016. (Anomali
yang diperkirakan sebagai prekursor gempa bumi ditandai dengan kotak merah).
Gambar 4-8. Nilai skk/dskk selama 30 hari sebelum gempabumi tanggal 13 April 2016. (Anomali
yang diperkirakan sebagai prekursor gempa bumi ditandai dengan kotak merah).
Anomali TEC yang terbaca padaGambar 4- teramati pada TEC lebih besar daripada yang
5 sampai Gambar 4-8 di atas semuanya bukan dirumuskan oleh Dobrovolsky et al. (1979).
merupakan prekursor dari daftar gempabumi
pada Tabel 3.1, namun merupakan prekursor 5. Implementasi
dari gempabumi lain yang lebih jauh jarak
episenternya, namun dengan magnitude yang Hasil penelitian ini bermanfaat bagi
lebih besar. Hasil ini bersesuaian dengan hasil penelitian tentang prekursor gempabumi.
pada penelitian Muslim (2015), dan Sunardi et Anomali elektromagnet bisa digunakan sebagai
al., (2015b). prekursor untuk gempabumi lokal (dimana zona
Sebagai rangkuman atas hasil yang telah persiapannya mengikuti jarak Dobrovolsky)
dipaparkan diatas, bahwa anomali meskipun magnitudenya kecil, namun anomali
elektromagnet bisa menjadi prekursor untuk TEC bisa digunakan sebagai prekursor
gempabumi kecil (dengan magnitudo kurang gempabumi dengan magnitude yang lebih besar,
dari 5), namun dengan jarak episenter yang dengan jarak episenter yang lebih jauh.
dekat. Anomali TEC tidak bisa digunakan
sebagai prekursor untuk gempabumi yang 6. Kesimpulan
terdeteksi anomali elektromagnetnya di sekitar Keberadaan anomali elektromagnet dan
stasiun observatori Pelabuhan Ratu selama TEC bisa digunakan sebagai prekursor
Januari-April 2016. Namun merupakan gempabumi, namun dengan karakteristik
prekursor untuk gempabumi dengan magnitudo gempabumi yang berbeda. Anomali
yang lebih besar dengan jarak episenternya elektromagnet bisa digunakan sebagai
lebih jauh. Konsep zone persiapan dengan prekursor gempabumi dengan magnitude kecil
radius Dobrovolsky tidak berlaku pada anomali dan jarak episenter dekat. Sedangkan anomali
TEC, yang artinya zona persiapan yang TEC bisa digunakan sebagai prekursor untuk
gempabumi kuat dengan jarak episenter yang Electromagnetic Technology (AEMT) (pp. 8-
lebih jauh. 13). Lombok, 11-15 April 2014: Faculty of
Engineering, Mataram University.
Ucapan Terima Kasih Prayogo, A. S., & Pakpahan, S. (2015). Integrasi
Polarisasi Impedansi Elektromagnet dan
Terimakasih penulis ucapkan kepada Konsentrasi Gas Radon Sebagai Prekursor
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Gempabumi (Studi Kasus Gempabumi di
BMKG, serta rekan - rekan di Pusat Penelitian Selatan Jawa Bagian Barat). Prosiding
dan Pengembangan BMKG, khususnya para Seminar Nasional Fisika 2015. 28
peneliti di Bidang Litbang Geofisika. November 2015 (pp. 349-355). Surabaya:
Terimakasih atas semangat yang diberikan dan UNESA.
kebersamaan kita selama ini. Prayogo, A. S., Pakpahan, S., & Sunardi, B.
(2015). Assesment of Electromagnetic and
Rujukan Radon Concentration as Earthquake
Cicerone, R. D., Ebel, J. E., & Britton, J. (2009). Precursors. The 5th Annual Basic Science
A sySstemativ compilation of earthquake International Conference, February 11-12,
precursors. Tectonophysics, 476, 371. 2015 (pp. 77-80). Malang: Brawijaya
Dobrovolsky, I. P., Zubkov, S. I., Miachkin, V. I. University.
(1979) Estimation of the Size of Earthquake Pulinets, S., & Ouzounov, D. (2011).
Preparation Zones. Pageoph, 117, 1025. Lithosphere-Atmosphere-Ionosphere
Freund, F. (2013). Earthquake Forewarning - A Coupling (LAIC) model - An unified concept
Multidisciplinary Challenge from the for earthquake precursors validation.
Ground up to Space. Acta Geophysica, 61 Journal of Asian Earth Sciences, 41, 371.
775. Sunardi, B., Muslim, B., & Pakpahan, S.
Loewe, C. A., & Prolls, G. W. (1997). (2015a). Anomali Total Elektron Content
Classification and Mean Behavior of (TEC) Sebelum Gempabumi Kuat di
Magnetic Storms. J. Geophys. Res, 102 , Indonesia Tahun 2014. Prosiding Seminar
14209. Nasional Fisika 2015 (pp. 378-384).
Morgounov, V. A., & Malzev, S. A. (2007). A Surabaya: UNESA.
multiple fracture model of pre-seismic Sunardi, B., Muslim, B., Ngadmanto, D.,
electromagnetic phenomena. Susilanto, P., Nugraha, J., Pakpahan, S., et
Tectonophysics, 430, 61. al. (2015b). Ionoquake, Sistem Monitoring
Muslim, B. (2015). Pengujian Teknik Korelasi Data TEC-GPS Untuk Studi Prekursor
Untuk Deteksi Pengaruh Aktifitas Gempa Gempabumi di Indonesia. Prosiding
Bumi pada Ionosfer. Jurnal Sains Seminar Ilmiah MKG Tahun 2015 (pp. 33-
Dirgantara, 12, 87. 40). Jakarta: Puslitbang BMKG.
Prayogo, A. S., Nurdiyanto, B., Pakpahan, S., http://wdc.kugi.kyoto-u.ac.jp/dst_realtime/
Arafah, & Hattori, K. (2014). 201601/index.html.
Electromagnetic Anomaly As Earthquake ftb://ftb.unibe.ch/aiub/CODE.
Precursor In Pelabuhan Ratu, Sukabumi.
Proceeding Conference on Applied
SULASTRI, M.Sc, lahir di kota Klaten (Jawa Tengah) padatanggal 22 September 1981
bekerja sebagai pegawai negeri sipil di lingkungan Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG), masuk mulai tahun 2008, menjadi salah satu PenelitiBidang
Geofisika di satuan kerja Pusat Penelitian dan Pengembangan di Jakarta.
Menyelesaikan pendidikan Strata 1 (S1) di Universitas Gadjah Mada (UGM)
JurusanMatematika lulus pada tahun 2006 dan Strata 2 (S2) di Universitas Gadjah
Mada (UGM) Jurusan Geografi lulus pada tahun 2015.