You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan sering kali
menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri (disentri basiler) dan amoeba
(disentri amoeba).
Di Amerika serikat, insiden diseentri amoeba mencapai 1-5 %
sedangkan disentri basiler dilaporkan kurang dari 500.000kasus tiap
tahunnya. Sedangkan kejadian disentri amoeba di Indonesia sampai saat
ini masih belum ada, akan tetapi untuk disentri basiler dilaporkan 5% dari
3848 orang penderita diare berat menderita disentri basiler.
Di dunia sekurangnya 200 juta kasusdan 650.000 kematian terjadi
akibat disentri basiler pada anak-anak dibawah usia 5 tahun. Kebanyakan
kuman penyebab disentri basiler ditemukan di Negara berkembang dengan
kesehatan lingkungan yang masih kurang. Disentri amoeba hampir
menyebar di seluruh dunia terutama di Negara yang berkembang yang
berada didaerah tropis. Hal ini dikarenakan faktor kepadatan penduduk,
hygiene individu, sanitasi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi serta
cultural yang menunjang. Penyakit ini biasa menyerang anak dengan usia
lebih dari 5 tahun. Spesies Entamoeba menyerang 10% populasi di dunia.
Prevalensi yang tinggi mencapai 50% di Asia, Afrika, dan Amerika
selatan. Sedangkan pada Shigella di Amerika serikat menyerang 150.000
kasus dan di Negara-negara yang berkembang Shigella flexeneri dan S.
dysentriae menyebabkan 600.000 kematian per tahun.
WHO menyebutkan bahwa sekitar 15 persen dari seluruh kejadian diare
pada anak di bawah usia 5 tahun adalah disentri. Adapun hasil survei
evaluasi di Indonesia pada tahun 1989-1990 juga menunjukkan angka
kejadian yang sama. Disentri menjadi penyebab panting pada kesehatan
dan kematian yang dikaitkan dengan diare.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian disentri?

1
2. Etiologi desentri ?
3. Patofisiologi disentri ?
4. Manifestasi klinik disentri ?
5. Komplikasi disentri ?
6. Penatalaksanaan medis disentri ?

C. TUJUAN
1. Tujuan khusus
Untuk memenuhi penugasan kelompok yang diberikan oleh dosen
pembimbing
2. Tujuan umum
Setelah mengkaji tentang defenisi, etiologi. Tanda dan gejala dan lain-
lainnya, perawat ataupun mahasiswa dapat menegakkan diagnosa dan
intervensi dengan benar dan tepat.

D. MANFAAT
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Menambah pengetahuan tentang konsep penyakit pankreatits.
2. Menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien
pankreatitis.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Disentri berasal dari bahasa Yunani yaitu dys (=gangguan) dan
enteron (=usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala
meluas, tinja lendir bercampur darah.

2
Disentri adalah peradangan usus besar yang ditandai dengan sakit
perut dan buang air besar. Buang air besar ini berulang-ulang yang
menyebabkan penderita kehilangan banyak cairan dan darah.
Suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan
konsistensi dari tinja , yang melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekwensi berak lebih dari biasanya.
Jadi Disentri adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran
pencernaan, khususnya di usus besar. Yang ditandai dengan sakit perut
konsistensi tinja melembek hamper mencair dan kadang disertai darah

B. ETIOLOGI
Penyebab Disentri yang paling umum adalah tidak mencuci
tangan setelah menggunakan toilet umum atau tidak mencuci tangan
sebelum makan. Cukup simple memang untuk
penyebab disentri sebagai kasus klasik, tapi itulah kenyataannya.
Secara garis besar penyebab penyakit disentri sangat erat kaitannya
dengan kebersihan lingkungan dan kebiasaan hidup bersih.
Bakteri penyebab penyakit disentri antara lain kontak dengan
bakteri Shigella dan beberapa jenis Escherichia coli (E. coli).
Penyebab lain bakteri yang kurang umum dari diare berdarah termasuk
infeksi Salmonella dan Campylobacter. Untuk jenis penyakit disentri
amoeba, disebabkan oleh parasit Entamoeba histolytica .
Mikroorganisme penyebab disentri baik itu berupa bakteri
maupun parasit menyebar dari orang ke orang. Hal yang sering terjadi
penderita menularkan anggota keluarga untuk menyebarkannya ke
seluruh anggota keluarga yang lainnya. Infeksi oleh mikroorganisme
penyebab disentri ini dapat bertahan dan menyebar untuk sekitar empat
minggu.
Disentri juga dapat menyebar melalui makanan yang
terkontaminasi. Negara miskin yang memiliki sistem sanitasi yang
tidak memadai menunjukkan angka yang tinggi untuk kejadian kasus
penyakit disentri. Frekuensi setiap patogen penyebab penyakit disentri
bervariasi di berbagai wilayah dunia. Sebagai contoh, Shigellosis yang
paling umum di Amerika Latin sementara Campylobacter adalah

3
bakteri yang dominan di Asia Tenggara. Disentri jarang disebabkan
oleh iritasi kimia atau oleh cacing usus.
Mikroorganisme Penyebab Disentri, disentri Amoeba
(amoebiasis) disebabkan oleh parasit protozoa yang dikenal dengan
nama Entamoeba histolytica. Amuba bisa eksis untuk jangka waktu
yang lama di usus besar (kolon). Pada sebagian besar kasus,
amoebiasis tidak menimbulkan gejala (hanya sekitar 10% dari individu
yang terinfeksi). Hal ini jarang kecuali di zona tropis dunia, di mana
penyakit ini sangat lazim. Orang dapat terinfeksi setelah menelan
kotoran yang mengandung parasit kemudian di ekskresikan seseorang.
Orang-orang berisiko tinggi tertular parasit melalui makanan dan
air jika terkontaminasi atau tercemar oleh limbah. Parasit juga dapat
masuk melalui mulut ketika tangan di cuci dalam air yang
terkontaminasi. Jika orang mengabaikan untuk mencuci dengan benar
sebelum menyiapkan makanan, makanan dapat terkontaminasi. Buah-
buahan dan sayuran bisa terkontaminasi jika dicuci dalam air tercemar
atau ditanam di tanah yang telah dipupuk oleh limbah manusia.
Untuk mikroorganisme penyebab disentri bakteri Shigella dan
Campylobacter, merupakan penyebab penyakit disentri bacilliary yang
dapat ditemukan di seluruh dunia. Mereka menembus lapisan usus,
menyebabkan pembengkakan, ulserasi, dan diare parah yang
mengandung darah dan nanah. Kedua infeksi disebarkan oleh
konsumsi makanan yang terkontaminasi tinja dan air. Jika orang
tinggal atau melakukan perjalanan di wilayah di mana kemiskinan atau
kepadatan dapat mengganggu kebersihan dan sanitasi, mereka beresiko
terkena bakteri invasif. Anak-anak (usia 1 sampai 4) hidup dalam
kemiskinan yang paling mungkin untuk kontak Shigellosis,
campylobakteriosis, atau salmonellosis.

C. PATOFISIOLOGI
Kuman penyebab diare menyebar masuk melalui mulut antara
lain makanan, minuman yang tercemar tinja atau yang kontak langsung
dengan tinja penderita. Bakteri menyebabkan penyakit dengan

4
menyusup ke dalam lapisan usus, menyebabkan pembengkakan dan
kadang kadang luka dangkal.
Disentri Basiler biasanya dialami anak-anak yang lebih muda.
Kuman penyakit ini masuk langsung ke dalam alat-alat pencernaan dan
menyebabkan pembengkakan dan pemborokan dangkal. Peradangan
yang hebat mungkin meliputi seluruh usus besar dan juga usus halus
bagian bawah.
Organisme ini disebarkan dari satu orang ke orang lainnya
melalui makanan dan air yang sudah dikotori atau yang disebarkan
oleh lalat. Kuman disentri ini hidup dalam usus besar manusia dan
menyebabkan luka pada dinding usus. Inilah yang menyebabkan
kotoran penderita seringkali tercampur nanah dan darah.
Penyakit ini biasanya menyerang dengan tiba-tiba sekitar dua hari
setelah terkena kuman terutama pada anak-anak. Setelah itu demam,
anak cengeng, dan mudah mengantuk. Nafsu makannya hilang, mual,
muntah, mencret, nyeri perut disentri kembung.
Dua-tiga hari kemudian tinjanya mengandung darah, nanah dan
lendir. Penderita mungkin mengeluarkan tinja encer 20 sampai 30 kali
sehari sehingga ia bisa kekurangan cairan. Pada tahap parahnya infeksi
terjadi hebat dan bisa menyebabkan kematian.
Untuk mengobatinya biasanya dilakukan dengan mengganti
cairan yang keluar seperti oralit. Selain itu pemberian antioksidan
sangat penting untuk membunuh kuman. Meski begitu upaya
pencegahan adalah dengan menjaga kebersihan, membasmi lalat di
rumah, serta jaga makanan dan minuman dari kotoran.
Jika dalam kurun waktu tersebut tidak terlihat respons, harus
dilakukan evaluasi apakah disentri tersebut bukan disentri basiler tetapi
disentri amuba atau kuman tersebut sudah resisten terhadap antibiotik
yang diberikan, sehingga perlu diganti.
Pengobatan disentri harus segera kalau tidak dapat
membahayakan jiwa anak atau kemungkinan komplikasi bisa terjadi.

D. MANIFESTASI KLINIK
Gejala dimulai dalam 1-4 hari setelah terinfeksi. Pada anak-anak
yang lebih muda, gejala dimulai secara tiba-tiba dengan demam, rewel,
perasaan mengantuk, hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, diare,

5
nyeri perut dan kembung dan nyeri pada saat buang air besar. Setelah 3
hari, tinja akan mengandung nanah, darah dan lendir. Buang air besar
menjadi lebih sering, sampai lebih dari 20 kali/hari. Bisa terjadi
penurunan berat badan dan dehidrasi berat.
Pada orang dewasa tidak terjadi demam dan pada mulanya tinja
sering tidak berdarah dan tidak berlendir. Gejalanya dimulai dengan
nyeri perut, rasa ingin buang air besar dan pengeluaran tinja yang
padat, yang kadang mengurangi rasa nyeri. Episode ini berulang, lebih
sering dan lebih berat. Terjadi diare hebat dan tinja menjadi lunak atau
cair disertai lendir, nanah dan darah. Kadang penyakit dimulai secara
tiba-tiba dengan tinja yang jernih atau putih, kadang dimulai dengan
tinja berdarah. Sering disertai muntah-muntah dan bisa menyebabkan
dehidrasi.
1. Disentri basiler
 Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada
disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare
encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72
jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam
tinja.
 Panas tinggi (39,50 – 400 C), appear toxic.
 Muntah-muntah.
 Anoreksia.
 Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
 Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis
dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).
2. Disentri amoeba
 Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.
 Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler
(≤10x/hari)
 Sakit perut hebat (kolik)
 Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya
ditemukan pada 1/3 kasus).

E. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi : saat di mana tubuh kita tidak seimbang dalam kadar
cairannya , tentunya banyak cairan yang dikeluarkan daripada yang
dihidupkan.

6
2. Gangguan elektrolit, terutama hiponatremia (Hyponatremia merujuk
pada tingkat sodium dalam darah yang lebih rendah dari normal.
Sodium adalah penting untuk banyak fungsi-fungsi tubuh termasuk
pemeliharaan keseimbangan cairan, pengaturan dari tekanan darah,
dan fungsi normal dari sistim syaraf ).
3. Sepsis (suatu kondisi dimana terjadi reaksi peradangan sistemik /
inflammatory sytemic rection yang dapat disebabkan oleh invansi
bakteri, virus, jamur atau parasit.) dan DIC.
4. Sindroma Hemolitik Uremik : suatu penyakit dimana secara tiba-
tiba jumlah trombosit menurun (trombositopenia, sel-sel darah
merah dihancurkan (anemia hemolitik) dan ginjal berhenti berfungsi
(gagal ginjal).
5. Malnutrisi/malabsorpsi kekurangan nutrisi dari sejak dalam
kandungan
6. Hipoglikemia kekurangan glukosa dalam darah
7. Prolapsus rectum (turunnya rektum melalui anus )
8. Reactive arthritis : suatu kondisi yang dipicu oleh infeksi yang
terjadi di tubuh - paling sering usus, alat kelamin atau saluran
kemih. Sakit sendi dan bengkak merupakan ciri khas dari arthritis
reaktif. Artritis reaktif juga dapat menyebabkan peradangan pada
mata, kulit dan saluran yang membawa urin dari kandung kemih
(uretra). Arthritis reaktif juga kadang-kadang disebut sindrom
Reiter, meskipun istilah ini lebih akurat mengacu pada subtipe
artritis reaktif terutama yang mempengaruhi sendi, mata dan uretra.
9. Komplikasi yang jarang terjadi adalah kerusakan saraf, persendian
atau jantung, dan kadang-kadang usus yang berlubang.
10. Dorongan yang kuat selama proses buang air besar, menyebabkan
sebagian selaput lendir usus keluar melalui lubang dubur (prolapsus
rekti).

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Disentri basiler Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan
adalah istirahat, mencegah atau memperbaiki dehidrasi dan pada kasus
yang berat diberikan antibiotika. Cairan dan elektrolit Dehidrasi ringan
sampai sedang dapat dikoreksi dengan cairan rehidrasi oral. Jika
frekuensi buang air besar terlalu sering, dehidrasi akan terjadi dan
berat badan penderita turun. Dalam keadaan ini perlu diberikancairan
melalui infus untuk menggantikan cairan yang hilang. Akan tetapi jika
penderita tidak muntah, cairan dapat diberikan melalui minuman atau
pemberian air kaldu atau oralit. Bila penderita berangsur sembuh, susu
tanpa gula mulai dapat diberikan. Diet Diberikan makanan lunak

7
sampai frekuensi berak kurang dari 5kali/hari, kemudian diberikan
makanan ringan biasa bila ada kemajuan.
Pengobatan spesifik Menurut pedoman WHO, bila telah
terdiagnosis shigelosis pasien diobati dengan antibiotika. Jika setelah 2
hari pengobatan menunjukkan perbaikan, terapi diteruskan selama 5
hari. Bila tidak ada perbaikan,antibiotika diganti dengan jenis yang
lain. Resistensi terhadap sulfonamid, streptomisin, kloramfenikol
dantetrasiklin hampir universal terjadi. Kuman Shigella biasanya
resisten terhadap ampisilin, namun apabila ternyata dalam uji resistensi
kuman Terhadap ampisilin masih peka, maka masih dapat digunakan
dengan dosis4 x 500 mg/hari selama 5 hari. Begitu pula dengan
trimetoprim-sulfametoksazol, dosis yang diberikan 2 x 960 mg/hari
selama 3-5 hari. Amoksisilin tidak dianjurkan dalam pengobatan
disentri basiler karenatidak efektif. Pemakaian jangka pendek dengan
dosis tunggal fluorokuinolon seperti siprofloksasin atau makrolide
azithromisin ternyata berhasil baik untuk pengobatan disentri basiler.
Dosis siprofloksasin yang dipakai adalah 2 x 500 mg/hari selama 3
hari sedangkan azithromisin diberikan 1gram dosis tunggal dan
sefiksim 400 mg/hari selama 5 hari. Pemberian Ciprofloksasin
merupakan kontraindikasi terhadap anak-anak dan wanita hamil. Di
negara-negara berkembang di mana terdapat kuman S.dysentriae tipe 1
yang multiresisten terhadap obat-obat, diberikan asam nalidiksik
dengan dosis 3 x 1 gram/hari selama 5 hari. Tidak ada antibiotika yang
dianjurkan dalam pengobatan stadium carrier disentri basiler.
Disentri amuba Asimtomatik atau carrier : Iodoquinol
(diidohydroxiquin) 650 mg tiga kali perhari selama 20 hari.Amebiasis
intestinal ringan atau sedang : tetrasiklin 500 mg empat kali selama 5
hari. Amebiasis intestinal berat, menggunakan 3 obat : Metronidazol
750 mgtiga kali sehari selama 5-10 hari, tetrasiklin 500 mg empat kali
selama5 hari, dan emetin 1 mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari.
Amebiasis ektraintestinal, menggunakan 3 obat : Metonidazol 750 mg
tiga kali sehari selama 5-10 hari, kloroquin fosfat 1 gram per hari

8
selama 2 hari dilanjutkan 500 mg/hari selama 4 minggu, dan emetin
1mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari.
1. Perhatikan keadaan umum anak, bila anak appear toxic, status
gizi kurang, lakukan
pemeriksaan darah (bila memungkinkan disertai dengan biakan
darah) untuk mendeteksi adanya bakteremia. Bila dicurigai
adanya sepsis, berikan terapi sesuai penatalaksanaan sepsis pada
anak. Waspadai adanya syok sepsis.
2. Komponen terapi disentri
a. Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit
Seperti pada kasus diare akut secara umum, hal pertama
yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan disentri setelah
keadaan stabil adalah penilaian dan koreksi terhadap status
hidrasi dan keseimbangan elektrolit.
b. Diet
Anak dengan disentri harus diteruskan pemberian
makanannya. Berikan diet lunak tinggi kalori dan protein untuk
mencegah malnutrisi. Dosis tunggal tinggi vitamin A (200.000
IU) dapat diberikan untuk menurunkan tingkat keparahan
disentri, terutama pada anak yang diduga mengalami defisiensi.
Untuk mempersingkat perjalanan penyakit, dapat diberikan
sinbiotik dan preparat seng oral. Dalam pemberian obat-obatan,
harus diperhatikan bahwa obat-obat yang memperlambat
motilitas usus sebaiknya tidak diberikan karena adanya risiko
untuk memperpanjang masa sakit.
c. Antibiotika
Anak dengan disentri harus dicurigai menderita shigellosis
dan mendapatkan terapi yang sesuai. Pengobatan dengan
antibiotika yang tepat akan mengurangi masa sakit dan
menurunkan risiko komplikasi dan kematian.
 Pilihan utama untuk Shigelosis (menurut anjuran WHO) :
Kotrimoksazol (trimetoprim 10mg/kbBB/hari dan
sulfametoksazol 50mg/kgBB/hari) dibagi dalam 2 dosis,
selama 5 hari.
 Alternatif yang dapat diberikan : o Ampisilin
100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis o Cefixime

9
8mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis o Ceftriaxone
50mg/kgBB/hari, dosis tunggal IV atau IM o Asam nalidiksat
55mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
 Perbaikan seharusnya tampak dalam 2 hari, misalnya panas
turun, sakit dan darah dalam tinja berkurang, frekuensi BAB
berkurang, dll. Bila dalam 2 hari tidak terjadi perbaikan,
antibiotik harus dihentikan dan diganti dengan alternatif lain.
 Terapi antiamebik diberikan dengan indikasi : o Ditemukan
trofozoit Entamoeba hystolistica dalam pemeriksaan
mikroskopis tinja. o Tinja berdarah menetap setelah terapi
dengan 2 antibiotika berturut-turut (masing-masing diberikan
untuk 2 hari), yang biasanya efektif untuk disentri basiler.
 Terapi yang dipilih sebagai antiamebik intestinal pada anak
adalah Metronidazol 30-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3
dosis selama 10 hari. Bila disentri memang disebabkan oleh
E. hystolistica, keadaan akan membaik dalam 2-3 hari terapi.
d. Sanitasi
Beritahukan kepada orang tua anak untuk selalu
mencuci tangan dengan bersih sehabis membersihkan tinja
anak untuk mencegah autoinfeksi.

10
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. SUBJEKTIF DATA

1. Identitas
a. Identitas bayi

DATA BAYI

Nma By. Ny. N


Umur 1 Hari
Tanggal lahir 04 Juni 2017
Jenis kelamin Laki-laki

b. Identitas Orangtua

DATA ISTRI SUAMI


Nama Ny. N Tn. M
Umur 32 tahun 37 tahun
Agama Islam Islam
Suku/Bangsa Banjar/Indo Banjar/Indo
Pendidikan SMA SMP
Pekerjaan IRT Wirasuasta
Alamat Jl. Cemara Raya

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan baru melahirkan bayi hari yang lalu, diberi
minum PASI. Setelah beberapa jam bayinya BAB lembek bercampur
darah dan muntah lendir bercampur darah.
3. a. Riwayat natal
Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit yang
membahayakan kehamilannya

11
b.Riwayat prenatal
Selama hamil ibu memeriksakan kehamilannya di Puskesmas atau
Bidan Praktik Swasta
4. Riwayat posnatal
a. Persalinan ke :3
b. Jenis persalinan :SPT BK
c. Umur kehamilan :Aterem
d. Penolong :Bidan
e. Ketuban pecah
-Warna :Jernih
-Bau :Amis
f. Komplikasi persalinan
-Ibu :-
-Bayi :-
g. Apgar Score :8, 9, 10

5. Riwayat keadaan bayi segera setelah lahir


a. Apgar score :8, 9, 10
b. BB/PB :2700 gr/50 cm
c. LK :32 cm

6. Data biologis
a. Pola nutrisi
Bayi diberikan PASI 2 jam sesekali dan berhenti disusui setelah
bayi merasa kenyang
b. Pola eleminasi
1. BAB
Frekuensi :2x sehari
Konsistensi : Lembek
Warna :Merah (darah)

2. BAK
Frekuensi :5-7x sehari
Warna :Jernih
Bau :Amoniak

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum :Baik
b. TTV
Suhu :36,80C
Nadi :110x/menit
Respirasi :45x/menit
c. BB :2700 gram
d. PB :50 cm
e. Apgar Score :8, 9, 10

12
2. Pemereiksaan khusus
a. Inpeksi
Kepala :Tidak tampak caput succedeneum
dan caput hematoma
Muka :Terlihat simetris dan tidak anemis
Ubun-ubun :Tampak datar
Mata :Tampak simetris, sklera tidak ikterik dan
konjungtiva tidak anemis
Hidung :Tampak bersih dan tidak tampak pengeluaran
sekret
Leher :Tidak tampak benjolan dan
pembengkakan
Dada :Tampak simetris dan tidak tampak
benjolan abnormal
Abdomen :Tampak bersih pada tai pusat dan tidak tampak
perdarahan pada tali pusat
Genetalia :Testisnya berlubang,
Anus :Berlubang
b. Reflek
1. Reflek Moro : (+) Saat dikejutkan bayi memeluk
2. Reflek Rotting : (+) Saat disentuh pipinya mengarah
kearah rangsangan
3. Reflek Sucking : (+) Saat disusui bayi menghisap
kuat
4. Reflek Grassping : (+) Saat telapak tangan bayi
desentuh, bayi menggenggam
5. Reflek tonic neck : (+) Saat kepala ditolehkan kekiri
tungkai kanan ekstensi
6. Reflek Baby sky : (+) Saat telapak kaki disentuh,
jempol kaki bergerak

C. ASESMENT
Bayi baru lahir umur 1 hari dengan disentri

D. PLANNING

1. Memberitahu hasil pemeriksaan fisik kepada orangtua bayi


2. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin minimal
2 jam sekali
3. Menjaga kehangatan bayi supaya tidak hipotermi
4. Menjaga personal hygine dengan mengganti baju dan popok bayi jika
basah atau kotor
5. Melakukan pemasangan infus Glukosa

13
6. Memberikan injeksi Ampicillin 50 mg, dan Gentamycin 15 mg.

BAB IV

PEMBAHASAN

14
Disentri adalah peradangan usus besar yang ditandai dengan sakit
perut dan buang air besar. Buang air besar ini berulang-ulang yang
menyebabkan penderita kehilangan banyak cairan dan darah.
Dalam teori ada pemberian obat antibiotik sperti Ampicillin,
sedangkan dalam penatalaksanaan atau tindakan pada kasus diatas
terdapat pemberian obat antibiotik Ampicillin.
Tidak hanya pemberian obat, menjaga kebersihan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan itu sangat penting, apalagi menyangkut
bayi, bayi sangat rentan dan sensitif sekali tehadap suatu hal.
Jadi, antara teori dan kasus yang sesuai dengan kasus kenyataan
tidak bertolak belakang.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

15
Disentri merupaka peradangan pada usus besar yang ditandai
dengan sakit perutdan buang air besar encer yang bercampur lendir dan
darah. Etiologi dari disentri ada 2, yaitu disenstri basiler yang disebabkan
oleh Shigella,sp. Dan disentri amuba yang disebabkan oleh Entamoeba
hystolitica
Manifestasi klinis disentri basiler berupa diare berlendir, alkalis,
tinja kecil-kecildan banyak, darah dan tenesmus serta bila tinja berbentuk
dilapisi lendir. Manifestasi klinis disentri amuba berupa tinja biasanya
besar, asam, berdarah dantenesmus jarang.
Pencegahan penyakit disentri dapat dengan melakukan program
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dari yang paling penting yaitu
mencuci tangan, menutup rapat-rapat tempat menyimpan makanan,
melindungi sumber air agar tetap bersih dan terhindar dari kontaminasi
tinja. Tinja dibuang secara saniter dan teratur lembab. Kamar mandi harus
bersih dan diusahakan agar tidak lembab dan ada sinar matahari yang
masuk,karena bakteri dapat hidup di daerah yang lembab. Disentri basiler
Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah istirahat,mencegah
atau memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang berat diberikan
antibiotika

B. SARAN
Penulis mengharapkan bagi setiap orang untuk tetap menjaga pola
hidup bersih dan sehat baik dari hal yang kecil seperti rajin mencuci
tangan sampai hal yang besar. Dan untuk pemerintah hendaknya
senantiasa tetap memberikan pemahan tentang pola hidup sehat dan bersih
kepada setiap warga Negara agar mereka terhindar dari berbagai penyakit
serta perlunya pengawasan makanan dari pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Disentri. Diakses dari


http://id.wikipedia.org/wiki/Disentri_Amuba. Sya’roni A. Hoesadha Y. 2006.

16
Shigellosis. D i a k s e s d a r i http://www.emedicine.com/ med/topic211
2.htm. Robbins dan Cotrans. 2002. Dasar Patologis Penyakit. Buku EGC
Kedokteran : Jakarta.

17

You might also like