You are on page 1of 11

MAKALAH

PENETRANT TEST

Disusun oleh :
Syaiful Arif
NPM 17510002

Peminatan :

ENJINIRING PRODUK MANUFAKTUR

FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Uji tanpa merusak atau lazim disebut NON DESTRACTIVE TEST (N.D.T),
adalah sarana penunjang yang sangat diandalkan oleh kegiatan pengendalian dan
pemastian mutu ( quality control and quality assurance ), sebagai sarana untuk
mendapatkan data dari ukuran / dimensi objek inspeksi maupun jenis, bentuk, dan lokasi
non konformasi yang terdapat pada objek inspeksi tersebut.
Karena yang berseragam dan tingkat kesulitan interprestasinya yang tinggi, di
perlukan seseorang yang sangat ahli dalam pelaksanaan NDT (NDT inspector), yang
untuk itu diperlukan kualifikasi kompetensi yang berjenjang mulai dari level 1, level 2,
dan level 3. Dengan berkembangnya penguasaan teknologi manusia, berkembang pula
jenis tanpa merusak dan cakupan penggunaan serta tingkat kemampuan dan keakuratan
pendeteksian. adapun jenis – jenis uji tanpa rusak (N.D.T) dan pada bagian ini akan
dijelaskan alat uji tanpa merusak yaitu: Liquid Penetrant Test.
Pengujian penetran ini dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan atau
diskontinuitas yang terbuka pada permukaan. Penggunaan uji penetran sangat luas, selain
untuk memeriksa sambungan las dan surface pada benda kerja , metode uji penetran ini
juga bisa untuk mendeteksi kerusakan retakan yang terjadi pada komponen mesin seperti
crank shaft, roda gigi, dll.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas maka di susun beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa fungsi uji penetran?
2. Adakah jenis-jenis Liquid penetrant test?
3. Bagaimanakah prinsip dari Liquid Penetrant test?
4. Material apakah yang dapat di uji dengan Liquid Penetrant test?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui apa fungsi penetran test.
2. Mengetahui prinsip – prisip dalam uji penetrant.
3. Mengetahui cara kerja dan penggunaannya.
4. Mengetahui jenis – jenis penetrant.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Liquid Penetrant Test
Metode Liquid Penetrant test merupakan Metode NDT yang paling sederhana.
Metode ini digunakan untuk menemukan cacat (discontinuity) di permukaan (open
surface) terbuka dari komponen solid, baik logam maupun non logam. Seperti keramik
dan plastic fiber. Melalui metode ini, cacat pada material akan terlihat lebih jelas.
Caranya adalah dengan memberikan cairan berwarna terang pada permukaan yang
diinsfeksi. Cairan ini harus memiliki daya penetrasi yang baik dan viskositas yang rendah
agar dapat masuk pada cacat dipermukaan material. Selanjutnya, penetrant yang tersisa di
permukaan material disingkirkan. Cacat akan terlihat jelas jika perbedaan warna
penetrant dengan latar belakang yang cukup kontras. Seusai inspeksi, penetrant yang
tertinggal dibersihkan dengan penerapan developer. Kelemahan dari metode ini antara
lain adalah bahwa metode ini hanya diterapkan pada permukaan terbuka. Metode ini
tidak dapat diterpkan pada komponen dengan permukaan kasar, berpelapis, atau berpori.
Pengujian ini mempergunakan sifat kapiler benda cair yang dipergunakan adalah
cairan tidak kental dan mempunyai tegangan permukaan kecil, yang biasanya berwarna
sebagai penetrant. Material uji dicelup atau disemprot dengan cairan ini, karena sifat
kapilernya , maka cairan masuk kedalam retakan, celah atau pori-pori pada perukaan
material uji tersebut sampai ke bagian yang paling dalam.

Gambar 1. Proses Kapilaritas pada spesimen uji


Setelah permukaan dibersihkan dipakai detektor untuk menyerap penetran ,
sehingga terlihat bekas yang jelas pada retakan, celah atu pori-pori. Pemeriksaan dengan
penetran ini dilakukan untuk cacat permukaan (cacat retak) dan dapat digunakan untuk
material metal atau non metal (keramik dan plastik). Sedangkan untuk cacat yang tidak
sampai kepermukaan cara ini tidak dapat dipakai :
1. Benda yang diperiksa permukaannya harus bersih terhadap segala macam
kotoran, minyak, olie, parafin dan lain sebagainya. Dimana kotoran-kotoran
tersebut akan menutupi cacat yang diperiksa
2. Benda yang diperiksa harus dalam keadaan kering dan tidak keropos(porous).
3. Jika permukaan benda dicat, maka hilangkan cat tersebut dengan kertas
gosok.
Sebagai bahan pembersih untuk membersihkan benda yang akan diperiksa dapat
digunakan minyak bensin, acctone atau bahan kimia lain yang bersifat serupa dengan
bahan pebersih diatas. Sedangkan bahan pembersih kedua yang fungsinya untuk
membersihkan penetran yang menempel pada benda yang diperiksa adalah cairan
pembersih (cleaner) dan biasanya dijual bersama satu set dengan penetran dan developer,
tetapi dapat juga dipakai air hangat, minya bensin atau acetone atau cairan lain yang
murah harganya. Tidak merusak benda yang diperiksa ( menyebabkan karat) dan tidak
beracun.

2.2 Prinsip dari liquid penetrant


Prinsip dari pengujian ini adalah memanfaatkan kemampauan cairan penetrant
untuk memasuki celah discontinuity serta kerja developer untuk mengangkat kembali
cairan yang meresap pada retakan, sehingga cacat dapat terdeteksi. Berikut ini merupakan
prosedur pemeriksaannya:
 Pembersihan permukaan.
 Penetration.
Pada tahap ini diberikan cairan penetrant pada permukaan benda kerja yang
diperiksa kemudian ditunggu beberapa saat ( dwell time ). Sehingga cairan dapat
masuk kedalam celah retakan.
 Removal or excess penetrant.
Pembersihan cairan penetrant dengan air, pelarut, atau di lap saja.
Pembersihan tidak boleh berlebihan, karena dapat menyebabkan penetrant yang
meresap akan terbilas semua.
 Development
Pemberian serbuk developer pada permukaan yang telah bersih. Cairan
developer akan menyerap cairan penetrant kembali ke permukaan. Hal ini
disebabkan adanya perbedaan tegangan permukaan antara cairan penetrant dengan
developer.
 Inpection
Jenis cairan penetrant di bedakan menjadi dua, yaitu :
 visible penetrant dan
 luorescent penetrant.
Kemudian cara pembersihannya dibedakan menjadi tiga, yaitu:
 pembersihan dengan air
 pembersihan dengan pelarut
 pembersihan dengan emulsifier.
Selain itu developer juga ada yang bekerja pada kondisi kering maupun basah. Dry
developer biasanya digunakan untuk penetrant yang fluorescent. Sedangkan wet developer, ada
yan berupa water suspendible (suspense dalam air) maupun solvent suspenpendible (suspense
dalam cairan yang mudah menguap). Namun hal penting yang perlu diingat bahwa warna
developer harus kontras dengan cairan penetrant, agar mudah mengamati cacat yang
timbul.Metode pengujian ini dapat diguanakan untuk mendeksi cacat permukaan maupun di bawah
permukaan (sub surface). Akan tetapi seberapa dalam dari permukaan bergantung daya kapilaritas
cairan penetrant.
 Keuntungan dari Liquid penetrant test adalah:
 mudah di aplikasikan.
 Murah
 Tidak dipengaruhi oleh sifat kemagnetan material dan komposisi kimianya.
 Jangkauan pemeriksaan yang cukup luas.
 Kekurangan dari Liquid penetrant test adalah:
 Tidak dapat dilakukan pada benda berpori atau material produk powder metallurgy.
Hal tersebut akan menyebabkan terserapnya cairan penetrant secara berlebihan
sehingga dapat mengindikasi cacat palsu.
 Permukaan yang kasar menyebabkan kesulitan pada saat pembersihan sisa
penetrant.
 Beberapa material (karet dan plastic) mungkin dapat terpengaruh oleh penetrant yang
berbahan dasar minyak.
 Sangat tergantung pada keahlian operator, dan Beberapa produk penetrant dapat
menyebabkan iritasi terhadap kulit jika digunakan terus menerus jika tidak
menggunakan alat proteksi yang sesuai.

2.3 Langkah - langkah kerja Liquid Penetrant Test


Sebelum kita melihat langkah – langkah kerja Liquid Penetrant Test. Adapun tujuh
langkah dalam proses inspeksi dengan menggunakan penetrant test yaitu:
1. Pembersihan (cleaning) permukaan test past yang akan diinspeksi.
2. Pengeringan.
3. Pemberian penetrant (penetrant application).
4. Pembersihan penetrant (penetrant removal).
5. Pemberian developer (developer application).
6. Eveluasi subjek yang diinspeksi.
7. Pembersihan akhir dari subjek yang diinspeksi. Langkah –langkah kerja dalam metode
liquid penetrant.
Pada dasarnya metode ini menggunakan beberapa bahan bantu yaitu cairan penetrant,
cleaner, dan developer. Adapun langkah kerja secara umum adalah sebagai berikut:
 Benda yang akan diperiksa terlebih dahulu dibersihkan dengan cairan cleaner dari kotoran
sisa – sisa oli, debu, atau kotoran lainnya yang dapat menutupi retak. Jika benda yang ingin
di periksa ternyata di lapisi cat, maka cat harus terlebih dahulu dibersihkan.
 Celupkan benda kedalam cairan penetrant atau untuk lokasi tertentu saja dapat
menggunakan penetrant dalam bentuk spray. Setelah itu angkat dan diamkan beberapa saat
agar penetrant dapat masuk ke dalam celah retak secara optimal. Lamanya bergantung dari
material benda yang diuji. Misalnya: untuk alloys antara 10 – 15 menit.
 Bersihkan cairan penetrant berlebih yang menempel pada benda uji. Cara pembersihan
tergantung dari jenis penetrant yang digunakan. Untuk penetrant yang waterwashable dapat
langsung dibersihkan dengan air bertekanan, sedangkan untuk post – emulsifiable harus
menggunakan emulsifier dan air bertekanan. Yang perlu diperhatikan adalah cara
penyemprotan air tidak tegak lurus pada permukaan benda yang akan diperiksa karena akan
menghilangkan penetran yang terdapat dalam celah retak.
 Untuk mengeringkan sisa air setelah proses pencucian maka benda di lap dan dimasukkan
ke dalam pemanas dengan temperature dan waktu yang telah ditentukan.
 Setelah kering, permukaan benda yang akan dites disemprotkan cairan developer agar
cairan penetrant dalam retak dapat tertarik keluar. Untuk penetrant jenis fluorescence, dapat
dilihat dengan alat bantu ultraviolet sehingga penetrant yang ditarik oleh developer akan
tertarik dengan jelas. untuk memastikan bahwa penetrant yang terlihat adalah berasal
dari retak maka penetrant yang keluar harus dibersihkan dengan cleaner dan pada
permukaan tersebut disemprotkan lagi cairan developer. Bila terlihat masih ada cairan
penetrant yang keluar dari permukaan tersebut, maka dapat di pastikan bahwa terdapat
retak pada permukaan benda tersebut.

2.4 Ruang lingkup pemakaian uji penetrant test.


 Penggunaan uji Liquid Penetrant ini sangat terbatas yakni:
a) Keratakan atau kekeroposan yang diselediki dapat dapat dideteksi apabila keretakan
tersebut terjadi sampai ke permukaan benda. Keretakan dibawah permukaan (subsurface
cracks) tidak dapat terdeteksi dengan cara ini.
b) Permukaan yang terlalu kasar atau berpori-pori dapat mengakibatkan indikasi yang palsu.
c) Tidak dianjurkan menyelidiki benda – benda hasil powder metellurgi kerena kurang padat
(berpori – pori).
 Klasifikasi penetrant sesuai cara pembersihannya:
Ada tiga macam sistem liquid penetrant yang dapat digunakan ketiganya memiliki
perbedaan yang mencolok. Pemilihan salah satu system bergantung pada factor – factor:
1) Kondisi permukaan benda kerja yang diselidiki.
2) Karakteristik umum keretakan logam.
3) Waktu dan tempat penyelidikan.
4) Ukuran benda kerja.
 Ketiga sistem liquid penetrant yang dapat digunakan adalah :
a) The Water Washable Penetrant System.
Direncanakan agar liquid penetrant dapat dibersihkan dari system serupa.
System ini berupa flucreacont atau fisibledye. Proses cepat dan efisien.
Pembasuh harus dilakukan secara hati – hati, Karena liquid penetrant dapat
terhapus habis dari permukaan yang retak. Derajat dan kecepatan pembasuh
untuk proses ini tergantung pada karakteristik dari spray nozzle, tekanan
temperature air selama pembasuhan, kondisi permukaan benda kerja, dan
karakteristik liquid penetrant sendiri.
b) The Post Emulsifisible System.
Untuk menyelidiki keretakan yang sangat kecil, digunakan penetrant yang
tidak dapat dibasuh dengan air (not water washable). Hal ini penting agar
tidak ada kemungkinan penetrant terbasuh oleh air. Penetrant jenis ini
dilarutkan dalam oli dan membutuhkan langkah tambahan pada saat
penyelidikan yaitu pembubuhan emulsifier dibiarkan pada permukaan pada
permukaan benda kerja, harus dibatasi waktunya agar penetrant yang berada
di dalam keretakan tidak menjadi water washable agar tidak ikut terbasuh.
c) The Solvent Removeable System.
Kadang – kadang dibutuhkan penyelikikan pada daerah yang sempit pada
permukaan benda kerja yang penyelikannya dilakukan di lapangan. Biasanya
benda kerjanya besar atau ongkos pemindahan benda kerja ini dari lapangan
ke tempat penyelidikannya adalah relative mahal. Untuk situasi seperti ini
solvent removable system digunakan pada saat pembersihan pendahuan
(pracianing) dan pembasuhan penetrant. Proses seperti ini sesuai dan sangat
luas digunakan untuk inspeksi lapangan. Penetrant jenis ini larut dalam oli,
pembersihan pelarut secara optimum dapat dicapai dengan cara mengelap
permukaan benda kerja dari penetrant dengan lap yang dibasuhi solvent.
Tahap akhir dari pengelapan dilakukan dengan kain kering. Penetrant dapat
pula dibasuh dengan cara membanjiri permukaan benda kerja dengan solvent.
Cara ini diterapkan pada benda kerja yang besar. Tetapi pelaksaannya harus
berada dalam keretakan tidak ikut terbasuh. Proses ini biasanya dilakukan
untuk aplikasi yang khusus, karena prosesnya memakan tenaga yang relative
banyak dan tidak praktis untuk diterapkan sebagai inspeksi pada hasil
produksi.
 Klasifikasi liquid penetrant berdasarkan pengamatannya ada tiga jenis, yaitu:

 Visible penetrant.
Pada umumnya visible penetrant berwarna merah. Hal ini ditunjukan pada
penampilannya yang kontras terhadap latar belakang warna developernya. Proses
ini tidak membutuhkan cahaya ultraviolet, tetapi membutuhkan cahaya putih yang
cukup untuk pengamatan. Walaupun sesivitas penetrant jenis ini tidak setinggi jenis
fluorescent, tetapi cukup memadai untuk berbagai kegunaan.
 Fluorescent penetrant
Liquid penetrant jenis ini adalah liquid penetrant yang dapat berkilau bila
disensitivitas. Fluorecent penetrant bergantung pada kemampuannya untuk
menampilkan diri terhadap cahaya ultraviolet yang lemah pada ruangan gelap. Ada
tiga tingkatan sensitivitas, yaitu:
1. Sensitivitas normal (cahaya normal)
2. Sensitivitas tinggi (cahaya gelap)
3. Sensitivitas ultra tinggi (infra merah)
Pemilihan penggunaan sensitivitas penetrant bergantung pada
kekritisan inspeksi, kondisi permukaan yang diselidiki, jenis proses (system), dan
tingkat senstivitas yang diinginkan.
 Dual Sensitivity Penetrant
Ini adalah gabungan dari visible penetrant dan fluorescent penetrant,
maksudnya adalah benda kerja mengalami dua kali pengujian yaitu: visible penetrant
dan fluorescent penetrant, sehingga dengan sensitivity dapat diperoleh hasil yang lebih
teliti dan akurat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Data keterangan dia yang telah diketahui maka dapat disimpulkan bahwa Liquid
Penetrant test dapat mendeteksi cacat pada permukaan berdasarkan kapilaritas yang
dimana material akan di uji tidak berpori.Berikut ini dapat diuraikan beberapa hal yang bisa
dilakukan dalam Liquid penetrant test, yaitu:
 Prinsip yang di gunakannya adalah sifat kapilaritas.
 Material yang dapat terdeteksi material yang tidak berpori.
 Dapat menemukan cacat dengan cepat.
Jadi Liquid penetrant test ini tidak dapat dilakukan pada material yang berpori – pori.
Keuntungan dari Liquid penetrant test adalah:
 mudah di aplikasikan.
 Murah
 Tidak dipengaruhi oleh sifat kemagnetan material dan komposisi
kimianya.
 Jangkauan pemeriksaan yang cukup luas. Kekurangan dari Liquid penetrant test
adalah:
 Tidak dapat dilakukan pada benda berpori atau material produk powder
metallurgy. Hal tersebut akan menyebabkan terserapnya cairan penetrant secara
berlebihan sehingga dapat mengindikasi cacat palsu.

3.2 Daftar Pustaka


 http://www.api-iws.org/pemeriksaan-crack-pada-material-dengan-metode-ndt-dye-
penetran-testing.html
 http://nondestes.blogspot.com/2018/11/liquid-penetrant-langkah-langkah.html
 http://widyaprasetya.blogspot.com/2018/11/liquid-penetrant-test.html
 http://wendisukma.blogspot.com/2018/11/uji-penetrant-penetran-test.html

You might also like