Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Hipe rtensi Se bagai Fak tor Risiko Re tinopati Diabe tik
Pada Pasie n Diabete s Melitus
Medha Gitta Anindita, G0005132/X, Tahun 2010
Pembimbing Utama
Prof. Dr. Admadi Soeroso, dr., Sp. M., MARS .............................
NIP 194612071976031001
Pembimbing Pe ndamping
Senyum Indrakila dr., Sp. M ............................
NIP 197301022005011001
Penguji Utama
Moch. Djafar dr., Sp. M ............................
NIP 19450621197612100
Anggota Pe nguji
Prof.Bhisma Murti, dr., MPH., MSc., PhD ............................
NIP 1955102119412001
Surakarta,...............................2010
Sri Wahjono, dr., MKe s., DAFK Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS.
NIP 194 508241973101001 NIP 194 811071973101003
iii
ABSTRACT
iv
ABSTRAK
v
PRAKATA
vi
DAFTAR ISI
PRAKATA....................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... .. ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Be lakang Masalah.............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 6
C. Tujuan P enelitian ........................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
BAB II. LANDASAN TEORI........................................................................ 8
A. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 8
1. Diabetes Melitus ..................................................................... 8
2. Retinopati Diabetik................................................................. 12
3. Hipertensi ............................................................................... 20
B. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 23
C. Hipotesis ....................................................................................... 23
BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................. 24
A. Jenis P enelitian ............................................................................. 24
B. Lokasi Penelitian .......................................................................... 24
C. Subjek Penelitian .......................................................................... 24
D. Teknik Sampling .......................................................................... 24
E. Rancangan Penelitian ................................................................... 25
F. Identifikasi Variabel..................................................................... 25
G. Definisi Operasional Variabel ...................................................... 25
H. Analisis Da ta ................................................................................ 26
BAB IV. HASIL PENELITIAN....................................................................... 28
BAB V. PEMBAHASAN ............................................................................... 30
vii
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 35
A. Kesimpulan ................................................................................... 35
B. Saran ............................................................................................. 35
DAFTAR P USTAKA...................................................................................... 36
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDA HULU AN
suatu kondisi dimana persepsi visual seseorang berkurang baik karena faktor
penglihatan yang sudah 0 (nol), dimana penderita sudah tidak dapat melihat
terangnya sinar lampu sama sekali ; 2) Buta sosial, ialah kondisi dimana
ketajaman penglihatan kurang atau sama dengan 1/60 ; 3) Buta ekonomi, ialah
(Soeroso, 1994).
golongan buta social, bila visusnya dengan fing er counting jarak satu meter
adalah 1/60, dan buta optalmologis bila tidak ada persepsi sinar, visus = nol
(Wilardjo, 2001).
1
2
3/60 atau lebih rendah yang tidak dapat dikoreksi. Penyebab utama kebutaan
akibat diabetes yang tak terkendali. Di sisi lain, kebutaan yang disebabkan
oleh infeksi menurun, sebagai akibat dari tindakan kesehatan masyarakat. Tiga
perempat dari semua kebutaan dapat dicegah atau diobati (WHO, 2009).
16,6% Afrika, Mediterania Timur 10% , Amerika 9,6%, dan Eropa 9,6%.
maju. P enyebab utama lain gangguan penglihatan pada tahun 2002 adalah
mencapai 1,5% dari jumlah penduduk atau sekitar 3,5 juta orang. Sementara
retina 0,03 %, kelainan nutrisi 0,02 %. Kelainan retina yang paling sering
umum pada orang usia 40 tahun atau lebih, bahkan dalam sejarah mereka yang
dilaporkan di antara orang-orang kulit hitam dari pada orang kulit putih,
perbedaan ini dijelaskan dengan lebih tingginya tekanan darah pada orang
kulit hitam. Baru sedikit studi yang mengkaji tentang insiden retinopati
penyebab kebutaan.
lebih dari 90% pasien sudah menderita retinopati diabetik. Pada diabetes tipe 2
Secara klinik, kontrol glukosa yang baik dapat melindungi visus dan
Diabetes Study). Dimana pasien dengan kontrol tekanan darah ketat, dalam 7.5
foto retina yang diambil pada saat diagnosa dan 6 tahun kemudian dengan data
Retinopathy Stud y. Faktor risiko dinilai setelah 3 bulan diet sejak didiagnosa
diabetik ditetapkan atas dua tahap akhir perubahan skala oleh Early
pasien, 1216 (63 %) yang tidak mempunyai retinopati diabetik pada saat
6
dimana terdapat mikroaneurisme pada kedua mata atau lebih buruk. 703 (37
paparan glikemik selama 6 tahun, tekanan darah yang lebih tinggi dan pasien
tanpa kebiasaan merokok. Dalam kasus ini, pasien yang sebelumnya telah
dkk, 2001).
B. Pe rumusan Masalah
C. Tujuan Pe ne litian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Aplikatif
LANDASAN TEO RI
A. Tinjauan Pustaka
1. Diabe te s Me litus
a. De finisi
diaba ínein, "tembus" atau "pancuran air", dan kata Latin mellitus, "rasa
b. Klasifik asi
8
9
1) Diabetes melitus
GDM)
Young (MODY)
f) Infeksi
c. Ge jala
berat badan turun, kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensi pada
Gejala awal diabetes tipe 1 meliputi rasa lapar dan haus yang
berlebihan, penurunan berat badan tanpa sebab, sering buang air kecil,
(D’Adamo, 2007).
timbullah gejala yang berupa sering kencing dan haus. Jarang terjadi
ketoasidosis. Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari
d. Diagnos is
glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl atau glukosa darah puasa ≥ 126
untuk konfirmasi diagnosis diabetes melitus pada hari yang lain atau
2001).
e. Ko mplikasi
1) Akut
a) Koma hipoglikemia
b) Ketoasidosis
2) Kronik
2. Re tinopati Diabetik
a. De finisi
12
(Ilyas, 2003).
Tanda :
(1) Mikroaneurisme.
kuadran.
Tanda :
Tanda :
2) Peran AGEs
retina.
4) Kerusakan Oksidatif
d. Fakto r risiko
tiga adalah 8%, 25% pada tahun ke lima, 60% pada tahun ke
(P andelaki, 2006).
2004).
e. Diagnos is
ketajaman visual).
2) Dilatasi pupil
3) Optalmoskopi
retina.
(di atas) di mana foto digital dianggap kurang cukup jelas untuk
(2) retina bengkak, seperti edema makula, (3) pucat, lemak pada retina
darah.
f. Penatalaksanaan
(Anonim, 2009).
3. Hipertensi
telah diajukan. Berkisar dari sistol 140 mmHg dan diastol 90 mmHg
hingga setinggi sistol 200 mmHg dan diastol 100 mmHg. Hipertensi dapat
21
yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik ), angka
Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa
Kategori Tek anan Darah Sisto lik Tek anan Darah Diasto lik
(Bickley, 2008)
mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan
sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan
retinopati, dan neuropati diabetik. Karena itu, pada pasien diabetes harus
B. Ke rangka Pemikiran
Diabetes Melitus
Hiperglikem ia
Neovaskularisasi okuler
Retinopati Diabetik
Retinopati Diabetik
C. Hipote sis
diabetes melitus.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Lokasi Pe ne litian
C. Subjek Penelitian
1. P opulasi sasaran
2. P opulasi sumber
3. Besar Sampel
hipertensi.
D. Te knik Sampling
24
25
E. Rancangan Pe nelitian
Retinopati Diabetik
F. Identifikasi Variabel
metabolik glukosa.
1. Hipertensi
terdahulu.
2. Retinopati Diabetik
penderita diabetes.
H. Analisis data
Retinopati Diabetik
+ -
Hipertensi + a b
- c d
2 N(ad − bc)
=
(a + b)(c + d)(a + c)(b + d)
3. Odds Ratio
=
1±
1− / √ 2
95% = 2
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Variabel n Mean √D
Dari tabel 4.1 diketahui bahwa jumlah sampel adalah 83 orang, dengan
Variabel n %
Jenis kelamin :
Laki-laki 39 47 %
Perempuan 44 53 %
Total 83 100 %
orang (53%).
28
29
Tabel 4.3. Hasil analisis hipertensi sebagai faktor risiko retinopati pada pasien
n = 83 observasi
memiliki risiko untuk mengalami retinopati sebelas kali lebih besar daripada
tanpa hipertensi dan peningkatan risiko tersebut secara statistik signifikan (OR =
PEMBAHASAN
Dilakukan dengan cara pengumpulan rekam medik pasien diabetes melitus dari
bulan Februari sampai Juli 2008. Kemudian dilakukan uji statistik uji chi kuadrat
Dari penelitian diperoleh hasil (Tabel 4.3) yang sesuai dengan hipotesis
dan Irlandia. 1148 pasien diabetes melitus tipe 2 dengan rata-rata menderita
diabetes 2.6 tahun, rata-rata umur 56 tahun dan rata-rata tekanan darah 160/94
pengawasan kontrol tekanan darah yang ketat (<150/85) dengan terapi angiotensin
inhibitor atau beta bloker dan 390 pasien tidak mendapat pengawasan kontrol
tekanan darah yang ketat (<180/105). Tingkat keparahan retinopati diukur dengan
30
31
seperti eksudat keras dan cotton-wool spots. Setelah 4.5 tahun terlihat perbedaan
Sedangkan kelompok dengan kontrol tekanan darah kurang ketat sejumlah 33.5%.
Efek berlanjut setelah 7.5 tahun. Eksudat keras bertambah dari 11.2% menjadi
18.3% dengan lesi yang lebih sedikit pada kelompok dengan kontrol tekanan
darah ketat. Cotton-wool spots juga bertambah dengan jumlah yang lebih sedikit
pada kelompok dengan kontrol tekanan darah ketat. 9 tahun pengamatan, pasien
(Shah, 2008).
retina, 1919 pasien diamati selama 6 tahun. Fotograf difokuskan pada lesi
Retino pa thy Study Final. Faktor risiko dinilai setelah 3 bulan diet setelah pasien
1919 pasien, 1216 (63 %) yang tidak menderita retinopati diabetik pada diagnosa
mikroaneurisme pada kedua mata, bahkan lebih buruk. 703 (37 %) pasien dengan
retinopati pada saat diagnose awal, 29 % menjadi lebih parah. Onset dan
selama 6 tahun, tingginya tekanan darah, dan kebiasaan merokok. Untuk pasien
32
yang telah menderita retinopati, progresivitas berhubungan juga dengan usia, jenis
sebelumnya meneliti tentang hipertensi pada pasien diabetes melitus tipe 2. Tidak
diketahui apakah tekanan darah yang lebih rendah pada normotensi (Tekanan
darah < 140 / 90 mmHg) pada pasien menawarkan beberapa manfaat pada
komplikasi vaskuler. Mehler dkk mengevaluasi efek kontrol tekanan darah yang
intensif dan moderat terhadap komplikasi diabetik vaskuler pada 480 pasien
diabetes melitus tipe 2 dengan tensi normal. Penelitian ini bersifat prospektif,
dengan ra ndomized controlled trial . Subjek dibagi dalam kelompok intensif (10
mmHg dibawah Diastolic Bloo d Preasure - DBP ) dan kelompok moderat (80-89
mmHg) kontol DBP . P asien pada kelompok terapi moderat diberi placebo,
sedangkan kelompok terapi intensif diberi obat anti hipertensi. Lalu dinilai
Setelah 5.3 tahun, dilihat rata-rata tekanan darah pasien. Kelompok intensif
memiliki tekanan darah rata-rata 75 ± 0.3 / 128 ± 0.8 mmHg. Kelompok moderat
memiliki tekanan darah rata-rata 81 ± 0.3 / 137 ± 0.7 mmHg .Kelompok intensif
lebih rendah.
App ropriate Bloo d Pressure Con trol in Diabetes (ABCD) pada tahun 2000
dengan jumlah sampel 470 menyatakan bahwa tidak ada perbedaan progresivitas
33
retinopati diabetic antara kelompok dengan kontrol tekanan darah ketat (diastol <
75 mmHg) dan kelompok dengan kontrol tekanan darah tidak ketat (diastol antara
Kemungkina hal ini berkaitan dengan pemicuan ganda pada aktivitas biokimia
memicu diasilgliserol, PKC dan AGEs meningkatkan aktivitas P KC, VGEFs dan
stres endotel yang memicu peningkatan aktivitas VEGFs. Pasien diabetes melitus
merupakan gejala retinopati, menjadi berkali lipat dan menimbulkan efek yang
lebih parah. Oleh karena itu, kemungkinan pasien diabetes melitus dengan
Pada setiap tahap, terdapat ciri-ciri tertentu yang menunjukan tingkat keparahan
kerusakan pada retina dan jaringan mata. Ciri-ciri yang khas tersebut dapat
Pada penelitian ini tidak dapat diteliti apakah faktor pengobatan dan
jalannya pengobatan, bagaimana kotrol tekanan darah, serta catatan kondisi mata
tersebut. Dan mengingat bahwa hipertensi dan pengobatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah hipertensi pada penyakit terdahulu yang pada pencatatan
merupakan hasil anamnesa, kemungkinan data bias menjadi lebih besar sehingga
pengobatan dan kontrol tekanan darah, dapat dilakukan pengambilan data primer
perihal pengobatan dan kontrol tekanan darah agar data yang didapat lebih akurat,
35
serta pengendalian terhadap variabel luar lebih baik, seperti yang telah dilakukan
oleh UKPDS. Untuk penelitian tersebut memerlukan waktu yang cukup lama
A. Simpulan
pada pasien diabetes melitus tipe II. P asien diabetes melitus tipe II dengan
B. Saran
1. Pada pasien diabetes melitus perlu diperhatikan kontrol glukosa darah agar
lebih lanjut.
36
DAFTAR PUSTAKA
Bickley, L.S. 2008. Pemeriksaan Fisik Dan Riwayat Kesehata n Bates. Jakarta :
P enerbit Buku Kedokteran ECG. pp : 54
Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black, H.R et al. 2003. Seventh Report of The
Joint National Committee on Prevention Detection Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure : Hypertension 42 (6).
http://hyper.ahajournals.org/cgi/content/full/42/6/1206
Fong D.S., Aiello L., Gardner T.W., King G.L., Blankenship G., Cavallerano,
J.D., Ferris F.L., Klein R. 2004. Retinopathy in Diabetes. Diab etes Care.
27:84-87
37
38
Gustaviani, R. 2006. Buk u Ajar Ilmu Penyakit Da lam. Jakarta : Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp :
1879-1881
Ilyas, S. 2003. Ilmu Penyakit Mata . Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. pp : 224-227
Mansjoer, A., Kuspuji, Triyanti., Rakhmi, Savitri., Wahyu, Ika Wardhani. and
Wiwiek, Setiowulan. 2005. Kap ita Selek ta Kedokteran. Jakarta : Penerbit
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp : 580-
591
Matthews D.R., Stratton I.M., Kohner E.M., Aldington S.J., Turner R.C., Holman
R.R. and Manley S.E. 2001. UKPDS 50: risk factors for in cidence and
progression of retino pa thy in Type II diabetes over 6 years from
diagnosis. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1127067 (30 sepetember
2009)
Pandelaki, K. 2006. Buk u Ajar Ilmu Penyakit Da lam. Jakarta : Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp :
1911-1915
Wilardjo. 2001. Kebutaan Sebagai Akiba t Da ri Retinop ati Diabetik Dan Upaya
Pencegahannya. http://eprints.undip.ac.id/278/1/Wilardjo.pdf (1 Mei
2010)