You are on page 1of 8

Percobaan Osbourne Reynolds

BAB I
PERCOBAAN OSBOURNE REYNOLDS

A. MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN


Dalam percobaan ini diharapkan dengan mengamati indikasi zat warna
tinta, praktikan mampu mengamati berbagai jenis aliran yang disebabkan oleh
besarnya pengaruh arus terhadap keadaan zat tersebut.
Pada dasarnya peristiwa yang teramati pada percobaan ini adalah
merupakan efek dari besar arus dalam debit dan waktu tertentu.
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Menentukan bilangan Reynolds berdasarkan debit air yang mengalir.
2. Menentukan jenis aliran dengan mempergunakan bilangan Reynolds.
3. Mengamati hubungan antara bilangan Reynolds dengan jenis aliran.

B. ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Satu unit Pesawat Osbourne Reynolds.
2. Stopwatch.
3. Gelas ukur.
4. Termometer.
5. Zat warna (tinta) dan air.

C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Alat diatur hingga kedudukan mendatar, pipa pemberi dan pipa pembuang
dihubungkan.
2. Reservoir diisi dengan zat warna (tinta), kemudian diturunkan injektor zat
warna sehingga ujungnya mencapai mulut “imlet” bagian atas.
3. Katup pemasukan dibuka dan air dibiarkan memasuki tangki penenang.
Kelebihan air dibuang melalui pipa bagian atas, agar mencapai muka air
yang konstan.
4. Air didiamkan selama 5 menit dan diamati temperatur air.
5. Katup pengontrol dibuka sedikit demi sedikit, sehingga tercapai aliran
lambat dengan zat warna yang terlihat jelas.

Praktikum Mekanika Fluida


Kelompok XVI I-1
Percobaan Osbourne Reynolds

6. Pengukuran debit melalui gelas ukur selama waktu tertentu.


7. Percobaan diulang untuk debit air yang berubah-ubah sehingga tercapai
aliran Transisi dan aliran Laminer.
8. Pada setiap percobaan temperatur dicatat.
9. Amati kecepatan, dengan menurunkan injektor zat warna (tinta) kedalam
mulut imlet dan katup pengontrol aliran dibuka.
10. Dilakukan pencatatan perbedaan volume.

D. DATA HASIL PERCOBAAN


 Diameter pipa : 13 mm
 Suhu : 28  C

Tabel 1.1 Data Percobaan

Jenis Aliran Volume (ml) Waktu (detik)


trata-rata
(Visual) V1 V2 t1 t2
Laminer
116 116 4,50 4,50 4,50

Transisi
151 146 4,77 4,32 4,55

Turbulen
185 190 4,10 4,15 4,13

Transisi
172 172 4,30 4,30 4,30

Laminer
98 92 4,30 4,10 4,20

E. PERHITUNGAN
1. Dasar Teori
Bilangan Reynolds diambil dari nama Prof. Osborne Reynolds
(Inggris, 1812-1912). Bilangan Reynolds itu sendiri dipakai untuk
menentukan jenis aliran. Untuk mengamati aliran fluida pada pengaliran
dalam pipa/aliran yang tertekan digunakan pesawat Osborne Reynolds.
Ketika suatu liquid mengalir di dalam pipa dan diamati dengan teliti,
maka tampak pola aliran karena kecepatan aliran meningkat. Pada kecepatan
rendah, aliran tenang. Dalam suatu rangkaian percobaan, Reynold

Praktikum Mekanika Fluida


Kelompok XVI I-2
Percobaan Osbourne Reynolds

menunjukkan dengan menginjeksikan lapisan tipis zat warna pada fluida


dan menemukannya bahwa zat tersebut bergerak dengan aliaran lambat
searah dengan aliran liquid. Seiring dnegan meningkatnya kecepatan, arus
warna ini terpecah-pecah, sampai akhirnya pada kecepatan tinggi zat warna
tersebut bercampur dengan cepat dalam aliran acak, mengitari fluida. Inilah
yang disebut dengan aliran turbulen, sedangkan aliran tenang pada
kecepatan rendah disebut aliran laminer.
Aliran dapat diklasifikasikan (digolongkan) dalam banyak jenis
seperti: turbulen, laminer, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik,
seragam, tak seragam, rotasional, tak rotasional.

Aliran fluida melalui instalasi (pipa) terdapat tiga jenis aliran yaitu :
a. Aliran laminer apabila partikel-partikel zat cair bergerak teratur dengan
membentuk garis lurus kontinu dan tidak saling berpotongan. Apabila zat
warna diinjeksikan pada suatu titik dalam suatu aliran , maka zat warna
tersebut akan mengalir menurut garis aliran yang teratur seperti benang
tanpa terjadi difusi atau penyebaran. Kecepatan partikel zat cair pada
dinding saluran aliran laminar dapat terjadi apabila kecepatan aliran
rendah, ukuran saluran sangat kecil dan zat cair mempunyai kekentalan
besar.
b. Aliran transisi merupakan aliran peralihan dan aliran laminar menuju
aliran turbulen. Pada pola aliran ini terdapat beberapa karakteristik
daripada aliran laminar maupun aliran turbulen, misalnya pada pola garis
alirannya yang menyerupai suatu garis lurus yang diselingi dengan pola
garis yang saling bersilangan.
c. Aliran turbulen terdapat partikel-partikel zat cair yang bergerak tidak
teratur dan garis lintasannya saling berpotongan. Zat warna yang
dimasukkan pada suatu titik aliran akan terdifusi cepat ke seluruh aliran.
Aliran turbulen terjadi apabila kecepatan aliran air besar, saluran besar
dan zat cair mempunyai kekentalan kecil. Aliran di sungai, saluran
irigasi/drainase, dan di laut adalah contoh dari turbulen.
Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak berdimensi yang dapat
membedakan suatu aliran itu dinamakan laminer, transisi atau turbulen.

Praktikum Mekanika Fluida


Kelompok XVI I-3
Percobaan Osbourne Reynolds

V .D
Re =

V
Q=
t
Q
A
V=

Dengan :
Re = Bilangan Reynolds
V = Kecepatan (rata-rata) fluida yang mengalir (mm/s)
D = Diameter dalam pipa (mm)
ν = Viskositas Kinematik (mm2/s)
Q = Debit (mm3/s)
V = Volume (m3)
t = Waktu (s)
A = Luas Penampang (mm2)

Syarat Bilangan Reynolds, yaitu :


1. Aliran laminer Re < 2000
2. Aliran transisi 2000 < Re < 4000
3. Aliran Turbulen Re > 4000

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan


percobaan Osborne Reynolds Apparatus sebagai berikut :
a. Pencatatan volume zat cair yang keluar.
b. Perhitungan waktu yang dibutuhkan.
c. Kecermatan mata dalam mengamati pola – pola aliran zat cair.
d. Jarum pada Osborne reynolds apparatus yang tersumbat dapat
mengakibatkan aliran cairan tinta menjadi tidak lancar.
e. Sangat sukar dalam mengatur debit yang keluar agar menghasilkan garis
– garis aliran yang diinginkan.

2. Contoh Perhitungan
Diameter Pipa (D) = 13 mm
Luas Penampang = ¼..D2

Praktikum Mekanika Fluida


Kelompok XVI I-4
Percobaan Osbourne Reynolds

= ¼.3,14.(13)2
= 132,665 mm2
Viskiositas Kinetimatik ( )
Pada suhu 28o C = 0,804 mm2 / s
a. Menghitung Debit (Q)
Volume (V)= 116 ml = 116000 mm3

t1  t 2
Waktu rata-rata = t rata-rata =
2
4,5  4,5
=
2
= 4,5 s

V
Debit (Q) =
t

116000
= 4,5

= 25777,78 mm3/s

b. Menghitung kecepatan (v)

Q 25777,78
V= = = 194,307 mm/s
A 132,665

c. Menghitung bilangan Reynolds (Re)

V .D
Re =

194,307 mm/s . 13 mm
=
0,804 mm2/s
= 2.000 < 3.141,7799 < 4.000 ( aliran transisi )
3. Tabel Hasil Perhitungan
Tabel 1.2 Hasil Perhitungan

Praktikum Mekanika Fluida


Kelompok XVI I-5
Percobaan Osbourne Reynolds

Volume Q V Jenis Aliran


trata-rata Re
(ml) (ml/s) (mm/s) (Visual) (Perhitungan)
116 4,50 25,778 194,310 3141,785 Laminer Transisi
148,5 4,55 32,673 246,280 3982,204 Transisi Transisi
187,5 4,13 45,455 342,630 5539,981 Turbulen Turbulen
172 4,30 40,000 301,510 4875,183 Transisi Turbulen
95 4,20 22,619 170,500 2756,8 Laminer Transisi

4. Grafik
- Hubungan Re dengan V

- Hubungan Re dengan Q

F. KESIMPULAN
Berdasarkan data-data percobaan dan pembahasan di atas, maka dapat
disimpulkan :

Praktikum Mekanika Fluida


Kelompok XVI I-6
Percobaan Osbourne Reynolds

Menurut Visual :
Re = 3141,785 dan 2756,800 adalah aliran laminer.
Re = 3982,204 dan 4875,183 adalah aliran transisi.
Re = 5539,981 adalah aliran turbulen.
Menurut teori perhitungan bilangan Reynolds :
Re = 2000 < (2756,800 ; 3141,785 ; 3982,204) < 4000 termasuk aliran
transisi.
Re = (4875,183 ; 5539,981) > 4000 termasuk aliran turbulen.

Jadi, antara Re secara visual dengan Re perhitungan terjadi perbedaan. Hal


ini dikarenakan oleh ketetapan dan keakuratan hasil percobaan bergantung
pada ketelitian dan kecermatan mata dalam mengamati pola – pola aliran zat
cair.

Praktikum Mekanika Fluida


Kelompok XVI I-7
Percobaan Osbourne Reynolds

SKRUP
PENGATUR
RESERVOIR ZAT POSISI JARUM
WARNA

AMBANG
KRAN PELIMPAH
PENGATUR ZAT
WARNA
TABUNG HALUS
PENYUNTIK ZAT
NIVO
WARNA

SALURAN TANGKI
PELIMPAH PENENANG

MORNING
KELERENG GLORY

IMLET

PIPA PELIMPAH PIPA KURAS

KRAN
PENGATUR PIPA
PERAGA

KAKI ALAT DAPAT


OUT FLOW DIATUR

Gambar 1.1

Praktikum Mekanika Fluida


Kelompok XVI I-8

You might also like