You are on page 1of 17

Geokonsep

SOAL

1. Dalam berbagai hal, seringkali pemikiran-pemikiran bersifat asumtif dan/atau


hipotetik. Jelaskan dan uraikan serta berikan contoh apa yang dimaksud dengan
pemikiran yang asumptif dan apa pula yang dimaksud dengan pemikiran yang
hipotetik.

JAWABAN:

asumsi adalah anggapan (penerjemahan) merupakan Suatu keadaan yang dianggap benar
yang dirumuskan sebagai hipotesis

Hipotesis merupakan suatu kesimpulan awal yang diteliti yang masih harus
dibuktikan kebenarannya.

Contoh asumsi: pembekuan magma merupakan fungsi dari suhu, tekanan dan
posisi.

Contoh hipotesis: magma membeku pada suhu rendah

2. Bagaimanakah pendapat anda jika hal-hal dalam Soal no. 1 tersebut di atas diterapkan
untuk:
a. Memahami segala aspek yang berkaitan dengan proses-proses alam (natural
processes) meliputi geologi (proses-proses geodinamika) dan perkembangan
kehidupan?
b. Landasan berfikir dalam eksplorasi geologi?

JAWABAN:

a. asumsi: arus konveksi menggerakan lempeng bumi

Hipotesis: gaya ekstensional merupakan indikasi menjauhnya lempeng bumi

b. asumsi: batubara merupakan fungsi dari akumulasi fosil tumbuhan

Hipotesis: batubara yang baik merupakan batuabara yang memiliki fosil


tumbuhan yang banyak

Ada 2 jawaban

a. Sebelumnya kita harus memahami terlebih dahulu definisi dua metode tersebut.
Metode Rasionalisme adalah metode yang berdasarkan intuisi atau rasionalitas dari teori
yang sebelumnya telah muncul, menggunakan pendekatan deduksi untuk menjelaskan
fenomena alam → mendasarkan pada penalaran logis dengan mengadakan asumsi-asumi
atau konsep dari pustaka yang ada, yang lebih bersifat scholastic dan pelakunya disebut
scholar.

Metode Empirisme adalah metode yang berdasarkan observasi/pengamatan lapangan


terhadap fenomena alam atau eksperimen laboratorium, dan penjelasannya menggunakan
pendekatan induksi dari hasil pengamatan → lebih mengutamakan pengamatan alami dan
eksperimen dan pelakunya disebut scientist.

Untuk memahami segala aspek yang berkaitan dengan proses-proses alam dan
perkembangan kehidupan, pada dasarnya kita harus menggunakan kedua pendekatan
tersebut karena dengan menggunakan keduanya bisa saling mengisi dan mendukung
pada penarikan kesimpulan yang tepat. Misalnya, ketika kita ingin menganalisis suatu
singkapan, sebaiknya terlebih dahulu kita menggunakan kedua pendekatan rasionalisme
dan empirisme, yaitu dengan mengkaji daerah tersebut berdasarkan literature dan temuan-
temuan yang telah ada mengenai daerah tersebut baik itu mengenai litologi, stratigrafi,
struktur dll (pendekatan rasionalisme) dan setelah mempelajari literature kemudian
melakukan pengamatan dan observasi di lapangan. Kedua metode tersebut akan saling
mendukung untuk pengambilan kesimpulan yang lebih tepat.

b. Landasan konsep berfikir dalam eksplorasi geologi


Makna dari konsep eksplorasi itu sendiri adalah sebuah pemikiran sistematis untuk
menentukan obyek dari eksplorasi dan menganalisis obyek tersebut berada di lingkungan
yang seperti apa yang biasanya ditemukan, dan apa petunjuk untuk mengetahuinya.
Untuk melakukan eksplorasi geologi, pada dasarnya sebaiknya menggunakan juga
kedua pendekatan metoda tersebut (rasionalisme dan empirisme) contohnya adalah
apabila kita ingin melakukan eksplorasi pencarian suatu bahan mineral yang mempunyai
nilai ekonomis yang tinggi, sebaiknya kita menggunakan kedua pendekatan rasionalisme
dan empirisme, yaitu dengan menentukan jenis mineral yang akan dicari, dan mencari
informasi lingkungan yang seperti apa mineral tersebut biasanya ditemukan serta mencari
informasi petunjuk untuk mendapatkannya, kemudian berdasarkan literature dan temuan-
temuan yang telah ada tersebut langkah berikutnya adalah melakukan pengamatan dan
observasi di lapangan serta mengambil sampel untuk tes laboratorium (pendekatan
empirisme). Kedua metode tersebut akan saling mendukung untuk eksplorasi geologi
yang lebih akurat.. Seperti halnya yang diungkapkan Koesoemadinata (1995),
”Exploration technology without exploration concept is blind, exploration concept
without exploration technology is lame”. Eksplorasi dengan teknologi canggih hanya
akan membabi buta dan tidak efisien jika tidak disertai konsep dan pemahaman yang baik,
dan begitu juga konsep eksplorasi akan menjadi pincang dan lambat berkembang tanpa
disertai pelaksanaan eksplorasi yang baik dan ditunjang oleh teknologi.

3. Dalam ilmu pengetahuan yang disebut Sciences dinyatakan sebagai berikut:


“Sains adalah pengetahuan yang telah teruji kebenarannya melalui metode ilmiah” dan
“Evidence is the basic stuff of science. Without evidence there is only speculation”.
Bagaimana pendapat Sdr. bahwa jari-jari bumi dinyatakan = 6751 km yang bersifat
spekulatif itu, sains atau spekulasi? Jelaskan dan uraikan pendapat Saudara tersebut.
JAWABAN:

Menurut pendapat saya, bahwa jari-jari bumi dinyatakan = 6751 km adalah hasil
pengukuran yang sifatnya sains. Mengapa pengukuran jari-jari bumi dikatakan
pengukuran bersifat sains, karena pengukuran tersebut didasarkan hasil penelitian
maupun pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau sifatnya
empirisme yang lebih mengutamakan pengamatan alami dan experiment langsung.
Pengukuran jari-jari bumi, pertama kali dibuktikan pada Zaman Yunani Kuno
(Zaman Klasik) oleh Erastothenes (300 SM) yang dilakukan di Mesir Kuno
(Iskandariah). Erastothenes melakukan pengukuran sudut cahaya matahari terhadap
jari-jari bumi pada waktu yang sama, misalnya pada dua sumur yang dalam yang
tegak lurus dengan permukaan bumi (diyakini sejajar dengan jari-jari bumi) pada
dua tempat yang berjauhan dan diketahui jaraknya, tetapi pada meridian yang sama
yang dilakukan pada waktu matahari berada pada zenith (dhuhur) sehingga diyakini
dilakukan pada waktu yang sama. Perbedaan sudut pada kedua sumur itu adalah
merupakan sudut busur antara kedua tempat, dan karena jarak antara kedua tempat
itu adalah panjang bususrnya, sehingga lingkaran meridian bumi serta jari-jari bumi
dapat dihitung. Harga yang dicapai sangat dekat dengan perhitungan modern.
Metode Pengukuran yang dilakukan oleh Erastothenes merupakan contoh bahwa
sejak awal, pengukuran jari-jari bumi telah dilakuan atau dibuktikan melalui sebuah
experiment. Dari sebuah sumber buku berjudul catatan kuliah Geokonsep karangan
Prof. Dr. R.P. Koesoemadinata menyatakan bahwa harga pengukuran jari-jari bumi
yang dicapai oleh Erastothenes sangat dekat dengan metode perhitungan modern
yang dilakukan saat ini. Adapun penentuan modern yang dilakukan saat ini yaitu
menentukan jari-jari bumi dengan pengamatan bintang serta menggunakan alat ukur
chronometer, dan yang terbaru saat ini dengan menggunakan perhitungan dari
satelit. Dari hasil pengukuran dengan teknologi saat ini dihasilkan jarak :

Jarak pusat bumi-khatulistiwa = 6378.4 km

Jarak pusat bumi-kutub = 6356.9 km

Dari hasil pengukuran diatas menunjukkan hasil yang berbeda dengan pengukuran
yang dinyatakan dalam soal. Kemungkinan perbedaan tersebut ditentukan dari jenis
pengukuran ataupun metode pengukuran yang dilakukan, karena pengukuran secara
saintifik terkadang berbeda-beda yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Sehingga untuk lebih baiknya, dalam setiap pengukuran saintifik harus disertakan
nilai error bar. Error bar adalah batas ketelitian suatu pengukuran/perhitungan
dimana nilai error bar tergantung dari metode yang digunakan serta tingkat presisi
ketika melakukan suatu experiment atau penelitian.

4.
a. Bagaimanakah hubungan antara creationisme dengan pembentukan bumi dan
bagaimanakah pula dengan evolusi? Jelaskan dan uraikan.
b. Ada hubungan yang erat antara Evolusi – Paleontologi - Stratigrafi, jelaskan
hubungan tersebut.

JAWABAN:

a.
b. Evolusi dapat dipelajari dalam Paleontologi, Proses perkembangan suatu organism
dalam paleontology merupakasan suatu proses evolusi. Proses perkembangan suatu
organism berjalan seiring dengan proses sedimentasi yang merupakan kerangka
stratigrafi suatu wilayah dalam ruang dan waktu. Proses evolusi berkaitan dengan
kerangka stratigrafi berdasarkan aspek kehidupan

Ada 2 jawaban

a. Faham creationism lahir dari kepercayaan orang zaman dahulu mengenai proses-
proses alam dikaitkan dengan mitos-mitos kepercayaan yang ada. Faham creationism
terjadi juga pada permulaan zaman rennaissance dimana pengaruh gereja sangat kuat,
sehingga kecenderungannya adalah mencocokkan teori terjadinya bumi dengan
amanat yang tertera di dalam Kitab Injil agama Kristen. Salah satu contoh adalah
penggambaran bahwa gempa bumi merupakan keadaan ketika kerbau yang
menyangga Bumi pada tanduknya melakukan sebuah gerakan yang kemudian
menimbulkan guncangan pada Bumi. Faham creationism mengungkapkan bahwa
proses-proses alam dan penciptaan bumi merupakan hasil dari kejadian seketika
(aktual).
Sedangkan faham evolusi menilai bahwa pembentukan bumi memiliki tahapan-
tahapan tertentu dan melalui proses waktu yang cukup lama (bertolak belakang
dengan pandangan creationism), diawali dari reaksi kimia dalam bentuk gas, dengan
temperatur dan tekanan tinggi berubah menjadi larutan/cair pijar dan ketika terjadi
penurunan tekanan dan temperatur melalui proses pembekuan berubah menjadi padat.
Ilmu pengetahuan menunjukkan dating batuan tertua yang pernah ditemukan di Bumi,
terbentuk + 4,5 milyar tahun yang lalu sedangkan matahari dan tata surya kita telah
berumur + 6 milyar tahun. Ada selang antara yang memberikan waktu bagi
terbentuknya Bumi secara bertahap (evolusi).

b. Evolusi – paleontology - stratigrafi

Materi dari evolusi dapat dipelajari dari paleontology yang merupakan ilmu yang
mempelajari perkembangan kehidupan dari jaman purba. Sebaliknya, dengan
memahami evolusi, dapat menjelaskan perkembangan suatu organisme yang terekam
dalam paleontologi.
Perkembangan suatu organisme yang terekam dalam paleontologi dapat seiring
dengan proses sedimentasi yang membentuk kerangka stratigrafi suatu wilayah dalam
ruang dan waktu. Dengan demikian maka proses evolusi juga dapat berkaitan dan
menjelaskan perkembangan kerangka stratigrafi suatu wilayah berdasarkan aspek
kehidupannya (biostratigrafi). Hal ini karena pembentukan fosil adalah seiring dengan
pembentukkan batuan sedimen di sekitarnya, sehingga penentuan umur perlapisan
batuan akan lebih dapat dipercaya kebenarannya.

5.
a. Apakah dasar pemikiran dan hubungan antara pemikiran-pemikiran Steno,
William Smith, dan Soulavie tentang makna strata dan perkembangan kehidupan?
Jelaskan pendapat Saudara.
b. Dengan berkembangnya Sekuen Stratigrafi, apakah konsep dari Steno, William
Smith, dan Soulavie tersebut pada buitr a) masih berlaku hingga sekarang ini?
Jelaskan dan uraikan dengan memberikan contoh-contoh.

JAWABAN:

a. Steno menungkapkan prinsip starigrafi yang menggambarkan hubungan (tingkatan)


antar lapisan batuan secara vertikal maupun lateran dalam ruang dan waktu. Stratigrafi
menurut Steno lebih menekankan kearah Litostratigrafi. William Smith mengungkapkan
prinsip stratigrafi yang menggambarkan hubungan antar lapisan batuan berdasarkan
karakter identifikasi fosil. Smith menekankan ke arah litostratigrafi. Sedangkan Soulavie
mengungkapkan prisnsip stratigrafi yang menggambarkan hubungan suksesi faunal yang
terkandung pada lapisan batuan.Soulavie menekankan ke arah biostratigfrafi.

b. masih berlaku, karena dengan mengetahui tatanan stratigrafi kita dapat mengetahui
ruang dan waktu saat batuan tersebut diendapkan.

Smith – Membagi strata berdasarkan karakter fosil --- lapisan batuan –> fosil

Sulaphie – fosil dibedakan berdasarkan umur geologi --- rentang hidup fosil –> di lapisan
batuan

Ada 2 jawaban
b. Steno (1631-1687): adalah scientist yang menekankan kepentingan pengamatan
perlapisan serta urut-urutannya untuk menentukan waktu geologi, dan muncul dengan
prinsip Steno (Hukum Superposisi, Hukum Kontinuitas Lateral dan Hukum Asal
Horizontal) yang menyebutkan bahwa jika suatu lapisan batu belum terdeformasi,
maka lapisan yang lebih bawah merupakan lapisan yg lebih awal terbentuk dan
memiliki umur yang lebih tua.
William Smith (1769-1839): Dia ditugaskan untuk mengukur kedudukan lapisan-
lapisan batubara di tambang terbuka di Somersetshire, dan mengamati bahwa lapisan
batubara yang sama disertai oleh fosil-fosil (kerang) yang sama dan mendapatkan
kesimpulan bahwa strata batuan dapat dibedakan berdasarkan fosilnya.
Pengetahuannya untuk mengenali perlapisan batuan dengan kandungan fosilnya
bermanfaat untuk meramalkan jenis batuan yang akan di gali, dan memperkaya
pengetahuannya mengenai stratigrafi daerah tersebut.
J.L. Giraud-Soulavie (1752-1813): Dia mempelajari formasi gamping di pegunungan
Vivarais di Perancis Selatan dan menemukan bahwa dia menetapkan adanya aturan
yang dianggapnya universal dan dikenal sekarang dengan Law of Faunal
Succession: Makin tua umur lapisan, maka kumpulan fosil yang dikandungnya makin
tidak menyerupai fauna dan flora yang masih hidup sekarang, atau makin muda umur
lapisan batuan, maka fosil yang dikandungnya akan lebih banyak mengandung
species yang masih hidup sekarang.

Dasar dan hubungan dari ketiganya adalah menggunakan pendekatan Empirisme


dimana ketiganya melakukan pengamatan terlebih dahulu dan setelah observasi
mendalam, kemudian menyimpulkan hasil pengamatannya serta kesamaannya
meneliti mengenai adanya perubahan fenomena geologi seiring berjalannya waktu.

c. Dengan berkembangnya Sekuen Stratigrafi, konsep dari ketiganya masih berlaku.


Pada dasarnya Sistem/ klasifikasi stratigrafi ini berkembang dengan munculnya
metoda seismic dalam penelitian stratigrafi. Dasar dari sistim ini adalah assumsi
bahwa terjadi "breaks" dalam rekaman stratigrafi secara alamiah yang bersifat
synchron pada semua penampang stratigrafi diseluruh dunia yang disebabkan oleh
turun-naiknya muka air laut eustatik global. Sekuen stratigrafi menunjukkan
bahwa terdapat urutan atau perulangan dari lapisan-lapisan berdasarkan adanya
fenomena diatas. Urutan atau perulangan tersebut masih mengikuti prinsip-prinsip
yang dikemukakan oleh Steno, Smith dan Soulavie. Konsep prinsip Steno yang
mengemukakan Hukum Superposisi masih digunakan dalam sekuen stratigrafi, begitu
juga prinsip Smith dan Soulavie yang menekankan tentang fosil. Dasarnya adalah
chronostratigrafi dimana tiap layer lapisan mencerminkan perbedaan layer waktu.
Contohnya adalah adanya system deposit sedimen berdasarkan urutan naik-turunnya
muka laut yaitu Transgressive Systems Tract/TST (biasanya terdepositkan saat level
muka air laut meningkat), Highstand Systems Tract/HST (biasanya terdepositkan saat
level muka air laut masih tinggi setelah mengalami tinggi maksimum) dan Regressive
Systems Tract (RST) dan Lowstand Systems Tract (LST) yang terdepositkan saat
muka air laut turun. Walaupun terdapat sekuens atau perulangan akibat naik-turunnya
air laut, tapi hukum superposisi, “Strata can be distinguished by their characteristic
fossils” dan “Law of Faunal Succession” masih tetap berlaku.

6. a. Apa yang dimaksud dengan “Scientist” dan “Scholar”, apa kesamaan dan
perbedaannya ? Jelaskan dan uraiakan pendapat Saudara.
b. Apa yang Sdr. ketahui dengan Rasionalisme dan Empirisme ? Jelaskan dan
uraikan.

c. Jelaskan dan uraikan pula bagaimana hubungan antara a) dan b) tersebut di


atas?.

JAWABAN:

a. Scientist adalah orang atau pelaku yang lebih mengutamakan pengamatan alami
dan experiment.
Scholar adalah orang atau pelaku yang mendasarkan pada penalaran secara logis
dengan mengadakan asumsi-asumsi atau konsep dari pustaka yang ada, yang lebih
bersifat scholastic.
Kesamaan antara scientist dan scholar adalah keduanya merupakan golongan
cendikiawan atau sama-sama merupakan golongan ilmuwan. Mereka dikatakan
sebagai golongan cendikiawan atau ilmuwan karena sama-sama menjadi pelaku
dalam dunia ilmu pengetahuan dan sama-sama berusaha mengembangkan dan
memajukan dunia ilmu pengetahuan.

Perbedaan antara scientist dan scholar adalah

• Seorang scientist lebih memandang bahwa data pengamatan merupakan sumber


yang penting. Apabila seorang scientist memperoleh sumber data yang minim
maka sumber data tersebut akan tetap digunakan sebagai landasan teori dalam
proses eksperiment selanjutanya. Sedangkan dalam proses pengambilan
kesimpulan, seorang scientist akan tetap mendasari kesimpulannya pada sumber
data yang diperolehnya. Sedangkan seorang scholar juga menganggap data
sebagai sumber yang penting tetapi tetap menyesuaikan data tersebut dengan
konsep teori yang ada. Apabila seorang scholar memperoleh sumber data yang
yang minim maka sumber data tersebut akan dikoreksi dan disesuaikan dengan
teori yang ada. Sedangkan dalam proses pengambilan kesimpulan, seorang
scholar lebih menitikberatkan pada teori yang ada, dimana data akan mengikuti
teori atau konsep dari pustaka yang ada.
• Seorang scientist biasanya berpendirian bahwa pengetahuan didapat melalui
penampungan yang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini
berarti semua pengetahuan betapapun rumitnya dapat dilacak kembali dan apa
yang tidak dapat bukanlah ilmu pengetahuan, selain itu seorang scientist juga
menanggap bahwa pengalaman tidak lain akibat suatu objek yang merangsang
alat-alat inderawi, kemudian di dalam otak dipahami dan akibat dari rangsangan
tersebut dibentuklah tanggapan-tanggapan mengenai objek yang telah
merangsang alat-alat inderawi tersebut, sedangkan bagi seorang scholar
berpendirian bahwa pengetahuan diperoleh dari hasil penalaran yang logis yang
berasal dari asumsi-asumsi yang sifatnya scholastic, dimana seorang scholar
dalam mengambil kesimpulan tidah dipengaruhi oleh hasil-hasil penginderaan
maupun pengalaman yang ada, karena segalanya didasarkan atas dasar konseptual
maupun teori-teori pustaka yang telah ada.
b. Rasionalisme

Secara harfiah, istilah rasionalisme di ambil dari kata dasar "ratio" (Latin) atau
"ratiolism" (Inggris) yang berarti akal budi. Sedangkan pengetian rasionalisme
secara eksplisit adalah doktrin filsafat atau pandangan filosofis yang menekankan
penalaran atau refleksi sebagai dasar untuk mencari kebenaran dan kebenaran
tersebut haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang
berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran agama.

Rasionalisme merupakan sebuah paham rasional yang pertama kali


dikembangkan oleh Rene Descartes. Rene Descartes merupakan bapak dari
rasionalisme yang memberontak dari tradisi abad pertengahan yang mengatakan
bahwa sumber pengetahuan dan pusat penyelidikan adalah wahyu Ilahi
(teosentrisme). Baginya, manusia dapat mengetahui dan mencapai pengetahuan
dengan rasionya, sekaligus menjadikannya pusat penyelidikan, beliau juga
merupakan tokoh yang pertama kali meletakkan dasar teori rasional dalam wacana
filsafat modern.

Paham rasionalisme ini, melahirkan Teori Cosmogeny (Rationalisme, Scientitif


Cosmogeny) dalam ruang lingkup ilmu kebumian, yang dipelopori diantaranya oleh
Descartes (1596 – 1650) yang terkenal dengan bukunya yang berjudul Philosophiae
Principea (1644) yang berteori bahwa asal bumi itu adalah suatu tubuh gas yang
panas, serta membahas mengenai struktur bumi yang terdiri dari tiga zona; Robert
Hooke (1635 – 1703) yang membahas soal penyebab ketidakrataan muka bumi oleh
gempa bumi dan ledakan bawah permukaan dalam bukunya “Posthumous Works of
Robert Hooke, M.D. dimana terdapat Lecture and discourses of earthquakes and
subterranean Errutions; dan Leibnitz (1646 – 1716) yang membahas konsep
transgresi dan regresi dalam bukunya yang berjudul Protogaea.

Zaman Rasionalisme berlangsung dari pertengahan abad ke XVII sampai akhir


abad ke XVIII. Pada zaman ini hal yang khas bagi ilmu pengetahuan adalah
penggunaan yang eksklusif daya akal budi (ratio) untuk menemukan kebenaran.
Ternyata, penggunaan akal budi yang demikian tidak sia-sia, melihat tambahan ilmu
pengetahuan yang besar sekali akibat perkembangan yang pesat dari ilmu-ilmu alam.
Maka tidak mengherankan bahwa pada abad-abad berikut orang-orang yang
terpelajar Makin percaya pada akal budi mereka sebagai sumber kebenaran tentang
hidup dan dunia. Hal ini menjadi menampak lagi pada bagian kedua abad ke XVII
dan lebih lagi selama abad XVIII antara lain karena pandangan baru terhadap dunia
yang diberikan oleh Isaac Newton (1643 -1727). Berdasarkan kepercayaan yang
makin kuat akan kekuasaan akal budi lama kelamaan orang-orang abad itu
berpandangan dalam kegelapan. Baru dalam abad mereka menaikkan obor terang
yang menciptakan manusia dan masyarakat modern yang telah dirindukan, karena
kepercayaan itu pada abad XVIII disebut juga zaman Aufklarung (pencerahan).

Empirisme

Istilah empirisme secara harfiah berasal dari bahasa Yunani empeiria yang
berarti coba-coba atau pengalaman. Dalam penafsiran lain dikatakan bahwa kata
empeiria itu terbentuk dari en - di dalam; dan peira - suatu percobaan. Oleh karena
itu empirisme dinisbatkan kepada faham yang memilih pengalaman sebagai sumber
utama pengenalanan dan yang dimaksudkan dengannya adalah baik pengalaman
lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut
pribadi manusia.artinya suatu cara menemukan pengetahuan berdasarkan
pengamatan dan percobaan.

Sedangkan menurut sejarah, Empiricism dicetuskan pertama kali oleh Francis


Bacon di Inggris, yang menyatakan bahwa ilmu pengetahuan harus didasarkan
pengamatan belaka tanpa dipengaruhi oleh adanya teori atau hipotesa yang berlaku.
Teori ini merupakan cikal bakal science yang melahirkan scientist yang dipelopori
oleh tokoh-tokoh terkenal diantaranya Newton, J.E. Guettars, dan lain-lain. Paham
Empirisme, juga dianut oleh beberapa ahli ilmu kebumian diantaranya Guettard
(bapak dari survey-survey geologi) dan Descartes dari Perancis merupakan pelopor
ilmu geologi, yang meneliti batuan dan mineral serta hubungannya satu dengan lain
semata-mata berdasarkan pengamatan, tanpa dipengaruhi oleh teori yang berlaku
waktu itu yaitu teori Buffon. Namun keduanya tidak melakukan penafsiran yang
berarti, kecuali menyatakan adanya proses-proses dalam bumi yang menghasilkan
lava dan basalt, yang sekarang dikenal dengan proses magmatism. Namun, John
Strachey (1671-1740) sudah lebih awal mendasarkan penelitiannya pada
pengamatan lapisan batuan, yang diikuti oleh William Smith (1769-1839) yang
meletakkan prinsip-prinsip stratigrafi, sedangkan James Hutton (1726-1797) di
Skotlandia menerapkan prinsip-prinsip geologi secara umum berdasarkan
pengamatan belaka.

Pada dasarnya Empirisme sangat bertentangan dengan Rasionalisme. Seorang


yang beraliran Empirisme biasanya berpendirian bahwa pengetahuan didapat
melalui penampungan yang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut.
Ini berarti semua pengetahuan betapapun rumitnya dapat dilacak kembali dan apa
yang tidak dapat bukanlah ilmu pengetahuan. Penganut Empirisme menganggap
bahwa pengalaman inderawi sebagai pengadilan yang tertinggi.

c. Hubungan antara pertanyaan a dan b merupakan hubungan antara paham dan pelaku
dari paham tersebut, yaitu :

• Rasionalisme merupakan paham yang mendasarkan pada penalaran logis dengan


mengadakan asumsi-asumsi atau konsep dari pustaka yang ada, yang lebih
bersifat scholastic dan pelakunya disebut scholar, sedangkan
Empirisme merupakan paham yang lebih mengutamakan pengamatan alami dan
experiment yang menjadi cikal bakal terbentuknya science dan pelakunya disebut
scientist

7. Koesoemadinata (1995) dengan memodifikasi pernyataan Albert Einstein


menyatakan:
“ EXPLORATION TECHNOLOGY WITHOUT EXPLORATION CONCEPT IS
BLIND; EXPLORATION CONCEPT WITHOUT EXPLORATION
TECHNOLOGY IS LAME “. Jelaskan maksud dan makna pernyataan tersebut.

JAWABAN:
Maksud dari pernyataan “ Exploration Technology without Exploration Concept is
Blind; Exploration Concept without Exploration Technology is Lame “ adalah jika
kita ingin melakukan suatu eksplorasi pada suatu daerah yang mana teknologi
eksplorasi telah diterapkan dengan baik pada daerah tersebut, namun pada daerah
tersebut kita tidak mengaplikasikan konsep-konsep ekplorasi yang ada seperti :
melakukan studi pendahuluan pada daerah yang akan dieksplorasi, berupa aktifitas
persiapan sebelum melakukan kegiatan di lapangan yang meliputi studi literatur dari
hasil penelitian terdahulu terhadap daerah yang akan diselidiki, mempelajari konsep-
konsep geologi, interpretasi foto udara maupun citra landsat dan studi model yang
diperkirakan berdasarkan data geologi yang ada termasuk penyiapan peta kerja,
peralatan, membuat rencana percontohan, dan melakukan proses perizinan dengan
instansi terkait ; melakukan survey tinjau yaitu kegiatan eksplorasi awal yang terdiri
dari pemetaan geologi regional, pemotretan udara, citra satelit dan metoda survey
tidak langsung lainnya untuk mengidentifikasi daerah-daerah anomaly ; melakukan
prospeksi umum yaitu mempersempit daerah yang mengandung cebakan mineral
dengan cara pemetaan geologi dan pengambilan percontoh awal yang tujuannya
adalah untuk mengidentifikasi suatu Sumber daya alam ; maka tentunya pada saat
mencapai kegiatan eksplorasi kita tidak memiliki arah dan tidak akan dapat
mengidentifikasi (Blind) pada lokasi mana daerah eksplorasi yang prospek
mengandung sumber daya alam, kita tidak akan mengetahui sumber daya cebakan
mineral secara rinci, serta kita juga tidak akan menemukan dan mengidentifikasi
gambaran geologi berdasarkan ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas suatu
endapan sumber daya alam pada suatu daerah untuk kemudian dapat dilakukan
analisa/kajian kemungkinan dilakukannya pengembangan secara ekonomis.
Sedangkan, apabila kita telah memiliki konsep eksplorasi yang tepat pada suatu
daerah namun tidak ditunjang dengan teknologi eksplorasi yang handal misalnya
berupa teknologi pencitraan 3D seismic yang burtujuan untuk mengetahui gambaran
keadaan daerah subsurface yang akan kita eksplorasi maka hasil yang diperoleh
tidak akan memuaskan atau tidak akurat (lame). Hal ini tentu akan mempengaruhi
kualitas dari penentuan dan pengidentifikasian cadangan prospek dari sumber daya
alam yang terdapat dibawah permukaan. Olehnya itu, dalam melakukan
penyelidikan eksplorasi terhadap suatu daerah, maka konsep eksplorasi maupun
teknologi ekplorasinya harus berkesinambungan dan saling mendukung. Keduannya
merupakan factor penting dalam setiap proses eksplorasi yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain ataupun saling berdiri sendiri. Kedua faktor tersebut akan
berguna dalam menentukan baik dan tidaknya serta akurat dan tidak akuratnya hasil
dari penentuan cadangan sumber daya alam (mineral, batubara, minyak dan gas
bumi) yang terdapat di bawah permukaan.

8. Dengan memahami konsep/falsafah tentang Benda yang dimulai dengan:

Benda Angan/Bayangan → Benda Nyata – Ada (”Being”)/Ontologis →


Hakekat Benda/Makna Benda → Perbedaan Benda, bagaimana Sdr.
menerapkan konsep / filsafat tersebut pada pekerjaan eksplorasi suatu daerah ?

JAWABAN:

1. Maksud dari konsep Benda Angan/Bayangan → Benda Nyata – Ada


(”Being”)/Ontologis → Hakekat Benda/Makna Benda → Perbedaan Benda
jika dihubungkan dengan pekerjaan eksplorasi adalah :
Konsep Benda Angan/Bayangan

Awalnya, kita ingin melakukan pekerjaan eksplorasi pada suatu daerah ”X”, dimana
dari data geologi dan geofisik yang kita peroleh ternyata diekspektasikan bahwa
daerah tersebut merupakan daerah prospek Hidrokarbon, tetapi dari data dan konsep
yang telah diyakini kita belum dapat berspekulasi secara utuh mengenai potensi
hidrokarbon pada daerah ”X” hingga dilakukan proses pengeboran dan
menghasilkan minyak bumi. Jadi, hal ini masih merupakan konsep angan (konsep
awal) untuk memperoleh minyak bumi.

Konsep Benda Nyata – Ada (”Being”)/Ontologis

Setelah kita memperoleh konsep awal, kemudian kita mengembangkan konsep


tersebut dengan lebih detail, yaitu dengan menentukan koordinat titik pengeboran
pada daerah ”X”. Tujuan dari pengeboran ini merupakan proses pembuktian awal
untuk meyakinkan apakah terdapat kandungan Hidrokarbon pada daerah yang
dieksplorasi. Setelah melalui proses, ternyata dibuktikan bahwa daerah tersebut
mengandung Hidrokarbon yang ditandai dengan terproduksinya minyak bumi ke
permukaan. Hal ini membuktikan bahwa konsep angan yang dimaksud ternyata
terbukti menjadi konsep nyata (ada).

Konsep Hakekat Benda/Makna Benda

Konsep ini, lebih menitikberatkan pada hakekat atau manfaat dari produk yang telah
ditemukan yaitu Hidrokarbon (minyak bumi) bagi kepentingan manusia.

Setelah kita menemukan produk minyak bumi pada daerah “X”, maka tentunya
produk tersebut harus memiliki manfaat. Seperti yang kita ketahui bahwa minyak
bumi merupakan hasil pelapukan hewan dan tumbuhan renik yang terkubur pada
perut bumi selama jutaan tahun melalui proses fisika dan kimia, dimana peristiwa
tersebut mengalami penguraian berupa perubahan kimia membentuk gas (gas alam)
dan cairan kental (minyak bumi). Minyak bumi merupakan sebuah produk yang
sangat berarti sekali bagi kehidupan manusia. Karena minyak bumi merupakan
sumber energi dan sumber kehidupan bagi seluruh umat manusia. Adapun hasil atau
produk dari minyak bumi yang bermanfaat bagi umat manusia seperti: bensin, solar
dan avtur yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan; minyak tanah, sebagai
sebagai bahan bakar maupun penerangan lampu; aspal yang merupakan residu
minyak bumi digunakan sebagai bahan baku pengerasan jalan, serta masih banyak
lagi produk yang dihasilkan dari minyak bumi yang bermanfaat bagi umat manusia.

Konsep Perbedaan Benda

Konsep perbedaan benda dari produk minyak bumi ini berupa perbedaan yang
terlihat pada benda atau produk sebelum diproduksi dan setelah diproduksi.

Jika kita melihat produk dari minyak mentah ketika awal diproduksikan ke
permukaan masih berupa minyak mentah (Crude Oil) yang berwarna hitam dan
memiliki bau khas yang menyengat dan tidak dapat dimanfaatkan secara langsung
karena masih merupakan campuran dari berbagai komponen atau fraksi, terutama
hidrokabon dari rantai karbon yang sederhana atau pendek sampai ke rantai karbon
yang panjang. Fraksi-fraksi minyak bumi dapat dipisahkan berdasarkan perbedaan
titik didihnya yaitu dengan cara penyulingan bertingkat,yang artinya proses
pemisahan campuran berdasarkan titik didih dilakukan dengan pendidihan dan
pengembunan secara bertahap sehingga menghasilkan fraksi yang dapat
dipisahkan.Dari hasil penyulingan minyak bumi kasar diperoleh fraksi gas, fraksi
bensin, fraksi minyak tanah, fraksi minyak diesel dan fraksi residu. Fraksi-fraksi
tersebut dapat dimanfaatkan secara langsung bagi kebutuhan umat manusia.

Berdasarkan pernyataan tersebut diperoleh kesimpulan bahwa minyak mentah yang


pertama kali diproduksikan merupakan barang yang belum memiliki manfaat bagi
kubutuhan hidup umat manusia, sehingga satu produk tersebut (crude oil) harus
diolah terlebih dahulu menghasilkan berbagai produk energi yang berbeda jenis dan
kegunaannya tetapi kesemua produk tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupan
seluruh umat manusia, khususnya sebagai sumber energi.

9. Apakah yang saudara ketahui tentang elemen-elemen yang terdapat dalam


gambar ini, jelaskan pula keterkaitan dari masing-masing elemen tersebut.

JAWABAN:
Fakta adalah kenyataan yang terobservasi dan teramati, hipotesis adalah hasil usaha
untuk menjelaskan hubungan antara beberapa fakta yang teramati, sedangkan teori
merupakan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara beberapa fenomena yang
teramati dan telah terbukti kebenarannya ataupun telah diakui secara luas.
Maksud dari bagan yang pertama adalah dari hasil kenyataan/fenomena yang
terobservasi, dapat diajukan satu beberapa hipotesis yang kemudian hipotesis
tersebut diuji dan apabila telah terbukti atau disepakati kebenarannya maka akan
dapat dikatakan sebagai teori. Maksud bagan tersebut juga menyatakan bahwa dari
fakta, harus menghasilkan hipotesis terlebih dahulu, tidak bisa langsung dibuat
sebuah teori.
Hipodigma adalah hasil pengamatan atau fenomena yang keseluruhan atau holistik,
sedangkan paradigma merupakan tinjauan yang lebih spesifik terhadap sebagian
dari keseluruhan. Sementara itu interpretasi adalah suatu simpulan yang ditarik dari
fenomena keseluruhan dengan mengunakan asumsi-asumsi tertentu.
Bagan kedua mengungkapkan suatu interpretasi (simpulan) dapat ditarik dari
keseluruhan fenomena yang ada (hipodigma) kemudian dispesifikkan dengan
menganalisis sebagian yang menjadi focus, atau bisa juga interpretasi bisa langsung
diambil dari hipodigma tanpa melewati paradigm terlebih dahulu.

Pada bagan ketiga, fakta adalah fenomena/kenyataan yang teramati atau


terobservasi, dan deskripsi adalah hasil suatu usaha untuk menggambarkan atau
menjelaskan suatu fenomena/kenyataan. Komparasi adalah suatu perbandingan
antara sebuah nilai dengan nilai lainnya, sedangkan teori merupakan sebuah
penjelasan mengenai hubungan antara beberapa fenomena yang teramati dan telah
terbukti kebenarannya ataupun telah diakui secara luas
Bagan ketiga mengungkapkan bahwa dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
fenomena yang teramati maka dapat disusun suatu deskripsi yang mencoba
menggambarkan atau menjelaskan fakta-fakta yang ada. Setelah itu dilakukan
komparasi antara deskripsi yg telah disusun dengan keseluruhan fenomena yg
teramati, dan setelah diuji dapat digunakan sebagai teori.

You might also like