You are on page 1of 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

DI RUANG ANGGREK

RSUD UNGARAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : RIMA INDRIYANI

N IM : 16.080

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO

SEMARANG

2018
1. DEFINISI
Infeksi saluran kemih adalah istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi
mikroorganisme pada saluran kemih, ISK (Urinarius Tractus Infection) adalah suatu keadaan
adanya invasi mikrooganisme pada saluran kemih (Agus Tessy, 2001).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya
mikroorganisme patogenik dalam traktis urinarius dengan atau tanpa disertai tanda dan gejala
(Brunner & Suddarth, 2002).
Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal, ureter, buli-buli,
ataupun uretra. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah umum yang menunjukkan
keberdaan mikroorganisme (MO) dalama urine (Sukandar, E, 2004).
ISK adalah invasi mikroorganisme pada salah satu atau beberapa bagian saluran kemih
(Adhie Djohan Utama, 2006).

2. ETIOLOGI
a. Faktor Resiko
1) Wanita lebih beresiko dibandingkan dengan pria.
2) Memiliki riwayat penyakit menular seksual
3) Kateterisasi
b. Faktor Predisposisi
1) Bakteri Escherichia coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas, dan
Staphylococcus saprophyticus.
2) Terganggunya glikosaminoglikan
3) Refluks uretrovesikal
4) Refluks ureterovesikal
5) Obstruksi aliran urin
c. Faktor Presipitasi
1) Hygiene buruk.
2) Cara membasuh alat kelamin yang salah
3) Sering menahan kencing

3. PATOFISIOLOGI
Wanita lebih beresiko dibandingkan dengan pria karena uretra pada wanita lebih pendek
dan memiliki jarak yang dekat dengan anus sehingga bakteri pathogen mudah masuk ke
uretra. Infeksi menular seksual yang biasa menyebabkan ISK adalah infeksi herpes virus
genital ditularkan melalui hubungan seksual selama periode simptomatik maupun
asimptomatik saat virus dilepaskan oleh pasangannya. Pecahnya lesi dapat menyebabkan
peradangan meatus dan disuria. Vesikel dapat muncul pada mukosa uretra. Beberapa genotip
HVP telah diketahui dapat meningkatkan resiko keganasan. Kutil intra uretra dapat
menyebabkan sekret uretra, disuria, sekret yang berdarah, atau hematuria. Kutil yang
menyebar intrauretra dapat melibatkan kandung kemih dan ureter.
Diketahui bahwa pemasangan dower kateter merupakan salah satu sarana masuknya agent
atau mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh, untuk itu perlu dilakukan penggantian kateter
dan perawatan kateter. Selang kateter bagian luar (yang terhubung dengan kantong urin)
dalam keadaan terbuka dan bersentuhan dengan lingkungan luar. Bakteri pathogen menempel
pada selang bagian luar tersebut dan bakteri pathogen menjadikannya sebagai jembatan
masuk ke saluran perkemihan.
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat,
hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen.
a. Secara Asending yaitu:
1) Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: factor anatomi
dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga
insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal,
pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian
kateter).
2) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
b. Secara Hematogen yaitu:
Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah
penyebaran infeksi secara hematogen.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga
mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang
mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut,
dan lain-lain.
Glikosaminoglikan merupakan anti-lekat bakteri, sehingga bakteri tidak bisa melekat
pada dinding-dinding saluran perkemihan dan kandung kemih. Namun karena
glikosaminoglikan terganggu fungsinya oleh agen tertentu seperti siklamat, asparmat, sakarin,
dan metabolit triptopan maka glikosaminoglikan tidak menjadi anti-lekat yang sempurna.
Refluks uretrovesikal merupakan aliran balik urin dari uretra ke kandung kemih. Ketika
mengejan vesika urinaria akan berkontraksi sehingga mendorong urin menuju uretra, namun
ketika selesai mengejan urin balik dari uretra ke vesika urinaria. Dengan baliknya urin ke
vesika urinaria, bakteri yang terdapat pada anterior uretra masuk ke dalam saluran kencing.
Refluks ureterovesikal merupakan aliran balik urin dari vesika urinaria atau kandung kemih
ke ureter. Hal ini biasanya terjadi akibat kelainan kongenital atau abnormalitas ureteral yaitu
rusaknya katup ureterovesikal, katup yang membatasi ureter dengan vesika urinaria.
Rusaknya katup tersebut mengakibatkan aliran balik urin yang terkontaminasi bakteri
patogen ke ureter.
Obstruksi aliran urin yang terletak disebelah proksimal dari vesika urinaria dapat
mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan pada pelvis ginjal dan ureter. Hal ini
mengakibatkan atrofi pada parenkim ginjal (hidronefrosis) yang disebabkan oleh jaringan
parut pada vesika urina ginjal dan uretra, batu ginjal, neoplasma, hipertrofi prostat.
Tersumbatnya aliran urin mengakibatkan bakteri patogen berkembang biak di dalam saluran
kencing sehingga akan menginfeksi seluran kencing tersebut.
Kebersihan alat kelamin yang buruk mengakibatkan area tersebut lembab sehingga
bakteri pathogen berkembang biak disana. Tidak tertutup kemungkinan bakteri akan masuk
melalui meatus uretra dan naik ke saluran kemih bagian atas. Cara membasuh alat kelamin
dan anus yang salah pada saat buang air besar dapat menyebabkan kontaminasi fekal pada
traktus uretra. Mikroorganisme dari anus akan naik ke uretra dan menginfeksi saluran-saluran
urinaria. Cara membasuh yang benar adalah satu arah dari atas ke bawah (dari kelamin ke
anus), bukan dari anus naik ke kelamin atau bukan dengan gerakan naik turun.
Saat seseorang menahan buang air kecil, maka kandung kemih akan melar atau meregang,
hal ini akan membuat pompa di kandung kemih tidak bisa berfungsi dengan baik saat buang
air kecil. Sehingga tak jarang banyak orang yang baru selesai buang air kecil, tak lama
kemudian akan timbul kembali rasa ingin pipis. Urine yang tersisa banyak di kandung kemih
membuat saluran tersebut mudah terkena infeksi. Tapi jika akibat menahan tersebut membuat
pompa kandung kemih memberikan tekanan yang tinggi, maka bisa mengakibatkan
kerusakan ginjal.
4. MANIFESTASI KLINIK
Umumnya 10 % penderita infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri yang
mungkin dapat tidak menimbulkan gejala sehingga penderita tidak menyadari adanya infeksi.
Pada keadaan yang menimbulkan tanda dan gejala biasanya :
1. Dysuria (rasa terbakar pada saat berkemih).
2. Frekuensi pengeluaran urine yang sedikit-sedikit dan sering.
3. Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih/pengosongan kandung kemih yang
tidak tuntas.
4. Nyeri suprapubik dan menyebar menjadi nyeri pinggang dan dapat terjadi low back
pain.
5. Spasme kandung kemih.
6. Warna urine yang keruh.
7. Hematuria pada keadaan lanjut.
8. Gangguan saluran intestinal : mual, muntah dan anoreksia
Tanda dan gejala pada infeksi saluran kemih sangat bervariasi bahkan tidak menimbukan
gejala apapun. Pada infeksi saluran kemih bagian bawah (sistisis) mencakup :
a. Nyeri yang sering
b. Rasa panas ketika
c. Kadang-kadang disertai spasme pada kandung kemih dan area suprapubis
d. Hematuria
e. Nyeri punggung
f. Peningkatan frekuensi berkemih
g. Perasaan ingin berkemih
h. Adanya sel-sel darah putih dalam urin
i. Demam yang disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah.

Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis) :


1. Demam
2. Menggigil
3. Nyeri panggul dan pinggang
4. Nyeri ketika berkemih
5. Malaise
6. Pusing
7. Mual dan muntah
5. PATHWAY
6. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain:

a. Batu saluran kemih


b. Obstruksi saluran kemih
c. Sepsis
d. Infeksi kuman yang multisystem
e. Gangguan fungsi ginjal

Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi jangka panjang
adalah terjadinya renal scar yang berhubungan erat dengan terjadinya hipertensi dan gagal
ginjal kronik. ISK pada kehamilan dengan BAS (Basiluria Asimtomatik) yang tidak diobati
akan menyebabkan:
a. Pielonefritis
b. Bayi premature
c. Anemia
d. Pregnancy-induced hypertension
Selain itu ISK pada kehamilan juga menyebabkan:
a. Retardasi mental pada bayi
b. Pertumbuhan bayi
c. Cerebral palsy
d. Fetal death.

7. DATA PENUNJANG
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang menegakkan diagnosis
infeksi saluran kemih, antara lain :
1) Urinalisis
Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin melalui urin porsi
tengah, pungsi suprapubik, dan kateter uretra. Secara umum, untuk anak laki-laki dan
perempuan yang sudah bisa berkemih sendiri, maka cara pengumpulan spesimen yang
dapat dipilih adalah dengan cara urin porsi tengah. Urin yang dipergunakan adalah
urin porsi tengah (midstream). Untuk bayi dan anak kecil, spesimen didapat dengan
memasang kantong steril pada genitalia eksterna. Cara terbaik dalam pengumpulan
spesimen adalah dengan cara pungsi suprapubik, walaupun tingkat kesulitannya
paling tinggi dibanding cara yang lain karena harus dibantu dengan alat USG untuk
memvisualisasikan adanya urine dalam vesica urinaria.
Pada urinalisis, yang dinilai adalah sebagai berikut:
a) Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan penanda bagi
berbagai penyakit glomeruler maupun non-gromeruler, seperti batu saluran kemih dan
infeksi saluran kemih.
b) Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh Stamm, bila
ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak disentrifus atau setara
dengan 2-5 leukosit per lapangan pandang besar pada urin yang di sentrifus. Infeksi
saluran kemih dapat dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak > 10 per mikroliter
urin atau > 10.000 per ml urin .
Piuria yang steril dapat ditemukan pada keadaan :
(1) Infeksi tuberkulosis
(2) Urin terkontaminasi dengan antiseptik
(3) Urin terkontaminasi dengan leukosit vagina
(4) Nefritis intersisial kronik (nefropati analgetik)
(5) Nefrolitiasis
(6) Tumor uroepitelial

c) Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal, antara lain:
(1) Silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau vaskulitis
ginjal.
(2) Silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk pielonefritis
(3) Silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada
gromerulonefritis akut
(4) Silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila ditemukan
bersamaan dengan proteinuria nefrotik.
d) Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal.
e) Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik dengan infeksi
saluran kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh kontaminasi.

2) Bakteriologis
a) Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa
diputar atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai satu bakteri
lapangan pandang minyak emersi.
b) Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk memastikan
diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna, yaitu:
Tabel 3. Kriteria untuk diagnosis bakteriuria bermakna

Pengambilan spesimen Jumlah koloni bakteri per ml urin


Aspirasi supra pubik > 100 cfu/ml dari 1 atau lebih
organisme patogen
Kateter > 20.000 cfu/ml dari 1 organisme
patogen
Urine bag atau urin porsi tengah > 100.000 cfu/ml

Dalam penelitian Zorc et al menyatakan bahwa ISK pada anak-anak sudah dapat
ditegakkan bila ditemukan bakteri lebih besar dari 10.000 cfu per ml urin yang
diambil melalui kateter. Namun, Hoberman et al. menyatakan bahwa ditemukannya
jumlah koloni bakteri antara 10.000 hingga 49.000 cfu per ml urin masih diragukan,
karena kemungkinan terjadi kontaminasi dari luar, sehingga masih diperlukan biakan
ulang, terutama bila anak belum diobati atau tidak menunjukkan adanya gejala ISK.

b. Radiologis dan Pemeriksaan Penunjang Lainnya


Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau
kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Pemeriksaan ini dapat berupa
foto polos abdomen, pielografi intravena, demikian pula dengan pemeriksaan lainnya,
misalnya ultrasonografi dan CT-scan.
c. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
d. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria
utama adanya infeksi.
e. Metode test
 Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess
untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka pasien
mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri
yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
 Tes Penyakit Menular Seksual (PMS)
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
 Tes-tes tambahan :
Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi
juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari
abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses,
hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic,
sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

8. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1) Identitas pasien
Meliputi: Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Suku, Bangsa, Pekerjaan,
Pendidikan, Status Perkawinan, Alamat, Tanggal Masuk Rumah Sakit.
2) Keluhan utama
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan pasien, biasanya
jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya berupa rasa sakit
atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa
sakit tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas
keluhan klien biasanya sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa
tidak enak atau nyeri pinggang.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan pasien, biasanya
jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya berupa rasa sakit
atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa
sakit tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas
keluhan klien biasanya sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa
tidak enak atau nyeri pinggang.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada pengkajian biasanya ditemukan kemungkinan penyebab infeksi saluran kemih
dan memberi petunjuk berapa lama infeksi sudah di alami klien. Biasanya klien
dengan ISK pada waktu dulu pernah mengalami penyankit infeksi saluran kemih
sebelumnya atau penyakit ginjal polikistik atau batu saluran kemih, atau memiliki
riwayat penyakit DM dan pemakaian obat analgetik atau estrogen, atau pernah di
rawat di rumah sakit dengan dipasangkan kateter.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Merupakan riwayat kesehatan keluarga yang biasanya dapat meperburuk keadaan
klien akibat adanya gen yang membawa penyakit turunan seperti DM, hipertensi dll.
ISK bukanlah penyakit turunan karena penyakit ini lebih disebabkan dari anatomi
reproduksi, higiene seseorang dan gaya hidup seseorang, namun jika ada penyakit
turunan di curigai dapat memperburuk atau memperparah keadan klien.
Pengkajian Pola Gordon :
a. Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan
Pandangan pasien tentang penyakitnya dan cara yang dilakukan pasien menangani
penyakitnya.
b. Aktifitas dan latihan
Biasanya pasien mengalami penurunan aktifitas berhubungan dengan kelemahan
tubuh yang dialami. Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total
agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
c. Istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur sering mengalami gangguan karena nyeri yang dialami
d. Nutrisi metabolic
Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan mengalami penurunan akibat
nafsu makan yang kurang karena mual, muntah saat makan sehingga makan hanya
sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
e. Eliminasi
Eliminasi alvi klien tidak dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring
lama. Sedangkan eliminasi urine mengalami gangguan karena ada organisme yang
masuk sehingga urine tidak lancar.
f. Kognitif Perseptual.
Daya ingat pasien ISK kebanyakan dijumpai tidak mengalami gangguan.
g. Konsep Diri
Perasaan menerima dari pasien dengan keadaannya, kebanyakan pasien tidak
mengalami gangguan konsep diri.
h. Pola Koping
Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan oleh pasien adalah dengan
meminta pertolongan orang lain.
i. Pola Seksual Reproduksi
Kemampuan pasien untuk melaksanakan peran sesuai dengan jenis kelamin.
Kebanyakan pasien tidak melakukan hubungan seksual karena kelemahan tubuh
j. Pola Peran Hubungan
Perubahan pola peran hubungan dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas
fisik untuk melakukan peran.

b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agens cedera biologis (infeksi)
2. Gangguan eliminasi urine (00016) berhubungan dengan infeksi saluran kemih

c. Intervensi

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1. Nyeri akut (00132) Tujuan : Kontrol Nyeri Manajemen nyeri (1400)
berhubungan dengan (1605)
agens cedera biologis 1. Berikan
(infeksi) Kriteria hasil: informasi
1. (160502) mengenai nyeri,
mengenali seperti penyebab
kapan nyeri nyeri, berapa
terjadi. lama nyeri akan
Dipertahankan dirasakan, dan
pada skala 4 antisipasi dari
(sering ketidaknyamana
menunjukkan) n akibat
2. (160503) prosedur.
menggunakan 2. Ajarkan prinsip-
tindakan prinsip
pencegahan. manajemen
Dari skala 1 nyeri.
(tidak pernah 3. Dorong pasien
menunjukkan) untuk memonitor
ditingkatkan ke nyeri ketika
skala 4 (sering menangani nyeri
menunjukkan) nya dengan
3. (160511) tepat.
melaporkan 4. Ajarkan
nyeri yang penggunaan
terkontrol. Dari teknik
skala 1 (tidak nonfarmakologi
pernah (seperti:
menunjukkan) relaksasi, terapi
ke skala 4 musik)
(sering
menunjukkan)
2. Gangguan eliminasi Eliminasi urine (0503) Kontrol infeksi (6540)
urine (00016)
berhubungan dengan Kriteria hasil : 1. Anjurkan pasien
infeksi saluran kemih 1. (050304) warna mengenai teknik
urine dari skala mencuci tangan
3 (cukup dengan tepat
terganggu) 2. Gunakan sabun
ditingkatkan ke antimikroba
skala 5 (tidak untuk cuci
terganggu) tangan yang
2. (050309) nyeri sesuai
saat kencing 3. Berikan terapi
dari skala 2 antibiotic yang
(cukup berat) sesuai
ditingkatkan ke 4. Anjurkan pasien
skala 3 (sedang) untuk meminum
3. (050330) rasa antibiotik seperti
terbakar saat yang diresepkan
berkemih dari 5. Ajarkan pasien
skala 3 (sedang) dan anggota
ditingkatkan ke keluarga
skala 4 (ringan) mengenai
bagaimana
menghindari
infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC).


Yogyakarta: ELSEVIER
Moorhead, Sue,dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Yogyakarta:
ELSEVIER
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10
editor T Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi
Saluran Kemih Edisi 3. Jakarta: FKUI
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC
Sukandar, E. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

You might also like