You are on page 1of 7

PENDAHULUAN

Disiplin ilmu biokimia berkembang pada saat ahli-ahli kimia


memelajari tentang molekul-molekul sel dan para ahli biologi mulai
memelajari dasar molekuler pengamatan mereka terhadap makhluk hidup
(Marks 2000). Salah satu cabang ilmu fisika yang mengkaji aplikasi
mengenai aneka perangkat hukum fisika untuk menjelaskan aneka fenomena
hayati atau biologi adalah Biofisika (Damayanti et al. 2016). Praktikum pada
minggu pertama merupakan kegiatan untuk memahami aspek biofisik terkait
dengan proses biokimia. Bobot jenis, tegangan permukaan, emulsi, sistem
koloid, larutan penyangga, dan tekanan osmosis adalah aspek biofisik yang
menjadi pembahasan pada praktikum Biofisik.
Bobot jenis merupakan perbandingan massa suatu zat dengan massa
air pada suhu dan volume yang sama. Bobot jenis menjelaskan banyaknya
komponen yang terdapat pada zat tersebut (Kristian et al. 2016). Adapun
faktor-faktor yang memengaruhi bobot jenis suatu larutan adalah suhu, massa
zat, volume zat, dan kekentalan atau viskositas suatu zat (Januarti 2008).
Temperatur tinggi menyebabkan senyawa menguap sehingga dapat
mempengaruhi bobot jenis nya,begitu juga saat suhu rendah dapat
menyebabkan senyawa membeku. Semakin besar massa yang dimiliki suatu
zat maka bobot jenisnya pun akan semakin besar.Volume dan kekentalan
(viskositas) suatu zat akan mempengaruhi bobot jenis zat tersebut (Young
2002).
Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang harus
dikerjakan sejajar permukaan untuk mengimbangi gaya tarikan ke dalam pada
cairan. Sifat permukaan suatu zat cair yang berperilaku sebagai selapis kulit
tipis yang lentur akibat pengaruh tegangan disebut sebagai surface of stress.
Hal ini disebabkan oleh terjadinya gaya adhesi (antara cairan dan udara) lebih
kecil dari pada gaya kohesi antara molekul cairan sehingga menyebabkan
terjadinya gaya ke dalam pada permukaan cairan (Giancoli 2001). Sehingga
dapat dikatakan bahwa tegangan permukaan merupakan daya tahan lapisan
permukaan terhadap suatu usaha untuk mengubah luas permukaan tersebut.
Tegangan permukaan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
konsentrasi zat, jenis zat, suhu, dan zat terlarut. Cairan yang memiliki gaya
tarik menarik antar molekulnya besar,maka tegangan permukaan nya juga
besar. Tegangan permukaan cairan akan turun ketika suhu naik (Juliyanto et
al. 2015).
Campuran dari dua jenis fase zat yang bercampur dengan sendirinya
maupun dengan cara dikocok disebut dengan Emulsi. Emulsi dapat
didefinisikan sebagai suatu suspense metastabil yang terdiri dari dua atau
lebih zat yang tidak saling melarutkan (Sudrajat et al. 2015). Emulsi terbagi
menjadi dua jenis yaitu emulsi water in oil (W/O) dan emulsi oil in water
(O/W) berdasarkan medium pendispersi dan zat terdispersi nya (Iskandar
2015). Air merupakan molekul yang memiliki gugus polar sedangkan minyak
merupakan zat yang memiliki gugus non polar.Perbedaan ini menyebabkan
keduanya tidak bisa menyatu karena gugus polar hanya bisa bersatu dengan
gugus polar. Contoh dari emulsi alamiah antara lain susu,margarin,dan santan
(Hartayanie 2014).
Praktikum ini bertujuan menentukan bobot jenis suatu larutan,
mengamati perbedaan perbedaan tegangan permukaan pada berbagai jens
larutan, dan mengamati perbedaan sifat di berbagai jenis emulsi.

METODE

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari Selasa, 18 September 2018 pukul


13.00-16.00 WIB di Laboratorium Pendidikan Biokimia 2, lantai 5, Gedung
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah densitometer,


termometer, urinometer (hidrometer), corong, gelas piala, gelas ukur, gelas
arloji, tabung reaksi, pipet tetes, pipet mohr, batang pengaduk, jarum,
mikroskop, tisu, mortar dan alu. Bahan yang digunakan pada praktikum ini
adalah larutan NaCl 0.3%, NaCl 0.9%, NaCl 5%, gukosa 5%, NaCl 20%,
larutan albumin 1%, urin, akuades, air kelapa, air keran, air sabun, air sungai,
larutan detergen, cairan empedu, alkohol, minyak mineral (minyak
tanah),minyak kelapa, gum arab, susu segar, margarin, sudan merah.

Prosedur Percobaan

Percobaan Mengukur Bobot Jenis Larutan Alamiah. Larutn akuades,


NaCl 0,3%, NaCl 0,3%, NaCl 5%, glukosa 5%, albumin 1%, air kelapa, dan
air kran disiapkan lalu diukur suhu setip larutan menggunakan termometer.
Setelah itu, masing-masing larutan dimasukan ke dalam gelas ukur kemudian
hidrometer dimasukkan ke dalam gelas ukur tersebut sampai mengapung.
Bobot jenis larutan diukur secara bergantian, jika suhu larutan kurang atau
melebihi suhu alat (20oC) maka harus dilakukan koreksi terhadap skala yang
terbaca.

Percoban Bobot Jenis Urin Manusia. Dua probandus disiapkan untuk


diambil urinnya. Masing-masing urin diukur suhunya menggunakan
termometer, kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur urinometer dan
hydrometer dimasukkan ke dalam gelas ukur sampai mengapung dan tidak
menyentuh dinding gelas ukur. Bobot jenis urin diukur secr bergantiaan
dengan membaca skala pada hidrometer. Jika suhu urin melebihi atau kurang
dari suhu alat (20oC) maka perlu dilakukan koreksi terhadap skala yang
terbaca.

Percobann Tegngan Permukaan Cairann Alamiah. Jarum, gels arloji,


dan beberapa cairan alamiah (akuades, cairan empedu, air kelapa, air sungai,
dan larutan deterjen) disiapkan untuk melihat tegangan permukaannya. Jarum
dimasukkan ke dalam gelas arloji, kemudian secara perlahan larutan alamiah
dimasukkan ke dalamnya sampai jarum itu mengapung. Metode ini dilakukan
secara bergantian dengan larutan alamiah lainnya.

Percobaan Jumlah Tetesan dan Tegangan Permukaan. Sebanyak 1 ml


akuades dimasukkan ke dalam pipet. Pipet diposisikan tegak selama dua
menit dan dihitung jumlah dan jumlah tetesannya hingga akuades di dalam
pipet habis. Larutan NaCl 20%, alcohol, minyak mineral, dan air sabun
disiapkan juga untuk diuji jumlah dan volume tetesannya. Pipet dibersihkan
terlebih dahulu jika hendak digunakan untuk larutan yang berbeda. Untuk
pemakaian minyak mineral, pipet dibilas dengan menggunakan akuades dan
eter. Jumlah tetesan setiap larutan dbandingkan.

Percobaan Emulsi Minyak Kelapa dan Air. Satu tabung reaksi


disiapkan untuk diisi minyak kelapa dan air. Perbandingan Jumlah minyak
kelapa dan air 1 : 1. Kedua larutan itu dikocok sampai bercampur rata dan
dilihat kestabilan larutan tersebut. Larutan dikocok lagi untuk melihat
kestabilannya bertambah atau tidak. Untuk mengamati komponen minyak
kelapa, sudan merah ditambahkan pada larutan tersebut.

Percobaan Emulsi Minyak Kelapa dan Sabun. Satu tabung reaksi


disiapkan untuk diisi minyak kelapa dan air sabun. Perbandingan minyak
elapa dan air sabun adalah 1 : 1. Kedua larutan tersebut dikocok hingga
tercampur rata. Larutan dikook lebih lama dan dilihat kestabilannya akan
bertambah lagi atau tidak. Untuk melihat komponen minyak kelapa, sudan
merah ditambahkan ke dalam larutan tersebut.

Percobaan Emulsi Minyak Kelapa dan Gum Arab. Gum 1 gram


dihaluskan lalu ditambahkan 5 ml minyak kelapa lalu dikocok sampai benar-
benar homogen. Kemudian 3 ml akuades ditambahkan kemudian diaduk
kembali sampai homogen dan pekat, 5 ml akuades ditambahkan sedikit demi
sedikit ke dalamnya. Emulsi minyak kelapa dan gum sudah terbentuk,
kemudian dipindahkan ke tabung reaksi untuk melijat kestabilannya dan
setetes emulsi diamati di bawah mikroskop.

Percobaan Emulsi Alamiah. Emulsi susu dimasukkan ke dalam


tabung reaksi dan diamati kestabilannya. Komponen emulsi susu dimati di
bawah mikroskop.

Percobaan Emulsi Industri. Margarin diambil dan diamati di bawah


mikroskop. Kemudian dilihat media dalam margarin dan jenis emulsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil percobaan dapat disajikan sebagai berikut :

Tabel 1 Bobot Jenis Larutan Alamiah


Jenis Larutan Talat Tlarutan BJ ukur FK BJ terkoreksi
o
( C) (o
C) (g/mL) (g/mL)
NaCl 0,3% 20 oC 27 oC 1,004
NaCl 0,9% 20 oC 27 oC 1,005
NaCl 5% 20 oC 27 oC 1,021
Air Kelapa 20 oC 24 oC 1,012
Air Keran 20 oC 25 oC 1,003
Glukosa 5% 20 oC 23 oC 1,010
Albumin 1% 20 oC 26 oC 1,003
Aquades 20 oC 26 oC 1,002

Coper
Larutan NaCl 10%
𝑆𝑢ℎ𝑢 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 −𝑠𝑢ℎ𝑢 𝑎𝑙𝑎𝑡
FK = X 10-3
3
FK =
FK =
BJ Trkoreksi = BJ Terukur + FK
= 1,004 +
=

Hasil pengukuran bobot jenis menunjukan bahwa bobot jenis terbesar adalah NaCl 5%

sedangkan bobot jenis terkecil adalah Albumin 1%. Hal ini dikrenakan NaCl 5% memiliki konsentrasi

zat terlarut yang besar. Semakin besar konsentrasi senyawa suatu larutan, maka semakin besar juga

berat jenis larutan tersebut (Kristian et al.2016).


Tabel 2 Bobot Jenis Urin
BJ
Sampel Urin Talat Tlarutan BJ ukur FK
terkoreksi
Probandus
(g/mL) (g/mL)
A 20 oC 34 oC 1,009
B 20 oC 32 oC 1,029
C 20 oC 31 oC 1,013

Coper
Larutan Sampel A
𝑆𝑢ℎ𝑢 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 −𝑠𝑢ℎ𝑢 𝑎𝑙𝑎𝑡
FK = X 10-3
3
FK =
FK =

BJ Terkoreksi = BJ Terukur + FK
= 1,009 +
=
Pengukuran urin dilakukn dengan menggunkan alat urinometer
Tabel 3 Tegangan Permukaan Cairan Alamiah
Jenis Cairan Jumlah tetesan Pengamatan
Akuades tetes Jarum mengapung
NaCl 20% tetes Jarum mengapung
Alkohol 70% tetes Jarum mengapung
Minyak tanah tetes Jarum mengapung

Alkohol 75% tetes Jarum tenggelam

Air Sabun tetes

Tabel 4 Pengamatan Berbagai Emulsi


Margarin
Emulsi/ Minyak +
Minyak + air Minyak + Susu (emulsi ( emulsi
pengamatan sabun
gum arab almiah) industri)
Kestabilan
Tipe emulsi

Med. Terdispersi

Med. Pendispersi

Gambar
Ket : ( - ) tidak stabil
(+) stabil

SIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Damayanti W, Perdana KF, Sukarmin S. 2016. Penguasaan konsep biologi


berbasis konsep fisika menggunakan pembelajaran tematik dengan
model Problem Based Learning. Seminar Nasional Pendidikan dan
Sains Teknologi 10(1) : 257-533.
Ermawati Y. 2008. Kimia fisik: tegangan permukaan. Jurnal Kimia. 2(1): 35-
40.
Gamman, PM. 2002. Ilmu Pangan Nutrisi Dan Mikrobiologi. Yogyakarta
(ID): UGM-Press.
Giancoli DC. 2001. Fisika. Jakarta (ID): Erlangga.
Hartayanie L, Ernawati FU. 2008. Karakteristik emulsi santan dan minyak
kedelai yang
ditambah gum arab dan sukrosa ester. Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan 25(2) :
152-157.
Iskandar S. 2015. Ilmu Kimia Teknik. Yogyakarta (ID) : Deepublish.
Januarti N. 2008. Penerapan bobot jenis dan rapat massa [skripsi]. Makassar
(ID) : Universitas Hasanuddin.
Juliyanto E, Rofingah J, Sejati AF, Hakim FN. 2015. Menentukan tegangan
permukaan zat cair. Jurnal Kajian Pendidikan Sains 8(2) : 176-186.
Kristian J, Zain S, Nurjanah S, Widyasanti A, Putri SH. 2016. Pengaruh lama
ekstrasi terhadap rendemen dan mutu minyak bunga melati putih
menggunakan metode ekstrasi pelarut menguap (Solvent Extruction).
Jurnal Teknotan 10(2) : 34-44.
Lehninger AR. 2008. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I. Jakarta (ID): Erlangga.
Marks DB. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendekatan Klinis.
Jakarta (ID): EGC.
Muda M. 2011. Kimia Analisis. Makassar (ID): Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
Kebangsaan.
Murray RK, Bender DA, Botham KM, Kennelly PJ, Rodwell VW, Weil PA.
2014. Biokimia Harper Edisi 29. Jakarta (ID): EGC.
Samsi KMK, Phangkawira E, Yang SJ. 2009. Hubungan berat molekul
dengan ukuran molekul koloid yang lazim digunakan dalam resusitasi
sindrom syok dengue. Sari Pediatri 10(6): 381-391.
Sudrajat A, Setiawan I, Faisal A. 2015. Analisis thermal gravimetric analisis
bahan bakar emulsi air. Jurnal Teknik Mesin Untirta 1(1) : 1-5.
Utami S. 2011. Larutan buffer. Jurnal Kimia Pendidikan 1(1): 56-71.
Young, HD. 2002. Fisika Universitas. Jakarta (ID): Erlangga.

You might also like