You are on page 1of 19

ANATOMI

Columna vertebralis terdiri dari 33 vertebra yang teratur dalam 5 daerah, tetapi hanya
24 dari jumlah tersebut [ 7 vertebra cervicalis, 12 vertebra thoracica, dan 5 vertebra lumbalis]
dapat digerakkan pada orang dewasa. Pada orang dewasa kelima vertebra melebur
membentuk os sacrum, dan keempat vertebra coccygea melebur untuk membentuk os
coccygis.5

Gambar 3.1 columna vertebrae.6


Vertebra dari berbagai daerah memiliki ukuran dan sifat khas, dan vertebra dalam satu
daerah pun satu dengan yang lainnya memperlihatkan perbedaan yang lebih kecil. Vertebra
yang khas terdiri atas corpus vertebrae dan arcus vertebrae. Corpus vertebrae adalah bagian
ventral yang memberi kekuatan pada columna vertebralis dan menganggung berat tubuh.
Corpus vertebrae, terutama dari pediculus arcus vertebrae dan lamina arcus vertebrae.
Pediculus arcus vertebrae adalah taju pendek yang kokoh dan menghubungkan lengkung
pada corpus vertebrae; incisura vertebralis merupakan torehan pada pediculus arcus
vertebrae. Incisura vertebralis superior dan incisura vertebralis inferior pada vertebra-
vertebra yang bertetangga membentuk sebuah foramen intervertebrale. Pediculus arcus
vertebrae menjorok ke arah dorsal bertemu dengan dua lempeng tulang yang lebar dan
gepeng, yakni lamina arcus vertebrae. Arcus vertebrae dan permukaan dorsal corpus
vertebrale membatasi foramen vertebrale. Foramen vertebrale berurutan pada columna
vertebralis yang utuh, membentuk canalis vertebralis yang berisi medulla spinalis, meninges,
jaringan lemak, akar saraf dan pembuluh.5

Gambar 3.2 vertebra yang khas. A. tampakan anterior B. tampakan lateral.2


Secara umum tulang punggung cervical memiliki bentuk tulang yang kecil dengan
spina atau processus spinosus yang pendek, kecuali pada tulang ke-2 dan ke-7 yang
processusnya agak panjang. Diberi nomor sesuai dengan urutannya dari C1- C7, namun
beberapa memiliki sebutan khusus seperti C1 atau atlas, C2 atau aksis. Setiap mamalia
memiliki 7 tulang punggung leher, seberapapun panjang lehernya.5

Gambar 3.3 tampakan superior os vertebrae C4 dan C7.7


Gambar 3.4 os vertebrae cervicalis.8
Pada tulang punggung thorax, processus spinosusnya akan berhubungan dengan tulang
rusuk. Beberapa gerakan memutar dapat terjadi. Bagian ini dikenal juga sebagai ‘ tulang
punggung dorsal’ dalam konteks mamalia. Bagian ini diberi nomor T1-T12. Pada tulang
punggung lumbal ( L1-L5) merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan menanggung
beban terberat dari yang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi
tubuh, dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat kecil. Pada tulang punggung sacral
terdapat 5 tulang yakni S1- S5. Tulang- tulang bergabung dan tidak memiliki celah atau
diskus intervertebralis satu sama lainnya. Pada tulang punggung coccygeal ( Co1- co5) yang
saling bergabung dan tanpa celah.5

Gambar 3.5 os vertebrae thorakalis dan ligamentum.9


Gambar 3.6 Os Vertebrae Lumbalis.10

Gambar 3.7 Os vertebrae sacralis dan coccygis.11


Untuk memperkuat dan menunjang tugas tulang belakang dalam menyangga berat
badan, maka tulang belakang di perkuat oleh otot dan ligamen, antara lain :
Ligament :
1. Ligamentum intersegmental ( menghubungkan seluruh panjang tulang belakang
dari ujung ke ujung) :
a) Ligamentum longitudinalis anterior
b) Ligamentum Longitudinalis posterior
c) Ligamentum Praspinosum
2. Ligamentum intersegmental ( menghubungkan satu ruas tulang belakang ke ruas
yang berdekatan ) :
a) Ligamentum intertransversum
b) Ligamentum flavum
c) Ligamentum interspinosum
3. Ligamentum- ligamentum yang memperkuat hubungan di antara tulang occipitalis
denga vertebra C1 dengan C2, dan ligamentum sacriiliaca di antara tulang sacrum
dengan tulang pinggul. 1

Gambar 3.8 ligamentum pada Os Vertebrae.11


Otot- otot :
1. Otot- otot dinding perut
2. Otot- otot extensor tulang punggung
3. Otot gluteus maximus
4. Otot flexor paha ( iliopsoas)
5. Otot hamstrings
Gambar 3.9 otot pada os vertebrae.12
Tulang vertebrae terdiri dari 33 tulang: 7 buah tulang servikal, 12 buah tulang torakal,
5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sacral. Tulang servikal, torakal dan lumbal masih tetap
dibedakan sampai usia berapapun, tetapi tulang sakral dan koksigeus satu sama lain menyatu
membentuk dua tulang yaitu tulang sakrum dan koksigeus. Diskus intervertebrale merupakan
penghubung antara dua korpus vertebrae. Sistem otot ligamentum membentuk jajaran barisan
tulang belakang dan memungkinkan mobilitas vertebrae. Fungsi kolumna vertebralis adalah
menopang tubuh manusia dalam posisi tegak, yang secara mekanik sebenarnya melawan
pengaruh gaya gravitasi agar tubuh secara seimbang tetap tegak. 5
Vertebra servikal, torakal, lumbal bila diperhatikan satu dengan yang lainnya ada
perbedaan dalam ukuran dan bentuk, tetapi bila ditinjau lebih lanjut tulang tersebut
mempunyai bentuk yang sama. Korpus vertebrae merupakan struktur yang tebesar karena
mengingat fungsinya sebagai penyangga berat badan. Prosesus transverses terletak pada ke
dua sisi korpus vertebra, merupakan tempat melekatnya otot-otot punggung, sedikit ke arah
atas dan bawah dari prosesus transverse terdapat facies artikularis vertebrae dengan vertebrae
yang lainnya. Arah permukaan facet joint mencegah/ membatasi gerakan berlawanan arah
dengan permukaan facet joint.5
Pada daerah lumbal facet letak pada bidang vertikal sagital memungkinkan gerakan
fleksi dan ekstensi ke arah anterior dan posterior. Pada sikap lordrosis lumbalis (
hiperekstensi lumbal) kedua facet saling menjauh sehingga memungkinkan gerakan ke lateral
berputar. 5
Bagian lain dari vertebrae adalah”lamina” dan “predikel” yang membentuk arkus
tulang vertebra, yang berfungsi melindungi foramen spinalis. Prosessus spinosus merupakan
bagian posterior dan vertebra yang bila diraba terasa sebagai tonjolan, berfungsi tempat
melekatnya otot- otot punggung. Diantara dua buah- buah tulang vertebrae terdapat diskus
intervertebralis yang berfungsi sebagai bantalan sendi.5

A. Patofisiologi

Proses patofisiologi yang terjadi pada spondilitis ankilosa ditandai dengan adanya
inflamasi dan terjadinya fusi. Hal tersebut dapat diilustrasikan dalam gambar dibawah
ini:8,9.
Gambar 1. Tulang Belakang Normal dan Tulang Belakang dengan Spondilitis Ankilosa8

Sedangkan manifestasi terjadinya spondilitis ankilosa ditunjukkan dalam skema


sebagai berikut:
Gambar 2. Mekanisme Spondilitis ankilosis8

Gejala Klinis
Peradangan ringan sampai menengah biasanya bergantian dengan periode tanpa gejala.
Gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri punggung, yang intensitasnya bervariasi dari
satu episode ke episode lainnya dan bervariasi pada setiap penderita. Nyeri sering memburuk di
malam hari.
Kekakuan di pagi hari yang akan hilang jika penderita melakukan aktivitas,juga sering
ditemukan. Nyeri punggung dan kejang otot-ototnya seringkali bisa berkurang jika penderita
membungkukkan badannya ke depan. Karena itu penderita sering mengambil posisi
membungkuk, yang bisa menyebabkan bungkuk menetap bila tidak diobati.
Pasien dengan ankylosing spondylitis
mempengaruhi tulang belakang leher
dan dada atas. Tulang punggung pasien
telah menyatu dalam posisi tertekuk.

Pada penderita lainnya, tulang belakang dengan jelas tampak lurus dan kaku. Nyeri
punggung bisa disertai dengan hilangnya nafsu makan, penurunan berat badan, kelemahan dan
anemia.
Jika sendi yang menghubungkan tulang iga dan tulang belakang meradang, rasa nyeri
akan membatasi kemampuan dada untuk mengembang dan untuk menarik nafas dalam. Kadang-
kadang nyeri dimulai di sendi yang besar, seperti panggul, lutut dan bahu.
Sepertiga penderita mengalami serangan berulang dari peradangan mata (iritisakut),yang
biasanya tidak mengganggu penglihatan.
Pada penderita lainnya, peradangan bisa menyerang katup jantung. Jika kerusakan tulang
belakang menekan saraf atau urat saraf tulang belakang, bisa timbul mati rasa, kelemahan atau
nyeri di daerah yang dipersarafinya.
Sindroma kauda equina (Sindroma Ekor Kuda) merupakan komplikasi yang jarang,
berupa gejala yang timbul jika kolumna tulang belakang yang meradang, menekan sejumlah
saraf yang berjalan dibawah ujung urat saraf tulang belakang.
Gejalanya berupa impotensi, inkontinensia uri di malamhari, sensasi yang berkurang
pada kandung kemih dan rektum dan hilangnya refleks mata kaki.

Manifestasi pada Tulang.


Keluhan yang umum dan karakteristik awal penyakit ialah nyeri pinggang dan sering
menjalar ke paha. Nyeri biasanya menetap lebih dari 3 bulan, disertai dengan kaku pinggang
pada pagi hari, dan membaik dengan aktivitas fisik atau bila dikompres air panas. Nyeri
pinggang biasanya tumpul dan sukar ditentukan lokasinya, dapat unilateral atau bilateral. Nyeri
bilateral biasanya menetap, beberapa bulan kemudian daerah pinggang bawah menjadi kaku dan
nyeri. Nyeri ini lebih terasa seperti nyeri bokong dan bertambah hebat bila batuk, bersin, atau
pinggang mendadak terpuntir. Inaktivitas lama akan menambah gejala nyeri dan kaku. Keluhan
nyeri dan kaku pinggang merupakan keluhan dari 75% kasus di klinik. Nyeri tulang juksta-
artikular dapat menjadi keluhan utama, misalnya entesis yang dapat menyebabkan nyeri di
sambungan kostosternal, prosesus spinosus, krista iliaka, trokanter mayor, tuberositas tibia atau
tumit. Keluhan lain dapat berasal dari sendi kostovertebra dan manubriosternal yang
menyebabkan keluhan nyeri dada, sering disalahdiagnosiskan sebagai angina.

Manifestasi di Luar Tulang

Manifestasi di luar tulang terjadi pada mata, jantung, paru, dan sindroma kauda ekuina.
Manifestasi di luar tulang yang paling sering adalah uveitis anterior akut, biasanya unilateral, dan
ditemukan 25--30% pada penderita SA dengan gejala nyeri, lakrimasi, fotofobia, dan penglihatan
kabur. Manifestasi pada jantung dapat berupa aorta insufisiensi, dilatasi pangkal aorta, jantung
membesar, dan gangguan konduksi. Pada paru dapat terjadi fibrosis, umumnya setelah 20 tahun
menderita SA, dengan lokasi pada bagian atas, biasanya bilateral, dan tampak bercak-bercak
linier pada pemeriksaan radiologis, menyerupai tuberculosis.

B. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik spondilitis ankilosis dapat ditemukan:9,10,11.


Sikap/postur tubuh
Selama perjalanan penyakitnya, sikap tubuh yang normal akan hilang.
Lordosis lumbal yang menghilang umumnya merupakan tanda awal. Apabila
vertebra cervical terserang, maka pergerakan leher akan terbatas serta
menimbulkan rasa nyeri. Leher penderita mengalami pergeseran ke depan dan hal
ini dapat dibuktikan dengan cara : penderita diminta berdiri tegak, apabila terjadi
pergeseran maka occiput tidak dapat menempel pada dinding. 9,10,11

Mobilitas tulang belakang


Pertama kali yang diperiksa adalah apakah ada keterbatasan gerak.
Biasanya ditemukan adanya keterbatasan gerak pada tulang vertebra lumbal, yang
dapat dilihat dengan cara melakukan gerakan fleksi badan ke depan, ke samping
dan ekstensi. 9,10,11
Tes Schober atau modifikasinya, berguna untuk mendeteksi keterbatasan
gerak fleksi badan ke depan. Caranya : penderita diminta untuk berdiri tegak,
pada prosesus spinosus lumbal V diberi tanda (titik), kemudian 10 cm lurus di
atasnya diberi tanda ke dua. Kemudian penderita diminta melakukan gerakan
membungkuk (lutut tidak boleh dibengkokkan). Pada orang normal jarak kedua
titik tersebut akan bertambah jauh; bila jarak kedua titik tersebut tidak mencapai
15 cm, hal ini menandakan bahwa mobilitas tulang vertebra lumbal telah menurun
(pergerakan vertebra lumbal mulai terbatas). Di samping itu fleksi lateral juga
akan menurun dan gerak putar pada tulang belakang akan menimbulkan rasa
sakit. 9,10,11

Ekspansi dada
Penurunan ekspansi dada dari yang ringan sampai sedang, sering dijumpai
pada kasus ankylosing spondylitis stadium dini dan jangan dianggap sebagai
stadium lanjut. Pada pengukuran ini perlu dilihat bahwa nilai normalnya sangat
bervariasi dan tergantung pada umur dan jenis kelamin. Sebagai pedoman yang
dipakai adalah : ekspansi dada kurang dari 5 cm pada penderita muda disertai
dengan nyeri pinggang yang dimulai secara perlahan-lahan, harus dicurigai
mengarah ke adanya ankylosing spondylitis. Pengukuran ekspansi dada ini diukur
dari inspirasi maksimal sesudah melakukan ekspirasi maksimal. 9,10,11

Enthesitis
Adanya enthesitis dapat dilihat dengan cara menekan pada tempat-tempat
tertentu antara lain : ischial tuberositas, troc-hanter mayor, processus spinosus,
costochondral dan manu-briosternal junctions serta pada iliac fasciitis plantaris
juga merupakan manifestasi dari enthesitis. 9,10,11

Sacroilitis
Pada sacroiliitis penekanan sendi ini akan memberikan rasa sakit, akan
tetapi hal ini tidak spesifik karena pada awal penyakit atau pada stadium lanjut
sering kali tanda-tanda ini tidak ditemukan. Pada stadium lanjut tidak ditemukan
nyeri tekan pada sendi sacroiliaca oleh karena telah terjadi fibrosis atau, bony
Ankylosis9,10,11

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pola gejala-gejalanya dan foto rontgen dari tulang
belakang dan sendi yang terkena, dimana bisa dilihat adanya erosi pada persendian antara tulang
belakang dan tulang panggul (sendi sakroiliaka) dan pembentukan jembatan antara tulang
belakang, yang menyebabkan kekakuan pada tulang belakang. Laju endap darah cenderung
meningkat. Pada 90% penderita ditemukan gen spesifik HLA-B27.

Roma, 1961
Kriteria klinik
1. Nyeri pinggang dan kekakuan > 3 bulan, yang tidak reda dengan istirahat
2. Nyeri dan kekaknan pada regio thorax
3. Gerak terbatas pada vertebra lumbalis
4. Expansi dada terbatas
5. Riwayat atau adanya bukti dari iritis atau akibatnya

Kriteria Radiologik
Tampak adanya perubahan sacroiliac bilateral merupakan ciri SA
(ini harus disingkirkan OA bilateral dan sendi sacroiliac)
New York 1966
Kriteria klinik
1. Terbatasnya gerak dari vertebra lumbalis, dalam semua tiga bidang flexi. anterior, flexi-
lateral dan extensi
2. Nyeri pada sendi dorsolumbJ atau pada vertebra lumbalis.
3. Terbatasnya expansi dada = 2,5cm, diukur pada ketinggian spatium intercostale ke 4.
Kualitas (grading) radiologik: Normal = 0; suggestive = 1; minimal saroilitis = 2; moderat
sacroilitis = 3; Ankylosis = 4.

Diagnosis definitif ditegakkan berdasarkan:


1. Gambaran radiografi sakmiliitis bilateral derajat 3-4 ditambah 1 atau lebih kriteria di atas,
atau
2. Gambaran radiografi sakroiliitis unilateral derajat 3-4 atau sakroilitis bilateral derajat 2
dtambah kriteria 1 atau kriteria 2+3.
Diagnosis kemungkman SA (probable) ditegakkan berdasarkan: Gambaran radiografi sakroiliitis
derajat 3-4, tanpa disertai kriteria tersebut di atas.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Tidak ada uji diagnostik yang spesifik. Terdapat anemia normositik ringan dan laju
endap darah ynag meninggi. Faktor reuma negatif. HLA-B27 pada keadaan tertentu dapat
membantu diagnosis.
2. Pemeriksaan radiologi
Perubahan yang karakteristik terlihat pada sendi aksial, terutama pada sendi
sakroiliaka. Pada bulan-bulan pertama perubahan hanya dapat dideteksi dengan tomografi
komputer. Perubahan yang terjadi bersifat bilateral dan simetris, dimulai dengan kaburnya
gambaran tulang subkondral diikuti erosi. Selanjutnya terjadi penyempitan celah sendi akibat
adanya jembatan interoseus dan osifikasi. Beberapa tahun kemudian terjadi ankilosis
komplit. Pemeriksaan anteroposterior sederhana sudah cukup untuk mandeteksi sakroilitis
yang merupakan awal perubahan. Terlihat pengapuran ligamen-ligamen spina anterior dan
posterior disertai demineralisasi korpus vertebra membentuk gambaran bamboo spine.
Gb. Ankilosis Spondilitis pada bahu

Gb. AS pada tulang vertebrae

C. Penatalaksanaan Medikamentosa

Pengobatan dengan Anti Inflamasi Non-Steroid (AINS) untuk mengurangi nyeri,


mengurangi inflamasi, dan memperbaiki kualitas hidup pasien. Indometasin 75-150 mg
perhari memegang rekor terbaik. Apabila pasien tidak mampu mentolerir efek samping
seperti gangguan lambung atau gangguan SSP berupa sakit kepala dan pusing, maka
AINS yang lain dapat dicoba. 10,11.
Pasien yang tidak responsif dengan indometasin atau AINS yang baru lainnya
dapat dicoba dengan fenilbutazon 100-300 mg per hari. Tingginya insiden agranulositosis
atau anemia aplastik akibat efek samping obat ini dibandingkan dengan AINS yang lain
perlu disampaikan pada pasien dengan jumlah eritrosit dan leukosit harus selalu
dimonitor. 9,10.
Preparat emas dan penisilamin telah digunakan pada pasien dengan poliartritis
perifer. Publikasi studi klinik terakhir dari Sulfasalazin 2-3 gram perhari, baik nyeri
maupun kelainan spinal. 4,5.
Bila keluhan sangat mengganggu dalam kegiatan sehari-hari dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan artroplasti atau koreksi deformitas spinal. Tindakan ini
sangat berguna untuk mengurangi keluhan akibat deformitas tersebut. 9,10.
®
Pengobatan lain dapat digunakan Biologic Response Modifiers (Remicade =
® ® ®
Infliximab; Enbrel = Etanercept; Kineret = Anakinra; Humira = Adalimumab;
®
Mabtera = Rituximab). AS yang tidak responsif dengan AINS dapat digunakan protokol
“Step-down Bridge” menggunakan kombinasi 6 imunosupresan intravena dan oral (SBP-
6-IMNs). AS yang refrakter terhadap AINS adalah AS yang laju endap darah (LED), C-
Reactive Protein (CRP) dan Skor BASDAI-nya tidak membaik atau memburuk secara
bermakna meskipun telah diterapi dengan paling sedikit 2 AINS yang berbeda dalam
kurun waktu sedikitnya 2 bulan. Pada AS dengan LED, CRP, dan BASDAI skor tinggi (>
4), inflamasi autoimun harus ditekan seluruhnya sesegera mungkin.11
Metode terapi standar protokol “Step-down Bridge” menggunakan kombinasi 6
imunosupresan intravena dan oral harian intravena 5 kali per minggu yang terdiri dari:11
 Siklofofamid + Metilprednisolon + 5 Fluro Urasil harian + Metrotreksat mingguan +
tanpa kortikosteroid oral (metilprednisolon, prednison, atau prednisolon), atau
 Siklofofamid + 5 Fluro Urasil + Metrotreksat mingguan tanpa Metilprednisolon dan
kortikosteroid oral.
Jumlah maksimum sesi intravena harian adalah 5 kali per minggu untuk mencegah
dosis kumulatif mingguan yang tinggi dan efek samping. Pada AS refrakter
siklofosfamid, Ifosfamid adalah suatu analog yang menggantikan siklofosfamid. Pada
kasus-kasus resisten, pasien tidak lagi imuno-naif terhadap Siklofosfamid +
Metilprednison + Metrotreksat mingguan. Walau demikian, pasien-pasien ini masih
imuno-naif terhadap kombinasi baru Ifosfamide + 5 flourourasil intravena. Ini dapat
kembali menimbulkan remisi pada AS yang refrakter terhadap Siklofofamid +
Metilprednisolon + Metrotreksat mingguan (komunikasi pribadi).11
Dosis intravena
1. Siklofosfamid 25 – 100 mg per sesi +
2. Metilprednison 0 – 125 mg per sesi +
2. Metrotreksat 5 – 15 mg per sesi sekali seminggu +
3. 5 Flurourasil 25 – 100 mg per sesi) +

Dosis minimum perlu digunakan pada pasien yang sensitif atau pada mereka
dengan berat badan yang sangat rendah (< 35 Kg). Pasien yang sensitif mungkin
menderita efek samping dengan dosis 100 mg siklofosfamid dan 5 flurourasil, 15 mg
metrotreksat, dan 125 mg metilprednison, tapi tidak pada dosis 75, 50 atau 25 mg
siklofosfamid, 5 flurourasil atau dosis 5 mg metrotreksat. 11
Sebenarnya metilprednisolon tidak mutlak dibutuhkan untuk mencapai DiC dan
RworalDs pada Nr-AS, tetapi secara relatif dibutuhkan untuk tapering-off dan mencapai
DiC pada pasien yang masih menggunakan kortikosteroid oral saat datang. Akan tetapi
kombinasi CyC + 5FU + MPS + MTX mingguan (SBP-6-IMNs) memberikan: efikasi
yang lebih cepat, mengurangi jumlah total frekuensi sesi intravena; mengurangi
ketergantungan pada kortikosteroid yang masih diminum pasien saat datang. 11

Penurunan kadar terapi IV secara bertahap (Tapering Off)


Jika LED turun menjadi < 40, < 30 dan < 25 mm/1 jam (pria < 30, < 20, dan < 15
mm/1 jam), sesi IV diturunkan masing-masing menjadi 3, 2 dan 1 kali per minggu.
Setelah CRP < 3 mg%, BASDAI < 1, dan LED < 25 (wanita) atau < 15 mm (pria) Nr-AS
dikatakan telah mencapai DiC. Kemudian sesi IV diturunkan menjadi 1 kali tiap dua
minggu, 1 kali tiap 4 minggu, 1 kali tiap 8 minggu dan dihentikan. Pada beberapa pasien
dengan AS yang telah lama diderita, dosis final pada minggu ke-12 mungkin
dibutuhkan.11

D. Penatalaksanaan Non-Medikamentosa

Fisioterapi

Tujuan utama fisioterapi pada SA adalah untuk memperbaiki mobiltas dan kekuatan serta
mencegah atau menurunkan terjadinya abnormalitas kurva tulang belakang. Fisioterapi
mempunyai peranan terhadap manajemen SA namun tidak dapat menggantikan
pengobatan medikamentosa. Pengobatan dan fisioterapi adalah bersifat koplementer
satusama lain.9

Prinsip pengobatan utama pada SA adalah dengan menghilangkan nyeri,


mengurangi inflamasi, latihan fisik untuk perbaikan kekuatan otot, dan memelihara
postur tubuh. Penderita dianjurkan tidur terlentang menggunakan kasur yang agak keras
dengan sebuah bantal tipis. Menggunakan bantal yang tebal atau beberapa bantal
sebaiknya dihindari. Pada pagi hari, mandi air hangat, diikuti latihan fisik untuk
penguatan otot-otot belakang (sesuai dengan petunjuk dokter atau dokter fisioterapi). Hal
ini sebaiknya dilakukan di rumah secara teratur. Tidur tengkurap selama beberapa menit
dilakukan beberapa kali dalam sehari merupakan tindakan yang bermanfaat dalam
menjaga pergerakan ekstensi spinal. 6,10.

Latihan fisik penting dilakukan karena penyakit ini cenderung terjadi kelainan
berupa fleksi spinal yang progresif. Oleh karena itu, otot-otot ekstensor spinal harus
diperkuat. Manuver lain yang perlu dilakukan adalah bernapas dalam dan gerakan fleksi
lumbal yang isometrik. Posisi postur tubuh harus diperhatikan setiap saat. Kursi dengan
sandaran yang keras dianjurkan, tetapi diutamakan lebih banyak berjalan dari pada
duduk.6,10.

Berenang merupakan latihan fisik yang terbaik selama otot-otot masih boleh
menahan dalam keadaan ekstensi. Fusi spinal merupakan komplikasi dari spondilitis.
Karena itu, postur harus dipertahankan dan menghindari terjadinya kontraktur dalam
posisi fleksi dari bahu dan lutut. Penderita dianjurkan setiap saat tegak, seolah-olah tumit,
bokong, pundak, bahu, dan belakang kepala selalu bersandar pada dinding.6,10.

Pembedahan

Pembedahan mungkin dibutuhkan dalam beberapa kasus SA. Mekanisme yang


menyebabkan terjadinya osifikasi ligamen dan sendi sehingga terjadi fusi pada columna
vertebrae belum dijelaskan secara rinci. Sebagai dampak dari fusi columna vertebrae ini
terjadi keterbatasan dalam gerakan dan elatisitas. Munurunnya fleksibilitas dapat
berakibat akan terjadinya berbagai kelainan pada tulang belakang seperti fraktur dan
dislokasi, atlanto-axial dan atlanto-occipital subluxiation, deformitas tulang belakang,
stenosis tilang belakang, dan kelainan pinggul. Ketika komplikasi ini terjadi. Tindakan
pembedahan mungkin dapat dibutuhkan.6,10.

You might also like