Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tiga kali lipat dari negara maju. Menurut WHO diperkirakan terdapat 460.000
1
maupun angka kematian karena kanker serviks sudah menurun berkat
Menurut data WHO tahun 2013, insiden kanker meningkat dari 12,7
juta kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012. Sedangkan jumlah
kematian meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta orang
prevalensi kanker di Indonesia adalah 4,1 per 1000 penduduk, atau sekitar
kanker payudara sebesar 40 per 100.000 perempuan, kaker leher rahim 17 per
Provinsi DIY adalah yang tertinggi di Tanah Air, yaitu 4,1 per 1000 orang.
Selanjutnya posisi kedua ditempati Provinsi Jawa Tengah dengan 2,1 per
1000 orang. Ketiga adalah Provinsi Bali dengan 2,0 per 1000 orang.
kelompok usia muda, sedangkan untuk kanker serviks baru timbul pada usia
2
serviks tidak menunjukkan gejala tertentu sehingga mengharuskan setap
penyakit yang terpola dan tahapan yang jelas. Salah satu tahapannya adalah
pada usia 45 tahun. Sehingga memerlukan waktu kurang lebih 15 tahun dari
Oleh beberapa faktor yang meningkatkan risiko lesi prakanker antara lain
usia tua, usiamenikah terlalu dini, mitra seksual terlalu banyak, penyakit
negara berkembang semakin tinggi dan tetap besar jumlahnya. Hal ini terjadi
3
Kanker serviks sebenarnya termasuk penyakit yang bisa dicegah sejak
dini dan diobati, namun karena biasanya pasien datang berobat dengan
Wulandari,2013).
khas, bahkan bisa tanpa gejala. Pada stadium lanjut sering memberikan
pemeriksaan Pap smear, inspeksi visual asam asetat (IVA), tes human
papillomavirus (HPV) dan kolposkopi. Namun, hanya Pap smear yang telah
digunakan secara luas dalam deteksi dini kanker serviks (WHO, 2013).
Amerika Serikat telah dilakukan 50 juta uji pap smear setiap tahun dan hal itu
prakanker serviks sebanyak 18,9% dari seluruh hasil Pap smear (Chkhaim et
al., 2012).
4
Di Indonesia sendiri tingkat kehadiran dalam melakukan pap smear
masih rendah, beberapa dari mereka mengatakan bahwa tidak tahu apa itu pap
untuk memeriksakan diri dengan tes pap smear sebagai upaya deteksi dini
A. Tujuan
RSUD SIDOARJO
5
BAB II
TINJAUAN PUSAKA
karsinoma leher rahim. Pada dasarnya faktor risiko lesi pra-kanker dan
kanker leher rahim adalah sama. Leher rahim secara alami melalui proses
pertumbuhan sel abnormal akibat saling menekan pada ke dua lapisan pada
leher rahim. Dengan masuknya virus, portio yang dalam keadaan erosi
karsinoma yang secara klasik dinyatakan dapat berkembang menjadi NIS II,
KIS/carsinoma leher rahim. Konsep regresi yang spontan serta lesi yang
2013).
6
Hal ini mengisyaratkan bahwa perempuan yang memiliki displasia
yang rendah dan ringan, tidak selalu berkembang menjadi kanker leher rahim,
karena dapat hilang dan lenyap dengan sendirinya tergantung pada sistem
adalah displasia ringan, NIS II adalah displasia moderat dan NIS III adalah
columnar junction (SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks
perubhan dari epitel ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel
SCJ dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas seksual, dan paritas. Pada wanita
muda, SCJ yang berada di luar ostium uteri eksternum, sedangkan pada
wanita berusia di atas 35 tahun SCJ berada di dalam kanalis serviks (Rini,
2009)
Oleh karena itu pada wanita muda, SCJ yang berada di luar ostium
uteri eksternum ini rentan terhadap faktor luar berupa mutagen yang memicu
dysplasia dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ
7
Lesi prakanker serviks yang sangat dini dikenal dengan Neoplasia
menjadi 3 derajat:
sedang (CIN 2), dan displasia berat (CIN 3). Pengelompokkan displasia
dibagi berdasarkan luas perubahan morfologi yang terjadi pada epitel leher
rahim. Pada CIN 1, sel – sel mengalami perubahan morfologi hanya sebatas
1/3 bagian atas dari lapisan epithelium serviks. CIN 2 ditandai dengan
perubahan morfologi sel yang telah mencapai 2/3 bagian dari lapisan atas
dari sel dan ukuran inti, orientasi yang tidak teratur, dan hiperkromasi yang
telah melebihi 2/3 lapisan atas epithelium serviks, namun belum mengionvasi
(Octavia 2009).
8
Terminologi CIN menegaskan konsep bahwa lesi prekursor dari
derajat dari lesi ini mempunyai potensi untuk menjadi kanker serviks bila
semua tingkatan lesi prekursor ini tidak dapat diketahui maka ditegaskan
keadaan neoplastik yang masih terbatas di atas membran sel. LIS dibagi
menjadi dua kelompok yaitu LIS derajat rendah dan dan LIS derajat tinggi.
LIS derajat rendah meliputi gambaran infeksi virus HPV dan displasia
2001).
tidak menembus membran basalis. Displasia dibagi lagi dalam 3 derajat, yaitu
9
Perubahan epitel serviks dengan gambaran diantara karsinoma insitu
yang ditandai dengan proliferasi sel yang secara sitologi abnormal, di mana
sel superfisial menyerupai sel basal. Juga menunjukkan inti yang atipik,
perubahan dari rasio inti atau sitoplasma, dan kehilangan polaritas normal
(Iskandar, 2009).
dinding dasar dan isi akibat hilangnya epitel permukaan melewati stratum
basalis.
merah muda atau merah dan kadang-kadang berbentuk seperti bunga kol
(Mayura 2012).
10
Secara sitologis maka lesi serviks dapat berupa Neoplasia
Intraepithelial Serviks (NIS) yang dibedakan menjadi NIS I, NIS II dan NIS
III. NIS merupakan lesi prekanker serviks. Pada dekade terakhir, NIS banyak
Sejumlah besar sel prekanker yang tampak sangat berbeda dari sel
11
atau karsinoma in situ. Lesi tingkat tinggi paling sering ditemukan
ASC-H : atypical squamous cell : cannot a high grade squamous ephiteleal lesion
12
Hasil penelusuran dari beberapa literatur selama 40 tahun terakhir
memberi kesan bahwa lesi lanjut (NIS 3) lebih banyak yang menjadi persisten
dan menjadi progress dibandingkan pada lesi awal (NIS 1). Dinyatakan
bahwa NIS 3 dapat mengalami regresi secara spontan. Akan tetapi, yang lebih
sedangkan dari NIS 1 hanya 1%. Tampaknya, regresi dan progres dari NIS 1
dan NIS 2 adalah sama. Jika luaran akhir dari pasienpasien dengan abnormal
serviks. Untuk itu, beberapa pasien dengan beberapa tingkatan NIS perlu
13
E. Definisi Kanker Serviks
Kanker serviks adalah kanker primer yang terjadi pada jaringan leher
rahim (serviks) sementara lesi prakanker adalah kelainan pada epitel serviks
karena terus membelah diri dan tidak peduli terhadap pengaruh regulatorik
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel – sel yang tidak normal pada
jaringan leher rahim (serviks). Suatu daerah pada organ reproduksi wanita
yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara uterus dan
vagina. Kanker serviks juga merupakan tumbuhnya sel – sel abnormal pada
jaringan leher rahim (serviks). Kanker serviks merupakan kanker primer yang
14
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada
dan vagina, dan pars vaginalis yang menonjol ke dalam vagina. Pars
oleh ruang sempit yaitu forniks vaginalis. Pars supravaginalis dipisahkan dari
vesica di anterior oleh jaringan ikat longgar dan dari rectum di posterior
epitel yaitu epitel skuamus tak berkeratin yang melapisi labia minor,
vagina, dan servik uteri, epitel kolumnar yang melapisi mukosa serviks
perbatasan skuamo kolumner, 95% kanker serviks uteri muncul di daerah ini
(Sulistyo, 2004).
15
G. Patologi Kanker Serviks
proses metaplasia. Pada wanita muda SCJ berada diluar OUE sedangkan
pada wanita berumur lebih dari 35 tahun SCJ berada didalam uteri. Pada
darah dan kelenjar limfe. Semakin banyak sel yang menginvasi stroma
16
histopatologi dari hasil biopsi. Setelah mendapat hasil histopatologi,
Sebab langsung dari kaer servks belum diketahui, ada bukti kuat kejadiannya
yang penting adalah jarang ditemukan pada perawan (virgo), insiden lebih
tinggi pada mereka yang kawin daripada yang tidak awin, terutama pada
gadis yang koitus pertama (coitarche) dialami pada usia amat muda ( kurang
rendah , hygiene seksual yang jelek, aktivitas seksual yang sering berganti-
17
sering ditemukan pada perempuan yang mengalami infeksi virus HPV tipe 16
dalam umur lanjut, kadang-kadang dijumpai pula pada perempuan yang lebih
muda. Biasanya penderita tidak menjadi hami; jika ditemukan umumnya pada
persalinan, dan nifas. Selain kemandulan, sering pula terjadi abortus akibat
neoplasma tersebut. Apabila penyakit ini tidak diobati, pada kira-kira dua
mengalami hambatan. Ada kalanya tumornya lunak dan hanya bisa teratas
pada sebagian serviks, sehingga pembukaan dapat menjadi lengkap dan anak
lahir spontan. Selain itu, dapat pula terjadi ketuban pecah dini dan inersia
cepat dan menyebabkan prognosis menjadi lebih buruk. Akan tetapi, ternyata
2007)
18
I. Faktor Resiko Kanker Serviks
Hal ini dapat terjadi karena kolumnar serviks lebih peka terhadap
100.000 dan puncaknya terjadi antara usia 45 dan 55 tahun, dan kini
insidens ini cenderung terjadi pada usia yang lebih muda (berusia 30 -40
tahun). Hal itu terjadi karena semakin banyak remaja usia 20an yang
2. Karakteristik Partner
19
Studi kasus kontrol menunjukkan bahwa pasien dengan kanker
serviks lebih sering menjalani seks aktif dengan partner yang melakukan
seks berulang kali. Selain itu, partner dari pria dengan kanker penis atau
partner dari pria yang istrinya meninggal terkena kanker serviks juga akan
3. Riwayat Ginekologis
risiko kanker serviks, hamil di usia muda dan jumlah kehamilan atau
HPV terbagi menjadi dua yaitu type oncogenik dan type non
oncogenik. Pada type non oncogenik dengan resiko rendah HPV dengan
20
strain 6, 11, 42, 43, 44,. Pada type oncogenik merupakan tipe resiko
tinggi HPV dengan strain 16, 18, 31, 33, 35, 36, 39, 45, 51, 52, 58, 59, 68.
berkembang menjadi NIS. HPV akan hilang dalam waktu 6-8 bulan.
Sebanyak 20% dari yang terinfeksi virus tidak menghilang dan terjadi
NIS 3 atau kanker invasif, tetapi menjadi NIS 1 dan beberapa menjadi
21
Berdasarkan hasil program skrining berbasis populasi di Belanda,
interval antara NIS 1 dan kanker invasif diperkirakan 12,7 tahun dan
untuk terjadinya perubahan genom dari sel yang terinfeksi. Dalam hal,
(Rasjidi, 2009).
5. Merokok
22
seperti neoplasia intraepitel leher rahim dan kanker in situ.
perokok dua kali lebih besar dari bukan perokok. Perokok aktif
Mulyani 2014).
6. Kontrasepsi
rahim.
Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk lesi prakanker
23
sudah dalam keadaan lanjut pada saat didiagnosis. Pada tahap lanjut,
(Abdullah 2011).
serviks yaitu:
a. Masa tanpa gejala, pada masa ini penderita tidak mengeluh dan
mengidap penyakit kanker serviks. Hal ini terjadi pada stadium dini.
yang keluar dari vagina makin lama makin banyak, berbau busuk
koitus atau perdarahan menstruasi lebih banyak, atau bisa juga diluar
III.
24
f. Gejala yang dapat timbul karena metastasis jauh, misalnya
(Abdullah, 2011).
a. Pap smear
dan endometrium.
b. Biopsi
25
Biopsi adalah salah satu prosedur diagnosis kanker
26
dengan rumusan kimia CH3COOH yang merupakan
(Mayura, 2012).
Sifat kimiawi dari zat ini adalah dapat larut atau bercampur
27
Perubahan yang terjadi dapat diterangkan sebagai
berikut:
(Mayura 2012).
28
tinggi antara lain dengan upaya down staging. Downstaging
pembesaran gineskopi.
(Mayura 2012).
29
a. Meja periksa untuk memposisikan pasien dalam posisi
litotomi
d. Handschoen steril
e. Swab katun
f. Ring forceps
bekas pakai
pakai
j. Tempat sampah
30
1.3 Prosedur pemeriksaan IVA
31
Jika saat pemeriksaan ditemukan darah
32
sekitar 20 detik amati adanya perubahan warna putih
(Mayura 2012).
dipergunakan adalah:
33
a. IVA negatif = Serviks normal.
white epithelium).
skrining :
dokter umumterlatih
c. Biaya murah
d. Tidak traumatis
34
e. Interpretasi hasil yang cepat dan mudah (Dewi et
al. 2013)
pos menopause
35
L. Modalitas Terapi
Banyak modalitas yang dimiliki dalam usaha melakukan pengobatan
terhadap NIS. Laser ablation dan krioterapi biasa digunakan untuk displasia
ringan dan cold knife, konisasi, atau laser konisasi biasa digunakan untuk
kecil dan terbatas pada ektoserviks dengan kedalaman rata-rata 2-3 mm.
Namun, sebagian kecil lesi dapat mencapai vagina bagian atas serta dapat
Dasar dari terapi destruksi lokal pada NIS ini dimulai dari tidak
epitel abnormal dengan harapan akan digantikan epitel yang baru (Teuku
Umar, 2009)
36
Keberhasilan destruksi lokal dalam pengelolaan lesi prakanker
destruksi lokal ini. Oleh sebab itu, sebagai operator harus teliti dalam
pengelolaan lesi prakanker. Penilaian lesi secara visual, SSK, dan daerah
abnormal harus tampak secara kolposkopi. Tidak terdapat lesi pada daerah
kripte kanalis serviksalis serta pengamatan lanjut yang adekuat harus benar-
50oC di bawah nol yang akan menyebabkan kematian sel (Teuku Umar,
2009)
37
pengelolaan lesi prakanker yang relatif sedikit komplikasi dan relatif murah
kedalamannya. Dengan kata lain, krioterapi lebih tepat digunakan untuk lesi
pembentukan bunga es dari probe, serta ukuran dan grading dari lesi.
glandula serviks, belum tentu dapat dicapai dengan metode ini. Di samping
Papsmear. Keadaan ini tidak terjadi jika dilakukan dengan CO2 laser.
38
dapat tercapai oleh metode krio, proses akan berlanjut ke dalam menjadi lebih
progresif dan tidak terdeteksi oleh kolposkopi atau sitologi (Teuku Umar,
2009)
Untuk lesi besar dan luas mencapai lebih dari 30 mm, lesi displasia
lebih besar, 25% untuk krioterapi dan 7,7% untuk laser ablasi (Teuku Umar,
2009)
energi tinggi secara langsung ke target jaringan. Pada saat penyinaran itu,
cairan intrasel akan mendidih dan menguap dari sel. Seluruh daerah
karena dirusak. Lapisan paling luar dari mukosa serviks menguap karena
nekrosisi. Penyembuhan luka juga cepat dan komplikasi yang terjadi tidak
penyinaran. Laser terapi ini dapat mencapai pengobatan pada semua tingkat
displasia hingga mencapai 95%. Untuk CIN I dan II dapat mencapai tingkat
29% krioterapi. Untuk lesi kurang dari 30 mm, kegagalan terapi hampir sama
39
jika dibandingkan dengan krioterapi. Tetapi, jika lesi lebih dari 30 mm,
Umar, 2009)
dari hasil biopsi lesi sebelum pemeriksaan dan tatalaksana lebih lanjut
dapat berupa:
1). Kolposkopi
Salah satu prosedur diagnosis keganasan leher rahim dengan
40
apabila terdapat metaplasia squamosa (unsatisfactory) akan
penyakit. Lesi dengan displasia ringan sebagian besar lesi dapat sembuh
sendiri atau regresi spontan, sedangkan untuk displasia sedang dan berat dapat
1) Dibekukan/ krioterapi
5) Histerektomi, dapat dilakukan pada NIS III bila pasien telah mempunyai
41
Benedet (2000) dalam Rasjidi (2009: 121) menyatakan bahwa
1. Status KGB
angka survival-nya menjadi 60%. Bila tumor primer > 4 cm, angka
95% tanpa invasi. Bila invasi disertai KGB yang positif, maka 5-
4. Kedalaman Invasi
adalah 50-70%,
42
dan bila tidak ada invasi ke lymph-vascular space maka 90% 5YSR.
43