Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1|BRONCOPNEUMONIA
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angkakematiannya
tinggi, tidak saja di negara berkembang,tapi juga di negara maju 1 seperti AS, Kanada
dan negara – negara Eropa.Di AS misalnya, terdapat dua jutasampai tiga juta kasus
pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata – rata45.000 orang dan angka
kematian akibat pneumonia mencapai 25 % di Spanyoldan 12 % atau 25. 30 per
100.000 penduduk di Inggris. Dari data SEMIC HealtStatistik 2001 influenza dan
pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6di Indonesia, nomor 9 di Brunei,
nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura,nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di
Vietnam. Laporan WHO 1999menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat
penyakit infeksi di duniaadalah infeksi saluran nafas akut termasuk pneumonia
(Setiawan, 2009). Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga
setelahkardiovaskuler dan tuberkolosis. Faktor social ekonomi yang rendah
mempertinggi angka kematian. Penanggulangan penyakit pneumonia menjadi fokus
ketigadari program P2ISPA (Penanggulangan Penyakit Infeksi saluran
PernapasanAkut). Program ini mengupayakan agar istilah Pneumonia lebih
dikenalmasyarakat, sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan dan
penyebaraninformasi tentangpenangulangan Pneumonia (Setiawan, 2009).
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
a.Untuk dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada pasien
denganpenyakit broncopneumonia.
2. Tujuan Khusus
2|BRONCOPNEUMONIA
BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi
Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru (Betz C, 2007).
Pneumonia adalah peradangan alveoli atau pada parenchim paru yang terjadi pada
anak (Suriadi Yuliani, 2006).
Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Ika, 2006).
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa
lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat (Whalley and
Wong, 2005).
3|BRONCOPNEUMONIA
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi
didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada
bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2006).
Jadi bronkopnemonia adalah infeksi atau peradangan pada jaringan paru terutama
alveoli atau parenkim yang sering menyerang pada anak – anak.
B. Klasifikasi Pneumonia
c. Pneumonia aspirasi
4|BRONCOPNEUMONIA
2. Berdasarkan Kuman Penyebab
a. Pneumonia bakterial
b. Pneumonia Atipikal
2).Merupakan penyakit yang serius pada penderita dengan pertahanan tubuh yang
lemah.
2). Predileksi terutama pada penderita dengan pertahanan tubuh yang rendah
3). Pneumonia terjadi pada satu lobus atau segmen, kemungkinan dikarenakan
obstruksi bronkus misalnya : aspirasi benda asing pada anak atau proses
keganasan pada orang dewasa.
5|BRONCOPNEUMONIA
f. Bronchopneumonia
1). Proses terjadi mengenai jaringan interstitium daripada alevoli atau bronki
C. Etiologi
1. Faktor Infeksi
b. Pada bayi :
6|BRONCOPNEUMONIA
c. Pada anak-anak :
Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya
Bronkopneumonia.Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang berat
seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak
merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.
7|BRONCOPNEUMONIA
3. Faktor Resiko
Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah lama dikenal,
kedua keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang satu merupakan predisposisi
yang lain (Tupasi, 2005). Pada KKP, ketahanan tubuh menurun dan virulensi phatogen
lebih kuat sehingga menyebabkan keseimbangan yang tergangu dan akan terjadi infeksi,
sedangkan salah satu determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan tersebut
adalah status gizi.
Penyakit terdahulu yang sering muncul dan bertambah parah karena penumpukan
sekresi yang berlebih yaitu influenza.Pemasangan selang NGT yang tidak bersih dan
tertular berbagai mikrobakteri dapat menyebakan terjadinya bronkopneumonea.
1). Rumah
8|BRONCOPNEUMONIA
a). Kepadatan hunian (crowded)
b). Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan
masyarakat diduga merupakan faktor resiko penularan pneumonia.
D. Manifestasi Klinis
1. Demam mendadak, disertai menggigil, baik pada awal penyakit atau selama sakit
2. Batuk, mula-mula mukoid lalu purulen dan bisa terjadi hemoptisis
3. Nyeri pleuritik, ringan sampai berat, apabila proses menjalar ke pleura (terjadi
pleuropneumonia)
4. Tanda & gejala lain yang tidak spesifik : mialgia, pusing, anoreksia, malaise,
diare, mual & muntah.
E. Patofisiologi
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi
makanan dan minuman.
9|BRONCOPNEUMONIA
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran
pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat
tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan
dengan ganbaran sebagai berikut:
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh
darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran
pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora
normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan
kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit.
F. Pemeriksaan Penunjang
10 | B R O N C O P N E U M O N I A
4. Analisa Gas Darah. Pada pemeriksaan darah ini biasanya akan didapatkan hasil
yang tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.
5. Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thoraks, konsolidasi satu atau beberapa lobus
yang berbercak-bercak infiltrate
6. Pemeriksaan laboratorium didapati lekositosit antara 15000 sampai 40000 /mm3.
7. Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali apabila pasien mengalami
imunodefiensi.
8. Pemeriksaan AGD (analisa gas darah), untuk mengetahui status kardiopulmoner
yang berhubungan dengan oksigen.
Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, untuk
mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok untuk menanganinya.
G. Penatalaksanaan
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini
tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek
diberikan pengobatan polifragmasi seperti penisilin diambah dengan kloramfenikol atau
diberi antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampicillin.Pengobatan
diteruskan sampai anak bebas demam selama 4 – 5 hari.
a. Bed rest
b.Anak dengan sesak nafas memerlukan cairan inta vena dan oksigen (1 – 2 l/mnt).
Jenis cairan yang digunakan adalah campuran Glukosa 5% dan NaCl 0,9% ditambah
larutan KCl 10 mEq/500 ml botol infus.
c. Jumlah cairan disesuaikan dengan berat badan dan kenaikan suhu.
d.Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
e. Pemberian antibiotik sesuai biakan atau berikan
11 | B R O N C O P N E U M O N I A
f. Untuk kasus pneumonia community base :
1) Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
2) Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
g.Untuk kasus pneumonia hospital base :
1) Sefotaksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
2) Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
h.Antipiretik : paracetamol 10-15 mg/kgBB/x beri
i. Mukolitik : Ambroxol 1,2-1,6 mg/kgBB/2 dosis/oral
j. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip. Jika sesaknya berat maka pasien harus dipuasakan.
2. Pencegahan
Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan
tubuh kaita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti : cara hidup sehat, makan
makanan bergizi dan teratur ,menjaga kebersihan ,beristirahat yang cukup, rajin
berolahraga, dll.
a. Vaksinasi pneumokokus
b. Vaksinasi influenza
c. Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah
d. Vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.
12 | B R O N C O P N E U M O N I A
I. Patways
Bronkopneumoni
Parenkim
Peradangan alveoli
Perubahan membrane Paru Masuk saluran Batuk malam hari Dilatasi pembuluh
Kapiler paru pencernaan darah alveoli
Muncul bercak Sesak
Gg. Difusi O2 & Co2 putih Terinfeksi Edema
Tidur kurang
Gg. Keseimbangan
Gg. Nutrisi kurang
cairan & elektrolit
dari kebutuhan
13 | B R O N C O P N E U M O N I A
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas.
2. Riwayat Keperawatan.
a. Keluhan utama.
14 | B R O N C O P N E U M O N I A
3. Riwayat kesehatan lingkungan.
4. Imunisasi.
7. Pemeriksaan persistem.
a. Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan cuping
hidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan
dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi
redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas
dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
15 | B R O N C O P N E U M O N I A
B. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa Kepereawatan 1 : Bersihan jalan napas tidak efektif b.d penumpukan
sekret
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam jalan napas bersih, bunyi nafas
normal
Kriteria Hasil : a. Menunjukan perilaku mencapai bersihan jalan napas
b. Menunjukan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tidak ada
dispnea.
Intervensi :
R/ : Takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena
ketidakanyamanan gerakan dinding dada atau cairan paru.
R/ : napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan napas lebih
kecil
16 | B R O N C O P N E U M O N I A
2. Diagnosa Keperawatan 2 : Gangguan pola napas b.d difusi O2 dan CO2
Tujuan : Setelah dilakukan 1x12 jam tidak ada gangguan pola napas
Kriteria Hasil : a. Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA
dalam rentan normal dan tidak ada gejala distress pernapasan.
Intervensi :
R/ : Manifestasi distress pernapasan tergantung pada derajat keterlibatan paru dan status
kesehatan anak
b. Obeservasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat ada sianosis perifer
R/ : Sianosis kuku menunjukan vasokontriksi atau respons tubuh terhadap demam dan
menggigil
R/ : Takikardi biasanya ada sebagai akibat demam atau dehidrasi tetapi dapat sebagai
respon terhadap hipoksemia
17 | B R O N C O P N E U M O N I A
3. Diagnosa Keperawatan 3 : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Tujuan : Setelah dilakukan 1x12 jam kebutuhan cairan dan eletrolit pasien adekuat
Intervensi :
b.Pantau masukan, catat warna urine, hitung keseimbangan cairan, waspadai kehilangan
tak tampak, ukur beraqt badab sesuai indikasi
18 | B R O N C O P N E U M O N I A
4. Diagnosa Keperawatan 4 : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake
makanan kurang terpenuhi
Intervensi :
a. Identifikasi faktor yang menimbulkan napsu makan dan minum menurun misalnya,
dispnea berat, pengobatan aeroso.
R/ : Bunyi usus mungkin menurun atau tidak ada bila infeksi berat.
R/ : Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun napsu makan mungkin lambat
untuk kembali.
19 | B R O N C O P N E U M O N I A
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
1. Berhenti merokok
2. Konsumsi obat secara teratur
3. Perhatikan berat badan
4. Hindari zat polusi
5. Jaga stamina tubuh
6. Istirahat cukup
7. Rutin mengikuti rehabilitasi paru-paru
8. Lakukan latihan bernapas
9. Tetap beraktivitas
10. Lakukan terapi oksigen jika keadaan parah
11. Konsumsi makanan sehat
20 | B R O N C O P N E U M O N I A