You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pneumonia sebenarnya bukan penyakit baru. American Lung


Associationmisalnya, menyebutkan hingga tahun 1936 pneumonia menjadi
penyebabkematian nomor satu di Amerika. Penggunaan antibiotik membuat penyakit
bisadi kontrol beberapa tahun kemudian. Namun, tahun 2000 kombinasi pneumoniadan
influenza kembali merajalela dan menjadi penyebab kematian ke tujuh dinegara itu
(Setiawan, 2009).
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru(alveoli).
Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan prosesinfeksi akut pada
bronkus ( biasa disebut bronchopneumonia ). Gejala penyakit iniberupa napas cepat dan
sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batasnapas cepat adalah frekuensi
pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebihpada anak usia 2 bulan sampai kurang
dari 1 tahun, dan 40 kali per menit ataulebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari
5 tahun. Pada anak usia di bawah2 bulan tidak dikenal diagnosa pneumonia (Setiawan,
2009).
Secara global, sekitar 1,6 juta kematian setiap tahun disebabkan olehpenyakit
yang disebabkan oleh Streptokokus pneumoiae (pneumococcal disease),di dalamnya
700.000 hingga satu juta Balita terutama berasal dari negaraberkembang. Dilaporkan, di
kawasan Asia - Pasifik diperkirakan sebanyak 860.000 balita meninggal setiap tahunnya
atau sekitar 98 anak setiap jam. Secaranasional angka kejadian Pneumonia belum
diketahui secara pasti, data yang adabaru berasal dari laporan Subdit ISPA Ditjen P2M-
PL Depkes RI tahun 2007.Dalam laporan tersebut disebutkan, dari 31 provinsi
ditemukan 477.429 anak balita dengan pneumonia atau 21,52 persen dari jumlah
seluruh balita diIndonesia. Proporsinya 35,02 persen pada usia di bawah satu tahun dan
64,97 persen pada usia satu hingga empat tahun. Jika dirata-ratakan, sekitar 2.778 anak
meninggal setiap harinya akibat pneumonia (Suriani, 2009).

1|BRONCOPNEUMONIA
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angkakematiannya
tinggi, tidak saja di negara berkembang,tapi juga di negara maju 1 seperti AS, Kanada
dan negara – negara Eropa.Di AS misalnya, terdapat dua jutasampai tiga juta kasus
pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata – rata45.000 orang dan angka
kematian akibat pneumonia mencapai 25 % di Spanyoldan 12 % atau 25. 30 per
100.000 penduduk di Inggris. Dari data SEMIC HealtStatistik 2001 influenza dan
pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6di Indonesia, nomor 9 di Brunei,
nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura,nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di
Vietnam. Laporan WHO 1999menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat
penyakit infeksi di duniaadalah infeksi saluran nafas akut termasuk pneumonia
(Setiawan, 2009). Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga
setelahkardiovaskuler dan tuberkolosis. Faktor social ekonomi yang rendah
mempertinggi angka kematian. Penanggulangan penyakit pneumonia menjadi fokus
ketigadari program P2ISPA (Penanggulangan Penyakit Infeksi saluran
PernapasanAkut). Program ini mengupayakan agar istilah Pneumonia lebih
dikenalmasyarakat, sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan dan
penyebaraninformasi tentangpenangulangan Pneumonia (Setiawan, 2009).

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

a.Untuk dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada pasien
denganpenyakit broncopneumonia.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui secara keseluruhan mengenai penyakit broncopneumonia

b. Menambah pengetahuan mengenai berbagai penyakit pada sistem pernafasan


salah satunya broncopneumonia yang telah terjadi di masyarakat sekitar.

2|BRONCOPNEUMONIA
BAB II

KONSEP DASAR

A. Definisi
Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru (Betz C, 2007).
Pneumonia adalah peradangan alveoli atau pada parenchim paru yang terjadi pada
anak (Suriadi Yuliani, 2006).
Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Ika, 2006).
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa
lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat (Whalley and
Wong, 2005).

3|BRONCOPNEUMONIA
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi
didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada
bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2006).
Jadi bronkopnemonia adalah infeksi atau peradangan pada jaringan paru terutama
alveoli atau parenkim yang sering menyerang pada anak – anak.

B. Klasifikasi Pneumonia

1. Berdasarkan Sumber Infeksi

a. Pneumonia yg didapat di masyarakat (Community-acquired pneumonia.)

1).Streptococcus pneumonia merupakan penyebab utama pada orang dewasa

2). Haemophilus influenzae merupakan penyebab yang sering pada anak-anak

3).Mycoplasma sering bisa menjadi penyebab keduanya (anak & dewasa)

b. Pneumonia yg didapat di RS (Hospital-acquired pneumonia )

1).Terutama disebabkan kerena kuman gram negatif

2).Angka kematiannya > daripada CAP (Community-acquired pneumonia.)

3).Prognosis ditentukan ada tidaknya penyakit penyerta

c. Pneumonia aspirasi

1).Sering terjadi pada bayi dan anak-anak

2).Pada orang dewasa sering disebabkan oleh bakteri anaerob

d. Pneumonia Immunocompromise host

1). Macam kuman penyebabnya sangat luas, termasuk kuman sebenarnya


mempunyai patogenesis yang rendah

2). Berkembang sangat progresif menyebabkan kematian akibat rendahnya


pertahanan tubuh.

4|BRONCOPNEUMONIA
2. Berdasarkan Kuman Penyebab

a. Pneumonia bakterial

1). Sering terjadi pada semua usia

2). Beberapa mikroba cenderung menyerang individu yang peka, misal;


Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphylococcus menyerang pasca
influenza.

b. Pneumonia Atipikal

1). Disebabkan:Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia

2). Sering mengenai anak-anak dan dewasa muda

c. Pneumonia yang disebabkan virus

1). Sering pada bayi dan anak-anak

2).Merupakan penyakit yang serius pada penderita dengan pertahanan tubuh yang
lemah.

d. Pneumonia yang disebabkan oleh jamur atau patogen lainnya

1). Seringkali merupakan infeksi sekunder

2). Predileksi terutama pada penderita dengan pertahanan tubuh yang rendah

3). Berdasarkan Predileksi atau Tempat Infeksi

e. Pneumonia lobaris (lobar pneumonia)

1). Sering pada pneumonia bakterial

2). Jarang pada bayi dan orang tua

3). Pneumonia terjadi pada satu lobus atau segmen, kemungkinan dikarenakan
obstruksi bronkus misalnya : aspirasi benda asing pada anak atau proses
keganasan pada orang dewasa.

5|BRONCOPNEUMONIA
f. Bronchopneumonia

1). Ditandai adanya bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru

2). Dapat disebabkan bakteri maupun virus

3). Sering pada bayi dan orang tua

4). Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus

g. Pneumonia interstisialis (interstitial pneumonia

1). Proses terjadi mengenai jaringan interstitium daripada alevoli atau bronki

2). Merupakan karakteristik (tipikal) infeksi oportunistik (Cytomegalovirus,


Pneumocystis carinii).

C. Etiologi

Secara umun individu yang terserang bronkopneumonia diakibatkan oleh adanya


penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang
yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ
pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan
silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.

1. Faktor Infeksi

a. Pada neonatus :Streptocccus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).

b. Pada bayi :

Virus :Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus.

Organisme atipikal :Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.

Bakteri : Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza, mycobacterium


tuberculosa, Bordetellaa pertusis.

6|BRONCOPNEUMONIA
c. Pada anak-anak :

Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP

Organisme atipikal :Mycoplasma pneumonia

Bakteri :Pneumococcus, Mycobakterium tuberculosa.

d. Pada anak besar – dewasa muda :

Organisme atipikal :Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis

Bakteri : Pneumococcus, Bordetella Pertusis, M. tuberculosis.

2. Faktor Non Infeksi

Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :

a. Bronkopneumonia hidrokarbon dapat terjadi oleh karena aspirasi selama


penelanan muntah atau pemasangan selang NGT ( zat hidrokarbon seperti
pelitur, minyak tanah dan bensin).
b. Bronkopneumonia lipoid dapat terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung
minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang
mengganggu mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian makanan
dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak
ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada
jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam
lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan minyak ikan.

Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya
Bronkopneumonia.Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang berat
seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak
merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.

7|BRONCOPNEUMONIA
3. Faktor Resiko

Faktor-faktor yang berperan dalam kejadian Bronkopneumonia adalah sebagai


berikut :

a. Faktor host (diri)


1. Usia
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3
tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahum. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
anak pada balita lebih rentan terkena penyakit bonkopneumonia dibandingkan orang
dewasa dikarenakan kekebalan tubuhnya masih belum sempurna
2. Status Gizi

Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah lama dikenal,
kedua keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang satu merupakan predisposisi
yang lain (Tupasi, 2005). Pada KKP, ketahanan tubuh menurun dan virulensi phatogen
lebih kuat sehingga menyebabkan keseimbangan yang tergangu dan akan terjadi infeksi,
sedangkan salah satu determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan tersebut
adalah status gizi.

3. Riwayat penyakit terdahulu

Penyakit terdahulu yang sering muncul dan bertambah parah karena penumpukan
sekresi yang berlebih yaitu influenza.Pemasangan selang NGT yang tidak bersih dan
tertular berbagai mikrobakteri dapat menyebakan terjadinya bronkopneumonea.

a). Faktor Lingkungan

1). Rumah

Rumah merupakan struktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk tempat


berlindung yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan yang diperlukan,
perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani, rohani, dan keadaanan sosialnya
yang baik untuk keluarga dan individu (WHO, 2006).

8|BRONCOPNEUMONIA
a). Kepadatan hunian (crowded)

b). Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan
masyarakat diduga merupakan faktor resiko penularan pneumonia.

c). Status sosioekonomi

d). Kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi yang rendah mempunyai


hubungan yang erat dengan kesehatan masyarakat.

D. Manifestasi Klinis

1. Demam mendadak, disertai menggigil, baik pada awal penyakit atau selama sakit
2. Batuk, mula-mula mukoid lalu purulen dan bisa terjadi hemoptisis
3. Nyeri pleuritik, ringan sampai berat, apabila proses menjalar ke pleura (terjadi
pleuropneumonia)
4. Tanda & gejala lain yang tidak spesifik : mialgia, pusing, anoreksia, malaise,
diare, mual & muntah.

E. Patofisiologi

Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi
makanan dan minuman.

9|BRONCOPNEUMONIA
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran
pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat
tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan
dengan ganbaran sebagai berikut:

1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh
darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran
pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora
normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan
kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit.

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan pada bronkopneumonia untuk menegakkan


diagnosis diantaranya yaitu :

1. Rontgen Dada : Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi distribusi struktural;


dapat juga menyatakan abses luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi
menyebar atau terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul
(virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin bersih. Foto thorax
bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika
pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
2. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung,
biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini
tidak rutin dilakukan karena sukar.
3. Pemeriksaan fungsi paru. Pada pemeriksaan ini akan didapatkan volume paru
mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin
meningkat dan komplain paru menurun, terjadi hipoksemia.

10 | B R O N C O P N E U M O N I A
4. Analisa Gas Darah. Pada pemeriksaan darah ini biasanya akan didapatkan hasil
yang tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.
5. Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thoraks, konsolidasi satu atau beberapa lobus
yang berbercak-bercak infiltrate
6. Pemeriksaan laboratorium didapati lekositosit antara 15000 sampai 40000 /mm3.
7. Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali apabila pasien mengalami
imunodefiensi.
8. Pemeriksaan AGD (analisa gas darah), untuk mengetahui status kardiopulmoner
yang berhubungan dengan oksigen.

Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, untuk
mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok untuk menanganinya.

G. Penatalaksanaan

Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini
tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek
diberikan pengobatan polifragmasi seperti penisilin diambah dengan kloramfenikol atau
diberi antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampicillin.Pengobatan
diteruskan sampai anak bebas demam selama 4 – 5 hari.

1. Pengobatan dan penatalaksaan

a. Bed rest
b.Anak dengan sesak nafas memerlukan cairan inta vena dan oksigen (1 – 2 l/mnt).
Jenis cairan yang digunakan adalah campuran Glukosa 5% dan NaCl 0,9% ditambah
larutan KCl 10 mEq/500 ml botol infus.
c. Jumlah cairan disesuaikan dengan berat badan dan kenaikan suhu.
d.Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
e. Pemberian antibiotik sesuai biakan atau berikan

11 | B R O N C O P N E U M O N I A
f. Untuk kasus pneumonia community base :
1) Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
2) Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
g.Untuk kasus pneumonia hospital base :
1) Sefotaksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
2) Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
h.Antipiretik : paracetamol 10-15 mg/kgBB/x beri
i. Mukolitik : Ambroxol 1,2-1,6 mg/kgBB/2 dosis/oral
j. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip. Jika sesaknya berat maka pasien harus dipuasakan.

2. Pencegahan

Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan


penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan
terjadinya bronkopneumonia.

Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan
tubuh kaita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti : cara hidup sehat, makan
makanan bergizi dan teratur ,menjaga kebersihan ,beristirahat yang cukup, rajin
berolahraga, dll.

Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi


antara lain:

a. Vaksinasi pneumokokus
b. Vaksinasi influenza
c. Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah
d. Vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.

12 | B R O N C O P N E U M O N I A
I. Patways
Bronkopneumoni

Faktor Infeksi Non Infeksi


-Virus -(NGT)
-Bakteri -Daya
-ISPA tahan
menurun
-Usia

Masuk system pernafasan

Parenkim

Peradangan alveoli

Perubahan membrane Paru Masuk saluran Batuk malam hari Dilatasi pembuluh
Kapiler paru pencernaan darah alveoli
Muncul bercak Sesak
Gg. Difusi O2 & Co2 putih Terinfeksi Edema
Tidur kurang

Dyspneu Batuk dgn sputum Peningkatan flora Hipertermi

Bunyi nafas tdk normal dlm usus Gg. Pola istirahat


Gg. Pola tidur
napas Penurunan perfusi

Nafas tdk teratur Tdk efektifan Peristaltik meningkat jaringan

Kek. O2 bersihan jln napas usus malabsobsi

Makan & Minum berkurang Diare Gg. Perfusi


jaringan
BB turun

Gg. Keseimbangan
Gg. Nutrisi kurang
cairan & elektrolit
dari kebutuhan

13 | B R O N C O P N E U M O N I A
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas.

Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia


berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu daya
tahan tubuh yang menurun akibat KEP, penyakit menahun, trauma pada paru,
anesthesia, aspirasi dan pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.

2. Riwayat Keperawatan.
a. Keluhan utama.

Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai


pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai
muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan
muntah.

b. Riwayat penyakit sekarang.

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian


atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC
dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.

c. Riwayat penyakit dahulu.

Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.

d. Riwayat kesehatan keluarga.

Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan


dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.

14 | B R O N C O P N E U M O N I A
3. Riwayat kesehatan lingkungan.

Menurut Wilson dan Thompson,2005 pneumonia sering terjadi pada musim


hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan
lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan
pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga
perokok.

4. Imunisasi.

Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat


penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh
yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.

5. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.


6. Nutrisi.

Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).

7. Pemeriksaan persistem.
a. Sistem pernapasan.

Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan cuping
hidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan
dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi
redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas
dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.

15 | B R O N C O P N E U M O N I A
B. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa Kepereawatan 1 : Bersihan jalan napas tidak efektif b.d penumpukan
sekret
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam jalan napas bersih, bunyi nafas
normal
Kriteria Hasil : a. Menunjukan perilaku mencapai bersihan jalan napas
b. Menunjukan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tidak ada
dispnea.

Intervensi :

a. Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada.

R/ : Takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena
ketidakanyamanan gerakan dinding dada atau cairan paru.

b. Bantu pasien latihan napas sering

R/ : napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan napas lebih
kecil

c. Penghisapan sesuai indikasi

R/ : Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik

d. Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekpektoran, bronkodilata, analgesik.

R/ : alat untuk menurunkan spasmo bronkus dengan mobilisasi skret.

16 | B R O N C O P N E U M O N I A
2. Diagnosa Keperawatan 2 : Gangguan pola napas b.d difusi O2 dan CO2

Tujuan : Setelah dilakukan 1x12 jam tidak ada gangguan pola napas

Kriteria Hasil : a. Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA
dalam rentan normal dan tidak ada gejala distress pernapasan.

b.Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi

Intervensi :

a. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernapas

R/ : Manifestasi distress pernapasan tergantung pada derajat keterlibatan paru dan status
kesehatan anak

b. Obeservasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat ada sianosis perifer

R/ : Sianosis kuku menunjukan vasokontriksi atau respons tubuh terhadap demam dan
menggigil

c. Awasi frekuensi jantung atau irama

R/ : Takikardi biasanya ada sebagai akibat demam atau dehidrasi tetapi dapat sebagai
respon terhadap hipoksemia

d. Berikan terapi oksigen debgan benar misal : dengan nasal, masker.

R/ : tujuan terapi oksigen mempertahankan Pa O2 d atas 60 mmHg.

17 | B R O N C O P N E U M O N I A
3. Diagnosa Keperawatan 3 : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

Tujuan : Setelah dilakukan 1x12 jam kebutuhan cairan dan eletrolit pasien adekuat

Kriteria Hasil : Menunjukan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter


individual yang tepat misalnya, membran mukosa lembab, turgor kulit
baik, pengisian kapiler cepat.

Intervensi :

a. Kaji turbor kulit, kelembaban membran mukosa

R/ : Indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa mulut


mungkin kering karena napas mulut dan oksigen tambahan.

b.Pantau masukan, catat warna urine, hitung keseimbangan cairan, waspadai kehilangan
tak tampak, ukur beraqt badab sesuai indikasi

R/ : Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan.

b. Tekankan cairan sedikitnya 2500mL/hari atau sesuai kondisi individual

R/ : Pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan resiko dehidrasi.

c. Pemberian obat antipiretik, antiemetik

R/ : Berguna menurunkan kehilangan cairan.

18 | B R O N C O P N E U M O N I A
4. Diagnosa Keperawatan 4 : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake
makanan kurang terpenuhi

Tujuan : Setelah dilakukan 3x24 jam kebutuhan nutrisi adekuat

Kriteria Hasil : a. Menunjukan peningkatan napsu makan

b. Mempertahankan atau meningkatkan berat badan.

Intervensi :

a. Identifikasi faktor yang menimbulkan napsu makan dan minum menurun misalnya,
dispnea berat, pengobatan aeroso.

R/ : Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah

b.Auskultasi dinding usus, obsesrvasi atau palpasi ditensi abdomen

R/ : Bunyi usus mungkin menurun atau tidak ada bila infeksi berat.

c. Berikan makan porsi kecil dan sering

R/ : Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun napsu makan mungkin lambat
untuk kembali.

19 | B R O N C O P N E U M O N I A
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bronchopneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang.


Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan
sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen
membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Sebenarnya bronchopneumonia bukanlah
penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber
infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa
kimia maupun partikel.

B. SARAN

Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan


pengobatannya pada penderita Bronchopneumonia. Menginformasikan tentang
pencegahan - pencegahan terjadinya Bronchopneumonia dengan cara :

1. Berhenti merokok
2. Konsumsi obat secara teratur
3. Perhatikan berat badan
4. Hindari zat polusi
5. Jaga stamina tubuh
6. Istirahat cukup
7. Rutin mengikuti rehabilitasi paru-paru
8. Lakukan latihan bernapas
9. Tetap beraktivitas
10. Lakukan terapi oksigen jika keadaan parah
11. Konsumsi makanan sehat

20 | B R O N C O P N E U M O N I A

You might also like