You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.
Wanita sehat secara normal akan mengalami suatu proses degenerasi
yang dinamakan menopause. Proses ini sering menimbulkan gejala-gejala
yang dirasakan tidak menyenangkan. Oleh karena itu sangatlah penting bagi
setiap wanita untuk benar-benar memahaminya. Sekitar separuh dari semua
wanita berhenti menstruasi antara usia 45 dan 50, sekitar seperempat berhenti
sebelum umur 45 tahun, dan seperempat lainnya terus menstruasi sampai
melewati umur 50 tahun. Menjadi tua sering kali menjadi momok yang
menakutkan bagi wanita. Kekhawatiran ini mungkin berawal dari pemikiran
bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, tidak bugar, dan tidak cantik lagi.
Kondisi tersebut memang tidak menyenangkan dan menyakitkan. Padahal,
masa merupakan salah satu fase yang harus dijalani seorang wanita dalam
kehidupannya, seperti halnya fase-fase kehidupan yang lain, yaitu masa anak-
anak dan masa reproduksi. Namun, munculnya rasa kekhawatiran yang
berlebihan itu menyebabkan mereka sangat sulit menjalani masa ini.
Sebenarnya, sulit atau mudahnya menjalani masa manopouse pada sifatnya
sangat individual.
Memang, wanita menopause akan mengalami berbagai fungsi tubuh
yang menurun sehingga akan berdampak pada ketidaknyamanan dalam
menjalani kehidupannya. Keluhan ketidak nyamanan ini bisa disikapi secara
berbeda pada setiap wanita. Apabila wanita dapat berfikir positif maka
berbagai keluhan dapat dilalui dengan lebih mudah. Namun sebaliknya,
apabila wanita tersebut berfikir negatif maka keluhan-keluhan yang muncul
semakin memberatkan dan menekan hidupnya.
Selanjutnya, salah satu hal yang dapat dilakukan untuk membuat
kehidupan saat menopause ini sedikit lebih mudah adalah dengan diet
menopause yang dapat membantu untuk energi tubuh, mengendalikan berat
1
badan dan mencegah sejumlah kondisi yang dapat menjadi lebih terlihat pada
saat proses penuaan terus berlanjut. Terapi Sulih Estrogen (TSH) serta
olahraga yang teratur juga dapat mengurangi beban pada saat terjadinya
proses menopause ini.
Berdasarkan penjelesan tersebut, sangat penting untuk memberikan
informasi secara benar dan tepat tentang bagaimana menjalani masa
menopause dengan lebih menyenangkan. Apalagi, informasi atau pengetahun
yang bisa diperoleh masyarakat mengenai hal ini sangat terbatas.
B. RUMUSAN MASALAH.
1. Apa defenisi manopause ?
2. Apa etiologi manopause ?
3. Apa manifestasi klinis manopause ?
4. Bagaimana patofisiologi manopause ?
5. Bagaimana klasifikasi manopause ?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang manopause ?
7. Apa penatalaksanaan manopause ?
8. Apa komplikasi manopause ?
9. Bagaimana konsep dasar keperawatan manopause ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien manopause ?
C. TUJUAN.
1. Untuk mengetahui defenisi manopause
2. Untuk mengetahui etiologi manopause
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis manopause
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi manopause
5. Untuk mengetahui klasifikasi manopause
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang manopause
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan manopause
8. Untuk mengetahui komplikasi manopause
9. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar keperawatan manopause
10. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien
manopause ?
2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR MEDIS.


1. Defenisi.
Kata Menopause berasal dari bahasa Yunani, yaitu men yang berati
‘bulan’ dan peusis artinya ‘penghentian sementara’ yang digunakan untuk
menggambarkan berhentinya haid. Sebenarnya secara linguistik yang lebih
tepat adalah ‘Menocease’ yang berarti berhentinya masa menstruasi
Menopause diartikan sebagai suatu masa ketika secara fisiologis siklus
menstruasi berhenti, hal ini berkaitan dengan tingkat lanjut usia perempuan
(Smart, 2010, p.17).
Menoupase didefinisikan oleh WHO sebagai penghentian menstruasi
secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah 12
bulan amenorea berturut-turut, periode menstruasi terakhir secara
retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2007).
2. Etiologi.
Penyebab menopause adalah “matinya” (burning out) ovarium.
Sepanjang kehidupan seksual seorang wanita kira kira 400 folikel
primodial tubuh menjadi folikel vesikuler dan berevulasi. Sementara
beratus ratus dan ribuan ovum berdegenerasi. Pada usia sekitar 45 tahun,
hanya tinggal beberapa folikel primodial tetap tertinggal untuk dirangsang
oleh FSH dan LH, dan pembentukan estrogen oleh ovarium berkurang bila
jumlah folikel primodial mendekati nol. Bila pembentukan estrogen turun
sampai tingkat kritis, estrogen tidak dapat lagi menghambat pembentukan
FSH dan LH yang cukup untuk menyebabkan siklus ovulasi.
Akibatnya, FSH dan LH (terutama FSH) setelah itu dihasilkan dulu
jumlah besar dan tetap. Estrogen dihasilkan dalam jumlah subkritis dalam

3
waktu pendek setelah menopause, tetapi setelah beberapa tahun, waktu
sisa terakhir. Folikel primodial menjadi atretis, pembentukan estrogen oleh
ovarium turun sampai nol.
3. Manifestasi klinis.
a. Tanda Awal Menopause.
1) Perubahan kejiwaan.
Keinginan seksual menurun dan sulit mencapai kepuasan
(orgasme), dan juga merasa tidak berguna dan tidak menghasilkan
sesuatu, merasa memberatkan keluarga dan orang lain.
2) Perubahan fisik.
Perubahan yang terjadi pada alat genetalia meliputi liang
senggama terasa kering, lapisan sel liang senggama menipis yang
menyebabkan mudah terjadi (infeksi kandung kemih dan liang
senggama). Daerah sensitive makin sulit untuk dirangsang. Saat
berhubungan seksual dapat menjadi nyeri.
Pada jangka panjang keluhan akibat menurunnya kadar estrogen
ini dapat menyebabkan osteoporosis, penyakit jantung koroner,
dementia tipe Alzheimer, stroke, kanker usus besar, gigi rontok &
katarak.
b. Gejala lain yang terjadi selama menopause yaitu :
1) Ketidakteraturan siklus haid.
2) Gejolak rasa panas.
3) Perubahan kulit.
4) Keringat dimalam hari.
5) Sulit tidur.
6) Perubahan pada mulut.
7) Kerapuhan tulang.
4. Patofisiologi.
Jumlah folikel yang mengalami atresia makin meningkat, sampai
suatu ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup, produksi estrogen pun
berkurang dan tidak terjadi haid lagi yang berakhir dengan terjadi
4
menopause. Oleh karena itu, menopause diartikan sebagai haid alami
terakhir, hal ini tidak terjadi bila wanita menggunakan kontrasepsi
hormonal pada usia perimenopause. Pendarahan terus terjadi selama
wanita masih menggunakan pil kontrasepsi secara siklik dan wanita
tersebut tidak mengalami keluhan klimakterik. Kita tidak pernah tahu
kapan wanita tersebut memasuki usia menopause. Untuk menentukan
diagnosis menopause, pil kontrasepsi harus segera dihentikan dan satu
bulan kemudian dilakukan pemeriksaan FSH dan estradiol.
Bila pada usia menopause ditemukan kadar FSH dan estradiol bervariasi
(tinggi atau rendah), maka setelah memasuki usia menopause akan selalu
ditemukan kadar FSH yang tinggi (>40 mlU/ml). Kadar estradiol pada
awal menopause dijumpai rendah hanya pada sebagian wanita, sedangkan
pada sebagian wanita lain, apalagi wanita gemuk, kadar estradiol dapat
tinggi. Hal ini terjadi akibat proses aromatisasi androgen menjadi estrogen
di dalam jaringan lemak. Diagnosis menopause merupakan diagnosis
retropektif , bila seorang wanita tidak haid selama 12 bulan, dan dijumpai
kadar FSH darah >40 mlU/ml dan kadar estradiol <30 pg/ml, telah dapat
dikatakan wantia tersebut telah mengalami menopause (Baziad, 2003).

Folikel meningkat Produksi Terjadi Fertilisasi


Hormon

Penggunaan Terjadi Proses MENOPAUSE


kontrasepsi terus aromatisasi
menerus androgen

FSH
Terjadi Berubah menjadi
pendarahaan estrogen di dalam
lemak
Gangguan Pola
Tidur
Nyeri Akut
Harga Diri Rendah

Perubahan Pola
Pikir
5
5. Klasifikasi.
Menopause dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu menopause
alamiah dan menopause prematur (dini).
a. Menopause Alamiah
Menopause ini terjadi secara bertahap, biasanya antara usia 45-55
tahun. Menopause alamiah terjadi pada wanita yang masih mempunyai
indung telur. Durasinya sekitar 5-10 tahun. Meskipun seluruh proses itu
kadang-kadang memerlukan waktu tiga belas tahun. Selama itu
menstruasi mungkin akan berhenti beberapa bulan kemudian akan
kembali lagi. Menstruasi datang secara fluktuatif. Lamanya,
intensitasnya, dan alirannya mungkin bertambah atau berkurang.
Wanita yang mengalami menopause alamiah mungkin
membutuhkan perawatan atau mungkin tidak membutuhkan perawatan
apapun. Hal ini karena kesehatan mereka secara menyeluruh cukup
baik. Selain itu proses menopause berjalan sangat lambat sehingga
tubuhnya dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang
terjadi pada saat menopause.
b. Menopause Dini.
Menurut dr.ali Baziad, Sp.O.G KFFR, staf pada Bagian Obstetri
dan Ginekologi, FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta
“menopause dini adalah berhentinya haid di bawah usia 40 tahun”.
Kalau wanita itu sudah berusia di atas 40 tahun, misalnya pada usia di
atas 40 tahun, misalnya usia 42 dan 43, ia tidak dikategorikan sebagai
wanita yang mengalami menopause dini. Demikian juga pada wanita
usia produktif yang tidak lagi haid karena pengangkatan rahim, ia tidak
dapat disebut sebagai penderita menopause dini. Ini disebabkan indung
telurnya masih ada dan masih memproduksi sel-sel telur serta
mengeluarkan hormon estrogen. Sementara itu, jika kedua indung
telurnya di angkat, otomatis produksi hormon estrogen terhenti pula.

6
Otomatis tidak akan mengalami haid lagi untuk seterusnya sehingga
dapat disebut telah mengalami menopause dini.
Menopause ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama,
bisa karena indung telurnya diangkat, misalnya karena menderita
kanker indung telur. Kedua, diduga karena gaya hidup, seperti
merokok, kebiasaan minum minuman beralkohol, makanan yang tidak
sehat, dan kurang berolah raga. Ketiga bisa karena pengaruh obat-
obatan seperti obat pelangsing dan jamu-jamu yang tidak jelas zat
kimianya. Pada umumnya, obat-obatan pelangsing memang
mengandung zat kimia yang dapat menghambat produksi hormon.
Gejala menopause dini dengan menopause biasa tidak ada bedanya,
walaupun setiap orang mengalami gejala dalam waktu yang sama.
Tetapi dari segi perubahan fisik penderita menopause biasanya tampak
lebih parah. Ini terlihat dari keluhan –keluhan yang mereka alami, yaitu
osteoporosis dan penyakit jantung koroner yang datang lebih cepat.
Oleh karena itu datangnya menopause dini perlu diwaspadai.
6. Pemeriksaan penunjang.
Tanda-tanda dan gejala menopause cukup untuk mengatakan
kebanyakan wanita telah mulai melewati transisi menopause. Jika wanita
mempunyai keluhan mengenai menstruasi tidak teratur atau hot flashes
dapat memeriksakan ke dokter. Pemeriksaan penunjang diagnostik untuk
menopause dapat dilakukan dengan cara memeriksa tingkat follicle-
stimulating hormone (FSH) dan estrogen (estradiol) dengan tes darah.
Dikatakan menopause, jika hormon FSH dan estradiol menunjukan tingkat
penurunan. Dokter mungkin juga merekomendasikan tes darah untuk
menentukan tingkat kemampuan thyroid-stimulating hormone, karena
hypotiroidisme dapat menyebabkan gejala mirip dengan menopause.
7. Penatalaksanaan.
a. Penatalaksanaan umum Merupakan pendapat umum yang salah bahwa
semua masalah klimakterik dan menopause dapat dihilangkan dengan
hanya pemberian estrogen saja. Tujuan pengobatan dengan estrogen
7
bukanlah memperlambat terjadinya menopause, melainkan
memudahkan wanita-wanita tersebut memasuki masa klimakterium.
Hubungan pribadi yang baik, saling percaya antara suami-istri, maupun
antara dokter-penderita akan memberikan harapan yang besar akan
kesembuhan. Pemberian obat-obat penenang bukanlah cara pengobatan
yang terbaik. Psikoterapi superfisial oleh dokter keluarga sering sekali
menolong.
b. Pengobatan hormonal Menopause merupakan suatu peristiwa fisiologis
dari keadaan defisiensi estrogen. Sindrom klimakterik pada umumnya
terjadi akibat kekurangan estrogen, sehingga dengan sendirinya
pengobatan yang tepat adalah pemberian estrogen, meski bukan tanpa
risiko. Pada masa lalu, estrogen diberikan untuk selang waktu yang
singkat dan kemudian berangsur-angsur dikurangi sehingga gejolak
panas sirna. Konsep ini tidak berlaku lagi. Seorang wanita yang
mengalami gejala-gejala menopause telah mengidap defisiensi
estrogen dan akan tetap begitu sepanjang hayatnya. Defisiensi estrogen
jangka panjang dapat menyebabkan berkembangnya osteoporosis,
penyakit jantung aterosklerotik, dan mungkin perwujudan psikogenik.
Program yang seimbang dari pengobatan estrogen-pengganti yang
dikombinasikan dengan progestogen siklik merupakan pengobatan
terbaik, karena tujuan nyata dari estrogen-pengganti adalah tidak hanya
untuk meredakan gejala-gejala vasomotor melainkan juga untuk
mencegah akibat metabolik seperti osteoporosis dan ateroskletosis.
8. Komplikasi.
a. Gejala menopause.
Gejala menopause cenderung lebih berat pada wanita yang
mengalami menopause mendadak, misalnya akibat pembedahan,
dibandingkan pada wanita yang mengalami gagal ovarium bertahap.
b. Penyakit kardiovaskuler.
Penelitian awal pada tahun 1950 an menunjukkan insiden penyakit
jantung yang lebih tinggi pada wanita yang mengalami menopause dini.
8
Baru-baru ini, US Nurses Study menunjukkan bahwa semakin muda
usia terjadinya menopause, resiko infark miokardium semakin
meningkat dan bahwa ooferoktomi bilateral yang dilakukan pada
wanita dibawah usia 35 tahun meningkatkan resiko tersebut hingga
tujuh kali lipat dibandingkan pada wanita pramenopause. Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa wanita yang menjalani terapi sulih hormon
oral setelah ooforektomi tidak mengalami peningkatan resiko menderita
penyakit kardiovaskuler.
c. Osteoporosis.
Menopause prematur menyebabkan awitan dini osteoporosis.
Kondisi ini dapat dicegah dengan menggunakan terapi sulih hormon
jangka panjang (Eastell,,1998). Selama beberapa tahun pertama setelah
menopause akan mengalami kehilangan kepadatan tulang dengan cepat
yang dapat meningkatkan risiko osteoporosis

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN.


1. Pengkajian.
Tahap awal dari proses keperawatan yang terdiri dari identitas klien,
keluhan utama,riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik
2. Diagnosa.
a. Gangguan pola tidur.
b. Perubahan proses pikir.
c. Nyeri akut.
d. Harga diri rendah situasional.
3. Intervensi.
a. Gangguan pola tidur.
1) Tentukan kebiasaan tidur dan perubahan yang terjadi.
2) Berikan tempat tidur yang nyaman.
3) Tingkatkan kenyamanan waktu tidur, misal: mandi air hangat,
masase.
4) Kurangi kebisingan dan lampu.
9
5) Berikan sedatife sesuai indikasi
b. Perubahan proses pikir.
1) Sediakan waktu adekuat bagi pasien untuk memberikan respon
terhadap pernyataan.
2) Catat masalah pasien tentang daya ingat jangka pendek dan sediakan
bantuan.
3) Evaluasi tingkat stres individu dan hadapi dengan tepat.
4) Catat perubahan siklik dalam mental dan tingkah laku.
c. Nyeri akut.
1) Kaji keluhan nyeri, perhatikan intensitas (skala 0-10), lamanya dan
lokasi.
2) Beri tindakan kenyamanan.
3) Batasi aktivitas fisik pasien.
4) Dorong tehnik manejemen stres (relaksasi).
5) Berikan analgesik sesuai indikasi
d. Harga diri rendah situasional.
1) memberikan waktu untuk mendengarkan masalah dan ketakutan
pasien.
2) mengkaji stress emosi pasien. Dorong pasien untuk mengekspresikan
dengan tepat.
3) memberikan informasi akurat tentang masalah pasien.
4) memberikan lingkungan terbuka pada pasien untuk mendiskusikan
masalah seksualitas.
4. Implementasi.
Tahap implementasi dimulaisetelah intervensi disusun dan ditujukan
pada perawat untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Implementasi disesuaikan dengan intervensi keperawatan yang telah
disusun sebelumnya

5. Evaluasi.
10
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
perawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan ,
rencana tindakan,dan pelaksanaanya sudah berhasil dicapai. kemungkinan
terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi
sebagian, masalah belum teratasi atau timbul masalah baru. Dalam
melakukan evaluasi memakai sistem SOAP.

BAB III

11
ASUHAN KEPERAWATAN.

A. PENGKAJIAN
1. Contoh kasus.
Ny. R umur 65 tahun, ibu rumah tangga, pendidikan terakhir
SLTA. Klien Masuk RS pada tanggal 26 September 2017 diantar oleh
suaminya. Suami klien berusia 67 tahun, tinggal serumah dengan klien.
Tinggi badan klien 156 cm, BB 50 Kg, TD pada pemeriksaan terakhir
140/80 mmHg. Nadi 90 x/menit, suhu 36,7C, Pernafasan 24 x/menit.
Klien mengeluh nyeri pada tumit, klien mengatakan sulit tidur, saat
dilakukan pemeriksaan klien terlihat banyak mengeluarkan keringat, klien
mengatakan takut dengan kondisinya, klien juga mengatakan sakit kepala
karena sering memikirkan usianya. Klien mengatakan takut tidak dapat
memenuhi kebutuhan seksual suaminya, klien mengatakan takut suaminya
meninggalkannya, klien juga mengatakan stres dengan keadaan usianya,
klien selalu memikirkan tentang usianya yang sudah tua, klien mengatakan
kurang percaya diri dengan keadaannya saat ini. Klien nampak meringis
pada saat berjalan. Saat dilakukan pengkajian fisik : kepala simetris , tidak
ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tampak uban pada rambut klien,
tampak lingkaran hitam pada mata, menggunakan kacamata,Konjungtiva :
tidak anemi, Sklera : tidak ikterus, Ukuran pupil : normal, Isokor : tidak
ada, Visus : menurun, Reaksi terhadap cahaya : baik, gerakan bola
mata : normal, hidung klien tampak simetris dan tidak ada epitaksis, pada
daerah mulut tidak ada keluhan, pada daerah leher tidak ada benjolan, dan
telinga tidak mengalami gangguan pendengaran. Pada dada : simetris,
tidak ada nyeri tekan, payudara tampak menurun dari ukurannya,
pengembangan paru simetris, fungsi jantung: normal, Fungsi pencernaan

12
baik, Pada pemeriksaan genital ditemukan : vagina tampak kering ,
kebersihan: baik, tidak nampak adanya keputihan. Pada ekstremitas bawah
dikedua kaki ditemukan nyeri pada tumit. Pola nutrisi baik, eliminasi urin
3x /hari, eliminasi fekal 1x /hari, nafsu makan baik, personal higyene
secara keseluruhan baik, Keadaan umum baik, dengan tingkat kesadaran
Compous Mentis (CM). Status Obstetrik: gravid 0, parietas 0, abortus 0,
hidup 3. Dilakukan pemeriksaan penunjang USG.
2. Identitas diri klien.
a. Nama : Ny. H
b. Alamat : Jl. Surapati, Bandung
c. Umur : 65 Tahun
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
f. Pendidikan : SLTA
g. Tgl Masuk RS : Rabu, 26 September 2017

3. Keluhan utama.

Klien masuk RS pada tanggal 26 September diantar


suaminya dengan keluhan Nyeri di daerah tumit pada kedua kaki.

4. Riwayat kesehatan masa lalu.

Sejak usia 50 tahun periode menstruasi berhenti (menopause), tidak


pernah melakukan intercourse setahun setelah menopause (usia 51 tahun),
pernah mencoba melakukan intercourse namun mengeluh nyeri karena
penetrasi.

a. Riwayat haid.

1) Menarche : 15 Tahun.
2) Siklus haid : 28-30 hari.

13
3) Durasi haid : 5-7 hari.
4) Dismenore : ada.
5) Perlangsungan : normal.
b. Riwayat obstetri.
1) Kehamilan : untuk saat ini tidak ada, namun klien sudah
pernah hamil 3x.
2) Abortus: tidak ada.
3) Partus : 3x.
4) Pemakaian obat kontrasepsi : tidak ada.
5. Pemeriksaan fisik.
a. Kesadaran Umum: Baik (Compous Mentis)
b. Tanda-tanda vital: TD (140 / 80 mmHg), S (36,7oC), Nadi (90
x/menit), P (24 x/menit), BB (50 Kg), TB (156 cm).
c. Kepala.
1) Inspeksi :
a) Bentuk Kepala: simetris.
b) Kesimetrisan Muka, Tengkorak: Simetris.
c) Warna distribusi rambut: Tampak uban.
2) Palpasi :
a) Massa: tidak ada.
d. Mulut dan Tenggorokan :
1) Gigi geligi: Tidak ada.
2) Caries: Tidak ada.
e. Leher.
1) Inspeksi :
a) Bentuk/kesimetrisan: simetris.
b) Mobilisasi leher : baik.
14
c) Palpasi: tidak ada benjolan.

f. Dada, Paru-paru, Jantung :

1) Inspeksi:
a) Bentuk dada: simetris.
b) Ekspansi dada : normal
c) Retraksi : -
2) Palpasi :
a) Nyeri tekan: Tidak ada.
b) Massa tumor: Tidak ada.
c) Taktil fremitus: Normal Denyut apeks : Normal.
3) Auskultasi :
a) Suara napas : -
b) Suara tambahan : Rongkhi : -
c) Wheezing : -
d) Bunyi jantung I dan II : -
g. Abdomen.
1) Inspeksi: Kesimetrisan dan warna sekitar normal (tampak adanya
kerutan).
2) Perkusi : Identifikasi batas organ : -
3) Palpasi : Hepar/Lian/Ginjal/Kandung kemih : -

h. Genitalia dan Status Reproduksi :

1) Kehamilan : tidak ada


2) Buah dada : menurun dari ukurannya
3) Vagina : nampak kering.
4) Personal hygiene : baik
5) Perdarahan : tidak ada.
6) Penggunaan kateter : Tidak ada.
15
i. Status Neurologis : GCS (E4, M6, V5).

j. Integumen.

Akibat berkurang estrogen, terjadi penyusutan lapisan kolagen


sehingga kulit jadi tipis dan kering disertai kerontokan rambut dan
lapisan dermis kulit. Selain itu lemak bawah kulit akan menghilang.

k. Eliminasi.
1) Urin : 3x /hari.
2) Fekal : 1x /hari.
l. Aktivitas / istirahat : Pola tidur terganggu akibat stres psikologis

tentang usianya.
6. Aspek psikososial.
a. Pola Pikir & Persepsi.
1) Kesulitan yang dialami : Klien mengatakan stres dan takut
dengan keadaannya saat ini.
2) Persepsi sendiri, hal yang amat dipikirkan saat ini (stres akibat
penurunan feminitas).
3) Suasana hati : cemas.
4) Hubungan / komunikasi : Baik.
5) Tempat Tinggal: Bersama suami klien.
6) Bicara: jelas, relevan
7) Bahasa Utama (indonesia) Bahasa Daerah (Sunda).
b. Kehidupan Keluarga.
1) Adat istiadat yang dianut : sunda.
2) Pembuat Keputusan Keluarga: suami klien sebagai kepala rumah
tangga.
3) Pola komunikasi : baik.
16
4) Pola keuangan : Memadai
c. Kesulitan dalam hubungan keluarga.
1) Hubungan dengan sanak saudara: baik.
2) Hubungan perkawinan: baik.
d. Kebiasaan seksual.
Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi : nyeri saat koitus
akibat penurunan produksi estrogen.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Gangguan pola tidur.
2. Perubahan proses pikir.
3. Nyeri akut.
4. Harga diri rendah situasional.

C. INTERVENSI.
NO DIAGNOSA INTERVENSI
1) Tentukan kebiasaan tidur dan perubahan
1. Gangguan pola tidur
yang terjadi.
2) Berikan tempat tidur yang nyaman.
3) Tingkatkan kenyamanan waktu tidur, misal:
mandi air hangat, masase.
4) Kurangi kebisingan dan lampu.
5) Berikan sedatife sesuai indikasi

2. Perubahan proses 5) Sediakan waktu adekuat bagi pasien untuk


memberikan respon terhadap pernyataan.
pikir. 6) Catat masalah pasien tentang daya ingat
jangka pendek dan sediakan bantuan.
7) Evaluasi tingkat stres individu dan hadapi
dengan tepat.

17
8) Catat perubahan siklik dalam mental dan
tingkah laku.

3. Nyeri akut 6) Kaji keluhan nyeri, perhatikan intensitas


(skala 0-10), lamanya dan lokasi.
7) Beri tindakan kenyamanan.
8) Batasi aktivitas fisik pasien.
9) Dorong tehnik manejemen stres
(relaksasi).
10) Berikan analgesik sesuai indikasi

4. Harga diri rendah 1) Berikan waktu untuk mendengar masalah


dan ketakutan pasien.
situasional 2) Kaji stress emosi pasien. Dorong pasien
untuk mengekspresikan dengan tepat.
3) Berikan informasi akurat tentang masalah
pasien.
4) Berikan lingkungan terbuka pada pasien
untuk mendiskusikan masalah seksualitas.

D. IMPLEMENTASI.
NO DIAGNOSA INTERVENSI
1) Menentukan kebiasaan tidur dan perubahan
1. Gangguan pola tidur
yang terjadi.
2) memberikan tempat tidur yang nyaman.
3) Meningkatkan kenyamanan waktu tidur,
misal: mandi air hangat, masase.
4) Mengurangi kebisingan dan lampu.
5) memberikan sedatife sesuai indikasi

2. Perubahan proses 1) Menyediakan waktu adekuat bagi pasien


untuk memberikan respon terhadap
pikir. pernyataan.
2) mencatat masalah pasien tentang daya ingat
jangka pendek dan sediakan bantuan.
3) mengevaluasi tingkat stres individu dan

18
hadapi dengan tepat.
4) Catat perubahan siklik dalam mental dan
tingkah laku.
3. Nyeri akut 1) mengkaji keluhan nyeri, perhatikan
intensitas (skala 0-10), lamanya dan lokasi.
2) memberikan tindakan kenyamanan.
3) membatasi aktivitas fisik pasien.
4) mendoorong tehnik manejemen stres
(relaksasi).
5) memberikan analgesik sesuai indikasi.

4. Harga diri rendah 5) memberikan waktu untuk mendengarkan


masalah dan ketakutan pasien.
situasional 6) mengkaji stress emosi pasien. Dorong
pasien untuk mengekspresikan dengan
tepat.
7) memberikan informasi akurat tentang
masalah pasien.
8) memberikan lingkungan terbuka pada
pasien untuk mendiskusikan masalah
seksualitas.

E. EVALUASI.
NO DIAGNOSA INTERVENSI
S : Klien terlihat tidur nyeyak
1. Gangguan pola tidur O : Klien mengatakan agak lebih nyaman
A : Masalah teratasi
P ; Lanjutkan intervensi 1 dan 2

2. Perubahan proses S : Klien terlihat lebih tenang


O : Klien mengatakan sudah bisa megatasi
pikir. masalahnya
A : Masalah terasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4

3. Nyeri akut S : Klien terlihat lebih nyaman


O : Klien mengatakan skala nyeri 9
A : masalah teratasi

19
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3

4. Harga diri rendah S : Klien terbuka dengan keluahannya


O : Klien mengatakan megerti dengan yang
situasional dikatakan perawat
A : Masalah teratasi
P :lanjutkan intervensi 1 dan 2

20
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN.
Menopouse merupakan suatu tahap dimana wanita tidak lagi
mendapatkan siklus menstruasi yang menunjukkan berakhirnya kemampuan
wanita untuk bereproduksi. Secara normal wanita akan mengalami
menopause antara usia 40 – 50 tahun. Pada saat menopous wanita akan
mengalamin perubahan – perubahan didalam organ tubuhnya yang
disebabkan oleh bertambahnya usia. Menopous merupakan proses peralihan
dari massa produktif menuju perubahan secara peralahan – lahan kemasa non
produktif yang disebabkan oleh berkurangnya hormon estrogen dan
progesteron seiring dengan bertambahnya usia.
Sehubungan dengan terjadinya menopause pada lansia maka biasanya hal
itu diikuti dengan berbagi gejolak atau perubahan yang meliputi aspek fisik
maupun psikologis yang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan si
lansia tersebut. Fase menopous disebut juga sebagai fase klimakterium atau
pergantian tahun yang berbahaya. Pada saat ini terjadi banyak perubahan
dalam fungsi – fungsi psikis dan fisik, sedang vitalitasnya menjadi semakin
mundur dan berkurang.

B. SARAN.
Dalam penulisan tugas ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan
kelemahan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca demi
perbaikan dan kesempurnaan tugas kami atas kritik dan sarannya kami
sampaikan terima kasih.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ilmu kandungan, 2010, jakarta,dr.sarwono prawirohardjo.SpOg,PT


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Bagus,ida.1998. Memahami kesehatan reproduksi wanita. Jakarta:
arcan.
Darmojo, R Boedi dan Martono, H Hadi.2000.Geriatri ( ilmu
kesehatan usia lanjut ). Jakarta : FKUI

22

You might also like