You are on page 1of 44

Jl. Prof.Dr. Aloei Saboe No. 92 Kel. Wongkaditi Kota Gorontalo, Telp.

/Fax 0435-822578

PERENCANAAN DIMENSI
SALURAN IRIGASI
BARRY YUSUF LABDUL

Gorontalo, 20 – 25 Agustus 2018

Jl. Jend. Sudirman No. 6 Kota Gorontalo, 96128 Telp. 0435 821125, Fax 0435-821752
DEBIT RENCANA
Q = Debit rencana, l/dt
c = Koefisien pengurangan karena adanya sistem golongan,
NFR = Kebutuhan bersih (netto) air di sawah, l/dt/ha
A = Luas daerah yang diairi, ha
e = Efisiensi irigasi secara keseluruhan

Untuk tujuan-tujuan perencanaan, dianggap bahwa seperlima sampai


seperempat dari jumlah air yang diambil akan hilang sebelum air itu
sampai di sawah.
KEHILANGAN AIR
Pada umumnya kehilangan air di jaringan irigasi dapat dibagi-bagi sebagai
berikut :
• 12.5 - 20 % di petak tersier, antara bangunan sadap tersier dan sawah
• 5 -10 % di saluran sekunder
• 5 -10 % di saluran utama
EFISIENSI
Efisiensi secara keseluruhan (total) dihitung sebagai berikut :
efisiensi jaringan tersier (et) x efisiensi jaringan sekunder (CS) x efisiensi
jaringan primer (ep)

kebutuhan bersih air di sawah (NFR) harus dibagi e untuk memperoleh jumlah
air yang dibutuhkan di bangunan pengambilan dari sungai
SALURAN TANAH TANPA
PASANGAN
• Untuk pengaliran air irigasi, saluran berpenampang trapesium tanpa
pasangan adalah bangunan pembawa yang paling umum dipakai dan
ekonomis
• Penting untuk menjaga agar kapasitas angkutan sedimen per satuan debit
(kapasitas angakutan sedimen relatif) tetap sama atau sedikit lebih besar
• Sedimen yang memasuki jaringan saluran biasanya hanya mengandung
partikel – partikel lempung dan lanau melayang saja (lempung dan lanau
dengan d < 0,088 mm)
SALURAN TANAH
PERHITUNGAN TAMPANG
LINTANG SALURAN
Persamaan yang digunakan adalah manning, dimana
V = k R2/3 I1/2

Q = debit saluran, m /dt


v = kecepatan aliran, m/dt
A = potongan melintang aliran, m2
R = jari – jari hidrolis, m
P = keliling basah, m
B = lebar dasar, m
H = tinggi air, m
I = kemiringan energi (kemiringan saluran)
k = koefisien kekasaran Strickler
GEOMETRI SALURAN
• Untuk mengalirkan air dengan penampang basah sekecil mungkin,
potongan melintang yang berbentuk setengah lingkaran adalah yang
terbaik.
• Hanya pada saluran dengan debit rencana sampai dengan 0,5 m3/dt saja
yang potongan melintangnya dapat mendekati bentuk setengah lingkaran
• Harga n yang tinggi untuk debit-debit yang lebih besar adalah perlu, sebab
jika tidak, kecepatan rencana akan melebihi batas kecepatan maksimum
yang diizinkan
• Saluran dengan debit rencana yang tinggi pada umumnya lebar dan
dangkal dengan perbandingan b/h (n) sampai 10 atau lebih
KEMIRINGAN SALURAN
LENGKUNG SALURAN
Lengkung yang diizinkan untuk saluran tanah bergantung kepada:
- Ukuran dan kapasitas saluran
- Jenis tanah
- Kecepatan aliran.

• Jika lengkung saluran diberi pasangan, maka jari-jari minimumnya dapat


dikurangi
• Pasangan semacam ini sebaiknya dipertimbangkan apabila jari – jari lengkung
saluran tanpa pasangan terlalu besar untuk keadaan topografi setempat

Jari-jari minimum untuk lengkung saluran yang diberi pasangan harus seperti berikut
• - 3 kali lebar permukaan air untuk saluran-saluran kecil (< 0,6 m3/dt), dan sampai
dengan
• - 7 kali lebar permukaan air untuk saluran-saluran yang besar (> 10 m3/dt).
TINGGI JAGAAN
Tinggi jagaan berguna untuk :
- Menaikkan muka air di atas tinggi muka air maksimum
- Mencegah kerusakan tanggul saluran
LEBAR TANGGUL
CONTOH DESAIN SALURAN (CARA I)
Kesimpulan:
Diketahui: A = 53,5 Ha, Q = 113,88 lt/det = 0,114 m3/det. b = 0,45 m
Dari table didapat: h = 0,45 m
n = b/h = 1, maka b = h w = 0,40 m
V = 0,25 – 0,30 m/det ; k = 35; m = 1 I = 0,0005
maka,
A = Q/V = 0,114/0,30 = 0,380 m2  diambil Vmax = 30
m/det.
A = (b + mh) h = 2 h2  0,380 = 2 h2 w = 0,40 m
0,380
h= = 0,44 m ≈ 0,45 m
2 h = 0,45 m
1
Maka, b = h = 0,45 m m
b = 0,45 m
Kontrol Kecepatan
Abr = (b+mh)h = (0,45 + 1x0,45) x 0,45 = 0,405 m2
Pbr = b + 2h 1 + 𝑚2 = 0,45 + 2 x 0,45 2 = 1,723 m
Kemiringan Dasar Saluran (I)
Rbr = A/P = 0,405/1,723 = 0,235 m 2 2
𝑄 0,114
Vbr = Q/A = 0,114/0,405 = 0,281 m/det I= 2 = 2 = 0,0005
𝑘.𝐴𝑅 ൗ3 35𝑥.0,405𝑥0,235 ൗ3
Vmin = 0,25> Vbr = 0,281 > Vmax = 0,30 m/det.  ok.
FLOWCHART DESAIN SALURAN (CARA II)

Mulai

Input Q, k, I,
m, n, ho

h = ho

b = n*h
P = b+2*h*(1+m2)
R = A/P

v=k*R2/3*I1/2

A = Q/v

h1=(A/(n+m))1/2

No
Abs(h1-h0)<0,005 h=h1
Yes
Print
Q,k,I,m,n,b,h,v

Selesai
CONTOH DESAIN SALURAN (CARA II)
Kesimpulan:
1. Andaikan kedalaman air h0 = 0,7300 m
b = 0,79 m
2. Hitung Kecepatan Aliran yang sesuai (V0)
h = 0,73 m
w = 0,40 m
I = 3,2E-04
Dimana :
k = 35,000 Koefisien kekasaran Strickler
n = 1,07 Perbandingan lebar dasar saluran berbanding kedalaman air
m = 1,00 Koefisien kekasaran manning w = 0,40 m
Ia = 3,20E-04
Q = 0,37 m3/Dtk
V0 = 0,33 m/dtk h = 0,73 m

b = 0,79 m
3. Hitung Kedalaman Air Baru.
5. Hitung Lebar Dasar Saluran (b)
b = n x h = 1,07 x 0,7349 = 0,7884 m

4. Kontrol Kedalaman air Baru


 [0,7349 − 0,7300] ≤ 0,005 OK (ukuran dapat dipakai)
CONTOH RANGKUMAN DESAIN SALURAN
Perhitungan Dimensi Saluran Pembawa
No Nama Bangunan Nama Saluran A QDesain b h A V
NFR m k P R R(2/3) I w
(Ha) 3
(m /det)
(m) (m) (m2) (m/det)

0 BTH.0
1 BTH.1-1 S.I.Tolinggula Hepu ruas 1.1 1.129 1,50 1,694 2,00 0,75 1 60 2,063 0,821 4,121 0,500 0,630 0,000471 0,50
2 BTH.1-2 S.I.Tolinggula Hepu ruas 1.2 1.129 1,50 1,694 1,40 0,74 1 70 1,584 1,069 3,493 0,453 0,590 0,000670 0,50
3 BTH.2 S.I.Tolinggula Hepu ruas 2 1.104 1,50 1,656 1,40 0,85 1 70 1,913 0,866 3,804 0,503 0,632 0,000383 0,50
4 BTH.3 S.I.Tolinggula Hepu ruas 3 1.089 1,50 1,634 1,40 0,83 1 70 1,851 0,883 3,748 0,494 0,625 0,000407 0,50
5 BTH.4-1 S.I.Tolinggula Hepu ruas 4.1 1.082 1,50 1,623 1,40 0,80 1 70 1,760 0,922 3,663 0,481 0,613 0,000461 0,50
6 BTH.4-2 S.I.Tolinggula Hepu ruas 4.2 1.082 1,50 1,623 1,40 0,85 1 60 1,913 0,849 3,804 0,503 0,632 0,000500 0,50
7 BTH.5-1 S.I.Tolinggula Hepu ruas 5.1 1.080 1,50 1,619 1,40 0,75 1 60 1,613 1,004 3,521 0,458 0,594 0,000794 0,50
8 BTH.5-2 S.I.Tolinggula Hepu ruas 5.2 1.080 1,50 1,619 1,40 0,85 1 60 1,913 0,847 3,804 0,503 0,632 0,000498 0,50
9 BT.1 S.S.Tolinggula ruas 1 390 1,35 0,527 0,70 0,39 1 70 0,425 1,239 1,803 0,236 0,382 0,002149 0,40
10 BT.2-1 S.S.Tolinggula ruas 2-1 372 1,35 0,502 0,70 0,53 1 70 0,652 0,770 2,199 0,296 0,445 0,000613 0,40
11 BT.2-2 S.S.Tolinggula ruas 2-2 367 1,35 0,495 0,70 0,55 1 70 0,688 0,721 2,256 0,305 0,453 0,000517 0,40
12 BT.3 S.S.Tolinggula ruas 3 323 1,35 0,436 0,70 0,51 1 70 0,617 0,707 2,142 0,288 0,436 0,000536 0,40
13 BT.4 S.S.Tolinggula ruas 4 294 1,35 0,397 0,70 0,59 1 70 0,761 0,521 2,369 0,321 0,469 0,000252 0,40
14 BT.6-1 S.S.Tolinggula ruas 6-1 272 1,35 0,367 0,60 0,57 1 70 0,667 0,551 2,212 0,301 0,450 0,000306 0,40
15 BT.6-2 S.S.Tolinggula ruas 6-2 249 1,35 0,336 0,60 0,61 0,5 70 0,552 0,609 1,964 0,281 0,429 0,000411 0,40
16 BT.6-3 S.S.Tolinggula ruas 6-3 231 1,35 0,312 0,60 0,53 1 70 0,599 0,521 2,099 0,285 0,433 0,000295 0,40
17 BT.7 S.S.Tolinggula ruas 7 219 1,35 0,296 0,60 0,51 1 70 0,566 0,522 2,042 0,277 0,425 0,000308 0,40
18 BT.8 S.S.Tolinggula ruas 8 193 1,35 0,261 0,60 0,48 1 70 0,518 0,503 1,958 0,265 0,412 0,000303 0,40
19 BT.9-1 S.S.Tolinggula ruas 9-1 189 1,35 0,255 0,60 0,48 1 70 0,518 0,492 1,958 0,265 0,412 0,000291 0,40
20 BT.9-2/1 S.S.Tolinggula ruas 9-2/1 164 1,35 0,221 0,50 0,47 1 70 0,456 0,486 1,829 0,249 0,396 0,000307 0,40 Total Irigasi = 1.129 ha
21 BT.9-2/2 S.S.Tolinggula ruas 9-2/2 164 1,35 0,221 0,50 0,44 1 70 0,414 0,535 1,745 0,237 0,383 0,000399 0,40 Kebutuhan Air = 0,97 lt/dt/ha
22 BT.9-2/3 S.S.Tolinggula ruas 9-2/3 164 1,35 0,221 0,50 0,30 1 70 0,240 0,923 1,349 0,178 0,316 0,001735 0,40
Efesiensi lt/dt/ha
23 BT.9-2/4 S.S.Tolinggula ruas 9-2/4 164 1,35 0,221 0,50 0,47 1 70 0,456 0,486 1,829 0,249 0,396 0,000307 0,40
Tersier 1,21 lt/dt/ha
24 BT.9-3 S.S.Tolinggula ruas 9-3 145 1,35 0,196 0,50 0,40 1 70 0,360 0,544 1,631 0,221 0,365 0,000452 0,40
25 BT.9-4 S.S.Tolinggula ruas 9-4 140 1,35 0,189 0,50 0,40 1 70 0,360 0,525 1,631 0,221 0,365 0,000422 0,40 Sekunder 1,35 lt/dt/ha
26 BT.10 S.S.Tolinggula ruas 10 121 1,35 0,163 0,45 0,42 1 60 0,365 0,447 1,638 0,223 0,368 0,000410 0,40 Primer 1,50 lt/dt/ha
27 BT.11 S.S.Tolinggula ruas 11 74 1,35 0,100 0,40 0,40 0,5 60 0,240 0,416 1,294 0,185 0,325 0,000455 0,40
28 BH.1 Sal.Sek.Hepu ruas 1 675 1,35 0,911 0,80 0,80 1 70 1,280 0,712 3,063 0,418 0,559 0,000331 0,40
GARIS SEMPADAN SALURAN
• Penetapan garis sempadan jaringan irigasi ditujukan untuk menjaga
agar fungsi jaringan irigasi tidak terganggu oleh aktivitas yang
berkembang disekitarnya.
GARIS SEMPADAN SALURAN
IRIGASI TAK BERTANGGUL

Untuk saluran irigasi yang mempunyai kedalaman kurang dari satu meter, jarak garis
sempadan sekurang-kurangnya satu meter.
GARIS SEMPADAN SALURAN IRIGASI
BERTANGGUL
GARIS SEMPADAN SALURAN IRIGASI PADA
LERENG/TEBING
PERENCANAAN SALURAN GENDONG
• Saluran Gendong adalah saluran drainasi yang diletakkan sejajar
dengan saluran irigasi
• Saluran gendong ini berfungsi mencegah aliran permukaan (Run Off)
di luar daerah irigasi (ekstern area) masuk kedalam saluran irigasi
• Air di saluran gendong ini dialirkan keluar ke saluran alam atau saluran
drainasi buatan yang terdekat
TATA CARA DAN DASAR PERHITUNGAN
TATA CARA DAN DASAR PERHITUNGAN
SALURAN PEMBUANG (DRAINASE
KEBUTUHAN PEMBUANG UNTUK
PADI
• Hujan lebat ;
• Melimpahnya air irigasi atau buangan yang berlebihan dari jaringan primer
atau sekunder ke daerah itu;
• Rembesan atau limpahan kelebihan air irigasi di dalam petak tersier.
KONDISI PENGGENANGAN
• Untuk varietas unggul, tinggi air 10 cm dianggap cukup dengan tinggi muka
air antara 5 sampai 15 cm dapat diizinkan
• Kedalaman air yang lebih dari 15 cm harus dihindari, karena air yang lebih
dalam untuk jangka waktu yang lama akan mengurangi hasil panen
varietas local
• khususnya varietas biasa (tradisional) kurang sensitive demikian, tinggi air
yang melebihi 20 cm tetap harus di hindari
MODULUS PEMBUANGAN
Bergantung pada :
• Curah hujan selama periode tertentu
• Pemberian air irigasi pada waktu itu
• Kebutuhan air tanaman
• Perkolasi tanah
• Tampungan di sawah-sawah selama atau pada akhir periode yang
bersangkutan
• Luasnya daerah
• Sumber – sumber kelebihan air yang lain.
KOMPONEN MODULUS PEMBUANG
Dataran Rendah :
• Pemberian air irigasi I sama dengan nol jika irigasi di hentikan atau.
• Pemberian air irigasi I sama dengan evapotranspirasi ET jika irigasi
diteruskan Kadang-kadang pemberian air irigasi dihentikan di dalam
petak tersier, tetapi air dari jaringan irigasi utama dialirkan kedalam
jaringan pembuang
• Tampungan tambahan disawah pada 150 mm lapisan airmaksimum,
tampungan tambahan S pada akhir hari – hari berturutan n diambil
maksimum 50 mm
• Perkolasi P sama dengan nol

Daerah terjal :
• Seperti untuk kondisi dataran rendah tetapi dengan perkolasi P sama
dengan 3 mm/ hari.
• Untuk modulus pembuang rencana dipilih curah hujan 3 hari dengan
periode ulang 5 tahun. Kemudian modulus pembuang tersebut adalah:
CONTOH MODULUS
PEMBUANGAN
Dari analisis data curah hujan, jumlah curah hujan 3 hari dengan periode ulang
R(3) ditetapkan 198 mm. Curah hujan per hari adalah 139, 33 dan 26 milimeter
berturut-turut. Evapotranspirasi ET diandaikan 6 mm/hari.
DEBIT PEMBUANG RENCANA DARI
SAWAH
DEBIT PEMBUANG RENCANA DARI
SAWAH

You might also like