You are on page 1of 8

Tanda kematian tidak pasti

1. Pernapasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit dengan inspeksi, palpasi dan
auskultasi.
2. Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit dengan tidak terabanya nadi karotis.
3. Kulit pucat, bukan merupakan tanda yang dipercaya karena mungkin terjadi spasme
agonal sehingga wajah tampak kebiruan.
4. Tonus otot menghilang dan relaksasi. Relaksasi dari otot-otot wajah menyebabkan
kulit menimbul sehingga kadang-kadang membuat orang menjadi tampak lebih muda.
Kelemasan otot sesaan setelah kematian disebut relaksasi primer. Hal ini
mengakibatkan pendataran daerah-daerah yang tertekan misalnya daerah bokong pada
mayat yang terlentang.
5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian.
Segmen-segmen tersebut bergerak ke arah tepi retina dan kemudian menetap.
6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat
dihilangkan dengan menit.

Tanda pasti kematian

1. Livor mortis
Nama lain livor mortis ini antara lain lebam mayat, post mortem lividity, post
mortem hypostatic, post mortem sugillation, dan vibices.
Livor mortis adalah suatu bercak atau noda besar merah kebiruan atau merah
ungu (livide) pada lokasi terendah tubuh mayat akibat penumpukan eritrosit atau
stagnasi darah karena terhentinya kerja pembuluh darah dan gaya gravitasi bumi,
bukan bagian tubuh mayat yang tertekan oleh alas keras.
Bercak tersebut mulai tampak oleh kita kira-kira 20-30 menit pasca kematian
klinis. Makin lama bercak tersebut makin luas dan lengkap, akhirnya menetap kira-
kira 8-12 jam pasca kematian klinis.
Sebelum lebam mayat menetap, masih dapat hilang bila kita menekannya. Hal
ini berlangsung kira-kira kurang dari 6-10 jam pasca kematian klinis. Juga lebam
masih bisa berpindah sesuai perubahan posisi mayat yang terakhir. Lebam tidak bisa
lagi kita hilangkan dengan penekanan jika lama kematian klinis sudah terjadi kira-kira
lebih dari 6-10 jam.

Ada 4 penyebab bercak makin lama semakin meluas dan menetap, yaitu :
A. Ekstravasasi dan hemolisis sehingga hemoglobin keluar.
B. Kapiler sebagai bejana berhubungan.
C. Lemak tubuh mengental saat suhu tubuh menurun.
D. Pembuluh darah oleh otot saat rigor mortis.
E. Livor mortis dapat kita lihat pada kulit mayat. Juga dapat kita temukan
pada organ dalam tubuh mayat. Masing-masing sesuai dengan posisi
mayat.
Lebam pada kulit mayat dengan posisi mayat terlentang, dapat kita lihat pada
belakang kepala, daun telinga, ekstensor lengan, fleksor tungkai, ujung jari dibawah
kuku, dan kadang-kadang di samping leher. Tidak ada lebam yang dapat kita lihat
pada daerah skapula, gluteus dan bekas tempat dasi.
Lebam pada kulit mayat dengan posisi mayat tengkurap, dapat kita lihat pada
dahi, pipi, dagu, bagian ventral tubuh, dan ekstensor tungkai. Lebam pada kulit mayat
dengan posisi tergantung, dapat kita lihat pada ujung ekstremitas dan genitalia
eksterna.
Lebam pada organ dalam mayat dengan posisi terlentang dapat kita temukan
pada posterior otak besar, posterior otak kecil, dorsal paru-paru, dorsal hepar, dorsal
ginjal, posterior dinding lambung, dan usus yang dibawah (dalam rongga panggul).
Ada tiga faktor yang mempengaruhi livor mortis yaitu volume darah yang
beredar, lamanya darah dalam keadaan cepat cair dan warna lebam.
Volume darah yang beredar banyak menyebabkan lebam mayat lebih cepat
dan lebih luas terjadi. Sebaliknya lebih lambat dan lebih terbatas penyebarannya pada
volume darah yang sedikit, misalnya pada anemia.
Ada lima warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk memperkirakan
penyebab kematian yaitu :
A. warna merah kebiruan merupakan warna normal lebam
B. warna merah terang menandakan keracunan CO, keracunan CN, atau suhu
dingin
C. warna merah gelap menunjukkan asfiksia
D. warna biru menunjukkan keracunan nitrit
E. warna coklat menandakan keracunan aniline.
Interpretasi livor mortis dapat diartikan sebagai tanda pasti kematian, tanda
memperkirakan saat dan lama kematian, tanda memperkirakan penyebab kematian
dan posisi mayat setelah terjadi lebam bukan pada saat mati.
Livor mortis harus dapat kita bedakan dengan resapan darah akibat trauma
(ekstravasasi darah). Warna merah darah akibat trauma akan menempati ruang
tertentu dalam jaringan. Warna tersebut akan hilang jika irisan jaringan kita siram
dengan air.
2. Kaku mayat (rigor mortis)
Kaku mayat atau rigor mortis adalah kekakuan yang terjadi pada otot yang
kadang-kadang disertai dengan sedikit pemendekan serabut otot, yang terjadi setelah
periode pelemasan/ relaksasi primer; hal mana disebabkan oleh karena terjadinya
perubahan kimiawi pada protein yang terdapat dalam serabut-serabut otot.
A. Cadaveric spasme
Cadaveric spasme atau instantaneous rigor adalah suatu keadaan dimana
terjadi kekakuan pada sekelompok otot dan kadang-kadang pada seluruh otot,
segera setelah terjadi kematian somatis dan tanpa melalui relaksasi primer.
B. Heat Stiffening
Heat Stiffening adalah suatu kekakuan yang terjadi akibat suhu tinggi,
misalnya pada kasus kebakaran.
C. Cold Stiffening
Cold Stiffening adalah suatu kekakuan yang terjadi akibat suhu rendah,
dapat terjadi bila tubuh korban diletakkan dalam freezer, atau bila suhu keliling
sedemikian rendahnya, sehingga cairan tubuh terutama yang terdapat sendi-sendi
akan membeku.
3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis)
Algor mortis adalah penurunan suhu tubuh mayat akibat terhentinya produksi
panas dan terjadinya pengeluaran panas secara terus-menerus. Pengeluaran panas
tersebut disebabkan perbedaan suhu antara mayat dengan lingkungannya. Algor
mortis merupakan salah satu perubahan yang dapat kita temukan pada mayat yang
sudah berada pada fase lanjut post mortem.
Pada beberapa jam pertama, penurunan suhu terjadi sangat lambat dengan
bentuk sigmoid. Hal ini disebabkan ada dua faktor, yaitu masih adanya sisa
metabolisme dalam tubuh mayat dan perbedaan koefisien hantar sehingga butuh
waktu mencapai tangga suhu.
Ada sembilan faktor yang mempengaruhi cepat atau lamanya penurunan suhu
tubuh mayat, yaitu :
A. Besarnya perbedaan suhu tubuh mayat dengan lingkungannya.
B. Suhu tubuh mayat saat mati. Makin tinggi suhu tubuhnya, makin lama
penurunan suhu tubuhnya.
C. Aliran udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.
D. Kelembaban udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.
E. Konstitusi tubuh pada anak dan orang tua makin mempercepat penurunan
suhu tubuh mayat.
F. Aktivitas sebelum meninggal.
G. Sebab kematian, misalnya asfiksia dan septikemia, mati dengan suhu
tubuh tinggi.
H. Pakaian tipis makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.
I. Posisi tubuh dihubungkan dengan luas permukaan tubuh yang terpapar.
Penilaian algor mortis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut, antara
lain :
A. Lingkungan sangat mempengaruhi ketidakteraturan penurunan suhu tubuh
mayat.
B. Tempat pengukuran suhu memegang peranan penting.
C. Dahi dingin setelah 4 jam post mortem.
D. Badan dingin setelah 12 jam post mortem.
E. Suhu organ dalam mulai berubah setelah 5 jam post mortem.
F. Bila korban mati dalam air, penurunan suhu tubuhnya tergantung dari
suhu, aliran, dan keadaan airnya.
4. Pembusukan
Pembusukan mayat nama lainnya dekomposisi dan putrefection. Pembusukan
mayat adalah proses degradasi jaringan terutama protein akibat autolisis dan kerja
bakteri pembusuk terutama Klostridium welchii. Bakteri ini menghasilkan asam lemak
dan gas pembusukan berupa H2S, HCN, dan AA. H2S akan bereaksi dengan
hemoglobin (Hb) menghasilkan HbS yang berwarna hijau kehitaman. Syarat
terjadinya degradasi jaringan yaitu adanya mikroorganisme dan enzim proteolitik.
Proses pembusukan telah terjadi setelah kematian seluler dan baru tampak
oleh kita setelah kira-kira 24 jam kematian. Kita akan melihatnya pertama kali berupa
warna kehijauan (HbS) di daerah perut kanan bagian bawah yaitu dari sekum
(caecum). Lalu menyebar ke seluruh perut dan dada dengan disertai bau busuk.
Ada 17 tanda pembusukan, yaitu wajah dan bibir membengkak, mata
menonjol, lidah terjulur, lubang hidung dan mulut mengeluarkan darah, lubang
lainnya keluar isinya seperti feses (usus), isi lambung, dan partus (gravid), badan
gembung, bulla atau kulit ari terkelupas, aborescent pattern/ marbling yaitu vena
superfisialis kulit berwarna kehijauan, pembuluh darah bawah kulit melebar, dinding
perut pecah, skrotum atau vulva membengkak, kuku terlepas, rambut terlepas, organ
dalam membusuk, dan ditemukannya larva lalat.
Organ dalam yang cepat membusuk antara lain otak, lien, lambung, usus,
uterus gravid, uterus post partum, dan darah. Organ yang lambat membusuk antara
lain paru-paru, jantung, ginjal dan diafragma. Organ yang paling lambat membusuk
antara lain kelenjar prostat dan uterus non gravid.
Larva lalat dapat kita temukan pada mayat kira-kira 36-48 jam pasca
kematian. Berguna untuk memperkirakan saat kematian dan penyebab kematian
karena keracunan. Saat kematian dapat kita perkirakan dengan cara mengukur
panjang larva lalat. Penyebab kematian karena racun dapat kita ketahui dengan cara
mengidentifikasi racun dalam larva lalat.
Ada sembilan faktor yang mempengaruhi cepat-lambatnya pembusukan
mayat, yaitu :
A. Mikroorganisme. Bakteri pembusuk mempercepat pembusukan.
B. Suhu optimal yaitu 21-370C mempercepat pembusukan.
C. Kelembaban udara yang tinggi mempercepat pembusukan.
D. Umur. Bayi, anak-anak dan orang tua lebih lambat terjadi pembusukan.
E. Konstitusi tubuh. Tubuh gemuk lebih cepat membusuk daripada tubuh
kurus.
F. Sifat medium. Udara : air : tanah (1:2:8).
G. Keadaan saat mati. Oedem mempercepat pembusukan. Dehidrasi
memperlambat pembusukan.
H. Penyebab kematian. Radang, infeksi, dan sepsis mempercepat
pembusukan. Arsen, stibium dan asam karbonat memperlambat
pembusukan.
I. Seks. Wanita baru melahirkan (uterus post partum) lebih cepat mengalami
pembusukan.
Pada pembusukan mayat kita juga dapat menginterpretasikan suatu kematian
sebagai tanda pasti kematian, untuk menaksir saat kematian, untuk menaksir lama
kematian, serta dapat membedakannya dengan bulla intravital.
Perbedaan bulla intravital dan bulla pembusukan
Bulla Intravital Perbedaan Bulla pembusukan
Kecoklatan Warna kulit ari Kuning
Tinggi Kadar albumin & klor Rendah atau tidak ada
bulla
Hiperemis Dasar bulla Merah pembusukan
Intraepidermal Jaringan yang Antara epidermis &
terangkat dermis
Ada Reaksi jaringan & Tidak ada
respon darah

5. Adipocere (lilin mayat)


Adipocere adalah suatu keadaan dimana tubuh mayat mengalami hidrolisis dan
hidrogenisasi pada jaringan lemaknya, dan hidrolisis ini dimungkinkan oleh karena
terbentuknya lesitinase, suatu enzim yang dihasilkan oleh Klostridium welchii, yang
berpengaruh terhadap jaringan lemak.
Untuk dapat terjadi adipocere dibutuhkan waktu yang lama, sedikitnya
beberapa minggu sampai beberapa bulan dan keuntungan adanya adipocere ini, tubuh
korban akan mudah dikenali dan tetap bertahan untuk waktu yang sangat lama sekali,
sampai ratusan tahun.
6. Mummifikasi
Mummifikasi dapat terjadi bila keadaan lingkungan menyebabkan
pengeringan dengan cepat sehingga dapat menghentikan proses pembusukan. Jaringan
akan menjadi gelap, keras dan kering. Pengeringan akan mengakibatkan menyusutnya
alat-alat dalam tubuh, sehingga tubuh akan menjadi lebih kecil dan ringan. Untuk
dapat terjadi mummifikasi dibutuhkan waktu yang cukup lama, beberapa minggu
sampai beberapa bulan; yang dipengaruhi oleh keadaan suhu lingkungan dan sifat
aliran udara.

Jenis kematian
Mati somatis
(mati klinis) ialah suatu keadaan dimana oleh karena sesuatu sebab terjadigangguan
pada ketiga sistem utama tersebut yang bersifat menetap . Padakejadian mati somatis
ini secara klinis tidak ditemukan adanya refleks, elektro ensefalografi (EEG)
mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada
gerak pernapasan dan suara napas tidak terdengar saat auskultasi.
Mati suri
(apparent death) ialah suatu keadaan yang mirip dengan kematian somatis,akan tetapi
gangguan yang terdapat pada ketiga sistem bersifat sementara. Kasus seperti inisering
ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik dan tenggelam.
Mati seluler
(mati molekuler) ialah suatu kematian organ atau jaringan tubuh yangtimbul beberapa
saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan
berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ tidak bersamaan.
Mati serebral
ialah suatu kematian akibat kerusakan kedua hemisfer otak yang irreversible kecuali
batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan
dan kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan alat.
Mati otak
(mati batang otak) ialah kematian dimana bila telah terjadi kerusakanseluruh isi
neuronal intrakranial yang irreversible, termasuk batang otak dan serebelum.Dengan
diketahuinya mati otak (mati batang otak) maka dapat dikatakan seseorang
secarakeseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu
dapat dihentikan.

Penyebab kematian mendadak


- Sistem kardiovaskular : coronary artery disease, hipertensive heart
disease, aortic stenosis, senile myocardial degeneration, primary
miocardial disease, aneurisma aorta, cerebral hemorrhage, trombosis
and infarction.
- Sistem respiratory : emboli pulmo, tuberkulosis, asma bronkial.
- Sistem pencernaan : varices esofagus, perdarahan masif akibat
gastritis kronis, perforasi ulkus peptikum, gangren intestinal.
- Sistem saraf pusat : epilepsi, perdarahan subarachnoid, perdarahan
intraserebral, stroke.
- Keracunan sianida, keracunan arsen, keracunan timbal.
- Trauma leher dan trauma otak. Misalnya pada kecelakaan lalulintas.
Daftar pustaka :
1. dries, Abdul Mun’im. Saat Kematian dalam Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta:Binarupa
Akasara. 1997

2. Apuranto Hariadi, Hoediyanto. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal .
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FakultasKedokteran Universita
Airlangga, Surabaya. 2007

You might also like