You are on page 1of 38

USULAN

PROJECT MK PERKEMBANGAN INTERVENSI KESPRO DALAM SIKLUS


KEHIDUPAN

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DAN PERMASALAHANNYA DI SEKITAR


DAERAH PUSKESMAS JAMPANGKULON KANUPATEN SUKABUMI PROVINSI
JAWABARAT TAHUN 2018

TIM PENGUSUL
Ketua : Hidayani ,A.M.Keb,SKM,MKM
Anggota :
Lesmana Sari,A.M.Keb
Sri resmiati,A.M.Keb
Susan sri wahyuni,A.M.Keb
Nyi Enah,A.M.Keb

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU


PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN
DESEMBER 2018

i
HALAMAN PENGESAHAN

Judul project : KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DAN PERMASALAHANNYA

Peneliti

a. Nama lengkap : Hidayani , Am, keb .SKM.MKM


b. NDIN : 0331078102
c. Jabatan fungsional : LEKTOR
d. Program studi : KEBIDADAN PROGRAM SARJANA TERAPAN
e. Alamat surel ( E-mail ) : Hidayani.031@gmail.com

Anggota peneliti (1)

A. Nama lengkap : Lesmana Sari,A.M.Keb


B. NPM : 0717020200129
C. Program Studi / kelas : Program Studi Diploma IV Kebidanan

Anggota peneliti (2)

A. Nama lengkap : Sri resmiati,A.M.Keb


B. NPM : 0717020200139
C. Program Studi / kelas : Program Studi Diploma IV Kebidanan

Anggota peneliti (3)

A. Nama lengkap : Susan sri wahyuni,A.M.Keb


B. NPM : 0717020200141
C. Program Studi / kelas : Program Studi Diploma IV Kebidanan

Anggota peneliti (4)

A. Nama lengkap : Nyi Nenah


B. NPM : 0717020200133
C. Program Studi / kelas : Program Studi Diploma IV Kebidanan

Biaya project : Rp. 500.000 -,

Biaya luaran tambahan : -

Jakarta, 6-desember-2018

Mengetahui,
Koordinator Program Studi Penanggung Jawab Mata Kuliah

(Nama Lengkap) (Nama Lengkap)


NIP/NIK NIP/NIK
Menyetujui,
Ketua LP/LPPM

(Nama Lengkap)

ii
DAFTAR ISI

JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii

RINGKASAN .................................................................................................................. 4

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 7


BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN .................................................. 19
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................................ 20

BAB V BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN........................................................... 24

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 25

BAB VII RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ..................................................... 31

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

iii
RINGKASAN

Masa remaja ialah periode waktu individual beralih dari fase anak ke fase dewasa
(lowdermik dan jensen,2004).Tugas-tugas perkembangan remaja terdiri dari : menerima citra
tubuh,menerima identitas seksual, mengembangkan sistem nilai personal,membuat persiapan
untuk hidup mandiri,menjadi mandiri /bebas dari orang tua,mengembangkan
keterampilan,mengambil keputusan dan mengembangkan identitas seorang yang dewasa.Identitas
status kesehatan anak remaja terdiri dari :identitas seksual,identitas kelompok,identitas
pekerjaan,identitas moral,dan identitasa kesehatan.Masa remaja ada dua aspek perubahan yaitu
perubahan fisik dan perubahan psikologis. Keluarga, sekolah, dan tetangga merupakan aspek
yang secara langsung mempengaruhi kehidupan remaja. Banyak remaja mengira bahwa kehamilan
tidak akan terjadi pada intercourse (senggama) yang pertama kali atau mereka merasa bahwa
dirinya tidak akan pernah terinfeksi HIV / AIDS karena pertahanan tubuhnya cukup kuat. Jenis
penelitian yang digunakan peneliti ini adalah deskriptif kualitatif. Pendekatan penelitian bersifat
deskriptif yang dapat diartikan sebagai suatu pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan dan melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang yang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Jenis penelitian yang digunakan peneliti ini
adalah deskriptif kualitatif. Pendekatan penelitian bersifat deskriptif yang dapat diartikan sebagai
suatu pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan dan melukiskan keadaan objek
penelitian pada saat sekarang yang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya

4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan
masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan
biologi, perubahan psikologi, dan perubahan sosial. Di sebagian masyarakat dan budaya masa
remaja pada umumnya di mulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun. World
Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa peralihan
yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa
kanak-kanak menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan
menjadi relatif mandiri.
Mohammad (1994) mengemukakan bahwa remaja adalah anak berusia 13-25 tahun, di mana
usia 13 tahun merupakan batas usia pubertas pada umummnya, yaitu ketika secara biologis sudah
mengalami kematangan seksual dan usia 25 tahun adalah usia ketika mereka pada umumnya,
secara sosial dan psikologis mampu mandiri. Berdasarkan uraian di atas ada dua hal penting
menyangkut, batasan remaja, yaitu mereka sedang mengalami perubahan dari masa kanak-kanak
ke masa dewasa dan perubahan tersebut menyangkut perubahan fisik dan psikologi.
Mengakhiri pada abad ke-20 dan mengawali abad ke-21 ditandai oleh fenomena transisi
demografi ini menyebabkan perubahan pada struktur penduduk,terutama struktur penduduk
menurut umur.Apabila sebelumnya penduduk yang terbesar adalah anak- anak maka dalam masa
transisi ini proporsi penduduk usia remaja semakin besar.Terdapat 36.600.000 (21% dari total
penduduk) remaja di indonesia dan diperkirakan jumlahnya mencapai 43.650.000.Pada awal abd
ke-21.
Jumlah remaja yang tidak sedikit merupakan potensi yang sangat berarti dalam melanjutkan
pembangunan di indonesia.Seperti yang tercantum dalam garis-garis besar pembangunan
indonesia bahwa pembinaan anak dan remaja dilaksanakan melalui peningkatan gizi,pembinaan
perilaku kehidupan beragama dan budi pekerti luhur,penumbuhan minat belajar,peningkatan daya
cipta dan daya nalar serta kreatifitas,penumbuhan idealisme dan patriotisme.Akan tetapi adanya
ketidakseimbangan upaya pembangunan yang di lakukan terutama terhadap remaja,akhirnya
menimbulkan masalah bagi pembangunan itu sendiri.

5
Salah satu dampak ketidakseimbangan pembangunan itu adalah terjadinya perubahan
mendasar yang menyangkut sikap dan prilaku seksual pranikah dikalangan remaja.Di amerika latin
anak muda berusia 15-24 tahun melakukan intercourse (hubungan seksual) rata-rata pada usia 15
tahun bagi laki-laki dan usia 17 tahun bagi perempuan,Sedangkan di indonesia satu dari lima anak
pertama yang dilahirkan pada wanita menikah pada usia 20-24 tahun merupakan anak hasil
hubungan seksual sebelum menikah.Tidak tepat dan tidak benarnya informasi mengenai seksual
dan reproduksi yang mereka terima semakin membuat runyam masalah perilaku seksual remaja
pranikah.

6
BAB 2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Remaja Dalam Konteks Kesehatan Reproduksi Remaja


Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.Batasan
usia remaja berbeda- sesuai dengan sosial budaya setempat.
Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24
tahun.
Sedangkan dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen
Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin.Menurut BKKBN
(Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10 sampai 21
tahun.
Hurlock (1973) memberi batasan masa remaja berdasarkan usia kronologis, yaitu antara 13
hingga 18 tahun. Menurut Thornburgh (1982), batasan usia tersebut adalah batasan tradisional,
sedangkan alran kontemporer membatasi usia remaja antara 11 hingga 22 tahun.
Kesehatan Reproduksi (kespro) adalah Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh
dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi (Konferensi
International Kependudukan dan Pembangunan, 1994).
Kesehatan Reproduksi Menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang
utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan
dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan dimana manusia dapat
menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya
secara sehat dan aman.
Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dapat berdampak buruk
bagi kesehatan reproduksi yaitu :
1. Faktor sosial- beda ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang
rendah, dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi
tempat tinggal yang terpencil).

7
2. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak buruk pada
kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi
reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang
lain, dsb).
3. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena
ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita pada pria yang membeli kebebasannya
secara materi, dsb),
4. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual,
dsb).
Cakupan pelayanan kesehatan reproduksi:
a. Konseling dan informasi Keluarga Berencana (KB)
b. Pelayanan kehamilan dan persalinan (termasuk: pelayanan aborsi yang aman, pelayanan bayi
baru lahir/neonatal)
c. Pengobatan infeksi saluran reproduksi (ISR) dan penyakit menular seksual (PMS), termasuk
pencegahan kemandulan
d. Konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja (KRR)
e. Konseling, informasi dan edukasi (KIE) mengenai kesproa.
Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi
dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti
bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural.
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar
mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan informasi yang
benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab
mengenai proses reproduksi.
Pengetahuan Dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka mempunyai kesehatan
reproduksi yang baik, antara lain :
a. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang remaja)
b. mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana merencanakan kehamilan agar
sesuai dengan keinginnannya dan pasanganya
c. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan
reproduksi

8
d. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
e. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
f. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
g. Mengambangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar
mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif
h. Hak-hak reproduksi
Masalah kesehatan reproduksi remaja di Indonesia kurang mendapat perhatian yang cukup.
Ada beberapa kemungkinan mengapa hal itu terjadi:
1) Banyak kalangan yang berpendapat bahwa masalah kesehatan reproduksi, seperti juga masalah
kesehatan lainnya, semata-mata menjadi urusan kalangan medis, sementara pemahaman terhadap
kesehatan reproduksi (apalagi kesehatan reproduksi remaja) di kalangan medis sendiri juga masih
minimal. Meskipun sejak konperensi Kairo definisi mengenai kesehatan reproduksi sudah semakin
jelas, diseminasi pengertian tersebut di kalangan medis dan mahasiswa kedokteran agaknya belum
memadai.
2) Banyak kalangan yang beranggapan bahwa masalah kesehatan reproduksi hanyalah masalah
kesehatan sebatas sekitar poses kehamilan dan melahirkan, sehingga dianggap bukan masalah
kaum remaja. Apalagi jika pengertian remaja adalah sebatas mereka yang belum menikah. Di sini
sering terjadi ketidak konsistensian di antara para pakar sendiri karena di satu sisi mereka
menggunakan istilah remaja dengan batasan usia, tetapi di sisi lain dalam pembicaraan selanjutnya
mereka hanya membatasi pada mereka yang belum menikah.
3) Banyak yang masih mentabukan untuk membahas masalah kesehatan reproduksi remaja karena
membahas masalah tersebut juga akan juga berarti membahas masalah hubungan seks dan
pendidikan seks.

2.2 Perubahan Fisik, Biologis, Psikososial Remaja


Tumbuh Kembang Remaja.
Masa remaja dibedakan dalam :
Masa remaja awal, 10 – 13 tahun.
Masa remaja tengah, 14 – 16 tahun.
Masa remaja akhir, 17 – 19 tahun.

9
Pertumbuhan Fisik Pada Remaja Perempuan :
Mulai menstruasi.
Payudara dan panggul membesar.
Indung telur membesar.
Kulit dan rambut berminyak dan tumbuh jerawat.
Vagina mengeluarkan cairan.
Mulai tumbuh bulu di ketiak dan sekitar vagina.
Tubuh bertambah tinggi (Lengan dan Tungkai kaki bertambah panjang )
Tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar, sehingga tidak terlihat seperti anak
kecil lagi.
Kaki dan tangan bertambah besar
Keringat bertambah banyak
Indung telur mulai membesar dan berfungsi sebagai organ reproduksi

Perubahan fisik yang terjadi pada remaja laki-laki :


Terjadi perubahan suara mejadi besar dan berat.
Tumbuh bulu disekitar ketiak dan alat kelamin.
Tumbuh kumis.
Mengalami mimpi basah.
Tumbuh jakun.
Pundak dan dada bertambah besar dan bidang.
Penis dan buah zakar membesar.
Tubuh bertambah berat dan tinggi
Keringat bertambah banyak
Kulit dan rambut mulai berminyak
Lengan dan tungkai kaki bertambah besar
Tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar, sehingga tidak terlihat seperti anak
kecil lagi
Pada Usia Remaja, Tugas-Tugas Perkembangan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
a. Mencapai hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun
lawan jenis

10
b. Mencapai peran sosial maskulin dan feminin
c. Menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif
d. Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
e. Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi
f. Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja
g. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan keluarga
h. Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk tercapainya kompetensi
sebagai warga negara
i. Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial
j. Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku (Havighurst dalam
Hurlock, 1973).
Perubahan Psikis juga terjadi baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-laki,
mengalami perubahan emosi, pikiran, perasaan, lingkungan pergaulan dan tanggung jawab, yaitu
:
a. Remaja lebih senang berkumpul diluar rumah dengan kelompoknya.
b. Remaja lebih sering membantah atau melanggar aturan orang tua.
c. Remaja ingin menonjolkan diri atau bahkan menutup diri.
d. Remaja kurang mempertimbangkan maupun menjadi sangat tergantung pada kelompoknya.
Hal tersebut diatas menyebabkan remaja menjadi lebih mudah terpengaruh oleh hal-hal yang
negatif dari lingkungan barunya.
Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-
tugas tersebut, yaitu:
a. Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah,
sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai.
b. Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja,
seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip
yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh
orangtua.

11
2.3 Determinan Perkembangan Remaja
Pada bagian ini juga penting diketahui aspek atau faktor-faktor yang berhubungan atau yang
mempengaruhi kehidupan remaja. Keluarga, sekolah ,dan tetangga merupakan aspek yang secra
langsung mempengaruhi kehidupan reamaja, sedangan struktur sosial ,ekonomi politik ,dan
budaya lingkungan merupakan aspek yang memberikan pengarauh secara tidak langsung terhadap
kehidupan remaja. Secara garis besarnya ada dua tekanan pokok yang berhubungan dengan
kehidupan remaja ,yaitu internal pressure (tekanan dari dalam diri remaja) dan external pressure
(tekanan dari luar diri remaja)
Tekanan dari dalam (internal pressure) merupakan tekanan psikologis dan emosional.
Sedangkan teman sebaya, orang tua guru, dan masyarakat merupakan sumber dari luar (external
pressure). Teori ini akan membantu kita memahami masalah yang dihadapi remaja salah satunya
adalah masalah kesehatan reproduksi.
2.4 Perilaku seksual remaja dan kesehatan reproduksi
Perilaku seksual remaja terdiri dari tiga buah kata yang memiliki pengertian yang sangat
berbeda satu sama lainya. Perilaku dapat di artikan sebagai respons organisme atau respons
seseorang terhadap stimulus (rangsangan) yang ada(Notoatmojdo,1993). Sedangakan seksual
adalah rangsangan-rangsangan atau dorongan yang timbul berhubungan dengan seks. Jadi perilaku
seksual remaja adalah tindakan yang dilakukan berhubungan dengan dorongan seksual yang
datang baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya.
Adanya penurunan usia rata-rata pubertas mendorong remaja untuk aktif secara seksual lebih
dini. Dan adanya presepsi bahwa dirinya memiliki resiko yang lebih rendah atau tidak beresiko
sama sekali yang berhubungan dengan perilaku seksual, semakin mendorong remaja memenuhi
memenuhi dorongan seksualnya pada saat sebelum menikah. Persepsi seperti ini di sebut youth
uulnerability oleh Quadrel et. aL. (1993) juga menyatakan bahwa remaja cenderung melakuakan
underestimate terhadap uulnerability dirinya. Banyak remaja mengira bahwa kehamilan tidak akan
terjadi pada intercourse (sanggama) yang pertama kali atau dirinya tidak akan pernah terinfeksi
HIV/AIDS karena pertahanan tubuhnya cukup kuat.
Mengenai kesehatan reproduksi, ada beberapa konsep tentang kesehatan reproduksi, namun
dalam tulisan ini hanya akan dikemukakan dua batasan saja. (ICPD) dan sai dan Nassim). Batasan
kesehatan reproduksi menurut International Conference on Population and Development(ICPD)
hampir berdekatan dengan batasan ‘sehat’ dari WHO. Kesehatan reproduksi menurut ICPD adalah

12
keadaan sehat jasmani, rohani,dan buakan hanya terlepas dari ketidak hadiran penyakit atau
kecacatan semata, yang berhubungan sistem fungsi, dan proses reproduksi(ICPD,1994).
Beberapa tahun sebelumnya Rai dan Nassim mengemukakan definisi kesehatan reproduksi
mencakup kondisi di mana wanita dan pria dapat melakukan hubungan seks secara aman, dengan
atau tanpa tujuan terjadinya kehamilan, dan bila kehamilan diinginkan, wanita di mungkinkan
menjalani kehamilan dengan aman, melahirkan anak yang sehat serta di dalam kondisi siap
merawat anak yang dilahirkan (Iskandar, 1995)
Dari kedua definisi kesehatan reproduksi tersebut ada beberapa faktor yang berhubungan
dengan status kesehatan reproduksi seseorang, yaitu faktor sosial ,ekonomi,budaya, perilaku
lingkungan yang tidak sehat, dan ada tidaknya fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu
mengatasi gangguan jasmani dan rohani. Dan tidak adanya akses informasi merupakan faktor
tersendiri yang juga mempengaruhi kesehatan reproduksi.
Perilaku seksual merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang sangat berhubungan
dengan kesehatan reproduksi seseorang. Pada pasal 7 rencana kerja ICPD Kairo dicantumkam
definisi kesehatan reproduksi menyebabkan lahirnya hak-hak reproduksi. Berdasarkan pasal
tersebut hak-hak reproduksi di dasarkan pada pengakuan akan hak-hak asasi semua pasangan dan
pribadi untuk menentukan secara bebas dan bertangung jawab mengenai jumlah anak ,
penjarangan anak (birth spacing ), dan menentukan waktu kelahiran anak-anak mereka dan
mempunyai informasi dan cara untuk memperolehnya, serta hak untuk menentukan standar
tertinggi kesehatan seksual dan reproduksi. Dalam pengertian ini ada jaminan individu untuk
memperoleh seks yang sehat di samping reproduksinya yang sehat (ICPD, 1994). Sudah barang
tentu saja kedua faktor itu akan sangat mempengaruhi tercapai atau tidak kesehatan reproduksi
seseorang ,termasuk kesehatan reproduksi remaja.
2.5 Resiko perilaku seksual berisiko remaja saat ini
Seperti telah dikemukakan di bagian pendahuluan, banyak penelitian dan berita di media massa
yang menggambarkan fenomena perilaku seksual remaja pranikah di indonesia. Sebenarnya
perilaku seksual remaja pranikah sudah ada sejak manusia ada. Tetapi informasi tentang perilaku
tersebut cenderung tidak terungkap secara luas. Sekarang kondisi masyarakat telah berubah
.dengan telah makin terbukanya arus informasi, makin banyak pula penelitian atau studi yang
mengungkapkan permasalahan perilaku seksual remaja, termasuk hubungan seksual pranikah. Di
indonesia sendiri ada beberapa penelitihan yang menggambarkan fenomena perilaku seksual

13
remaja pranikah. Berikut ini ada beberapa penelitian kuantitatif dan kualitatif yang
menggambarkan fenomena tersebut.
Pada tahun 1981, pangkahila melakuakan penelitian di bali terhadap ABG(anak baru gede)
ternyata pengalaman seksual mereka cukup jauh .terdapat 56,0% dari mereka pernah melakukan
ciuman bibir,31,0% yang pernah dirangsang alat kelaminya,dan bahkan pernah melakuakan
hubungan seksual sebanyak 25,0% satu tahun kemudian ,sarlito (1982) melakukan penelitian di
jakarta ternyata hanya 75,0% dari responden remaja putri yang di teliti masih menjaga ke
gadisanya. Artinya 25,0% remaja putri telah melakukan hungan seks .kemudian penelitian di
yogyakarta (1984) terungkap bahwa 13,0% dari 846 pernikahan di dahului oleh kehamilan. Dan
pada tahun 1985 hasil penelitian biran affandi menunjukkan bahwa 80,0% dari remaja yang hamil
melakukan hubungan seksual di rumah mereka sendiri.
Pada tahun 1989 penelitian yang dilakuakan oleh fakultas psikologi UI juga menunjukkan
bahwa ada 61,0% anak usia 16-20 tahun pernah melakuakan seksual intercourse (sanggama)
dengan temanya dan suatu penelitian terhadap siswa SMTP di bandung ternyata terdapat 10,53%
dari mereka pernah melakuakan ciuman bibir, 5,60%pernah melakukan ciuman dalam, dan 3,86%
pernah melakuakan hubungan seksual. Penelitian yang dilakukan oleh sebuah majalah mingguan
ibu kota dari responden 100 orang pelajar dari 26 SMA di Jakarta menunjukkan bahwa 41,0%
pelajar mengaku pernah melakuakan hubungan seks dengan lawan njenis (51.7% pada laki-laki
dan 25,0%pada wanita). Di samping responden yang melakuakan hubungan seks dengan lawan
jenis, ada 42,0% yang pernah berciuaman dengan lawan jenis, 4,0% pernah meraba alat kelamin
alat vital lawan jenis ,dan 12,0% pernah menyenggol, memegang, meraba ,membelai bagian tubuh
yang peka milik lawan jenisnya. Hanya 1,0% saja yang tidak mempunyai pengalaman seks dengan
lawan jenis. Walapun masih di perdebatkan keabsahan hasil penelitian tersebut paling tidak tata
diatas mengingatkan kita betapa besarnya masalah perilaku seks pada remaja kita.
Hasil yang tidak begitu jauh berbeda juga terjadi pada mahasiswa. Penelitian yang di lakuakan
di yogyakarta (Dasakung1984) mengunggkapkan bahwa 62,0% dari mahasiswa pernah
melakukan” kumpul kebo”. Survei kecil yang pernah dilakuakan oleh mahasiswa fakultas
psikologi UI (1993) terhadap 200responden menunjukan bahwa alasan yang di kemukakan oleh
sebagian mahasiswa untuk melakukan hubungan seks adalah sebagai ungakapan kasih
sayang(36,20%), terbawa suasana (15,0%), kebutuhan biologis (14,0%), dan untuk kenikmatan
dan kesenagan 10.1%).

14
Bila kita lihat kecenderungan perilaku seksual remaja pranikah berdasarkan tempat tinggal
mereka, ternyata baik di desa maupun di kota perilaku tersebut juga sangat memprihatinkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Faturochman dan soetjipto di bali (1989) menunjukkan bahwa
persentase remaja laki-laki di desa dan di kota yang telah melakukan hubungan seks masing-
masing adalah 23,6% dan33,5%. Sedangkan penelitian singarimbun (1994) menemukan 1,8%
remaja wanita di kota pernah melakuakan hubungan seks pranikah. Penelitian di lakuakan oleh
laboratium antropologi FISIP UI Hidayana dan Saefuddin, (1997) menunjukan bahwa tidak ada
perbedaan perilaku seksual yang cukup mencolok pada remaja desa dan remaja kota di Sumatra
Utara dan Kalimantan selatan. Di kedua tempat penelitian itu terlihat adanya kecenderungan
perilaku seksual yang permisif baik di desa maupun di desa.
Faktor-faktor yang sangat terkait kondisi saat ini menyebabkan perilaku serksual remaja
semakin menggejala akhir-akhir ini. Namun begitu, banyak remaja tidak mengindahkan bahkan
tidak tahu dampak dari perilaku seksual mereka terhadap kesehatan reproduksi baik dalam waktu
yang cepat ataupun waktu yang lebih panjang. Sebuhungan dengan definisi kesehatan reproduksi
yang telah di bicarakan dahulu, berikut ini akan di bahas mengenai beberapa dampak perilaku
seksual remaja pranikah terhadap kesehatan reproduksi.
o Hamil yang tidak dikehendaki (unwanted pregnancy)
Unwanted pregnancy (kehamilan yang tidak di kehendaki) merupakan salah satu akibat dari
perilaku seksual remaja. Anggapan-anggapan yang keliru seperti: melakuakan hubungan seks
pertama kali, atau hubungan seks jarang dilakuakan,atau perempuan masih muda usianya, atau
bila hubungan seks dilakuan sebelum atau sesudah menstruasi, atau bila mengunakan teknik coitus
interuptus (sanggama terputus), kehamilan tidak akan terjadi merupakan pencetus semakin
banyaknya kasus unwanted pregnancy. Seperti salah satu kasus pada penelitian khisbiyah (1995)
ada responden mengatakan, untuk menghindari kehamilan maka hubungan seks dilakuakan di
antara dua waktu menstruasi. Informasi itu tentu saja bertentangan dengan kenyataan bahwa
sebenarnya masa antara dua siklus menstruasi itu merupakan masa subur bagi seorang wanita.
Unwanted pregnancy membawa remaja pada dunia pilihan, melanjutkan kehamilan atau
mengugurkanya. Menurut Khisbiyah (1995) secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan itu, yakni faktor intrnal dan faktor eksternal.
a. Faktor intrnal meliputi, intensitas hubungan dan komit-men pasangan remaja untuk menjalin
hubungan jangka panjang dalam perkawinan, sikap dan persepsi terhadap janin yang di kandung,

15
seperti persepsi subjektif mengenai kesiapan psikologis dan ekonomi untuk memasuki kehidupan
perkawinan.
b. Faktor eksternal meliputi sikap dan penerimaan orng tua kedua belah pihak, penilaian
masyarakat, nilai-nilai normatif dan etis dari lembaga keagamaan, dan kemingkinan-kemungkinan
perubahan hidup di masa depan yang mengikuti pelaksanaan keputusa yang akan dipilih.
Terlepas dari alasan di atas, yang pasti melahirkan dalam usia remaja (early chilbearing) dan
melakuakan aborsi merupakan pilihan yang harus mereka jalani. Banyak remaja putri yang
mengalami unwanted pregnancy terus melanjutkan kehamilanya. Kosenkuensi dari keputusan
yang mereka ambil itu adalah melahirkan anak yang dikandungnya dalam usia yang relatif muda.
o Penyakit menular seksual (PMS) –HIV/AIDS
Dampak lain dari perilaku seksual remaja terhadap kesehatan reproduksi adalah tertular PMS
termasuk HIV/AIDS. Sering kali remaja melakukan hubungan seks yang tidak aman. Adanya
kebiasaan berganti-ganti pasangan dan melakuakan anal seks menyebabkan remaja semakin rentan
untuk tertular PMS/HIV, seperti sifilis ,gonore,herpes, klamidia dan AIDS . dari data yang ada
menukjukan bahwa diantara penderita atau kasus HIV/AIDS, 53,0% berusia antara 15-29 tahun.
Tidak terbatasnya cara melakuakan hubungan kelamin pada genital-genital saja(bisa juga
oragenital) menyebabkan penyakit kelamin tidak saja terbatas pada daerah genital, tetapi dapat
juga pada daerah-daerah ektra genital.
o Psikologis
Dampak lain dari perilaku seksual remaja yang sangat berhubungan dengan kesehatan
reproduksi adalah konsekuensi psikologis. Setelah kehamilan terjadi ,pihak perempuan –atau
tepatnya korban- utama dalam masalah ini. Kodrat untuk hamil dan melahirkan menempatkan
remaja perempuan dalam posisi terpojok yang sangat delimatis. Dalam pandangan masyarakat
,remaja putri yang hamil merupakan aib keluarga,yang secara telak mencoreng nama baik keluarga
dan ia adalah si pendosa yang melangar norma-norma sosial dan agama. Penghakiman sosial ini
tidak jarang meresap dan terus tersosialisasi dalam diri remaja putri tersebut. Perasaan binggung,
cemas, malu, dan bersalah yang dialami remaja setelah mengetahui kehamilanya bercampur
dengan perasaan depresi, pesimis terhadap masa depan, dan kadang disertai rasa benci dan marah
baik kepada diri sendiri maupun kepada pasangan, dan kepada nasib membuat kondisi sehat secara
fisik ,sosial dan mental yang berhubungan dengan sistem ,fungsi,dan proses reproduksi remaja
tidak terpenuhi.

16
Namun ada hal yang perlu pula untuk diketahui bahwa dampak yang terjadi pada remaja bukan
hanya pada saat pranikah,namun dapat pula memberikan dampak negatif saat menikah dan hamil
muda.Hal-hal yang mungkin terjadi saat menikah dan hamil di usia sangat muda (dibawah 20
tahun).
Tetap perlu diingat bahwa perempuan yang belum mencapai usia 20 tahun sedang berada di
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan fisik. Karena tubuhnya belum berkembang secara
maksimal, maka perlu dipertimbangkan hambatan/ kerugian antara lain :
1. Ibu muda pada waktu hamil kurang memperhatikan kehailannya termasuk control kehamilan.
Hal ini berdampak pada meningkatnya berbagai resiko kehamilan.
2. Ibu muda pada waktu hamil sering mengalami ketidakteraturan tekanan darah yang dapat
berdampak pada keracunan kehamilan serta kejang yang berakibat pada kematian.
3. Penelitian juga memperlihatkan bahwa kehamilan usia muda (di bawah 20tahun) sering kali
berkaitan dengan munculnya kanker rahim. Ini erat kaitannya dengan belum sempurnanya
perkembangan dinding rahim.
4. Dari sisi pertimbangan psikologis, remaja masih merupakan kepanjangan dari masa kanak-
kanak. Kebutuhan untuk bermain dengan teman sebaya, kebutuhan untuk diperhatikan, disayang
dan diberi dorongan, masih begitu besar sebelum ia benar-benar siap untuk mandiri.
5. Wawasan berpikirnya belum luas dan cukup matang untuk bisa menghadapi kesulitan,
pertengkaran yang ditimbulkan oleh pasangan hidup dan lingkungan rumah tangganya.
2.6 Strategi Meningkatkan Kesehatan Anak Remaja
a. Pendidikan Seks
Strategi pendidikan seks di masa lalu berfokus pada anatomi fisiologi reproduksi dan
penyuluhan perilaku yang khas kehidupan keluarga Amerika kelas menengah. Baru – baru ini
pendidikan seks mulai membahas masalah seksualitas manusia yang dihadapi remaja. Misalnya,
program – program yang sekarang berfokus pada upaya remaja untuk “mengatakan tidak”. Pihak
oponen program pendidikan seks di sekolah percaya bahwa diskusi eksplisit tentang seksualitas
meningkatkan aktivitas seksual diantara remaja dan mengecilkan peran orang tua. Pihak
pendukung mengatakan, tidak adanya diskusi semacam itu dari orang tua dan kegagalan mereka
untuk member anak – anak mereka informasi yang diperlukan secara nyata untuk menghambat
upaya mencegah kehamilan pada remaja. Peran keluarga, masjid, gereja, sekolah kompleks dan

17
kontraversial tentang pendidikan seks. Orang tua mungkin tidak terlibat dalam pendidikan seks
anak – anaknya karena beberapa alasan, seperti :
Orang tua tidak memiliki informasi yang tidak adekuat.
Orang tua tidak merasa nyaman dengan topik seks.
Para remaja tidak merasa nyaman bila orang tua mereka membahas seks.
Beberapa orang tua mendapat kesulitan untuk mengakui “anaknya” adalah individu seksual
yang memiliki perasaan dan perilaku seksual. Penolakan orang tua untuk membahas perilaku
seksual dengan putri mereka bisa menyebabkan putrinya merahasiakan aktivitas seksnya dan dapat
menghambat upaya untuk mendapat bantuan.
b. Fungsi Penting Program Promosi Kesehatan Remaja
Meningkatkan penerimaan pengetahuan dan keterampilan untuk perawatan diri yang kompeten
dan menginformasikan pembuatan keputusan tentang kesehatan.
Memberikan pengkuatan positif terhadap perilaku sehat.
Pengaruh struktur lingkungan dan sosial untuk mendukung perilaku peningkatan kesehatan.
Memfasilitasi pertumbuhan dan aktualisasi diri.
Menyadarkan remaja terhadap aspek lingkungan dan budaya barat yang merusak kesehatan
dan kesejahteraan.

18
BAB 3
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan pendidikan kesehatan demi tercapianya derajat kesehata pada semua
remaja baik laki-laki maupun perempuan.
2. Tujuan Khusus
a. Memenuhi tugas pembuatan makalah mata ajar epidemiologi kespro.
b. Mengidentifikasi konsep kespro serta faktor yang mempengaruhi kesehatan anak remaja.
c. Mendiskusikan latar belakang tentang kesehatan reproduksi remaja

Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoretis Dapat memberikan informasi dan menambah wawasan peneliti di bidang
kesehatan masyarakat tentang pengetahuan kesehatan reproduksi
2. Manfaat praktis Dapat menjadi kebijakan dan pertimbangan pada instansi yang berwenang
dalam pembuatan program yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan tentang
reproduksi bagi remaja

19
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sebagaimana diungkapkan oleh Moleong bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistic
(menyeluruh) dan dengan cara deskripsi dalam benuk kata-kata dan bahasa, pada suatu kontek
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.1 Bogdan dan Taylor
(1975), mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang orang dan perilaku yang diamati. 2
Pendekatan kualitatif ini digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi di
balik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk diketahui atau difahami,
pendekatan ini juga diharapkan mampu memberikan penjelasan secara utuh dan terperinci tentang
fenomena yang menjadi fokus penelitian peneliti yakni pemahaman siswa terhadap kesehatan
reproduksi remaja melalui layanan informasi.

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian


A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti ini adalah deskriptif kualitatif. Pendekatan penelitian
bersifat deskriptif yang dapat diartikan sebagai suatu pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan dan melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang yang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.3 Yang dimaksud pendekatan deskriptif adalah
suatu metode dalam penelitian setatus kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran ataupun suatu kelas pristiwa pada masa sekarang. Metode deskriptif juga ingin
mempelajari norma-norma atau standar sehingga peneliti deskrptif ini disebut juga surfai normatif.
Tidak hanya itu metode ini juga diselidiki kedudukan fenomena atau faktor dan melihat hubungan
antara satu faktor dengan faktor lainnya.4 Dalam hal ini peneliti menggunakan penelitian yang
bersifat deskriptif kualitatif dimana peneliti mendiskripsikan hasil observasi yang ada dilapangan
dengan cara mengamati pribadi siswa-siswa dan guru BK dalam memahamkan kesehatan
reproduksi remaja melalui layanan informasi yang ada disekolah Madrasah Tsanawiyah Ma’arif
Ketegan Tanggulangin tentang bagaimana meningkatkan pemahaman siswa mengenai kesehatan
reproduksi remaja . Pendekatan itu digunakan untuk melakukan penelititan kaitannya dengan upaya
meningkatkan pemahaman siswa mengenai kesehatan reproduksi remaja melalui layanan informasi.
Untuk menghasilkan hasil penelitian yang akurat dan bersifat deskriptif dalam kaitannya strategi
guru bimbingan dan konseling dalam sebuah pemahaman kesehatan reproduksi remaja.
B. Informasi Penelitian
Informasi adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi
ditempat penelitian yang mana ia mempunyai pengalaman banyak tentang latar penelitian, yang
menjadi subyek penelitian yaitu:

20
a) Kepala Sekolah, adalah orang yang memimpin sebuah lembaga, informasi yang diperoleh yaitu
gambaran pemahaman siswa terhadap kesehatan reproduksi remaja.
b) Konselor, adalah orang yang memiliki keahlian dalam bidang pelayanan konseling sedangkan
Informasi yang diperoleh dari konselor adalah, tentang kondisi siswa, pemahaman siswa terhadap
kesehatan reproduksi, dan layanan informasi mengenai kesehatan reproduksi. 54

c) Guru, adalah orang yang menyalurkan ilmu kepada peserta didik, informasi yang diperoleh yaitu
pemahaman siswa terhadap kesehatan reproduksi remaja, pelaksanaan layanan informasi kesehatan
reproduksi remaja.
d) Siswa, adalah sekelompok individu yang mempunyai masalah dan memerlukan bantuan
bimbingan konseling dari seorang konselor.5 Disini siswa yang menjadi obyek penelitian yaitu
siswa kelas VIII karena banyak siswa yang bertanya mengenai perubahan dirinya.

C. Sumber data
Dalam penelitian ini kajian dan pembahasan berdasarkan pada dua sumber, yaitu:
a. Sumber data primer, yaitu data-data yang diperoleh langsung dari informan yang terdiri dari
kepala sekolah, koordinator bimbingan dan konseling, guru bimbingan dan konseling, siswa
Madarasah Tsanawiyah Ma’arif Ketegan Jampang kulon.
b. Sumber data sekunder, yaitu data-data yang diperoleh dari perpustakaan yang digunakan untuk
mendukung dan melengkapi data primer.6 Dalam penelitian ini sumber data yang diperoleh antara
lain program bimbingan dan konseling dari guru BK, dan data siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian diantaranya:
a. Interview atau wawancara Teknik pengumpulan data dengan mengadakan wawancara kepada
kepala sekolah, guru BK dan guru agar mendapatkan informasi tentang siswa yang mau diambil
sampel.
Menurut arikunto interview adalah peroses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
tatap muka langsung (face to face)7 Interview atau wawancara dilakukan untuk memperoleh
informasi atau data tentang kondisi atau gambaran siswa yang ada di Madrasah Tsanawiyah Ma’arif
Ketegan jampang kulon, pemahaman siswa terhadap kesehatan reproduksi remaja melalui layanan
informasi dan kendala dalam pemahaman siswa mengenai kesehatan reproduksi remaja melalui
layanan informasi yang ada di Madrasah Tsanawiyah Ma’arif Ketegan jampangkulon yang dimiliki
siswa tersebut.

21
b. Observasi
Observasi adalah teknik untuk mengamati secara langsung ataupun tidak langsung terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung baik disekolah maupun diluar sekolah. Observasi merupakan
salah satu teknik yang sangat sederhana dan tidak memerlukan keahlian yang luar biasa. 7
Djumhur, Bimbingan dan penyuluhan disekolah
Peneliti akan melakukan pengamatan langsung tentang layanan informasi dalam meningkatkan
pemahaman siswa mengenai kesehatan reproduksi remaja dengan menggunakan metode observasi
berperan serta atau pengamatan terlibat, yaitu pengamatan yang dilakukan sambil sedikit banyak
berperan serta dalam kehidupan orang-orang yang diteliti dan memandang realitas kehidupan
mereka dalam lingkungan yang biasa, rutin dan alamiah.
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data-data dari lapangan dengan jalan menjadi
partisipan langsung di lokasi penelitian yaitu di Madrasah Tsanawiyah Ma’arif Ketegan
jampangkulon.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data tentang siswa yang sudah dicatat dalam beberapa
dokumen seperti dalam buku induk, rapor, buku pribadi, surat-surat keterangan. Data tersebut dapat
dijadikan bahan memahami seorang siswa dalam meningkatkan pemahaman siswa mengenai
kesehatan reproduksi remaja melalui layanan informasi. Dalam penelitian ini, dokumen yang
penulis butuhkan adalah sejarah berdirinya sekolah, visi dan misi sekolah, letak geografis, keadaan
guru, keadaan konselor, keadaan ruangan BK, siswa, dan staf serta keadaan sarana dan prasarana.
E. Teknik Analisis Data

Dalam analisis data ini peneliti menggunakan metode data penelitian kualitatif yang menggunakan
beberapa tahap analisis data yaitu :
1. Reduksi data (data reduktion)
Pada kegiatan ini peneliti melakukan pengolahan data dengan mengumpulkan hasil data dalam
satuan konsep tertentu, katagori tertentu atau tema tertentu. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti
secara terus menerus selama melakukan penelitian.
2. Pengorganisasian data kedalam kelompok-kelompok (display data)
Kegiatan selanjutnya peneliti melakukan pengelompokkan data-data kedalam kelompok sesuai
dengan kegunaan data yang diperoleh.
3. Pemaparan dan penegasan kesimpulan
Sedangkan pada tahap ini peneliti membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah
sehingga dapat menjamin kevalidan dan keabsahan penelitian.
4. Keabsahan data

22
Tujuan keabsahan data untuk memperkuat penelitian dalam hal data Ndata yang diperoleh dan
disesuaikan dengan teori dan data temuan peneliti.
5. Pengecekan keabsahan data
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai cara.
Dengan demikian triangulasi sumber dan triangulasi teknik pengumpulan data11 Triangulasi
sumber adalah untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang
telah diperoleh melalaui
beberapa sumber.
Triangulasi teknik adalah teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang 11 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif
(Bandung :Alfabeta 2008) sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya dengan wawancara, lalu
dicek dengan observasi dan dokumentasi. Bila ketiga teknik pengujian kredibilitas data
menghasilkan data yang berbeda maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data
seperti (kepala sekolah) atau yang bersangkutann guru untuk memastikan data mana yang dianggap
benar atau mungkin semuanya benar karena sudut pandangnya yang berbeda.

23
BAB 5
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
4.1 ANGGARAN BIAYA
Biaya blusukan kesetiap sekolah untukmengisi questioner 80000
Biaya transportasi dokter yang mengisi materi 100000
Uang sewa tempat untuk seminar kesehatan reproduksi 200000
Konsumsi untuk pegawai 100000
Membeli AKT 20000
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------+
500.000
4.2 jadwal penelitian
Tanggal 20 desember 2018 : Akan diadakan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi remaja.
Tanggal 21 desemner 2018 : Akan diadakan blusukan dari rumah sakit awal.

24
FORMAT LAPORAN AKHIR PENULISAN TUGAS MK
HASIL
Berdasarkan data di lapangan dapat disajikan hasil penelitian tentang kenakalan
remaja sebagai salah satu perilaku menyimpang hubungannya dengan keberfungsian
sosial keluarga di Pondok Pinang pinggiran kota metropolitan Jakarta. Adapun ukuran
yang digunakan untuk mengetahui kenakalan seperti yang disebutkan dalam kerangka
konsep yaitu (1) kenakalan biasa (2) Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan
kejahatan dan (3) Kenakalan Khusus. Responden dalam penelitian ini berjumlah 30
responden, dengan jenis kelamin laki-laki 27 responden, dan perempuan 3 responden.
Mereka berumur antara 13 tahun-21 tahun. Terbanyak mereka yang berumur antara 18
tahun-21 tahun.
Bahwa seluruh responden pernah melakukan kenakalan, terutama pada tingkat
kenakalan biasa seperti berbohong, pergi ke luar rumah tanpa pamit pada orang
tuanya, keluyuran, berkelahi dengan teman, membuang sampah sembarangan dan
jenis kenakalan biasa lainnya. Pada tingkat kenakalan yang menjurus pada pelanggaran
dan kejahatan seperti mengendarai kendaraan tanpa SIM, kebut-kebutan,
mencuri,minum-minuman keras, juga cukup banyak dilakukan oleh responden. Bahkan
pada kenakalan khususpun banyak dilakukan oleh responden seperti hubungan seks di
luar nikah, menyalahgunakan narkotika, kasus pembunuhan, pemerkosaan, serta
menggugurkan kandungan walaupun kecil persentasenya. Terdapat cukup banyak dari
mereka yangkumpul kebo. Keadaan yang demikian cukup memprihatinkan. Kalau hal ini
tidak segera ditanggulangi akan membahayakan baik bagi pelaku, keluarga, maupun
masyarakat. Karena dapat menimbulkan masalah sosial di kemudian hari yang semakin
kompleks.

80

70

60

50

40

30

20

10

0
Hubungan antara jenis kenakalan yang menjurus Anak perempuan yang kenakalan
kelamin dengan tingkat pada pelanggaran dan melakukan kejahatan biasa khusus
kenakalan kejahatan

berdasarkan tabel berhubungan fakta dilapangan Column1

PEMBAHASAN

25
>Hubungan Antara Variabel Independen dan Dependen

a. Hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kenakalan


Salah satu hubungan variabel yang disajikan disini adalah hubungan antara jenis
kelamin dengan tingkat kenakalan. Hal ini untuk mengetahui apakah anak laki-laki lebih
nakal dari anak perempuan atau probalitasnya sama. Berdasarkan tabel hubungan
diperoleh data sebagai berikut; Anak laki-laki yang melakukan kenakalan biasa 3
responden (10%), kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan 2
responden, dan kenakalan khusus 22 responden (73,3%). Sedangkan anak
perempuan yang melakukan kenakalan biasa 2 responden (2,7%) dan kenakalan
khusus 1 responden (3,3%). Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
yang melakukan kenakalan khusus adalah anak laki-laki (73,3%), namun terdapat juga
anak perempuannya. Kalau dibandingkan diantara 27 responden anak laki-laki 22
responden (81,5%) diantaranya melakukan kenakalan khusus, sedangkan dari 3
responden perempuan 1 responden (33,3%) yang melakukan kenakalan khusus,
berarti probababilitas anak laki-laki lebih besar kecenderungannya untuk melakukan
kenakalan khusus. Demikian juga yang melakukan kenakalan yang menjurus pada
pelanggaran dan kejahatan, anak perempuan tidak ada yang melakukannya. Dengan
demikian maka anak laki-laki kecenderungannya akan melakukan kenakalan yang
menjurus pada pelanggaran dan kejahatan lebih dibandingkan dengan anak
perempuan.
b. Hubungan antara pekerjaan responden dengan tingkat kenakalan yang dilakukan
Berdasarkan data yang ada, pekerjaan responden adalah sebagai pelajar dan tidak
bekerja (menganggur) masing-masing 13 responden (43,3%), sebagai buruh dan
berdagang masing-masing 2 responden (6,7%). Dari tabel korelasi persebaran
datanya sebagai berikut; Pelajar yang melakukan kenakalan biasa 5 responden
(16,7%), kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan 2 responden
(6,7%), dan kenakalan khusus 6 responden (20%) . Sedangkan mereka yang tidak
bekerja (menganggur) semuanya 13 responden melakukan kenakalan khusus, juga
mereka yang bekerja sebagai pedagang dan buruh semuanya melakukan kenakalan
khusus. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kecenderungan untuk melakukan
kenakalan khusus ataupun jenis kenakalan lainnya adalah mereka yang tidak sibuk,
atau banyak waktu luang yang tidak dimanfaatkan untuk kegiatan positif.

1. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kenakalan yang dilakukan


Seharusnya semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin rendah melakukan
kenakalan. Sebab dengan pendidikan yang semakin tinggi, nalarnya semakin baik.
Artinya mereka tahu aturan-aturan ataupun norma sosial mana yang seharusnya tidak
boleh dilanggar. Atau mereka tahu rambu-rambu mana yang harus dihindari dan mana
yang harus dikerjakan. Tetapi dalam kenyataannya tidak demikian. Mereka yang tamat
SLTA justru yang paling banyak melakukan tindak kenakalan 17 responden (56,7%)
yang berarti separoh lebih, dengan terbanyak 12 responden (40%) melakukan
kenakalan khusus, 2 responden (6,7%) melakukan kenakalan yang menjurus pada
pelanggaran dan kejahatan, dan 4 responden (13,3%) melakukan kenakalan biasa.
Demikian juga mereka yang pendidikan terakhirnya SLTP, dari 12 responden, 11
responden (36,7%) melakukan kenakalan khusus. Sedang mereka yang hanya tamat
SD 1 responden juga melakukan kenakalan khusus. Dengan demikian maka tidak ada
hubungan antara tingkatan pendidikan dengan kenakalan yang dilakukan, artinya
semakin tinggi pendidikannya tidak bisa dijamin untuk tidak melakukan kenakalan.
26
Artinya di lokasi penelitian kenakalan remaja yang dilakukan bukan karena rendahnya
tingkat pendidikan mereka, karena disemua tingkat pendidikan dari SD sampai dengan
SLTA proporsi untuk melakukan kenakalan sama kesempatannya. Dengan demikian
faktor yang kuat adalah seperti yang disebutkan di atas, yaitu adanya waktu luang yang
tidak dimanfaatkan untuk kegiatan positif, dan adanya pengaruh buruk dalam sosialisasi
dengan teman bermainnya atau faktor lingkungan sosial yang besar pengaruhnya.

> Hubungan Antara Kenakalan Remaja Dengan Keberfungsian Sosial Keluarga


Dalam kerangka konsep telah diuraikan tentang keberfungsian sosial keluarga,
diantaranya adalah kemampuan berfungsi sosial secara positif dan adaptif bagi
keluarga yaitu jika berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan, dan
fungsinya serta mampu memenuhi kebutuhannya.

1. Hubungan antara pekerjaan orang tuanya dengan tingkat kenakalan


Untuk mengetahui apakah kenakalan juga ada hubungannya dengan pekerjaan
orangtuanya, artinya tingkat pemenuhan kebutuhan hidup. Karena pekerjaan orangtua
dapat dijadikan ukuran kemampuan ekonomi, guna memenuhi kebutuhan keluarganya.
Hal ini perlu diketahui karena dalam keberfungsian sosial, salah satunya adalah mampu
memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan data yang ada mereka yang pekerjaan
oangtuanya sebagai pegawai negeri 5 responden (16,7%), berdagang 4 responden
(13,3%), buruh 5 responden (16,6%), tukang kayu 2 responden (6,7%), montir/sopir 6
responden (20%), wiraswasta 5 responden (16,6%), dan pensiunan 1 responden
(3,3%).7Dari tabel korelasi diketahui bahwa kecenderungan anak pegawai negeri walaupun
melakukan kenakalan, namun pada tingkat kenakalan biasa. Lain halnya bagi mereka
yang orang tuanya mempunyai pekerjaan dagang, buruh, montir/sopir, dan wiraswasta
yang kecendrungannya melakukan kenakalan khusus. Hal ini berarti pekerjaan orang
tua berhubungan dengan tingkat kenakalan yang dilakukan oleh anak-anaknya. Keadan
yang demikian karena mungkin bagi pegawai negeri lebih memperhatikan anaknya
untuk mencapai masa depan yang lebih baik, ataupun kedisiplinan yang diterapkan
serta nilai-nilai yang disosisalisasikan lebih efektif. Sedang bagi mereka yang bukan
pegawai negeri hanya sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya,
sehingga kurang ada perhatian pada sosialisasai penanaman nilai dan norma-norma
sosial kepada anak-anaknya. Akibat dari semua itu maka anak-anaknya lebih
tersosisalisasi oleh kelompoknya yang kurang mengarahkan pada kehidupan yang
normative.

2. Hubungan antara keutuhan keluarga dengan tingkat kenakalan


Secara teoritis keutuhan keluarga dapat berpengaruh terhadap kenakalan remaja. Artinya
banyak terdapat anak-anak remaja yang nakal datang dari keluarga yang tidak utuh,
baik dilihat dari struktur keluarga maupun dalam interaksinya di keluarga
.
Dilihat dari keutuhan struktur keluarga, 21 responden (70%) dari keluarga utuh, dan
9 responden dari keluarga tidak utuh. Berdasarkan data pada tabel korelasi ternyata
struktur keluarga ketidak utuhan struktur keluarga bukan jaminan bagi anaknya untuk
melakukan kenakalan, terutama kenakalan khusus. Karena ternyata mereka yang
berasal dari keluarga utuh justru lebih banyak yang melakukan kenakalan khusus.
Namun jika dilihat dari keutuhan dalam interaksi, terlihat jelas bahwa mereka yang
melakukan kenakalan khusus berasal dari keluarga yang interaksinya kurang dan tidak
serasi sebesar 76,6%. Perlu diketahui bahwa keluarga yang interaksinya serasi
27
berjumlah 3 responden (10%), sedangkan yang interaksinya kurang serasi 14
responden (46,7%), dan yang tidak serasi 13 responden (43,3%). Jadi ketidak
berfungsian keluarga untuk menciptakan keserasian dalaam interaksi mempunyai
kecenderungan anak remajanya melakukan kenakalan. Artinya semakin tidak serasi
hubungan atau interaksi dalam keluarga tersebut tingkat kenakalan yang dilakukan
semakin berat, yaitu pada kenakalan khusus.

3. Hubungan antara kehidupan beragama keluarganya dengan tingkat


kenakalan
Kehidupan beragama kelurga juga dijadikan salah satu ukuran untuk melihat
keberfungsian sosial keluarga. Sebab dalam konsep keberfungsian juga dilihat dari segi
rokhani. Sebab keluarga yang menjalankan kewajiban agama secara baik, berarti
mereka akan menanamkan nilai-nilai dan norma yang baik. Artinya secara teoritis bagi
keluarga yang menjalankan kewajiban agamanya secara baik, maka anak-anaknyapun
akan melakukan hal-hal yang baik sesuai dengan norma agama. Berdasarkan data yang
ada mereka yang keluarganya taat beragama 6 responden (20%), kurang taat
beragama 15 responden (50%), dan tidak taat beragama 9 responden (30%). Dari
tabel korelasi diketahui 70% dari responden yang keluarganya kurang dan tidak taat
beragama melakukan kenakalan khusus.
Dengan demikian ketaatan dan tidaknya beragama bagi keluarga sangat berhubungan
dengan kenakalan yang dilakukan oleh anak-anaknya. Hal ini berarti bahwa bagi
keluarga yang taat menjalankan kewajiban agamanya kecil kemungkinan anaknya
melakukan kenakalan, baik kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan
maupun kenakalan khusus, demikian juga sebaliknya.

4. Hubungan antara sikap orang tua dalam pendidikan anaknya dengan tingkat
kenakalan
Salah satu sebab kenakalan yang disebutkan pada kerangka konsep di atas adalah
sikap orang tua dalam mendidik anaknya. Mereka yang orang tuanya otoriter sebanyak

5 responden (16,6%), overprotection 3 responden (10%), kurang memperhatikan 12


responden (40%), dan tidak memperhatikan sama sekali 10 responden (33,4%). Dari
tabel korelasi diperoleh data seluruh responden yang orang tuanya tidak
memperhatikan sama sekali melakukan kenakalan khusus dan yang kurang
memperhatikan 11 dari 12 responden melakukan kenakalan khusus. Dari kenyataan
tersebut ternyata peranan keluarga dalam pendidikan sangat besar pengaruhnya
terhadap kehidupan anak.
5. Hubungan antara interaksi keluarga dengan lingkungannya dengan tingkat
kenakalan
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, oleh karena itu mau tidak mau
harus berhubungan dengan lengkungan sosialnya. Adapun yang diharapkan dari
hubungan tersebut adalah serasi, karena keserasian akan menciptakan kenyamanan
dan ketenteraman. Apabila hal itu dapat diciptakan, hal itu meruapakan proses
sosialisasi yang baik bagi anak-anaknya. Mereka yang berhubungan serasi dengan
lingkungan sosialnya berjumlah 8 responden (26,6%), kurang serasi 12 responden
(40%), dan tidak serasi 10 responden (33,4%). Dari data yang ada terlihat bagi
keluarga yang kurang dan tidak serasi hubungannya dengan tetangga atau lingkungan
sosialnya mempunyai kecenderungan anaknya melakukan kenakalan pada tingkat yang
lebih berat yaitu kenakalan khusus. Keadaan tersebut dapat dilihat dari 23 responden
28
yang melakukan kenakalan khusus 19 responden dari dari keluarga yang interaksinya
dengan tetangga kurang atau tidak serasi.

6. Pernah tidaknya responden ditahan dan dihukum hubungannya dengan keutuhan


struktur dan interaksi keluarga, serta ketaatan keluarga dalam menjalankan kewajiban
beragama
Data tentang responden yang pernah ditahan berjumlah 15 responden, dari jumlah
tersebut 3 responden (20%) karena kasus perkelaian, masing-masing 1 responden
(6,7%) karena kasus penegeroyokan dan pembunuhan, 5 responden (33,3%) karena
kasus obat terlarang (narkotika) dan 8 responden (53,3%) karena kasus pencurian.
Sedangkan responden yang pernah dihukum penjara berjumlah 10 responden dengan
rincian 7 responden karena kasus pencurian, masing-masing 1 responden karena ksus
pengeroyokan, pembunuhan, dan narkotika. Adapun lamanya mereka dihukum antara 1
bulan-3 tahun, dengan rincian sebagai berikut 4 responden (40%) dihukum penjara
selama 1 bulan, 3 responden (30%) dihukum 3 bulan, masing-masing 1 responden
(10%) dihukum 7 bulan, 2 tahun, dan 3 tahun . Dari responden yang pernah ditahan
dan di hukum semuanya dari keluarga yang struktur keluarganya utuh, tetapi
interaksinya kurang dan tidak serasi. Hal ini menunjukkan bahwa masalah interaksi
dalam keluarga merupakan sebab utama seorang remaja sampai ditahan dan dihukum
penjara. Sedangkan dari sudut ketaatan dalam menjalankan kewajiban agam bagi
keluarganya masih terdapat 1 responden yang pernah ditahan dan dihukum karena
kasus pencurian. Artinya bahwa ketaatan beragama dari keluarganya belum menjamin
anaknya bebas dari kenakalan dan ditahan serta dihukum.

>Analisis Hubungan Antara Keberfungsian Sosial Keluarga dengan Kenakalan


Remaja

Setelah dianalisis secara bivariat antara beberapa variabel, maka untuk melengkapinya
dianalisis secara statistik dengan rumus product moment guna melihat keeratan
hubungan tersebut. Berdasarkan tabel distribusi koefisiensi korelasi product moment
diperoleh data sebagai berikut; nilai x = 510 y = 322 x2 = 9.010 y2 = 3.752 xy =
5.283 hasil perhitungan yang diperoleh = - 0,6022. Sedang nilai r yang diperoleh
dalam tabel dengan taraf significansi 5%, dengan sampel 30 adalah 0,361
Berdasarkan data tersebut karena nilai r yang diperoleh dari hasil penelitian jauh dari
batas significansi nilai r yang diperolehnya berarti ada hubungan negative antara
keberfungsian keluarga dengan kenakalan remaja yang dilakukan. Artinya semakin
tinggi tingkat berfungsi sosial keluarga, akan semakin rendah tingkat kenakalan
remajanya, demikian sebaliknya semakin rendah keberfungsian sosial keluarga maka
akan semakin tinggi tingkat kenakalan remajanya.
Dari uraian di atas bisa dilihat bahwa secara jenis kelamin terlihat remja pria lebih
cenderung melakukan kenakalan pada tinglat khusus, walaupun demilikan juga remaja
perempuan yang melakukan kenakalan khusus. Dari sudut pekerjaan atau kegiatan
sehari-hari remaja ternyata yang menganggur mempunyai kecenderungan tinggi
melakukan kenakalan khusus demikian juga mereka yang berdagang dan menjadi
buruh juga tinggi kecenderungannya untuk melakukan kenakalan khusus. Pemenuhan
kebutuhan keluarga juga berpengaruh pada tingkat kenakalan remajanya, artinya bagi
keluarga yang tiap hari hanya berpikir untuk memenuhi kebutuhan keluarganya seperti
yang orang tuanya bekerja sebagai buruh, tukang, supir dan sejenisnya ternyata
anaknya kebanyakan melakukan kenakalan khusus. Demilian juga bagi keluarga yang
29
interaksi sosialnya kurang dan tidak serasi anak-anaknya melakukan kenakalan khusus.
Kehidupan beragama keluarga juga berpengaruh kepada tingkat kenakalan remajanya,
artinya dari keluarga yang taat menjalankan agama anak-anaknya hanya melakukan
kenakalan biasa, tetapi bagi keluarga yang kurang dan tidak taat menjalankan
ibadahnya anak-anak mereka pada umumnya melakukan kenakalan khusus.Hal lain
yang dapat dilihat bahwa sikap orang orang tua dalam sosialisasi terhadap anaknya
juga sangat berpengaruh terhadap tingkat kenakalan yang dilakukan, dari data yang
diperoleh bagi keluarga yang kurang dan masa bodoh dalam pendidikan (baca
sosialisasi) terhadap anaknya maka umumnya anak mereka melakukan kenakalan
khusus. Dan akhirnya keserasian hubungan antara keluarga dengan lingkungan
sosialnya juga berpengaruh pada kenakalan anak-anak mereka. Mereka yang hubungan
sosialnya dengan lingkungan serasi anak-anaknya walaupun melakukan kenakalan
tetapi pada tingkat kenakalan biasa, tetapi mereka yang kurang dan tidak serasi
hubungan sosialnya dengan lingkungan anak-anaknya melakukan kenakalan khusus.

BAB 7
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Peran bidan sangat penting dalam menanggulangi kenakalann remaja maka dengan penelitian
yang sudah kami lakukan maka skami untuk kedepannya akan melakukan blusukan secara rutin ,
seminar ke setiap sekolah mengengah pertama dan atas untuk meminimalisir kenakalan remaja
yang terjadi, karena kurangnya edukasi entang kesehatan reproduksi penuyebab dan akibat yang
timbul remaja akan semena mena elakukan kenakalan remaja tanpa mereka ketahui sebab patal
apa yang akan timbul jika mereka melakukan kenakalan tersebut.
Dengan mengakan seminal dan blusukan akan mengedukasi mereka para remaja agar tenhindar
dan mengetahui sebab buruk apa yang terjadi jika mereka terjerumus pada kenkan remaja.

30
BAB 8
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis di atas, ditemukan bahwa remaja yang memiliki waktu
luang banyak seperti mereka yang tidak bekerja atau menganggur dan masih pelajar
kemungkinannya lebih besar untuk melakukan kenakalan atau perilaku menyimpang.
Demikian juga dari keluarga yang tingkat keberfungsian sosialnya rendah maka
kemungkinan besar anaknya akan melakukan kenakalan pada tingkat yang lebih
berat.Sebaliknya bagi keluarga yang tingkat keberfungsian sosialnya tinggi maka
kemungkinan anak-anaknya melakukan kenakalan sangat kecil, apalagi kenakalan
khusus. Dari analisis statistik (kuantitatif) maupun kualitatif dapat ditarik kesimpulan
umum bahwa ada hubungan negatif antara keberfungsian sosial keluarga dengan
kenakalan remaja, artinya bahwa semakin tinggi keberfungsian social keluarga akan

31
semakin rendah kenakalan yang dilakukan oleh remaja. Sebaliknya semakin ketidak
berfungsian sosial suatu keluarga maka semakin tinggi tingkat kenakalan remajanya
(perilaku menyimpang yang dilakukanoleh remaja. Berdasarkan kenyataan di atas,
maka untuk memperkecil tingkat kenakalan remaja ada dua hal yang perlu diperhatikan
yaitu meningkatkan keberfungsian sosial keluarga melalui program-program
kesejahteraan sosial yang berorientasi pada keluarga dan pembangunan social yang
programnya sangat berguna bagi pengembangan masyarakat secara keseluuruhan Di
samping itu untuk memperkecil perilaku menyimpang remaja dengan memberikan
program-program untuk mengisi waktu luang, dengan meningkatkan program di tiap
karang taruna. Program ini terutama diarahkan pada peningkatan sumber daya
manusianya yaitu program pelatihan yang mampu bersaing dalam pekerjaan yang
sesuai dengan kebutuhan.
B. Saran
1.Perlu adanya tindakan-tindakan dari pemerintah untuk mengawasi tindakanremaja di Indonesia agar tidak
terjerumus pada kenakalan remaja.
2.Perlunya penanaman nilai moral , pendidikan dan nilai religious pada diriseorang remaja.
a. Konseling dan informasi Keluarga Berencana (KB)
b. Pelayanan kehamilan dan persalinan (termasuk: pelayanan aborsi yang aman, pelayanan bayi
baru lahir/neonatal)
c. Pengobatan infeksi saluran reproduksi (ISR) dan penyakit menular seksual (PMS), termasuk
pencegahan kemandulan
d. Konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja (KRR)
e. Konseling, informasi dan edukasi (KIE) mengenai kesproa.
Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi
dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti
bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural.
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar
mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan informasi yang
benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab
mengenai proses reproduksi.
Pengetahuan Dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka mempunyai kesehatan
reproduksi yang baik, antara lain :
a. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang remaja)
b. mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana merencanakan kehamilan agar
sesuai dengan keinginnannya dan pasanganya

32
c. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan
reproduksi
d. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
e. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
f. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
g. Mengambangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar
mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif
h. Hak-hak reproduksi
Masalah kesehatan reproduksi remaja di Indonesia kurang mendapat perhatian yang cukup.

Daftar pustaka

1. Ahmadi. 2003. Ilmu Pendidikan. Jakarta. PT Rineka Cipta.


2. Alimul, Hidayat. 2007. Metode Penelitian dan Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
3. Arikunto. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: . PT Rineka Cipta.
4. Azwar, S. 2009. Metode penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
5. Bahri.S. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga. Jakarta. PT Rineka Cipta.
6. Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
7. Galihjoko, 2009. Pengaruh Tingkat pendidikan orang tua terhadap pola asuh anak pada masyarakat.
Dari Http: www.indoskripsi.com. Diakses tanggal 22 Maret 2010
8. Godam64. 2008. Jenis /Macam Tipe Pol Aasuh Orang Tua Pada Anak Dan Cara
Mendidik/Mengasuh Anak Yang Baik. Dari Http:www.Organisasi.org komunitas dan
perpustakaan online.Diakses taanggal 22 Maret 2010.
9. Junaidi, W. 2010. Macam-Macam Pola Asuh Orang Tua. Dari Http: www.blogspot.com. Diakses
tanggal 22 Maret 2010
10. Latipun. 2005. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press.
11. Nasir. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
12. Ngalim. 2007. Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
13. Ngalim. 2009. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

33
14. Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan Bidan). . Jakarta:
Salemba Medika.
15. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
16. Patmonodewo,S. 2003. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta. PT Rineka

LAMPIRAN – LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Susunan organisasi tim peneliti dan pembagian tugas

Ketua peneliti : Hidayani , Am, keb .SKM.MKM


Sekeretaris : Lesmana Sari,A.M.Keb
Mengerjakan bab 1-2
Bendahara : Sri resmiati,A.M.Keb
Mengerjakan bab 3-4
Anggota :
: Susan sri wahyuni,A.M.Keb
Menerjakan bab 4-5
: Nyi Nenah
Mengerjakan bab 6-8

Lampiran 2
Kuesioner

SOAL: Kenakalan Remaja


No. Pernyataan SS S TS STS
Dalam kehidupan sehari-hari anak dilarang
1.
berkelahi
Anak dilarang memaksakan kehendak kepada
2.
orang tua
Saat sekarang ini tindakan remaja tidak
3.
dibenarkan menjurus kejahatan/kriminal

34
Diperlukan penyuluhan terhadap remaja untuk
4.
menghindari perkelahian antar sekolah
Dengan adanya permasalahan, remaja tidak
5. dibenarkan menyelesaikan dengan
pembunuhan
Saya mengambil barang-barang orang lain
6.
tanpa ijin yang punya
Saya mengembalikan barang pinjaman teman
7.
sekelas
8. Anak remaja dilarang mengadakan coret-coret
Tidak sepantasnya anak remaja melakukan
9.
tindakan sebagai pencopet
Demi rasa kesetiakawanan saya ikut merusak
10.
barang orang lain
Dalam menghadapi masalah berat saya
11.
cenderung minum obat terlarang
Karena butuh uang saya menyalurkan atau
12.
menjual obat terlarang kepada orang lain
Remaja perlu diberikan penyuluhan berkaitan
13.
dengan masalah seks
Meninggalkan sekolah pada saat jam pelajaran
14.
berlangsung tanpa ijin
Pergi tanpa pamit terpaksa saya lakukan
15.
karena orang tua acuh tak acuh
Terhadap mata pelajaran yang kurang
16. disenangi dilarang meninggalkan tanpa seijin
guru
Kalau saya bermasalah di rumah tidak
17.
sepantasnya meninggalkan rumah

35
Dalam kehidupan sehari-hari tidak dibenarkan
18.
membantah orang tua
Saya membolos sekolah apabila banyak
19.
masalah
Saya absen masuk sekolah karena malas
20.
bertemu guru
Saya mengerjakan PR yang diberikan oleh
21.
guru
Setiap soal saya dapat mengerjakan dengan
22.
baik
Setiap pelajaran saya membuat ulah, sehingga
23.
guru menjadi marah
Prestasi saya meningkat dan masuk ranking 5
24.
besar di kelas
Teman yang mengejek atau mengganggu, saya
25.
pukul
Berbuat semaunya sendiri tanpa
26.
memperhatikan hak-hak orang lain
Jika berkumpul dengan teman-teman saya
27.
selalu minum-minuman keras
Saya menggunakan narkoba tanpa
28. sepengetahuan orang tua dan anggota keluarga
yang lain
Saya mengikuti kebut-kebutan pada setiap
29.
sabtu malam
30. Saya meledakkan mercon di warung tetangga

36
Lampiran 3
Surat keterangan penelitian
SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Guntur Haryanto, M.Pd.
Jabatan : Kepala SMPN 1 JAMPANGKULON
Alamat : Jl.jampangkulon No 21 kec. Jampang kulon kab. sukabumi

Dengan ini menerangkan bahwa mahasiswi yang beridentitas :

Nama : Lesmana Sari,A.M.Keb


Sri resmiati,A.M.Keb
Susan sri wahyuni,A.M.Keb
Nyi Nenah

37
Fakultas : PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN

Universitas : SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

Telah selesai melakukan penelitian pada siswa/siswi SMP N 1 Jampang kulon selama 1 (satu) hari,
terhitung mulai tanggal 06 desember 2018 sampai dengan 07 desember 2018 untuk memperoleh data
dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul “KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DAN
PERMASALAHANNYA DI SEKITAR DAERAH PUSKESMAS JAMPANGKULON
KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWABARAT TAHUN 2018 “Demikian surat
keterangan ini dibuat dan diberikan kepada yang bersangkutan untuk dipergunakan seperlunya.

Jampangkulon, 07 desember 2018


Kepala SMP N 1 JAMPANGKULON

Guntur Haryanto, M.Pd.


( Ditandatangani )

Lampiran 4
Laporan pertangggung jawaban keuangan.

Biaya blusukan kesetiap sekolah untukmengisi questioner 80000


Biaya transportasi dokter yang mengisi materi 100000
Uang sewa tempat untuk seminar kesehatan reproduksi 200000
Konsumsi untuk pegawai 100000
Membeli AKT 20000
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------+
500.000

38

You might also like