You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit kelamin (veneral disease) sudah lama dikenal dan beberapa


diantaranya sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonore. Dengan semakin
majunya ilmu pengetahuan, seiring dengan perkembangan peradaban masyarakat,
banyak ditemukan penyakit penyakit yang baru, sehingga istilah tersebut tidak
sesuai lagi dan diubah menjadi sexually transmitted disease (STD) atau penyakit
menular seksual. (1)

Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang ditularkan melalui


hubungan seksual, walaupun tidak ada gejala yang timbul di alat kelamin. Infeksi
menular seksual akan lebih berisiko bila melakukan hubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. IMS perlu
mendapatkan perhatian karena dapat menyebabkan infeksi alat reproduksi yang
serius. Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan
penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan, dan bahkan kematian. Untuk
remaja perempuan, resiko untuk terkena IMS lebih besar dari pada laki-laki sebab
alat reproduksinya lebih rentan. Seringkali berakibat lebih parah karena gejala
awal tidak segera dikenali, sedangkan penyakit menjadi lebih parah.(2)

Peningkatan insiden infeksi menular seksual (IMS) dan penyebarannya


diseluruh dunia tidak dapat diperkirakan secara tepat. Dibeberapa Negara
disebutkan bahwa pelaksanaan program penyuluhan yang insentif akan
menurunkan insiden IMS atau paling tidak insidennya relative tetap. Namun
demikian, disebagian besar Negara, insiden IMS relative masing tinggi, dan setiap
tahun beberapa juta kasus baru beserta komplikasi medisnya. (15)

Gonore ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada
tahun 1882. Kuman Neisseria gonorrhoeae dimasukkan dalam kelompok
Neisseria. Selain spesies itu, terdapat 3 spesies lain, yaitu N meningitidis dan 2
lainnya yang bersifat komensal N, catarrhalis serta N. Pharyngis sicca. Keempat
ini susah dibedakan kecuali dengan tes fermentasi(3)
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri.
Neisseria gonorhoeae yang menginfeksi lapisan dalam saluran kandung kemih,
leher rahim, rektum, tenggorokan, serta bagian sklera. Penyakit gonore ini dapat
menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya terutama pada kulit dan
persendian.(4)

Gonore pertama kali ditemukan pada pertengahan tahun 1970-an dan


dengan cepat meluas keberbagai negara didunia. Di afrika barat dan timur, tempat
pertama kali ditemukan tetap merupakan endemik dan didapatkan pada lebih
sepertiga isolat. Survei di Filipina melaporkan sebanyak 30-40%, dan terutama
ditemukan pada pekerja seks komersial. Di Jakarta mulai dilaporkan pada tahun
1980 dan sampai sekarang. Di kota besar NGPP (N. Gonorrhoeae penghasil
penisillin terdapat sekitar 40-60% sedangkan di kota-kota kecil sampai saat ini
belum diperoleh data mengenai hal itu. (1)

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Gonore adalah semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae, infeksi purulen ini terjadi pada permukaan membran
mucosa. N. gonorrhoeae disebarkan oleh kontak seksual atau melewati
transmisi selama melahirkan. CDC (The Center for Disease Control)
merekomendasikan bahwa pasien dengan infeksi gonorrhea juga harus
diobati dengan infeksi yang menyertai misalnya Chlamydia
trachomatis.(1,5)
Gonore adalah penyakit infeksi yang menular secara seksual yang
dapat menginfeksi pria dan wanita. Penyakit ini dapat menginfeksi genital,
rectum, dan tenggorokan. Ini merupakan infeksi umum, terutama pada
anak muda berumur 15-24 tahun, setiap orang yang aktif seksual dapat
menderita gonore. Banyak orang yang menderita gonore tidak
menyadarinya khusunya wanita yang tidak mempunyai gejala. Gonore
dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat dan apabila tidak
diobati maka dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius.(6,7)

2.2 Etiologi
Gonore disebabkan oleh bakteri Gonococcus yang intraselular,
aerob dan mempunyai 4 spesies yaitu N. gonorrhoeae, N. menigitidis, N.
pharyngis,dan N. catarrhalis. Bakteri ini pertama kali ditemukan pada
tahun 1879 oleh Albert Ludwig Sigismund Neisser. Gonokok termasuk
golongan diplococcus berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8u dan
panjang 1,6u bersifat tahan asam dan berpasangan. Pada sediaan langsung
dengan pewarnaan gram bersifat Gram negatif terlihat diluar dan didalam
leukosit, tidak tahan lama diudara bebas, cepat mati dalam keadaan kering,
tidak tahan suhu diatas 39ºC dan tidak tahan cairan desinfektan. (3,5)

3
Secara morfologik gonococcus ini terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1
dan 2 yang mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang
tidak mempunyai pili dan bersifat nonvirulen. Banyak faktor yang
memediasi virulensi dan patogenitas gonococcus. Pili akan melekat pada
mukosa epitel kuboid yang akan menimbulkan reaksi radang dan
mencegah hancurnya oleh neutrofil. Infeksi biasanya diikuti oleh inokulasi
mukosa selama kontak seksual anal, vaginal dan oral.OPA (Opacity-
associated protein) meningkatkan ikatan antara gonokok dan fagosit,
mempromosikan invasi ke sel host dan biasanya dapat menurunkan reaksi
imun. (3,5)
Gonore juga dapat ditularkan secara vertikal dari ibu ke anak
selama proses kelahiran vaginal, karateristiknya akan menyebabkan
infeksi mata dan inflamasi. (ophthamia neonatorum).(8)

2.3 Epidemiologi
Gonore adalah penyakit terbanyak kedua yang ditemukan di
amerika serikat, penyakit ini mempunyai prevalensi yang tinggi pada
negara berkembang.(8)
Gonore adalah penyakit yang hanya ditemukan pada manusia dan
mempunyai adaptasi paling tinggi pada ekologi setempat.(9)
Estimasi infeksi gonore baru di USA(United States American)
dengan kurang dari setengah dilaporkan. Pada tahun 2009, 301.174 kasus
gonore yang dilaporkan ke CDC(Center for Disease Control dan
Prevention) US. Rata-rata negara pada tahun 2009 adalah 99.1% kasus per
100.000 populasi, 10.5% menurun pada tahun 2008 dengan variasi antar
negara. Beberapa ahli mengestimasi biaya gonore dan komplikasinya
mencapai 1.1 milyar.Pada anak yang terlibat kekerasan seksual, rata-rata
penyembuhan gonore berkisar antara 1% sampai 30%. Pada wanita remaja
yang aktif seksual, asimtomatik gonore muncul 1-5%. Tapi jumlah ini
semakin menurun dengan adanya screening.(5,6)

4
Dengan estimasi 200 juta kasus baru gonore muncul. Pada tahun
1999, jumlah kasus baru infeksi gonore yang didiagnosa di amerika utara
adalah 1.56 juta, eropa barat 1.11 juta, asia selatan dan tenggara adalah
27.2 juta serta amerika latin dan Karibia adalah 7.27 juta.(5)
Walaupun data frekuensi tidak diketahui pada negara berkembang,
negara berkembang inilah yang mempunyai frekuensi tinggi infeksi
gonore dan komplikasinya. Infeksi gonore pada wanita hamil di Republik
Afrika dan Afrika selatan adalah 3.1% dan 7.8%. Semua populasi yang
aktif seksual mempunyai resiko infeksi gonore dan level resikonya
bertambah dengan jumlah patner seksual dan adanya Infeksi menular
seksual lainnya. (5)
Walaupun ras tidak mempunyai efek intrinsik terhadap infeksi
gonore, frekuensi di Amerika serikat bertambah pada individu dengan
status sosial ekonomi rendah, populasi yang minoritas. Ini mungkin karena
kurangnya akses dalam mendiagnosis dan terapi. Kurangnya pelayanan
kesehatan yang baik, yang membuat tingkat infeksi bertambah. Pada
kelompok suku lain, jumlah rata-rata dari 2002 sampai 2006 bertambah,
22.8% di Amerika Indian/ Alaska. 17.7% di whites dan 11.8% untuk suku
hispanik. Serta suku asia dengan 1.4%. (5)
Rasio antara pria dan wanita adalah 1:1.2, namun, wanita biasanya
asimtomatik. Wanita yang umurnya lebih muda dari 25 tahun mempunyai
resiko paling tinggi infeksi gonore. Pria yang melakukan hubungan seks
dengan pria biasanya telah terinfeksi oleh gonore dan mempunyai
kemungkinan rata-rata yang sangat tinggi dalam resistan antibiotik
terhadap bakteri. Pada tahun 1980, prevalansi antara pria dan wanita sudah
hampir sama pada semua kelompok umur. (5,8)

2.4 Patofisiologi
Patofisiologi N. gonorrhoeae dan virulen lainnya berbeda subtipe
tergantung pada karateristik antigen pada permukaan protein masing-
masing. Beberapa subtipe dapat menghindari respon serum imun dan dapat
mengarahkan ke infeksi diseminata (sitemik). (5)

5
Pasien yang mengalami penyakit ini biasanya mempunyai masa
inkubasi 2-7 hari, tapi bisa lebih. (10)
Karateristik plasmid baik biasanya membawa gen resisten
antibiotik, yang paling banyak ditemukan adalah penicillin. Gen plasmid
dan nonplasmid ditransmisikan secara bebas diantara subtipe berbeda.
Perubahan gen protein permukaan menghasilkan tempat infeksi yang baik.
perubahan gen resisten antibiotik telah mengarahkan ke resisten antibiotik
beta lactam. Resisten Fluoroquinolone telah didokumentasikan pada
beberapa pulau dan tersebar pada populasi di amerika serikat. (5)
Gonococcus mempunyai afinitas untuk epitelium
columnar.Epitelium berlapis dan pipih lebih resisten terhadap serangan.
Gonococcus mempenetrasi diantara sel epitelial, menyebabkan inflamasi
submucosa dengan reaksi leukosit polymorphonuclear (PMN) dengan
pengeluaran purulen. Rantai gonococcus yang menyebabkan infeksi
diseminata biasanya menyebabkan sedikit inflamasi genital dan biasanya
tidak ditemukan saat di deteksi. Kebanyakan tanda dan gejala infeksi
diseminata adalah manifestasi pembentukan dan penyimpanan imun
kompleks. Banyak infeksi yang tersebar biasanya dengan abnormalitas
faktor utama komponen komplemen. (11)
Infeksi gonore Diseminata (DGI/IGD) muncul diikuti sekitar 1%
dari infeksi genital. Pasien dengan DGI biasanya akan ada panas,
arthralgias, ruam, migratory polyarthritis, septic arthritis, tendonitis,
tenosynovitis, endocarditis dan meningitis. Organisme N. Gonorrhoeae
menyebar dari tempat awal seperti endocerviks, uretra, faring atau rectum
dan diseminata pada darah untuk menginfeksi organ lain. Biasanya,
beberapa tempat masuk, seperti kulit dan sendi telah terinfeksi. Organisme
neisseria diseminata pada darah karena beberapa faktor predisposisi seperti
perubahan fisiologi host, faktor virulen organisme sendiri, dan kegagalan
pertahanan imun host. Contohnya perubahan pH vagina selama
menstruasi, kehamilan dan periode puerperium membuat lingkungan
vagina lebih mudah untuk pertumbuhan organisme dan menyediakan akses
tambahan ke pembuluh darah (3 dari 4 kasus DGI muncul pada wanita,

6
mudahnya terinfeksi bertambah ketika infeksi primer mukosa muncul
selama menstruasi dan kehamilan.(5)
Gangguan pada imun tubuh juga dapat mempengaruhi
patofisiologi, dengan beberapa pasien akan mengembangkan bakterimia.
Khusunya, pasien dengan defisiensi komponen komplemen terminal yang
tidak mampu melawan infeksi, sebagai komplemen berperan penting
dalam membunuh organisme neisseria. Sebanyak 13% pasien dengan DGI
mempunyai defisiensi komplemen.(5)

2.5 Faktor resiko


Gonore lebih sering terjadi pada usia yang muda, aktif dalam
seksual, dan infeksi lebih umum pada laki-laki di ameriksa serikat, insiden
gonore paling banyak pada kulit hitam, terendah di asia. Di afrika,
prevalensi gonore pada wanita hamil adalah 10%.(11)
Insiden tertinggi pada infeksi gonore di amerika serikat adalah
pada umur 15-24 tahun. Ini terjadi karena beberapa hal sebagai berikut:(5)
 Bertambahnya jumlah pasangan seksual
 Menurunnya akses ke atau menggunakan pelayanan kesehatan
 Fisiologi ektopik pada ikatan squamocolumnar pada wanita
 Menurunnya pertahanan kontrasepsi
Infeksi pada anak adalah tanda bahwa anak tersebut mengalami
kekerasan seksual dan harus dilaporkan. Walaupun ada beberapa hal yang
mendukung bahwa transmisi bisa terjadi tanpa transmisi non seksual pada
anak dan transmisi dari dewasa ke anak yang berhubungan dengan tangan
kotor dan higienitas. Gonore tetap sebagai penyakit pada populasi remaja
dan dewasa muda dengan angka kejadian pada pria berumur 20-24 tahun
dan pada wanita berumur 15-19 tahun. (5)

2.6 Manifestasi Klinis


Masa tunas gonore sangat singkat, pada pria umumnya berkisar
antara 2-5 hari, kadang-kadang lebih lama. Pada wanita masa tunas sulit
untuk ditentukan karena pada umumnya asimtomatik. (1)

7
Gambar 1. Purulen, discharge uretra dari distal uretra(8)

Pada pria, presentasi paling umum adalah discharge uretra purulen,


90% akan berkembang menjadi urethritis dalam kurun waktu 5 hari
sedangkan pada wanita biasanya asimtomatik, ketika gejala muncul, ini
biasanya >14 hari setelah terpapar. Jika tidak di obati maka akan
menyebabkan pembentukan absses dan infeksi gonore diseminata.(11)

Masa inkubasi sangat singkat, pada laki-laki 2-5 hari, kadang –


kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah
mengobati diri sendiri, tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala
sangat samar sehingga tidak diperhatikan oleh penderita.pada wanita masa
tunas sulit ditentukan karena pada umumnya asimtomatik.(1)

8
Beberapa pria dengan gonorrhoeae biasanya tidak memiliki
sindrom, tapi ada beberapa gejala contohnya:(6)

- Sensasi terbakar diperiksa saat buang air kecil;


- Disharge putih, kuning atau hijau dari penis.
- Rasa sakit pada testis yang membengkak (walaupun agak jarang).

Gejala pada wanita adalah sebagai berikut:

- Rasa sakit dan sensasi terbakar ketika buang air kecil.


- Menambahkan discharge
- Perdarahan vagina diantara periode.

Infeksi Rectal biasanya tidak mermpunyai gejala dan


penyebabnya.

Gejala pada pria dan wanita:

- Gatal pada wanita


- Kering teggorongan:
- perdarahan;
- pergerakan usus yang sakit.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang:
1. Sediaan langsung/ Pewarnaan gram(1.3)
Dapat ditemukan gram negatif diplococcus intraseluler dan
ekstraseluler dalam leukosit PMN pada eksudat. Bahan duh tubuh pria
diambil dari fossa navicularis sedangkan pada wanita diambil dari
uretra, muara kelenjar bartholin., serviks, untuk pasien dengan
anamnesis berisiko melakukan kontak seksual anogenital dan
orogenital, maka pengambilan duh tubuh dilakukan pada faring dan
rektum. Sensitivitas pemeriksaan langsung ini bervariasi, pada
spesimen duh uretra pria sensitivitasnya berkisar 90-95%, sedangkan
pada endoserviks sensitivitasnya hanya berkisar antara 45-65%, dengan

9
spesifitasnya yang tinggi yaitu 90-99%. GO dikatakan positif bila
dijumpai adanya diplokokus gram nrgatif dengan bentuk morfologinya
yang khas dan biasanya terdentifikasi di dalam sel leukosit
polimorfonuklear (intraselular) maupun dekat di sekitar sel leukosit
(ekstraselular). (14)

Gambar 2. Gonococcus dengan leukosit PMN(8)

2. Kultur(1.3)
Identifikasi spesies perlu dilakukan pemeriksaan biakan
(kultur). 2 macam media yang dapat digunakan:
1. Media transport: Media stuart dan Transgrow
2. Media pertumbuhan: Mc Leod’s chocolate agar, Thayer Martin, dan
Modified Thayer Martin agar.
Media transgrow selektif dan nutritif untuk N. gonorrhoeaedan N.
meningiditis;dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan
media transport dan pertumbuhan sehingga tidak perlu ditanam

10
kembali. Media ini merupakan metode modifikasi Thayer Martin
dengan menambahkan trimetoprim untuk mematikan Proteus spp.

3. Tes Beta-Laktamse(1.3)
Pemeriksaan ini menggunakan cefinase TM dis. BBL 961192 yang
mengandung chromogenic cephalosporin akan menyebabkan perubahan
warna dari kuning menjadi merah

4. Tes Thomson(1.3)
Tes ini berguna untuk mengetahui sampai mana infeksi telah
berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena
pengobatan pada waktu itu ialah pengobatan setempat. Pada tes ini ada
syarat yang perlu diperhatikan yaitu:
- Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
- Urin dibagi menjadi 2 gelas
- Tidak boleh menahan kencing dari gelas I kegelas II

Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling
sedikit 80-100 ml, jika air seni kurang dari 80 ml, maka gelas II sukar
dinilai baru menguras uretra anterior.

Hasil pembacaan:

Gelas 1 Gelas 2 Arti


Jernih Jernih Tidak ada infeksi
Keruh Jernih Infeksi uretritis anterior
Keruh Keruh Panuretritis
Jernih Keruh Tidak mungkin
Tabel 1. Rekomendasi pemeriksaan laboratorium

5. Tes Identifikasi presumtif dan konfirmasi(1.3)


1. Tes Oksidase
Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-
fenilendiamin hidroklorida 1% ditambahkan kepada koloni

11
gonococcus. Semua N. gonorrhoeae memberi reaksi positif dengan
perubahan warna koloni yang semula bening menjadi merah muda
sampai merah lembayung.
2. Tes Fermentasi
Tes dilanjutkan dengan memakai glukosa, sukrosa dan maltosa. N.
gonorrhoeae hanya meragikan glukosa.
2.8 Diagnosis
Dalam mendiagnosis penyakit ini kita membutuhkan bukti klinis
dan salah satunya dari hasil laboratorium berupa pewarnaan serta kultur.
Hasil lab dapat kita dapatkan gram-negatif diplococcus pada cairan swab
urethrae.(10,11)

Gambar 3. Diagnosis pasien wanita dengan pendekatan sindrom(3)

12
Gambar 4. Diagnosis pasien wanita dengan pendekatan Mikroskop(3)

13
Gambar 5. Diagnosis pada pria dengan pendekatan mikrospkop(3)

14
Gambar 6. Diagnosis pria dengan pendekatan sindrom(3)

2.9 Diagnosis Banding


Beberapa DD untuk penyakit N. gonorrhoeae:(3,12,13)

1. Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah adanya infeksi oleh


mikroorganisme dalam saluran kemih. Mikroorganisme sebagai penyebab
ISK kebanyakan bakteri aerob. Selain itu ISK dapat disebabkan oleh virus
dan jamur.

Perbedaan dari gonore dan ISK adalah:

a. Biasanya penyebab tersering kencing nanah adalah gonore. Gonore


merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri
Neisseria gonoreae yang pada umumnya ditularkan melalui hubungan
kelamin, tetapi juga kontak secara langsung dengan eksudat yang
infektif.

15
Penularannya adalah melalui kontak hubungan seksual dan
pertukaran cairan tubuh. Bergonta-ganti pasangan dalam berhubungan
intim adalah salah satu penyebab paling tersering terjadi. Penularan
juga dapat terjadi dari alat bantu seks. Prinsip penularan penyakit tidak
akan terjadi jika melakukan hubungan seksual yang sehat (tidak
berganti pasangan) yang dilakukan secara bertanggung jawab.

b. Sementara itu infeksi saluran kemih (ISK), terjadi karena adanya invasi
mikroorganisme pada saluran kemih. Untuk menegakkan diagnosis
ISK harus ditemukan bakteri dalam urine melalui biakan atau kultur
dengan jumlah yang signifikan. Tingkat signifikasi jumlah bakteri
dalam urine lebih besar dari 100 ribu/ml urine. Namun pada pasien
dengan gejala ISK, jumlah bakteri dikatakan signifikan jika lebih besar
dari 100 ribu/ml.

2. Candidiasis

Penyakit ini akan memberikan manifestasi klinis berupa duh tubuh,


gatal digenital, panas, nyeri sesudah miksi dan dispareunia. Penyakit
ini disebabkan oleh candida albicans. Tanda yang khas adalah disertai
gumpalan-gumpalan sebagai kepala susu berwarna puitih kekuningan.

3. Chlamydia

Infeksi Chlamydia merupakan infeksi paling umum yang


disebabkan oleh bakteri yang dapat disembuhkan. Manifestasi
klinisnya berupa pengeluaran duh tubuh disertai dengan urethritis
pada pria dan endocervicitis pada wanita. Jika tidak diobati maka
dapat menimbulkan epididymitis dan prostatitis. Walalupun pada
wanita biasanya asimtomatik tapi biasanya koimplikasinya akan berat
yaitu pelvic inflammatory disease (PID), kemandulan dan kehamilan
ectopic.

16
4. Vaginosis Bakterial

Merupakan sidrom klinis, yang disebabkan oleh bertambah


banyaknya organisme komensal dalam vagina (yaitu Gardnerella
vaginalis, Preevotella, Mobiluncus spp) serta berkurangnya organisme
Lactobacillus yang menghasilkan hidrogen peroksida. Pada keadaan
normal bakteri ini yang mempertahankan suasana asam dan aerob di
vagina. Sebanyak 50% yang menderita penyakit ini tidak mengalami
keluhan atau asimtomatik. Bila ada keluhan, umumnya berupa duh
tubuh vagina normal, yang terjadi setelah hubungan seksual.

Pada pemeriksaan klinis duh tubuh berwarna abu-abu homogen,


viskositas rendah atau normal, berbau amis, melekat didinding vagina,
seringkali terlihat di labia dan fourchette. pH sekret vagina berkisar
4,5-5,5.

5. Trikominiasis

Trikomoniasis pada saluran urogenital dapat menyebabkan


vaginitis dan sistitis. Walaupun sebagian besar tanpa gejala, tetapi
dapat menimbulkan masalah kesehatan yang cukup berat. Pada laki-
laki biasanya mengalami urethritis. Trikomoniasis pada wanita
asimtomatik. Pada kasus akut biasanya terlihat sekret vagina
seropurulen sampai mukopurulen berwarna kekuningan, sampai
kuning kehijauan, berbau tidak enak(malodor) dan berbusa.

Trikomoniasis pada laki-laki menyerang uretra, kelenjar


prostat, dan kadang-kadang preputium, vesika seminalis dan
epididimis. Pada umumnya gejala lebih ringan daripada wanita.
Bentuk akut gejalanya adalah mirip urethritis non-gonore, misalnya
disuria, poliuria, disertai sekret uretra mukoid dan mukopurulen.

17
2.10 Penatalaksanaan
Insiden antibiotik resisten rantai N. gonorrhoeae telahmeningkat
sejak 1940. Hal yang sangat di khawatirkan adalah pertumbuhan dari
kasus penicillinase-producing N. gonorrhoeae. (5)
Pada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektivitas, harga
dan sesedikit mungkin efek toksiknya. Dulu teryata pilihan utama ialah
penisillin+probenesid. Secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan
adalah obat dosis tunggal. (3)

Pengobatan lokal gonore tanpa komplikasi, infeksi cerviks, rectum,


faring dan uretra:(8)
-
Dosis tunggal intramuscular Ceftriaxone 125mg
-
oral cefixime 400mg 2 kali sehari

Alternatif dosis tunggal regimen cephalosporin:


-
Intramuscular Ceftriaxone 500mg
-
oral cefotaxime 500mg,
-
intramuscular cefoxitin 2g dengan oral probenecid 1g.
-
Jika Alergi penicillin, intramuscular spectinomycin 2mg.

Untuk pasien yang alergi dengan cephalosporin,


-
spectinomycin 2g dengan dosis tunggal IM.

Dalam terapi untuk chlamydia ditambahkan:


-
Azithromycin 1 g oral dosis tunggal,
-
doxycycine 100 mg oral 2 kali sehari dalam 7 hari.(8)

Pengobatan pada neonatus yang terinfeksi gonore:(8)


- Ceftriaxone, 25–50 mg/kg/hari IV atau IM dosis tunggal sehari selama
7 hari, atau untuk 10–14 hari jika meningitis ada
- Cefotaxime, 25 mg/kg IV atau IM setiap 12 jam untuk 7 hari, atau
untuk 10–14 hari jika meningitis ada diketahui.

18
Dalam sebuah jurnal ditemukan bahwa ceftriaxone telah menjadi
resisten untuk penyakit gonore, ini ditemukan di australia dengan beberapa
bakteri.(9)

Beberapa obat golongan kuinolon untuk pengobatan gonore yaitu:


- Ciprofloksasin 500 mg oral diberikan dosis tunggal.
- Ofloksasin 400 mg oral diberikan dosis tunggal.

Beberapa obat golongan sefalosforin untuk pengobatan gonore


yaitu:
- Ceftriakson 500 mg IM diberikan dosis tunggal
- Cefikxime 400 mg oral diberikan dosis tunggal

Rejimen yang dianjurkan oleh CDC adalah pilihan pertama adalah


sefriakson 125 mg IM dosis tunggal dan pilihan kedua adalahn cefixime
400 mg oral dosis tunggal kemudian sifroloksasin 500 mg oral dosis
tunggal atau ofloksasin 400 mg dosis tunggal.

2.11 Prognosis
Kebanyakan laki-laki yang terinfeksi mencari pengobatan karena
gejala awal yang muncul untuk mencegah masalah serius, tapi tidak
mencegah penularan ke orang lain. Kebanyakan infeksi pada wanita tidak
mempunyai gejala yang terlihat sampai komplikasi seperti PID (Pelvic
Inflamation Disease), infertilitas, timbulnya kehamilan ektopik, DGI lebih
umum pada wanita dengan asimtomatik cervical, endometrium, atau
infeksi tuba dan homoseksual dengan asimtomatik rectal atau gonore
faring. (11)
Jika kau seorang wanita hamil yang terinfeksi N. gonorrhoeae
maka melahirkan seorang anak akan membuat dia terinfeksi maka
pengobatan yang baik akan menurunkan resiko pada bayi. (6)

19
2.12 Komplikasi
Gambaran klinis dan komplikasi gonore sangat erat hubungannya
dengan susunan anatomi dan faal genitalia. Oleh karena itu perlu
pengetahuan susunan anatomi genitalia pria dan wanita. (3)

Komplikasi gonore pada pria dan wanita :(1,3)


Infeksi Simtomatik pada pria: Uretritis

Infeksi ini akan menyebabkan beberapa komplikasi yaitu:


Lokal :
1. Tysonitis;
Kelenjar tyson adalah kelenjar yang menghasilkan smegma. Infeksi
biasanya terjadi pada penderita dengan preputium yang panjang dan
kebersihan yang kurang baik. diagnosis dibuat dengan ditemukannya
butir pus atau pembengkakan daerah frenulum yang nyeri tekan.
2. Litriasis;
Tidak ada gejala khusus, hanya pada urin ditemukan benang-
benang atau butir-butir. Bila salah satu saluran tersumbat maka akan
terjadi abses folikular.
3. Cowperitis;
Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala, sedangkan
infeksi yang mengenai kelenjar cowper dapat terjadi abses. Keluhan
berupa nyeri dan adanya benjolan pada daerah perineum disertai rasa
penuh dan panas, nyeri pada saat defeksi dan disuria.
4. Parauretritis;
Sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka dan
hipospadia. Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus pada kedua
muara uretre.

Ascendens :
1. Prostatitis,
Ditandai dengan rasa tidak nyaman di daerah perineum dan
suprapubis, malaise, demam, nyeri saat berkemih, hematuri, spasme

20
otot uretra hingga terjadi retensi uri, tenesmus ani, sulit buang air
besar, serta obstipasi.
2. Trigonitis,
Infeksi asendens dari uretra posterior dapat mengenai trigonum
vesika urinaria. Trigonitis menimbulkan gejala poliuria, disuria
terminal dan hematuria.
3. Vesikulitis,
Merupakan radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan
duktus ejakulatorius, dapat timbul menyertai prostatitis akut atau
epididimitis akut. Gejala subjektif menyerupai prostatitit akut yaitu
demam,polakisuria, hematuria terminal, nyeri pada saat ereksi atau
ejakulasi
4. Epididimitisdan Vas Deferentitis/ Funikulitits
Gejala berupa rasa nyeri pada daerah abdomen bawah sisi yang
sama dengan terjadinya infeksi.
5. Orkitis
Reaksi inflamasi akut yang terjadi pada testis yang
diakibatkan oleh bakteri dan merupakan infeksi sekunder. Hal ini
dapat menyebabkan strerilitas. Apabila dilihat maka terlihat testis
membesar, dan akan terasa nyeri ketika duduk.

Infeksi Simtomatik pada wanita: Uretritis dan servisitis

Infeksi ini akan menyebabkan beberapa komplikasi yaitu:


Lokal :

1. Bartholinitis
Labium minor sisi yang terkena membengkak, merah dan nyeri
tekan. Kelenjar bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila berjalan
dan pasien sukar duduk. Bila saluran kelenjar tersumbat maka akan
terjadi abses atau dapat pecah melalui mukosa dan kulit.

21
2. Parauretritis
Kelenjar dapat terkena tapi biasanya jarang terjadi abses.
Ascendens : Salpingitis, Penyakit radang pinggul (PRP) dan Pelvic
Inflammatory Disease (PID)

Peradangan bersifat akut, subakut atau kronis. Ada beberapa faktor


predisposisi, yaitu:
- Masa puerperium
- Dilatasi setelah kuretase
- Pemakaian IUD, tindakan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)

Cara infeksi dari serviks melalui tuba fallopi sampai pada daerah
salping dan ovarium, sehingga dapat menimbulkan Penyakit radang
pinggul (PRP). Infeksi ini dapat menimbulkan kehamilan ektopik dan
sterilitas. 10% wanita dengan gonore akan mengalami PRP. Gejala
subjektif berupa nyeri pada daerah abdomen bawah, keluarnya duh
tubuh vagina, disuria, dan menstruasi yang tidak teratur atau abnormal.

Kira-kira 1% penyakit gonore akan berlanjut pada komplikasi


gonore diseminata. Penyakit ini banyak didapat pada penderita dengan
gonore asimtomatik sebelumnya, terutama pada perempuan. Gejala yang
timbul bisa berupa: artritis (terutama monoartritis), miocarditis,
endocarditis, pericarditis dan meningitis.

2.13 Pencegahan dan penanggulangan PMS

Beberapa pencegahan gonore adalah sebagai berikut: (4,6,7,10)


a. Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal, dan oral
dengan orang terinfeksi;
b. Edukasi Sex

22
c. Pemakaian kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat
menghilangkan sama sekali risiko penularan penyakit ini;
d. Hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai;
e. Sarankan juga pasangan seksual agar diperiksa guna mencegah infeksi
lebih jauh dan mencegah penularan;
f. Wanita tuna susila agar selalu memeriksakan dirinya secara teratur,
sehingga jika terkena infeksi dapat segera diobati dengan benar
g. Pemberian preparat tetes mata antimikroba pada bayi yang baru lahir.
h. Berhubungan lama secara mutual dengan seorang wanita atau
hubungan monogami pada pasangan yang telah dites dan negatif
infeksi menular seksual.
2.14 Edukasi dan Informed consent
Edukasi dan promosi kesehatan untuk menghindari penyebaran
infeksi gonorrhea, atau gonore atau gonorea, sangat penting untuk
dilakukan. Pendidikan seksual sejak dini, pembahasan mengenai aktivitas
seksual dan risiko yang dapat diderita, penggalakan hubungan seksual
yang lebih aman, serta pendekatan dan edukasi pada populasi kunci
merupakan edukasi dan promosi kesehatan yang harus dilakukan pada
gonorrhea. Edukasi dilakukan dengan memperhatikan komponen-
komponen penting yang terkandung di dalamnya, yaitu:(4,6,7,10)

1. Identifikasi sindrom
2. Edukasi pasien
3. Pengobatan antibiotik terhadap sindrom
4. Penyediaan kondom
5. Konseling
6. Pemberitahuan dan pengobatan pasangan seksual
7. Promosi Kesehatan

23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi
diantara infeksimenular seksual lainnya.Diperkirakan terdapat lebih dari 150 juta
kasus gonore di dunia setiap tahunnya, meskipun di beberapa negara cenderung
menurun, namun negara lainnya cenderung meningkat. Perbedaan ini
menunjukkan bervariasinya tingkat keberhasilan sistemdan program pengendalian
IMS yang meliputi peningkatan informasi data, deteksi awal dengan
menggunakan fasilitas diagnosis yang baik, pengobatan dini dan penelusuran
kontak.Penyebab gonore adalah gonokok, gonokok termasuk golongan diplokok,
bersifat .
Gram negatif, terlihat diluar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di
udara bebas. Cepat mati dalam keadaaan kering, tidak tahan suhu 39 derejat C,
dan tidak tahan zat desinfektan. Infeksidimulai baik secara langsung maupun
hematogen.
Masa tunas gonore sangat singkat pada pria umumnya berkisar antara 2-5
hari dan pada wanita masa tunas sulit untuk ditentukankarena pada umumnya
asimptomatik. Manifestasi klinis biasanya menimbulkan uretritis dantampak pula
duh tubuh yang mukopurulen. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan klinis, dan laboratorium adanya uretritis, serta ditemukannya kuman
penyebab

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Fahmi DS. Gonore In: Zubier Farida(editor). Infeksi menular Seksual edisi
keempat. FKUI. Jakarta: 2015. Pp:65
2. Nyoman K, Ni. Infeksi Menular Seksual dan Infeksi Saluran Reproduksi.
Diskes Bali. Bali: 2011.
3. Fahmi, DS. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi ketujuh. FKUI. Jakarta:
2015.
4. Clevere S,R dan Ari M, GA Made. Penyakit kulit dan kelamin. Nuha
medika. Yogyakarta:2013. Pp:131
5. Wong B. 2015. Drug & DiseaseGonorrhoeae. Medscape (Online).
Diakses pada tanggal 2 November 2015 dari (http:// emedicine. medscape.
com/article/218059-medication#showall)
6. Division of STD prevention. 2015. STDGonorrhoeae. CDC (online).
Diakses pada tanggal 2 November 2015 dari (http:// www. cdc. gov/ std/
gonorrhea/stats.htm)
7. MedlinePlus. 2015. Gonorrhoeae. Diakses pada tanggal 2 November 2015
dari (https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/gonorrhea.html)
8. Goldsmith L. A. dkk. 2012. Fitzpatrick Dermatology in General Medicine
Eighth Edition. New York: McGraw Hill.
9. Tapsall, JW. 2005. AntibioticResistantein Neisseria gonorrhoeae. Diakses
pada tanggal 2 November 2015 dari
(http://cid.oxfordjournals.org/content/41/Supplement_4/S263.full)
10. Chandra B. Kontrol Penyakit Menular Pada Manusia. EGC. Jakarta:
2013. Pp:42
11. Wolff K, Johnson R.A, Saavedra A.P. 2013. Fitzpatrick’s Color Atlas and
Synopsis of Clinical dermatologys Seventh Edition. New Yoark: Mc Graw
Hill.
12. Malik SR, et al. GonoreIn: Amiruddin, MD(editor). Penyakit Menular
Seksual. Makassar: Universitas Hasanuddin. 2004.
13. Malhotra M et al. 2013. Genital Chlamydia Trachomatis: An Update.
Diakses pada tanggal 2 November 2015 dari(http://
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3818592/)

25
14. Afriana N. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi
gonore pada wanita penjaja sex komersial: An Update. Diakses pada
tanggal 14 januari 2016 dari(http://
www.lib.ui.ac.id.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3818592/)
15. Jawas FA, Murtiastutik D. 2008. Gonorrhoeae patient in sexually
transmitted disease division, dermato venerology departemen of Dr.
Soetomo general hospital in 2002-2006: An Update. Diakses pada tanggal
14 januari 2016 dari(http://
www.lib.ui.ac.id.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3818592/)

26

You might also like