You are on page 1of 14

LAPORAN PENDAHULUAN PNC PADA Ny “H” DENGAN

INDIKASI CPD DI RUANG PERAWATAN NIFAS

JERNI
16.690

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN YPPP WONOMULYO
T.A 2018
ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI SC
ASUHAN KEPERAWATAN PNC PADA Ny “H”
DENGAN TINDAKAN SC HARI KE II
DI RUANG PERAWATAN NIFAS

JERNI
16.690

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN YPPP WONOMULYO
T.A 2018
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN PNC DENGAN TINDAKAN SC

A. Pengertian
Nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika organ
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas ini berlangsung selama kira-kira
6 minggu (Saifuddin dalam Astuti, 2009). Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah
persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu.
Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi ( Saifuddin, 2006). Periode
postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan tidak
hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru (Mitayani, 2009). Batasan
waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam
waktu yang relative pendek darah sudah tidak keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah
40 hari. Jadi masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6
minggu atau 40 hari.
Selama masa nifas dapat terjadi 4 masalah utama:
1. Perdarahan masa persalinan
2. Infeksi masa nifas
3. Tromboemboli
4. Depresi pasca persalinan

B. Periode
Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
a. Post partum dini yaitu keputihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri, berjalan-jalan.
Dalam agama Isalam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Post partum intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu.
c. Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi untuk sehat sempurna
bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan

C. Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti atau jelas terdapat
beberapa teori antara lain (Rustma Muchtar, 1998) :
a. Penurunan kadar progesterone
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan
ketentraman otot rahim.
b. Penurunan kadar progesterone
Pada akhir kehamilan kadar oxytocinbertambah, oleh karena itu timbul kontraksi otot rahim.
c. Keregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan makin regang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.
d. Pengaruh janin
Hypofisis dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh karena itu
pada enencephalus kehamilan sering lebih lama dan biasa.
e. Teori prostaglandin
Teori prostaglandin yang dihasilkan dan decidua, disangka menjadi salah satu sebab permulaan
persalinan.

D. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna
akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat
genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-
perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada
antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah
plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk
serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk
semacam cincin.
Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis,
degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-
kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2
sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang sewaktu
kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.

E. Manifestasi Klinis
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki
“bulannya atau minggunya atau harinya” yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of
labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
a. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama
pada primigravida pada multipara tidak begitu kentara.
b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung kemih tertekan oleh
bagian terbawa janin.
d. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus, kadang
disebut “false labor pains”.
e. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan bisa bercampur
darah (bloody shoe).
Tanda dan gejala Menurut Wiknjosastro (2005), tanda gejalanya adalah:
1) Perdarahan > 500-600 ml
2) Kontraksi uterus lemah
3) Uterus lembek
4) Subinvolusi (fundus uteri naik)
5) Wajah pucat anemis
4) Lochea merah tua dan berbau jika terdapat infeksi
5) Suhu tubuh meningkat
F. Perubahan-perubahan yang Terjadi
a. Involusi rahim
Setelah 2 hari uterus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke-10 uterus tidak terba
lagi dari luar.
b. Involusi tempat placenta
Mengecil dengan cepat pada akhir minggu ke-2 yaitu 3-4 cm dan pada akhir masa nifas
2-3 cm.
c. Pembuliuh darah rahim
Setelah persalinan pembuluh-pembuluh darah akan mengecil kembali karena darah yang
diperlukan tidak sebanyak waktu hamil.
d. Servik dan vagina
e. Pada servik terbentuk sel-sel otot baru pada minggu ketiga post partum rugae kembali
nampak, luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
f. Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, namun berangsur-
angsur akan pulih kembali dalam 6 minggu.
g. Saluran kencing
Dapat terjadi udem, dan hyperemia, pada masa nifas (puerperium) kandung kemih
kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah sehingga kandung kencing masih terdapat
urine residual sisa urine dan trauma kandung kemih waktu persalinan akan memudahkan
terjadinya infeksi.
h. Laktasi
Keadaan buah dada / payudara 2 hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam
kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan kolostrum. Mulai 3 hari post
partum buah dada membesar, keras dan nyeri.
i. Lokea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam nifas.
Macam-macam lochea :
1. Lochea rubra (cruenta)
Merupakan darah segar dan terdapat sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vetriks
caseosa, lanugo dan mechonium selama 2 hari post partum.
2. Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kekuningan berisi darh dan lendir, 3-7 hari post partum.
3. Lochea serosa
Berwarna kuning., cairan tidak berdarah lagi. Hari 7-14 post partum.
4. Lochea alba
Cairan berwarna putih setelah 2 minggu post partum.
5. Lochea purulenta
Bila terjadi infeksi, keluar cairan nanah berbau busuk.
j. Perubahan-perubahan penting lainya

1. Hemokonsentrasi
Pada masa hamil didapat hubungan pendek yang dikenal sebagai shunt antara sirkulasi
ibu dan plasenta, setelah melahirkan shunt akan hilang secara tiba-tiba, sehingga
volume darah ibu relatif akan bertambah dan dapat menimbulkan beban pada jantung
sehingga dapat menimbulkan decompensasi cordis. Keadaan ini dapat diatasi dengan
mekanisme kompensasi timbulnya hemokonsentrassi. Hal ini terjadi pada hari ke 3
sampai 15 hari post partum.
2. Laktasi
Sejak kehamilan muda sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar mamae,
perubahan pada kedua mammae antara lain :
a). Proliferasi jaringan, terutama kelenjar – kelenjar dan alveolus mammae dan
lemak.
b). Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan
berwarna kuning (kolostrum).
c). Hipervaskularisasi, terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam
mammae.
d). Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron terhadap hipofise
hilang dan berpengaruh timbulnya hormon laktogenic (prolaktin), sehingga
mammae yang terlah dipersiapkan terpengaruhi dengan akibat kelenjar-kelenjar
berisi air susu.
Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar susu
berkontraksi sehingga terjadi pengeluaran air susu yang berlangsung pada hari 2-3
post partum.

G. Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas


a. Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari
perdarahan haid biasa atau bila memerlukan pergantian pembalut-pembalut 2 kali dalam
setengah jam).
b. Pengeluaran cairan vagina yang berbau busuk.
c. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung.
d. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan.
e. Pembengkakan diwajah atau ditangan.
f. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu BAK atau jika merasa tidak enak badan.
g. Payudara yang bertambah atau berubah menjadi merah panas dan atau terasa sakit.
h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
i. Rasa sakit merah, lunak dan atau pembengkakan dikaki.
j. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya atau dirinya sendiri.
k. Merasa sangat letih dan nafas terengah-engah.

H . Penanganan Pada Masa Nifas (PUERPERIUM)


a. Kebersihan diri
- Anjurkan menjaga kebersihan seluruh tubuh
- Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah alat kelamin dengan sabun dan
air. Pastikan bahwa klien mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih
dahulu dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Nasehatkan ibu untuk membersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar.
- Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2x sehari.
Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan
dibawah matahari dan disetrika.
- Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
- Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
b. Istirahat
- Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan berlebihan.
- Sarankan untuk kembali melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan
serta untuk tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.
- Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam:
 Mengurangi jumlah asi yang diproduksi
 Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
 Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
c. Latihan

- Diskusikan pentingnya otot-otot panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih

kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa
sakit pada panggul.

- Jelaskan pentingnya latihan untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar
panggul (kelgel exercise). Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap
gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu
ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.
d. Gizi
- Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
- Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin
yang cukup
- Minum sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali
menyusui.
- Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
post partum.
- Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada
bayi melalui air asinya.
e. Perawatan payudara
- Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama pada puting susu
- Menggunakan Bra yang menyokong payudara
- Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar
puting susu setiap kali menyusui. Tetap menyusui dimulai dari puting susu yang
tidak lecet.
- Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan
dan diminumkan menggunakan sendok.
- Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum paracetamol 1 tablet.
- Urut payudara dari arah pangkal menuju puting susu dan gunakan sisi tangan
untuk mengurut payudara.
- Keluarkan ASI sebagian dari depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak.
- Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI, sisanya
keluarkan dengan tangan.
- Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
f. Senggama
- Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jarinya kedalam vagina tanpa rasa
nyeri
- Banyaknya budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai pada masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan. Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
A. KONSEP DASAR MEDIS

1. Pengertian sectio caesarea

Seksio secaria merupakan prosedur operatif, yang di lakukan di bawah anestesia sehingga
janin, plasentadan ketuban di lahirkan melalui insisi dinding abdomendan uterus. Prosedurini
biasanya di lakukan setelah viabilitas tercapai ( mis, usia kehamilan lebih dari 24 minggu).(Buku
Ajar bidan,Myles,edisi 14.2011.hal:567).
Sectio sesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen. Teknik ini digunakan
jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah terjadi distres janin. Sebagian
kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah malposisi janin, plasenta previa, diabetes ibu,
dan disproporsi sefalopelvis janin dan ibu. Sectio sesarea dapat merupakan prosedur elektif atau
darurat .Untuk sectio caesarea biasanya dilakukan anestesi spinal atau epidural. Apabila dipilih
anestesi umum, maka persiapan dan pemasangan duk dilakukan sebelum induksi untuk
mengurangi efek depresif obat anestesi pada bayi .(Buku pre operatif .arif
muttaqin.2010.hal:507)
Sectio caesarea adalah melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen
(laparotomi)dan dinding uterus (histerotomi).Definisi ini tidak mencakup pengeluaran janin dari
rongga abdomen pada kasus rupture uteri atau pada kasus kehamilan abdomen. (obstetri
williams,2005).
Kesimpulan dari ketiga pengertian diatas yaitu, Sectio caesarea adalah pengeluaran janin
melalui insisi dinding abdomen. Teknik ini digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada
janin atau jika telah terjadi distres janin. Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini
adalah malposisi janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan ibu.

2. Etiologi
Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar
melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa
penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan
ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami.
Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul
yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk
panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan
dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis
tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang
panggul menjadi abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh
kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan
eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu
kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati
agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu
satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37
minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar
memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi
kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan
secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya
pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit
bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling
rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati,
kerusakan dasar panggul.
2) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling rendah ialah
muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap paling
depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka
atau letak belakang kepala.
b. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala difundus
uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang,
yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak
sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin, 2002).

3. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis,
panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak
maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan
perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien
mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya
kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.

Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post


operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan
juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya
inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan
merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri
akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka
post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.

4. Tanda dan Gejala


Pada post operasi maka akan didapatkan tanda gejala :

1. Pasien mengeluh nyeri pada perut akibat luka operasi.


2. Pasien mengeluh sulit untuk tidur.
3. Pasien mengeluh sulit untuk bergerak / beraktivitas.
4. Pasien mengeluh badannya panas.

You might also like