You are on page 1of 12

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS

MUNTAH DAN GUMOH


Dosen Pengajar : Yuniarti, S.KM., M.PH

Oleh Kelompok :
Siti Rahmah
Sri Zinova Zuhra
Susilawati
Syafiah
Syahida Rahmah
Tiara Noviantari
Uswatun Nisa
Yohanna Lumban Toruan
Yunita Sari Achmad

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN BANJARMASIN

PRODI DIII KEBIDANAN

TAHUN AKADEMIK 2013/2014


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya lah Makalah kami yang berjudul “Muntah dan Gumoh’’ ini
dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus ibu Yuniarti, SKM., M.PH yang telah
memberikan bimbingan dalam tugas ini, serta seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah
Asuhan Kebidanan Neonatus ibu Yuniarti, SKM., M.PH, tugas ini kami buat agar kita semua
dapat lebih mengetahui apa penyebab muntah dan gumoh pada bayi dan bagaimana cara
untuk mencegah terjadinya muntah dan gumoh tersebut. Penulis menyadari dalam
penulisan dan penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan.
Maka dari itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna
membantu penyempurnaan kekurangan dari makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Banjarbaru , September 2014

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal merupakan
periode yang paling kritis. Maka dari itu diperlukan pemantauan pada bayi baru lahir. Tujuan
pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan
identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan
penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.
Dengan pemantauan neonatal dan bayi, kita dapat segera mengetahui masalah-
masalah yang terjadi pada bayi sedini mungkin. Contoh masalah pada bayi yang sering kita
temui yaitu muntah dan gumoh. Jika salah satu dari masalah tersebut tidak segera diatasi
maka bisa menyebabkan masalah atau komplikasi lainnya. Namun, tak semua masalah
tersebut harus mendapat penanganan khusus karena bisa membuat dampak negative pada
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ada masalah yang seharusnya dibiarkan saja karena
masalah tersebut bisa menghilang dengan sendirinya.
Oleh karena dalam makalah ini akan membahas muntah dan gumoh, serta penanganan
yang sesuai agar tidak menimbulkan dampak lainnya. Diharapkan makalah ini dapat
menambah pengetahuan tentang masalah pada bayi.

B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan muntah dan gumoh pada bayi ?
2. Apa penyebab dari muntah dan gumoh pada bayi ?
 Bagaimana cara menangani, muntah dan gumoh pada bayi ?

C. Tujuan
Ditinjau dari rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari pembuatan makaah ini
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengn muntah dan gumoh pada bayi serta bagaimana
cara untuk menangani hal tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Pada beberapa bayi, tersedak merupakan sebuah kebiasaan. Mereka suka menahan
susu dan mengunyahnya seperti sapi mengunyah rumput. Ini dikenal dengan istilah
ruminasi. Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang
terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen
(Markum:1991 dalam Asuhan pada Anak Dengan Gangguan Sistem Integument, 2005).
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi
setelah makanan agak lama masuk kedalam lambung (Depkes RI). Muntah pada bayi
merupakan gejala yang sering sekali dijumpai dan dapat terjadi berbagai gangguan. Volume
cairan yang keluar pada saat bayi muntah lebih banyak dari gumoh, yakni lebih dari 10 ml.
Muntah dikeluarkan dengan cara disemburkan dari perut bayi, disertai dengan kontraksi
otot dinding perut. Kadangkala, cairan muntah juga dikeluarkan melalui lubang hidung.
Muntah tidak terjadi pada bayi baru lahir, melainkan pada bayi berumur minimal 2 bulan
dan dapat terjadi sepanjang usia. Penyebab umum muntah adalah kelainan pada sistem
pencernaan bayi, misalnya kelainan pada katup pemisah lambung dan usus 12 jari, terlalu
banyak menelan udara. Cairan muntahan berwarna kehijauan. Apabila terjadi penyempitan
pada pintu masuk lambung atau hambatan di usus, dapat menyebabkan bayi muntah terus-
menerus. Selain itu jika bayi memutahkan ASI sampai ketengah-tengah ruangan, anda harus
konsultasi dengan dokter. Hal ini disebut projectile vomiting yang mungkin merupakan manifestasi
dari hipertropik pilorik stenosis, satu penyakit yang membutuhkan penangan khusus dan mungkin
juga memerlukan operasi. Banyak orang bilang bahwa regurgitsai disebabkan oleh angin. Beberapa
bayi memuntahkan maknannya bersama sedikit udara. Tersedak adalah nama yang diberikan untuk
kondisi ini.

Gumoh ( Regurgitasi) adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan
melalui mulut dan tanpa paksaan, beberapa saat setelah minum susu (Depkes 2007).
Regurgitasi yang tidak berlebihan merupakan keadaan normal terutama pada bayi dibawah
usia 6 bulan dan tidak sering frekuensinya. Seiring dengan bertambahnya usia diatas 6 bulan,
maka regurgitasi semakin jarang dialami oleh anak. Namun, regurgitasi dianggap abnormal
apabila terjadi terlalu sering atau hampir setiap saat.
Juga kalau terjadinya tidak hanya setelah makan dan minum tapi juga saat tidur. Selain
itu juga pada gumoh yang bercampur darah. Gumoh yang seperti ini tentu saja harus
mendapat perhatian agar tidak berlanjut menjadi kondisi patologis yang diistilahkan dengan
refluks esofagus. Regurgitasi atau gumoh harus dibedakan dengan muntah. Bedanya dengan
muntah, gumoh terjadi secara pasif. Artinya, tak ada usaha si bayi untuk mengeluarkan atau
memuntahkan makanan atau minumannya (artinya: keluar sendiri). Si bayi ketika gumoh
mungkin saja sedang santai dalam gendongan atau dalam keadaan berbaring atau bermain.
Sedangkan muntah terjadi secara aktif.

Muntah merupakan aksi reflek yang dikoordinasi medula oblongata, sehingga isi
lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut.
Penyebab gumoh bermacam-macam, bisa karena bayi terlalu banyak minum ASI, bayi
menangis berlebihan, ada banyak udara yang ikut tertelan ketika mengisap ASI, klep
penutup lambung belum “matang” sehingga belum dapat menutup dengan sempurna, atau
bayi gagal menelan karena otot penghubung mulut dan kerongkongannya belum “matang”.
Itu sebabnya, gumoh sering dialami bayi-bayi prematur.

B. ETIOLOGI
1. MUNTAH
Muntah bisa disebabkan karena adanya faktor fisiologis seperti kelainan kongenital dan
infeksi. Selain itu muntah juga disebabkan oleh gangguan psikologis seperti keadaan tertekan
atau cemas, terutama pada anak yang lebih besar.
Ada beberapa gangguan yang dapat diidentifikasi akibat muntah yaitu:
• Kelainan kongenital saluran pencernaan, iritasi lambung, atresia esofagus, atresia/stenosis,
hirschsprung, tekanan intrakranial yang tinggi, cara memberi makan atau minum yang salah,
dan lain-lain.
• Pada masa neonatus semakin banyak misalnya faktor infeksi (infeksi traktus urinarius,
hepatitis, peritonitis, dll)
• Gangguan psikologis, seperti keadaan tertekan atau cemas terutama pada anak yang lebih
besar.
2. GUMOH (REGURGITASI)
Ada beberapa penyebab terjadinya regurgitasi :

1. Anak/bayi yang sudah kenyang.


2. Posisi anak atau bayi yang salah saat menyusui akibatnya udara masuk kedalam lambung.
3. Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam menghisap.
4. Kegagalan mengeluarkan udara.
5. ASI atau susu yang diberikan melebihi kapasitas lambung. Lambung yang penuh juga bisa
membuat bayi gumoh. Ini terjadi karena makanan yang terdahulu belum sampai keusus, sudah
diisi makanan lagi. Akibatnya bayi muntah lambung bayi punya kapasitas sendiri.
6. Posisi Menyusui
- Sering ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi miring sementara si bayi tidur terlentang.
Akibatnya, cairan tersebut tidak masuk ke saluran pencerna, tapi kesaluran nafas, bayipun
gumoh.
- Pemakaian bentuk dot
Jika si bayi suka dot besar diberi dot kecil, ia akan malas menghisap karena lama. Akibatnya ,
susu tetap keluar dari dot dan memenuhi mulut bayi dan lebih banyak udara yang masuk.
Udara masuk kelambung membuat bayi muntah
7. Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna
Dari mulut, susu akan masuk kesaluran pencernaan atas, baru kemudiaan ke lambung,
diantara kedua organ tersebut terdapat klep penutup lambung, pada bayi, klep ini biasanya
belum berfungsi sempurna.
8. Fungsi pencernaan bayi dengan peristaltik ( gelombang kontraksi pada dinding lambung dan
usus) untuk makanan dapat masuk dari saluran pencernaan ke usus, masih belum sempurna
9. Terlalu aktif
Misalnya pada saat bayi menggeliat atau pada saat bayi terus menerus menangis hal ini akan
membuat tekanan didalam perutnya tinggi, sehingga keluar dalam bentuk muntah/ gumoh.
C. Patofisiologi
1. Muntah
Muntah merupakan respon refleks simpatis terhadap berbagai rangsangan yang
melibatkan berbagai aktifitas otot perut dan pernafasan.
Proses muntah dibagi 3 fase berbeda, yaitu :
a. Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat rangsangan
pada organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu diikuti oleh retching atau muntah.
b. retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodic dengan
glottis tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada dan diafragma
sehingga menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.
c. Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan ditandai dengan
kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunannya diafragma disertai
dengan penekanan mekanisme antirefluks. Pada fase ini, pylorus dan antrum
berkontraksi, fundus dan esofagus berelaksasi dan mulut terbuka

2. Gumoh
Biasanya bayi mengalami gumoh setelah diberi makan. Selain karena pemakaian
gurita dan posisi saat menyusui, juga karena ia ditidurkan telentang setelah diberi makan.
Cairan yang masuk di tubuh bayi akan mencari posisi yang paling rendah. Bila ada makanan
yang masuk ke Esofagus atau saluran sebelum ke lambung, maka ada refleks yang bisa
menyebabkan bayi gumoh.

Pada keadaan gumoh, biasanya lambung sudah dalam keadaan terisi penuh, sehingga
terkadang gumoh bercampur dengan air liur yang mengalir kembali ke atas dan keluar
melalui mulut pada sudut-sudut bibir. Hal tersebut disebabkan karena otot katup di ujung
lambung tidak bisa bekerja dengan baik. Otot tersebut seharusnya mendorong isi lambung ke
bawah.

Lambung yang penuh juga bisa membuat bayi gumoh. Ini terjadi karena makanan yang
terdahulu belum sampai ke usus, sudah diisi makanan lagi. Akibatnya bayi tidak hanya
mengalami gumoh tapi juga bisa muntah. Lambung bayi punya kapasitasnya sendiri.
Misalnya bayi umur sebulan, ada yang sehari bisa minum 100 cc, tapi ada juga yang 120 cc.
D. Tanda dan Gejala
1. Tanda dan gejala Muntah
Ada beberapa gangguan yang dapat diidentifikasi akibat muntah, yaitu :
a. Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir yang kadang disertai dengan
sedikit darah. Kemungkinan ini terjadi karena iritasi akibat sejumlah bahan yang
tertelan selama proses kelahiran. Muntah kadang menetap setelah pemberian makanan
pertama kali.
b. Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, dalam jumlah banyak, tidak
secara proyektif, tidak berwarna hijau, dan cenderung menetap biasanya terjadi
sebagai akibat dari obstruksi usus halus.
c. Muntah yang terjadi secara proyektil dan tidak berwarna kehijauan merupakan tanda
adanya stenosis pylorus.
d. Peningkatan tekanan intrakranial dan alergi susu.
e. Muntah yang terjadi pada anak yang tampak sehat. Karena tehnik pemberian makanan
yang salah atau pada faktor psikososial.

2. Tanda dan Gejala Gumoh


a. Mengeluarkan kembali susu saat diberikan minum.

b. Gumoh yang normal terjadi kurang dari empat kali sehari.

c. Tidak sampai mengganggu pertumbuhan berat badan bayi.

d. Bayi tidak menolak minum.

E. Komplikasi
 Kehilangan cairan tubuh/elektronik sehingga dapat menyebabkan dehidrasi dan
alkaliosis.
 Karena tidak mau makan/minum dapat menyebabkan ketosis.
 Ketosis akan menyebabkan asidosis yang akhirnya bisa menjadi renjantan (shock).
 Bila muntah sering dan hebat akan terjadi ketegangan otot dinding perut, pendarahan
konjungtiva, rupture esofagus, infeksi mediastinum, aspirasi muntah, jahitan bisa
terlepas pada penderita pasca operasi dan timbul pendarahan.
 Infeksi pada saluran pernafasan.
 Cairan gumoh yang kembali keparu-paru dapat menyebabkan radang.
 Nafas terhenti sesaat.
 Bayi tersedak dan batuk.
 Cairan gumoh dapat menimbulkan iritasi.
 Pucat pada wajah bayi karena tidak bisa bernafas.

F. Sifat Muntah
a. Keluar cairan terus menerus maka kemungkinan obstruksi esophagus.
b. Muntah proyektil kemungkinan stenosis pylorus (pelepasan lambung ke duodenum).
c. Muntah hijau (empedu) kemungkinan obstruksi otot halus, umumnya timbul pada
beberapa hari pertama, sering menetap, biasanya tidak proyektil.
d. Muntah hijau kekuningan kemungkinan obsruksi dibawah muara saluran empedu.
e. Muntah segera lahir dan menetap kemungkinan tekanan intrakranial tinggi atau obstruksi
usus.

H. Pencegahan
a. Perlambat pemberian susu. Bila diberi susu formula, beri sedikit saja dengan frekuensi
agak sering.
b. Sendawakan bayi selama dan setelah pemberian susu. Bila bayi diberi ASI, sendawakan
setiap kali akan berpindah ke payudara lainnya.
c. Susui bayi dalam posisi tegak lurus, dan bayi tetap tegak lurus selama 20-30 menit
setelah disusui.
d. Jangan didekap atau diayun-ayun sedikitnya setengah jam setelah menyusu.
e. Jika diberi susu botol, pastikan lubang dot tidak terlalu kecil atau terlalu besar.
f. Perbaiki teknik menyusui. Cara menyusui yang benar adalah mulut bayi menempel pada
sebagian areola dan dagu payudara ibu.
g. Berikan ASI saja sampai 6 bulan (ASI eksklusif). Pemberian makanan tambahan
dibawah 6 bulan memperbesar resiko alergi, diare, obesitas serta mulut dan lidah bayi
masih dirancang untuk menghisap, bukan menelan makanan.
h. Beri bayi ASI sedikit-sedikit tetapi sering (minimal 2 jam sekali), jangan langsung
banyak.
i. Jangan memakaikan gurita tertalu ketat.
j. Posisikan bayi tegak beberapa lama (15-30 menit) setelah menyusu
k. Tinggikan posisi kepala dan dada bayi saat tidur.
l. Jangan mengajak bayi banyak bergerak sesaat setelah menyusu.
m. Jika gumoh di sebabkan oleh kelainan atau cacat bawaan segera bawa ke petugas medis
agar mendapat penanganan yang tepat sedini mungkin.
n. Apabila menggunakan botol, perbaiki cara minumnya. Posisi botol susu diatur
sedemikian rupa sehingga susu menutupi seluruh permukaan botol dan dot harus masuk
seluruhnya ke dalam mulut bayi.
o. Sendawakan bayi sesaat setelah minum. Bayi yang selesai minum jangan langsung
ditidurkan, tetapi perlu disendawakan dahulu terlebih dahulu. Sendawa dapat dilakukan
dengan cara:
1) Bayi digendong agak tinggi (posisi berdiri) dengan kepala bersandar
dipundak ibu. Kemudian, punggung bayi ditepuk perlahan-lahan sampai
terdengar suara bersendawa.
2) Menelungkupkan bayi di pangkuan ibu, lalu usap/tepuk punggung bayi
sampai terdengar suara bersendawa.

I. Penatalaksanaan
1. Cepat miringkan tubuhnya, atau diangkat ke belakang seperti disendawakan atau
ditengkurapkan agar muntahannya tak masuk ke saluran napas yang dapat menyumbat dan
berakibat fatal.
2. Jika muntahnya keluar lewat hidung, orang tua tidak perlu khawatir. Bersihkan saja segera
bekas muntahnya. Justru yang bahaya bila dari hidung masuk lagi terisap ke saluran napas.
Karena bisa masuk ke paru-paru dan menyumbat jalan napas. Jika ada muntah masuk ke
paru-paru tak bisa dilakukan tindakan apa-apa, kecuali membawanya segera ke dokter untuk
ditangani lebih lanjut
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Muntah adalah keluarnya sebagain besar atau seluruh isi lambung yang terjadi
setelah makanan masuk lambung agak lama, disertai kontraksi isi lambung dan
abdomen. Dalam beberapa jam pertama setelah lahir, bayi mungkin mengalami
muntah lendir bahkan kadang disertai dengan darah.
Gumoh dan muntah sering kali terjadi hampir setiap pada bayi. Gumoh
berbeda dengan muntah. Keduanya merupakan hal biasa (normal) dan tidak
menandakan suatu hal yang serius yang terjadi pada bayi Anda. Hanya sebagian
kecil kasus muntah bayi (muntah patologis) yang menjadi indikasi gangguan serius.
Baik gumoh dan muntah pada bayi merupakan pengeluaran isi lambung.
Bedanya gumoh terjadi seperti ilustrasi air yang mengalir ke bawah, bisa sedikit
(seperti meludah) atau cukup banyak. Bersifat pasif dan spontan. Sedangkan
muntah lebih cenderung dalam jumlah banyak dan dengan kekuatan dan atau tanpa
kontraksi lambung. Sekitar 70 % bayi berumur di bawah 4 bulan mengalami gumoh
minimal 1 kali setiap harinya, dan kejadian tersebut menurun sesuai dengan
bertambahnya usia hingga 8-10 % pada umur 9-12 bulan dan 5 % pada umur 18
bulan. Meskipun normal, gumoh yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai
komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi.

2. Saran

Dalam mengerjakan makalah ini saya menyadari bahwa makalah ini kurang dari

sempurna. Maka dari itu saya meminta kritik dan saran yang dapat membantu

perbaikan untuk makalah yang lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Gupte, Suraj.2004.Panduan Perawatan Anak.pustaka populer obor:Jakarta.

Sudarti, Afroh Fauziah.2012. Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi dan Anak Balita.


Yogyakarta: Nuha Medika
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Bayi/Gizi+dan+Kesehatan/bayi.muntah.atau.gumoh/0
01/001/231/1

(diakses pada hari kamis, pukul 20.00)

http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/gumoh.vs.muntah/001/001/1259
/1/4

( diakses pada hari kamis, pukul 20.15 )

You might also like