You are on page 1of 11

Daftar Halaman

1. Daftar Halaman 1
2. Pendahuluan
 Kata Pengantar 2
 Latar Belakang 3
 Rumusan Masalah 3
 Tujuan 3
3. Pembahasan 4
4. Penutup 10
5. Daftar Pustaka 11

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan limpahannya,
sehingga makalah ini bisa tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Harapan saya, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan ilmu bagi para
pembaca. Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan saran untuk kami yang harapannya
kedepannya semoga kesalahan-kesalahan yang terdapat di makalah ini tidak terulangi lagi.

Dalam makalah ini, saya diberi tugas mengambil topik mengenai choice of law / pilihan
hukum. Dalam hal ini, pilihan hukum masih menjadi permasalahan yang cukup menarik
dibahas. Ketika terdapat sebuah permasalahan hukum yang melibatkan dua / lebih sistem
hukum, maka tentunya harus terdapat kesepakatan mengenai hukum mana yang digunakan
untuk menyelesaikan tersebut. Tentunya hal ini harus diluruskan dari banyak pengertian /
anggapan dari kacamata saya yang menjelaskan bahwa pilihan hukum (Choice of law)
dicampur adukkan oleh pilihan hakim (Choice of court)

Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada pengampu saya dalam mata kuliah Hukum
Perdata Intersional, Ibu Prof. Tri Lisiani Prihatinah, S,H.,M.A.,Ph.D. atas ilmu dan
pengetahuan yang ibu berikan. Saya berharap, semoga makalah tentang pilihan hukum ini
dapat di terima dan dapat memenuhi tugas saya sebagai tugas terstruktur mata kuliah Hukum
Perdata Internasional

Wassalamualaikum Wr.Wb

Purwokerto, 15 Juli 2018

Penulis
2
1.2 Latar Belakang

Pilihan Hukum / Choice Of Law dalam hal ini menjadi pembahasan yang besar dalam
Hukum Perdata Internasional. Karena kita dapat melihat sendiri dari pengertian Hukum
Perdata Internasional menurut Gow Gyok Syong bahwa HPI adalah keseluruhan peraturan atau
keputusan hukum yang menunjukan stelsel hukum manakah yang berlaku atau apakah yang
merupakan hukum jika hubungan-hubungan dan peristiwa-peristiwa antara warga negara pada
satu waktu tertentu memperlihatkan titik-titik pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidah-
kaidah hukum dari 2/lebih warga negara dalam lingkungan kuasa, tempat, pribadi dan soal-
soal.1

Tugas Hukum Perdata Internasional sendiri adalah mencari apa yang menjadi hukum
yang berlaku ketika terjadi pertentangan dua sistem hukum nasional yang berbeda dalam suatu
peristiwa hukum. Jadi walaupun dalam suatu kasus terdapat 2/lebih pilihan hukum didalamnya,
memang dalam hal ini pihak-pihak yang bersangkutan diperbolehkan untuk menentukan
hukum mana yang digunakan dalam kontrak mereka. Tetapi, tugas HPI menjadi ranah dalam
membatasi menetapkannya suatu pilihan hukum tersebut.

1.3 Rumusan Masalah

Hal-hal yang akan dibahas dalam pemaparan dapat terlihat dari rumusan masalah yang
difasirkan. Semakin banyak rumusan masalah, semakin panjang pula penjelasannya. Adapun
latar belakang yang disajikan dalam makalah ini adalah:

1. Apakah yang dinamakan Pilihan Hukum itu?

2. Bagaimanakah proses berjalannya pilihan hukum dalam Hukum Perdata Internasional saat
ini?

1.4 Tujuan

Dalam setiap penelitian pastinya mempumyai segala sesuatu yang dituju. Tujuan yang
kami ingin capai dari pemaparan bahasan ini adalah:

1
Sudargo Gautama. 1977. Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia. Jakarta: Bina Cipta.

3
1. Memahami makna dan apa itu Pilihan Hukum

2. Memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Hukum Perdata Internasional

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pilihan Hukum

Untuk memahami tentang segala sesuatu pastinya harus memahami terlebih dahulu
pengertian dari sesuatu yang kita pelajari tersebut. Begitu pula apabila kita hendak mengetahui
apa itu pilihan hukum, maka kita harus mengerti apa itu pengertian pilihan hukum

Pilihan hukum adalah salah satu ajaran dalam HPI di bidang umum teori HPI. Pilihan
hukum adalah para pihak dalam suatu kontrak bebas untuk melakukan pilihan, mereka dapat
memilih sendiri hukum mana yang harus dipakai untuk kontrak mereka. Tetapi mereka tidak
dibebaskan menentukan sendiri peraturan perundang-undangannya.2

2.2 Bagaimana Pilihan Hukum Tersebut

Dalam pembahasan HPI, ada 4 macam pilihan hukum yang dikenal:

1. Pilihan Hukum Secara tegas

Dalam pilihan hukum ini, dalam klausul-klausul yang dibahas dalam kasus-kasus
tertentu yang terdapat pilihan hukum didalamnya, maka akan ditetapkannya secara tegas.
Dalam klausula-klausula dalam kontrak joint venture, management contract atau technical
assistant contract, dimana dinyatakan:

“this contract will be governed by the laws of the Republic of Indonesia”


Contoh dalam kontrak-kontrak asuransi laut untuk perdagangan internasional, sering kali
ditunjuk kepada English Insurance Act 1906 dan syarat-syarat serta kebiasaan-kebiasaan dari
polis-polis Lloyd Inggris. Contoh yang bisa kita ketahui juga adalah penggunaan bendera suatu
negara dalam kapal yang melintas di perairan negara lain.
2, Pilihan hukum secara diam-diam

2
http://hukumperdatainternational2014.blogspot.com/2014/12/pilihan-hukum.html pada 23 November 12:11

4
Dalam hal ini, para pihak mengenai hukum yang mereka kehendaki adalah dari sikap
mereka dan isi dari bentuk perjanjian.antara lain,misalnya : jika para pihak memilih domisili
di kantor Pengadilan Negeri tempat di Negara X,maka dapat ditarik kesimpulan dari hal ini
bahwa yang di kehendaki oleh para pihak secara diam-diam adalah supaya hukum dari Negara
X itulah yang berlaku. Dari contoh-contoh HATAH intern Indonesia dalam HAG di Indonesia
kita melihat bahwa pilihan hukum secara diam-diam seringkali terjadi.

Bahasa Mudahnya yaitu Bila para pihak tidak secara spesifik membuat klausul pilihan
hukum dalam kontrak3. Namun di dalam substansi kontrak itu sendiri dapat terlihat adanya
penundukan diri terhadap suatu sistem hukum tertentu

Contoh:
“The Parties of this contract hereby waive the provisions of Article 1266 and 1267 of the
Indonesia Civil Code with respect to this Contract to the extent that such waiver is necessary
to terminate this Contract without judicial agreement.”
3. Pilihan hukum yang dianggap
Pilihan hukum yang secara dianggap ini hanya merupakan apakah dalam istilah hukum
dianggap “preasumptio iuris”, suatu “rechtsvermoeden”. Hakim hanya menerima telah terjadi
suatu pilihan hukum berdasarkan dugaan-dugaan hukum belaka.
Dalam HATAH intern, dikenal pula lembaga penundukkan hukum secara dianggap ini.
Berkenaan dengan lembaga penundukkan sukarela kepada hukum perdata Eropa S. 1917 no.12.
menurut peraturan tersebut ada 4 macam penundukkan secara sukarela:

(I) seluruhnya,

(II) untuk sebagian,

(III) untuk perbuatan tertentu,

(IV) penundukkan secara dianggap.

Pasal 29 dari S. 1917 no.12. mengatur mengenai penundukkan sukarela. Pada waktu
seseorang melakukan perbuatan yang diatur dalam pasal 29 itu, ia sebenarnya sama sekali tidak
melakukan suatu pilihan tertentu. Tidak ada unsur kesukarelaan, tidak ada kebebasan memilih,
mau atau tidak mau, tiap orang pribumi yang menandatangani suatu wesel dan cek, tunduk

3
http://lawlowlew.blogspot.com/2013/01/pilihan-hukum-pilihan-forum.html pada 23 November pukul 12:14

5
kepada ketentuan-ketentuan dalam hukum Eropa mengenai surat-surat berharga. Jadi tidak ada
kesukarelaannya.

Dalam pikiran pembuat UU pasal 29 ini menyatakan bahwa tiap orang dari golongan rakyat
pribumi yang melakukan perbuatan yang tidak dikenal dalam hukum adat, harus dianggap
untuk perbuatan itu secara sukarela telah menundukkan diri kepada hukum perdata Eropa. Di
dalam yurisprudensi dan pandangan penulis pasal 29 ini dibatasi kepada wesel dan cek saja.

4. Pilihan Hukum Secara Hypotesis

Pilihan hukum secara hypotetis ini dikenal terutama di Jerman. Sebenarnya di sini tidak
ada satu kemauan dari para pihak untuk memilih sedikitpun. Sang hakimlah yang melakukan
pilihan ini. Ia bekerja dengan suatu fictie. Seandainya para pihak telah memikir akan hukum
yang harus diperlakukan, hukum manakah yang telah dipilih oleh mereka secara sebaik-
baiknya. Jadi sebenarnya ini adalah suatu pilihan bukan daripada para pihak melainkan
daripada sang hakim sendiri.

Dalam memilih pilihan hukum, dapat dipilih lebih dari 1 sistem hukum. Dengan cara:

1. Pembagian yang dimufakati

Para pihak dapat dimufakati bahwa diadakan pembagian daripada kontrak mereka dan
hukum harus diperlakukan untuk bagian-bagian tertentu. Misalnya mereka menentukan bahwa
untuk persoalan yang mengenai sahnya (atau terciptanya) perjanjian yang berlaku ialah hukum
X. Akan tetapi untuk soal-soal mengenai pelaksanaan perjanjian berlaku hukum Y.

2. Pilihan Hukum Alternatif

Para pihak dapat menentukan bahwa dua atau lebih system hukum secara alternatip
berlaku untuk perjanjian.misalnya menentukan bahwa hukum domisili dari pihak kesatu atau
pihak lainnya yang berlaku hingga tergugat dapat mempergunakan hukum tempat domisilinya.

3. Pilihan Hukum Selektif

Para pihak dapat menentukan bahwa suatu sistem hukum yang ”kompleks” adalah yang
berlaku. Misalnya jika antara pedagang Indonesia dan pedagang Jepang ditentukan bahwa
”hukum Indonesia” yang berlaku. Hukum Indonesia ini bersifat komplex, bahwa multi

6
komplex. Hukum Indonesia tidak homogen, tidak uniform, melainkan heterogen pluralistis
sifatnya. Ada anekawarna, anekaragam hukum perdata Indonesia.

Untuk menentukan hukum yang berlaku dalam keadaan tidak adanya pilihan dalam
kontrak, dapat digunakan beberapa teori dibawah ini:

1. Lex loci contractus

Hukum yang berlaku adalah hukum tempat dimana kontrak ditutup atau ditandatangani.
4
Untuk menentukan locus contractus dalam contract between absent person, terdapat dua
teori, yaitu:
- mail box theory
- acceptance/declaration/ arrival theory )
2. Lex loci solutionis

Hukum yang berlaku adalah hukum tempat dimana kontrak dilaksanakan


3. The proper law of the contract
Hukum yang berlaku ditentukan dengan menganalisis ketentuan-ketentuan dan fakta-
fakta sekitar kontrak bersangkutan, untuk menetapkan hukum yang sebenarnya telah dipikirkan
oleh para pihak (the law of the parties had in mind)
4. The most characteristic connection
Hukum yang berlaku adalah hukum dari salah satu pihak yang melakukan prestasi yang
karakteristik (center of gravity)dalam suatu transaksi.

Pada Pilihan hukum, terdapat alasan-alasan yang menunjukkan kesetujuan dan


ketidaksetujuannya terhadap pilihan hukum. Berikut ini adalah alasan kesetujuan/pro terhadap
pilihan hukum:
1. alasan bersifat falsafah

Pilihan hukum ini merupaka salah satu dari tiga rukun seluruh gedung HPI. Disamping
prinsip nasionalitas dan rem ketertiban umum, maka otonomi para pihak ini dianggap sebagai
sendi asas utama daripada gedung seluruh sistem HPI

4
https://www.academia.edu/22261023/ASAS_HUKUM_KONTRAK_INTERNASIONAL pada 24 November 2018
Pukul 18:56

7
2. alasan bersifat praktis

Pilihan hukum adalah cocok sekali untuk mengetahui hukum mana yang palingberguna
dan bermanfaat. Hal ini tentunya para pihak sendiri yang dapat menentukan sebaik-baiknya.
Diberikannya kesempatan untuk memilih sendiri para pihak dapat mengatur hubungan mereka
secara sebaik-baiknya. Seharusnya pilihan hukum adalah pilihan dari kedua belah pihak dan
bukan penekanan dari pihak yang ekonomis kuat terhadap ekonomis lemah.

3. alasan kepastian hukum

Dengan adanya pilihan huikum inimaka akan ada kepastian hukum, jika para pihak dari
permulaan hubungan mereka sudah dapat memastikan hukum mana yang akan berlaku untuk
kontrak itu.

4. alasan kebutuhan hubungan lalu lintas internasional

Para pihak dapat menentukan sendiri dan mengetahui sendiri secara pasti dari semula hukum
mana yang mengatur hak dan kewajiban mereka. Mereka juga wajar sedari semula mengetahui
apakah kontrak mereka itu sah adanya, apakah syarat-syarat yang diadakan memang dapat
direalisir kelak jika perlu dengan sanksi hukum.semua demi kelancaran dari lalu lintas
internasional

Alasan Kontra terhadap pilihan hukum:

1. alasan ”circulus vituosus”

Menurut logika mereka, kebebasan pemilihan hukum sendiri oleh para pihak akan
membawa kepada suatu ”circulus vituosus” (lingkaran yang vicieus). Jalan pikiran ini ialah
sebagai berikut: hukum yang harus dipergunakan sendiri digantungkan kepada pilihan hukum,
akan tetapi untuk mengetahui apakah telah dilakukan suatu pilihan hukum yang sah harus
diperhatikan terlebih dahulu hukum yang telah dipilih.

2. alasan hukum intern memaksa harus pula internasional memaksa

Apa yang dianggap secara intern memaksa, juga harus bersifat memaksa secara internasional.
Corak memaksa dari hukum tidak dapat berubah-ubah begitu saja.

Apa yang intern bersifat memaksa tidak perlu selamanya internasional juga bersifat demikian.
Ada kaidah-kaidah memaksa yang tidak begitu penting adanya, sedangkan sebaliknya ada

8
kaidah-kaidah memaksa yang demikian pentingnya, hingga tidak ada seorang hakim yang akan
ragu-ragu untuk memakainya juga dalam peristiwa-peristiwa internasional.

3. alasan tidak adanya hubungan dengan hukum yang dipilih

Jika kita memberikan keleluasaan selebar-lebarnya untuk memilih hukum, maka seluruh
hukum yang dipilih ini berikut kaidah-kaidah yang memaksanya juga turut dipilih. Dengan lain
perkataan, pilihan hukum ini tidak mengelakkan hukum yang memaksa. Tetapi hukum
memaksa ini adalah dari stelsel hukum lain, yaitu hukum yang telah dipilih oleh para pihak.

4. alasan bahwa pilihan hukum merupakan perbuatan a-sosial

Jika diperbolehkan pilihan hyukum maka par pihak ini seolah-olah berada diluar dan diatas
peraturan hukum. Tetapi kita kemukakan terhadap alasan ini bahwa kebebasan untuk memilih
hukum tidak tanpa batas-batas.

Pilihan Hukum mempunyai hubungan erat dengan masalah ketertiban umum serta
persoalan yang termasuk di bidang teori-teori umum HPI dengan penyelundupan
hukum,renvoi,kwalifikasi. Ketertiban Umum merupakan suatu yang dapat menghentikan
diberlakukannya hukum asing.ketertiban umum ini juga merupakan pemakaian otonomi para
pihak secara terlampau leluasa.ketertiban umum menjaga bahwa hukum yang telah di pilih oleh
para pihak adalah tidak bertentangan dengan sendi-sendi asasi dalam hukum dan masyarakat
lainnya.

Ada hubungan yang jelas pula antara pennyelundupan hukum dengan pilihan hukum.
Pada penyelundupan hukum,individu mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah dibuat
olehnya sendiri. Pada pilihan hukum tidak diadakan pilihan antara : “Mengikuti Undang-
Undang atau mengikuti jurusan yang telah dibuatnya sendiri “.Pada Pilihan hukum jalan yang
di tempuh ialah memilih di antara stelsel-stelsel hukum yang berlaku bagi Negara-negara yang
bersangkutan.pada Penyelundupan hukum ada satu proses yang dinamakan “unechte
Rechtswahl”(pilihan hukum yang tidak sebenarnya). sedangkan pilihan hukum dinamakan
“echte Rechtswahl”(Titik-titik pertalian bersifat obyektif).titik-titik pertalian bersifat
obyektif,seperti : kewarganegaraan (lex partriae),domisili(lex domicilie),tempat letaknya
benda (lex rei sitae),tempat kontrak dilangsungkan (lex loci contractus) dan sebagainya. Pilihan
hukum harus dilakukan secara bonafide(tidak ada khusus memilih suatu tempat tertentu untuk
maksud menyelundupkan peraturan-peraturan lain)

9
BAB 3

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Sebagaimana dinyatakan dalam ilmu Hukum Perdata Internasional, tugas HPI adalah
mencari apa yang menjadi hukum yang berlaku ketika terjadi pertentangan dua sistem hukum
nasional yang berbeda dalam suatu pristiwa hukum. Dengan kata lain, Pilihan hukum adalah
para pihak dalam suatu kontrak bebas untuk melakukan pilihan, mereka dapat memilih sendiri
hukum mana yang harus dipakai untuk kontrak mereka. Karena adanya kebebasan dalam
memilih pilihan hukum tetapi dalam memilih pilihan hukum memiliki beberapa batasan
(restrictions) yang dikembangkan dalam HPI untuk menetapkan validitasi suatu pilihan hukum.

3.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata Sempurna, mengingat penulis hanyalah
manusia yang pastinya tak pernah luput dari kesalahan. Maka penulis mengharapkan kritik dan
saran agar kedepannya bisa meminimalisir kesalahan-kesalahan yang terbuat dalam makalah
ini. Penulis juga mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat
yang kurang jelas.

10
Daftar Pustaka

Damayanti, Yuni. 2014. Pilihan Hukum [Internet]. [Diunduh 23 November 12:11]; Tersedia
pada http://hukumperdatainternational2014.blogspot.com/2014/12/pilihan-
hukum.html

Gautama, Sudargo. 1977. Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia. Jakarta: Bina
Cipta.

Misseyer, Gandi H. 2013. Pilihan Hukum (Choice of Law) dan Pilihan Forum (Choice of
Forum) Dalam Kontrak Internasional [Internet]. [diunduh 23 November
12:14];Tersedia pada http://lawlowlew.blogspot.com/2013/01/pilihan-hukum-
pilihan-forum.html

Prof. Dr. Ida Bagus Wyasa Putra, SH, M.Hum dkk. 2016. Buku Ajar Hukum Perdata
Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana [Internet]. [diunduh 23
November 2018 Pukul 12:00]; Tersedia pada
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/f5c880712d01b2b23abeac92
92802f5.pdf

11

You might also like