You are on page 1of 26

JURNAL READING

Hearing Organ Assesment using Pure-Tone Audiometry in


Children and Adolescents with Peripheral Paralysis of the Facial
Nerve

OLEH
A L O Y S I U S E LYA K I M , S . K E D
1408010058
ANTONIA B. S. RIZKY DJARA, S.KED
1208017042

PEMBIMBING
D R . F R A N S I S K A T R I C I A , S P. T H T- K L

BAGIAN THT
F A K U LT A S K E D O K T E R A N U N I V E R S I T A S N U S A C E N D A N A
RSUD DR TC. HILLERS MAUMERE
2018
Pendahuluan

Nervus fasialis merupakan saraf campuran, yang sebagian besar terdiri


dari serat motorik yang mempersyarafi otot-otot pada wajah. Saraf ini
sangat rawan terdapat jejas dan gangguan fungsi karena jalur yang
panjang pada kepala dan leher.

Suatu segmen yang panjang dari saraf ini terletak sangat dekat dengan
organ pendengaran. nervus fasialis berjalan bersamaan dengan saraf
pendengaran dari angulus cellebelopontal dan selanjutnya ke meatus
akustikus internus dan kemudian dihubungkan dengan suatu
anastomosis..

Nervus facialis terletak pada kanalis yang terletak di dalam tulang temporal.
Terowongan tulang ini terletak berdekatan dengan labirin dan pada batas
medial dengan kavum timpani. Saraf ke stapedius, yang merupakan cabang
dari FN (cabang timpani), menyuplai otot stapedius dan serabut saraf.
Pendahuluan

Berdasarkan informasi ini, dapat dicurigai bahwa kerusakan


pada FN dapat berakibat kepada gangguan pendengaran.
Paresis nervus fasialis (FNP) merupakan diagnosis
gangguan fungsi yang paling sering ditegakkan pada
kelainan nervus kranialis.

Kerusakan unilateral idiopatik dari FN disebut dengan


Bell’s Palsy dan menyumbangkan 70% dari total kasus yang
terdiagnosis.
Pendahuluan

Menurut World Health Organization nilai rerata pendengaran


yang baik untuk pemeriksaan Pure-tone audiometry adalah
yang mana dapat dimengerti dalam suatu percakapan, misalnya
0,5; 1; 2 dan 4 kHz dan tidak melebihi 25 dB
Tujuan penelituan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi


organ pendengaran dengan menggunakan Pure-tone
audiometry pada anak dan orang dewasa yang
terdiagnosis dengan paresis nervus fasial tipe
perifer.
Waktu dan tempat penelitian

 Pemeriksaan klinis dan audiometri dilakukan di


Center for Audiology and Phoniatrics di rumah sakit
Regional Specialist Children’s Hospital di Olsztyn.
 Sejak Januari 2012 sampai akhir November 2013
diamati 55 pasien berusia 3 sampai 17 tahun.
 Pasien yang terdiagnosa dini dengan paresis nervus
fasialis yang dirawat di departemen neurologi
dimasukan dalam penelitian ini.
Kriteria sampel
Inklusi Eksklusi

FNP bilateral dan sentral,


Usia 3 sampai 17, otitis akut dan kronik dan
unilateral FNP tipe perifer gangguan pendengaran dari
telinga pada sisi yang sehat,
dan pendengaran yang
tumor atau perubahan
baik pada sisi yang lainnya pada kelenjar parotid
berlawanan dari sisi yang dan waktu onset dari gejala-
mengalami FNP. gejala sampai waktu
pengujian melebihi 30 hari
Jumlah sampel

Jumlah sampel yang didapat sebanyak 55 orang,


Nilai rerata usia adalah 11 tahun.
Kelompok penelitian terdiri dari 19 orang anak laki-
laki dan 36 perempuan.
Metode penelitian

Penelitian klinis
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, waktu yang
dilewati dari onset FNP sampai dengan waktu
penelitian, terjadinya hipersensitivitas pendengaran
pada sisi yang terpengaruh, kemungkinan penyebab
dari paresis, kehilangan pendengaran dan penyakit
lainnya dari telinga sebelum terjadinya FNB.
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan larings
lengkap dengan penekanan pada otoskopi dan
penilaian kerusakan FN dengan skala House-
Brackmann (HB).
Metode penelitian

Pure-tone Threshold Audiometry


Audiometer intraakustik tipe AC40 digunakan untuk
melakukan penilaian ambang audiometrik dengan
Pure-tone audiometry klasik dengan metode
peningkatan 5dB secara berkala, dengan frekuensi
konvensional antara 0,25 sampai 4 kHz.
Hasil dari pemeriksaan audiometri dari telinga yang
sehat digunakan sebagai kontrol untuk
dibandingkan dengan hasil pada uji yang dilakukan
pada sisi yang terpengaruh.
Metode penelitian

Metode Statistik
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan
STATISTICA versi 9.1. uji yang digunakan adalah uji t-
student.
Mengevaluasi perbedaan nilai rerata pada sisi yang
sehat dengan sisi yang terpengaruh.
Nilai kritikal yang ditentukan untuk nilai p adalah 0,05.
Pada kasus-kasus dimana nilai sample bervariasi,
digunakan uji Turkeys’ range test untuk nilai Ns yang
tidak sama, dimana nilai signifikansi adalah alfa=0,05.
Hasil

Hasil wawancara medis


Pasien yang diteliti dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok
pertama terdapat 35 orang yang terdiagnosis Bell’s Palsy
(idiopatik) dan kelompok kedua terdapat 20 orang untuk
FNP dengan etiologi diketahui (nonidiopatik)
Semua pasien menyangkal adanya kehilangan
pendengaran sebelum onset dari gejala pertama.
Hipersensitivitas auditorik pada sisi yang terpengaruh
FNP ditemukan pada 11 pasien.
Waktu sejak onset dari gejala pertama FNP dan
pemeriksaan bervariasi dari 3 sampai 25 hari.
Hasil

Hasil Dari Pemeriksaan Fisik


FNP sisi kiri ditemukan pada 28 anak dan FNP sisi
kanan pada 27.
Derajat kerusakan nervus fasialis dinilai dengan
menggunakan skala HB. Pada kelompok yang
diteliti, kerusakan derajat 2 ditemukan pada 11
pasien, derajat 3 pada 29 pasien, derajat 4 pada 13
pasien dan derajat 5 pada 2 pasien.
Hasil

Hasil dari nilai ambang Pure-tone


audiometry
Hasil

Berdasarkan tabel 1 di atas, menunjukan bahwa


tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara
nilai rerata ambang pendengaran untuk semua
frekuensi dari sisi yang terpengaruh FNP dan juga
sisi yang sehat
Hasil
Hasil

Uji Turkey’s range test digunakan untuk kelompok


penelitian dengan jumlah subyek yang bervariasi
untuk membandingkan nilai rerata ambang
pendengaran dari pasien yang mana penyebab dari
penyakit tidak diketahui (Z) dengan pasien dengan
FNP idiopatik (NZ).
Hasil analisis tidak menunjukan adanya perbedaan
yang signifikan dari nilai rerata ambang
pendengaran di dalam jarak frekuensi yang telah
ditentukan.
Hasil
Diskusi

Dari hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan


yang signifikan diantara nilai rerata ambang pendengaran untuk
semua frekuensi dari sisi yang terpengaruh FNP dan juga sisi yang
sehat

Pada penelitian dimana dilakukan uji pada kelompok homogen


dengan usia rerata rendah, tanpa riwayat penyakit sistemik seperti
DM, arteriosklerosis, keganasan dan herpes zooster, ambang batas
pasien baik pada sisi sehat dan juga yang terganggu berada dalam
batas normal.

Ketika penelitian dilakukan diantara pasien dengan nilai rerata


usia tinggi, dengan riwayat penyakit sistemik, prevalensi
gangguan pendengaran sensorineural pada frekuensi tinggi
signifikan dan berkisar antara 15 sampai 50% dari kelompok
studi. Harus ditekankan bahwa pada kasus-kasus ini, gangguan
pendengaran bersifat bilateral.
Diskusi

Banyak penulis menekankan definisi yang luas dari polineuropati


juga mempengaruhi sistem saraf pusat dan terkonfirmasi dalam uji
elektrofisiolofi dalam FNP.

Parameter dari respons pendengaran batang otak (ABR) mencatat


bahwa kemungkinan kerusakan jalur pendengaran pada FNP dapat
berupa peningkatan latensi gelombang V, peningkatan interval
diantara gelombang I dan V dan penurunan amplitudo dari
gelombang tunggal.

Argumen tambahan yang mendukung teori kerusakan jalur


pendengaran merupakan hasil dari Pure-tone audiometry dan
adanya refleks akustik. Penjelasan terhadap fenomena ini adalah
fakta bahwa neuron dari jalur pendengaran pada batang otak
tersusun sangat dekat dengan nukleus motorik pada nervus fasialis.
Diskusi

Maurizi dkk, melakukan diagnosis audiologi mendetail terhadap 30


orang dengan FNP perifer. Tidak terdapat tuli, tetap teredapat
penurunan refleks auditorik pada 80% pasien.

Peneliti juga melakukan ABR dan ditemukan peningkatan yang


ringan diantara gelimbang I dan V hanya ditemukan pada 2 pasien,
yang juga ditunjukan dengan hasil yang normal dari sensitivitas
auditoris yang juga berada dalam respons latens menengah (MLR).

Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa FNP pada


mononeuropati dan bukan seperti yang sebagaimana dianggap-suatu
polineuropari berhubungan dengan kerusakan CNS.
Diskusi

Hendrix juga tidak mampu membuktika dengan penggunaan ABR


pada kerusakan ekstra labirin jalur pendengaran, meskipun
kurangnya refleks audioris pada AI (impedansi audiometri) dapat
mengarah kepada kerusakan jalur lain di otak.

Gejala umum FNP adalah berkurangnya toleransi terhadap suara


pada intensitas tinggi, yang tampak sebagai hipersensitivitas
auditoris, fonofobia dan jua disakusis. Gejala lainnya yang
berhubungan dengan refleks auditoris adalah kesulitan menerima
peningkatan mendadak dari sensasi auditoris.

Hal ini tidak sebanding terhadap peningkatan intensitas sensasi suara


(pseudorecruitment) dan distorsi pengenalan suara yang
bermanifestasi sebagai penurunan diskrimniasi audiometri verbal.
Diskusi

Fenomena yang disebutkan diatas khas pada gangguan


fungsi labirin. Penulis menghubungkamn kasus-kasus
FNP dengan kerusakan ekstrakoklesar dari nervus
koklearis, yang memberikan kontribusi terhadap
penyebab kerusakan pada kedua saraf.

Meskipun demikian, satu-satunya mekanisma yang dapat


mempengaruhi kerusakan organ pendengaran pada
pasien FNP dan dapat diterima adalah adalah
menurunnya refleks auditoris.
Kesimpulan

Hasil dari pemeriksaan subyektif Pure-tone audiometry


menunjukan bahwa tidak terdapat adanya bukti gangguan
pendengaran pada sisi yang terpengaruh FNP pada semua
pasien. Tidak juga terdapat perbedaan statistik yang
signifikan diantara nilai rerata dari ambang batas
pendengaran ketika membandingkan sisi yang terpengaruh
dan yang sehat
TERIMA KASIH

You might also like