You are on page 1of 8

Usaha budidaya ikan dan udang nampak semakin giat dilaksanakan baik secara intesif maupun secara ekstensif.

Salah satu factor yang menentukan keberhasilan budidaya ikan dan udang adalah kesediaan pakannya. Dalam penyediaan pakan harus diperhatiakn beberapa factor yaitu jumlah dan kualitas pakan, kemudahan untuk menyediakannya serta lama waktu pengambilan pakan yang berkaitan dengan penyediaan makanan yang dihubungkan dengan jenis dan umurnya. Jenis pakan yang dapat diberikan pada ikan dan udang berupa pakan alami maupun pakan buatan. Ketersediaan pakan alami merupakan factor penting dalam budidaya ikan dan udang, terutama pada usaha pembenihan dan usaha budidaya ikan hias. Selain itu pakan alami sebagai sumber makanan ikan dan udang dapat dilihat dari nilai nutrisinya yang relatif tinggi dimana berkaitan dengan kalori yang dikandungnya. Usaha pengembangan budidaya tidak dapat terlepas dari tahap pengembangbiakan atau pembenihan jenis-jenis organisme unggulan. Ketersediaan benih yang memadai baik dari segi jumlah, mutu dan kesinambungan harus dapat terjamin agar usaha pengembangan budidaya organisme dapat berjalan dengan baik. Sampai saat ini usaha pembenihan masih merupakan factor pembatas dalam pengembangan budidaya di Indonesia untuk organisme-organisme tertentu.

Tubifex merupakan salah satu jenis pakan alami ikan yang hidup didasar perairan tawar. Tubifex ini biasanya ditemukan pada dasar perairan yang mengalir dan banyak mengandung bahan organik.Tubifex mudah untuk dikenali dari bentuk tubuhnya yang seperti benang sutra dan berwarna merah kecoklatan karena banyak mengandung haemoglobin. Tubuhnya sepanjang 1-2 cm, terdiri dari 30 60 segmen atau ruas. Tubifek membenamkan kepalanya ke dalam lumpur untuk mencari makan dan ekornya di sembulkan di permukaan dasar

untuk bernafas. Tubifex berkembang baik pada media yang mempunyai


kandungan Oksigen terlarut berkisar antara 2,75 5, kandungan amonia < 1 ppm, suhu air berkisar antara 28 30 oC dan pH air antara 6 8. Tubifex bersifat hermaprodit. Pada satu organisme mempunyai 2 alat kelamin. Telur Tubifex dihasilkan oleh cacing yang mengalami kematangan kelamin betina dan dibuahi oleh cacing lain yang mengalami kematangan sel kelamin jantan. Pembuahan menghasilkan kokon yang berukuran panjang kira-kira 1,0 mm dan garis tengahnya 0,7 mm.

Perairan yang banyak dihuni Tubifex sp sepintas tampak seperti koloni lumut merah yang melambai-lambai dalam air kemudian bergerak dan berputar-putar. Dasar perairan yang disukai adalah berlumpur dan mengandung bahan organik, cacing ini membenamkan diri kepalanya dalam lumpur untuk mencari makan. Sementara ekornya akan disembulkan di atas permukaan dasar untuk bernafas. Cacing tubifex banyak hidup di perairan tawar yang

airnya jernih dan mengalir. Media tumbuh yang baik bagi cacing
rambut ini adalah perairan yangbanyak menandung bahan organik, memiliki debit air (air mengalir).

Pada proses dekomposisi bahan organik mikroba memanfaatkan bahan organik sebagai sumber makanan dalam suatu rangkaian reaksi yang kompleks. Pada proses ini melibatkan enzim untuk mempercepat reaksi atau sebagai katalisator. Proses respirasi oksigen diperlukan untuk mengoksidasi bahan organik oleh mikroorganisme. Beberapa faktor yang mempengaruhi oksidasi bahan organik yaitu suhu, setiap kenaikan suhu 10 OC akan meningkatkan proses dekomposisi dan kosumsi oksigen menjadi dua kali lipat. pH, proses dekomposisi bahan organik akan berlangsung lebih cepat pada kondisi pH netral dan alkalis. Pasokan oksigen, proses dekomposisi secara aerob memerlukan oksigen secara terusmenerus. Kadar oksigen yang rendah pada perairan akan membahayakan organisme akuatik karena akan meningkatkan toksisitas (Effendi, 2003). Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik (Salmin, 2000).

Kultur cacing tubifex dapat menggunakan wadah berupa bak semen


atau wadah lain yang berbentuk panjang. Wadah tersebut harus mempunyai lubang pemasukan air di satu sisi dan lubang pengeluaran di sisi yang lain. Wadah diletakkan di tempat yang teduh. Media cacing tubifex berupa lumpur selokan setebal 5 cm yang di campur rata dengan pupuk kandang sebanyak 100 g/m2 atau dedak sebanyak 200 g/m2. Rendam media tersebut selama 3-4 hari. Setelah di rendam selama 3-4 hari, aliri media dengan air secara kontinu dengan debit yang kecil. Tebarkan bibit cacing tubifex sebanyak kira kira 10 ekor dalam setiap lubang kecil yang berjarak 1015 cm. Cacing tubifex dapat dipanen setelah 2-4 minggu pemeliharaan.

Tubifex sp digunakan sebagai pakan alami untuk benih yang agak besar. Pengkulturan tubifex dilakukan dengan teknik kloning , yaitu pertumbuhan cacing dalam klon (bedengan tanah). Siklus hidup yang cepat dan bentuknya yang kecil, tidak memerlukan banyak tempat untuk pemeliharaan, reproduksi berlangsung cepat, sehingga keuntungan yang akan diperoleh dari pemeliharaan dan usaha cacing sutera cukup besar. Oleh sebab itu, usaha pembenihan mutlak diperlukan. Salah satu diantara banyak pakan alami adalah cacing sutra atau juga dikenal dengan cacing rambut. Cacing sutra ini menjadi favorit bagi semua benih ikan yang sudah biasa memakan pakan alami. Cacing sutera ini biasanya diberikan dalam keadaan hidup atau masih segar ke dalam aiar karena lebih sukai ikan. Cacing sutera (Tubifex sp) cukup mudah untuk dijumpai, dan jika dibudidayakan tidaklah sulit untuk melakukannya. Kemampuanya beradaptasi dengan kualitas air yang jelek membuatnya bisa dipelihara di perairan mengalir mana saja, bahkan pada perairan tercemar sekalipun. Selain itu juga biasa bertahan lama hidup di air dan nilai gizi yang ada pada cacing ini cukup baik untuk pertumbuhan ikan. Berbagai keunggulan ini membuat Cacing sutera (Tubifex sp) menjadi primadona pakan alami bagi dunia pembenihan.

SEKIAN DAN TERIMA KASIH

You might also like