You are on page 1of 23

Irritabel bowel syndrom

Irwan Stiawan

Irritabel Bowel Syndrome


IBS suatu gangguan fungsional dari gatrointestinal yang ditandai oleh rasa tidak nyaman atau nyeri pada perut dan perubahan kebiasaan defekasi tanpa penyebab organik. IBS penyakit fungsional saluran cerna yang dapat mengenai esofagus, lambung, kandung empedu, intestinum tenue dan kolon

EPIDEMIOLOGI
Irritable Bowel Syndrome diderita oleh 9-12% dari populasi di dunia . Sekitar 15% populasi orang dewasa di Amerika dengan IBS

di Asia Tenggara < 5%.


>> orang dewasa yang berusia 30-40 tahun, jarang terjadi pada usia lebih dari 50 tahun7,8. Wanita lebih sering menderita IBS dibandingkan dengan pria dengan ratio 2:1.

Sekitar 8-20% populasi di dunia menderita IBS dan sekitar 60-70% diantaranya adalah wanita.

ETIOLOGI
Penyebab dari IBS tidak diketahui secara pasti. Merupakan gangguan fungsional karena tidak akan ditemukan kelainan Penyebab dari IBS adalah gabungan dari beberapa faktor. Faktor-faktor yang dapat mengganggu kerja dari usus adalah sebagai berikut : 1. Faktor psikologis Stress dan emosi dapat secara kuat mempengaruhi kerja kolon. Kolon dapat berkontraksi secara cepat atau sebaliknya.

ETIOLOGI
2. Sensitivitas terhadap makanan Gejala IBS dapat ditimbulkan oleh makanan seperti kafein, coklat, produ-produk susus, makanan berlemak, alkohol, sayur-sayuran yang dapat memproduksi gas ( kol dan brokoli) dan minuman bersoda 3. Genetik Penelitian menyatakan bahwa ada kemungkinan IBS diturunkan dalam keluarga. 4. Hormon Peneliti menemukan bahwa hormon reproduksi dapat meningkatkan gejala dari IBS 5. Obat obatan konvensional Obat-obatan konvensional seperti antibiotik, steroid dan obat anti inflamasi >> gejala

PATOFISIOLOGI Sel enteroendokrin menstransmisi pesan mekanilk dan kimiawi. Komunikasi antara usus dan otak respon refleks yang dimediasi dalam tiga tingkat yaitu ganglia prevertebral, kord spinal dan batang otak. 5-HT, substansi P, CGRP, norephineprin, opiat kappa dan nitrat oksida persepsi dan respon otonom terhadap stimulasi viseral. Sinyal ini refleks yang mengontrol motorik dan fungsi sekretorik.

PATOFISIOLOGI Kombinasi dari beberapa faktor yaitu hipersensitivitas visceral, gangguan motilitas usus, ketidakseimbangan neurotransmitter, infeksi dan faktor psikososial. Disfungsi motorik juga berperan nyeri abdomen, Pengosongan kolon dan usus kecil yang cepat diare. Pasien yang gejala utamanya adalah konstipasi defekasi.

Hipersensitifitas dari kolon dan rektal (hyperalgesia viseral) faktor yang sangat penting.
Dapat terjadi peningkatan rangsangan dari saraf dorsal horn pada cornu dorsalis suatu area yang kaya akan neurotransmitar seperti katekolamin dan serotinin

MANIFESTASI KLINIS
Karakteristik dari IBS adalah rasa tidak nyaman atau nyeri perut bisa disertai atau tidak disertai oleh perubahankebiasaaan defekasi atau gangguan defekasi. Nyeri abdomen kronis dengan lokasi abdomen bagian bawah umumnya sisi kiri dan sifatnya kolik disertai rasa kram dan kambuh secara berkala. Gejala lain yang menyertai biasanya perubahan kebiasaan defekasi dapat berupa diare, konstipasi atau diarea yang diikuti dengan konstipasi

MANIFESTASI KLINIS Keluhan IBS dapat dibagi atas keluhan intestinal dan ekstraintestinal Gejala intraintestinal IBS : - Rasa mengganjal pada tenggorokan - Nyeriperut, kembung dan membengkak - Susah menelan - Konstipasi - Mual dan muntah - Diare - Perasaan tidak lampias pada saat defekasi - Terdapat mukus pada feses - Rasa penuh pada epigastrium

Gejala ekstraintestinal IBS :


Fibromialgia Bernafas pendek Lemas dan kekurangan energi Nyeri dada Insomnia Nyeri perut Sakit bagian belakang Nyeri Pelvis Nyeri pada saat menstruasi Susah konsentrasi Menurunnya kemampuan seksual Gangguan miksi

Perbedaan antara IBS dengan IBD

DIAGNOSIS IBS
A. Anamnesis Gejala2 yang mendukung diagnosis IBS Nyeri abdomen yang berkurang dengan defekasi, diare, konstipasi, distensi atau kembung pada abdomen, rasa tidak puas saat BAB, terdapat mukus pada rektum. B. Pemeriksaan Fisik Pasien IBS memiliki penampilan seperti orang sehat pada umumnya, tidak ada kelainan yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik pada pasien IBS.

C. Test Laboratorium Test laboratorium meliputi hitung darah lengkap, test kimia darah. Feses perdarahan. Hal ini sangat penting karena pada pasien dengan IBS tidak ditemukan adanya perdarahan. Pada feses juga diperiksa apakah ada mikroorganisme patologis diare atau konstipasi B. X ray Prosedur ini dilakukan menyingkirkan kondisi seperti tumor, inflamasi, obstruksi dan penyakit chron. D. Endoskopi dan kolonoskopi

Selain cara cara yang telah disebutkan diatas, diagnosis IBS dapat ditegakkan berdasarkan 2 kriteria yaitu kriteria Manning dan kriteria Rome III
Kriteria Manning : 1. nyeri perut hilang setelah defekasi 2. jumlah feses lebih banyak saat timbul nyeri 3. konsistensi feses lebih lunak saat timbul nyeri 4. perut tampak kembung 5. terdapat lendir pada feses 6. perasaan defekasi tidak tuntas

Kriteria Rome III : Perasaan tidak nyaman atau nyeri pada perut selama 12 minggu atau lebih selama 1 tahun yang memiliki 2 dari 3 gejala berikut ini : 1. Menghilang dengan defekasi 2. Timbulnya nyeri (onset) berhubungan dengan perubahan frekuensi dari BAB. 3. Timbulnya nyeri (onset) berhubungan dengan perubahan pada bentuk maupun konsistensi feses.

Gejala gejala berikut ini tidak essensial untuk diagnosis namun kehadiran gejala ini meningkatkan keyakinan dalam mendiagnosa : 1. Frekuensi BAB yang abnornal (lebih dari 3x/hari atau kurang dari 3x/hari selama 3 minggu) 2. Bentuk feses yang abnormal (lembek atau cair atau keras) 3. Perasaan tidak tuntas setelah BAB, perasaan tidak dapat menahan BAB atau perasaan ingin BAB tapi tidak bisa. 4. Terdapatnya lendir pada feses 5. Rasa kembung atau rasa melar pada perut

TERAPI IBS
A. Non Farmakologis Stress manajemen stress dapat menambah frekuensi dan beratnya gejala. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres seperti olah raga, meditasi dan konsul ke psikiater. Perubahan pola makan makanan yang dapat menimbulkan gejala IBS seperti kafein, coklat, alkohol, minuman bersoda dan makanan berlemak. B. Farmakologis 1. Konstipasi gejala nonspesifik yang sering dilaporkan. Suplemen serat meredakan konstipasi dengan mempercepat perpindahan feses dan memudahkan defekasi. Pada situasi ini penggunaan osmotic laxative sangat efektif dan aman

2. Antispasmodik Obat antispasmodik merelaksasikan otot polos usus dan mengurangi kontaksi usus. Obat yg sering digunakan mebeverine 3 x135 mg, hiosin 3 x 10 mg, klidinium 2,5 mg 3 x1 tab, alverine 3 x 30 mg 3. Terapi diare Loperamide dengan dosis 2-16 mg per hari 4. Antidepressan Trisiklik Antidepresan trisiklik dosis rendah efektif untuk IBS. Amitriptilin, desipramine, doxepin, clomipramine dan trimipramine. Amitriptilin dapat dimulai dari dosis 10 25 mg perharinya atau impiramin 25 50 mg perharinya.

5. Antagonis reseptor serotonin 3 Efek motorik dari antagonis reseptor serotinin 3 (alosteron) meliputi pengurangan waktu perpindahan kolon, mengurangi refleks gastrokolik dan peningkatan kelenturan usus. Alosteron pengurangan terjadinya diare dan keinginan BAB 6. Reseptor agonist serotonin 6 mg tegaserod 2 kali sehari mempercepat pengosongan lambung dan usus kecil pada pasien dengan konstipasi.

PROGNOSIS IBS IBS biasanya akan membaik dan hilang setelah 12 bulan pada 50% kasus < 50% akan memburuk dan sisanya dengan gejala menetap

TERIMA KASIH

You might also like