Professional Documents
Culture Documents
LATAR BELAKANG
Indonesia terbentuk dari adanya pergeseran lempeng bumi paling aktif di dunia yaitu lempeng Australia dan Eurasia, namun Indonesia juga mendapat karunia berupa banyaknya kawasan geopark yang berpotensi menjadi daya tarik wisata. Kawasan geopark Indonesia belum dikelola secara optimal Kawasan geopark di Indonesia tersebar dari Sabang hingga Merauke seperti Geopark Merangin di Provinsi Jambi yang diduga menjadi tempat tinggalnya Dinosaurus, Geopark Gunung Batur di Bali yang sudah diakui sebagai warisan dunia dan anggota UNESCO Global geopark network, Geopark Danau Toba, dan sebagainya.
Bali, Indonesia
LATAR BELAKANG
Geopark , sebagai destinasi pariwisata:
1. Menyajikan atraksi bukan saja pada keunikan alam yang dimilikinya, namun juga budaya masyarakat lokal sebagai ; Daya tarik wisata dengan tujuan utama yaitu konservasi, edukasi, dan sustainable development yang menjadi konsep dalam pembangunan wilayah geopark di Indonesia.
2.
Pariwisata mengalami pergeseran trend kepada jenis pariwisata yang lebih ramah lingkungan (green tourism).
Dewasa ini ekowisata menjadi pilihan yang menarik dibanding dengan jenis wisata lain karena menjanjikan pengalaman dengan alam dan budaya masyarakat setempat.
Bagaimana model pengelolaan geopark di Indonesia dan bagaimana seharusnya yang dilakukan?
TUJUAN PENULISAN
1 Mengetahui gambaran umum tentang kondisi geopark di Indonesia dan upaya konservasi dan pemanfaatannya sebagai daya tarik wisata budaya. 2 Menganalisis strategi kebijakan dalam rangka menyusun model pengembangan pengelolaan kawasan geopark sebagai daya tarik wisata. 3 Memberikan alternatif model pengelolaan geopark di Indonesia
Terdapat 3 (tiga) indikatornya : 1, penekankan pada aspek lingkungan; 2, kondisi lingkungan saat ini, 3, respon masyarakat terhadap permasalahan lingkungan. (Becker & Jahn (1999:69))
Konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan terfokus pada dua hal: 1. Keberlanjutan pariwisata sebagai aktivitas ekonomi di satu sisi 2. Lainnya mempertimbangkan pariwisata sebagai elemen kebijakan pembangunan berkelanjutan yang lebih luas. Cronin (Sharpley, 2000:1)
Sehingga untuk memenuhi dua gagasan tersebut diperlukan syaratsyarat untuk pembangunan berkelanjutan (Djajadiningrat, 2001: (1) keberlanjutan ekonomi, (2) keberlanjutan ekologis, (3) keberlanjutan sosial dan budaya, (4) keberlanjutan politik, dan (5) keberlanjutan pertahanan dan keamanan.
Berkaitan dengan manfaat yang diperoleh dan adanya upaya perencanaan pendampingan yang membela masyarakat lokal serta lain kelompok memiliki ketertarikan/minat, yang memberi kontrol lebih besar dalam proses sosial untuk mewujudkan kesejahteraan
Definisi Buhalis dalam Vengesayi (2003:638) : Tempat yang menawarkan percampuran antara produk dan jasa pariwisata yang dikonsumsi pada sebuah merk destinasi. Destinasi sebagai kawasan geografis yang dipahami oleh pengunjung sebagai entitas yang unik dengan intinya memiliki 6 bentuk yaitu atraksi, aksesibilitas, tersedianya paket kegiatan dan layanan tambahan World Tourism Organisation (dalam Vengesayi : 2003:638) : Sebuah ruang fisik di mana pengunjung menghabiskan waktunya setidaknya satu malam, yang terdiri dari produk pariwisata seperti atraksi wisata dan layanan pendukungnya, dan sumber daya pariwisata dengan batas-batas fisik dan administrasi yang berkaitan dengan pengelolaan, citra/persepsi dari daya saing pasar.
Dalam kaitannya dengan pengelolaan geopark, kiranya aspekaspek destinasi ini dipandang penting dalam tata manajemen geopark : 1.Daya Tarik Wisata 2.Aksesibilitas Pariwisata 3.Fasilitas Pariwisata 4.Pemberdayaan Masyarakat 5. Kelembagaan Kepariwisataan
Geopark
Sebagai sebuah konsep holistik pada upaya perlindungan, pendidikan, dan pengembangan berkelanjutan.
Daya tarik wisata Aksesibilitas pariwisata Fasilitas pariwisata Pemberdayaan masyarakat Kelembagaan pariwisata
Heritage Walk di Silent Valley Nature Trail
STUDI KASUS:
Profil:
Merupakan bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Memiliki keunikan berupa laut pasir
Luas area 5.250 hektar yang berada pada ketinggian 2.100 meter
dari permukaan laut.
Berada di bawah pengelolaan Taman Nasional Gunung Bromo, Tengger dan Semeru (TNGBTS), dengan keterkaian pengelolaan destinasi sebagai sebuah kawasan konservasi. Terdapat keterbatasan pengelolaan pariwisata oleh TNGBTS
STUDI KASUS:
Potensi yang dimiliki Geopark Gunung Bromo Laut pasir dengan 7 pusat letusan; Kekayaan flora dan fauna, Kekayaan budaya;
STUDI KASUS:
Tidak adanya organisasi pengelola destinasi pariwisata tunggal yang mampu merumuskan visi dan misi dan program pengembangan;
Tidak adanya koordinasi dan sinkronisiasi program, maka terjadi persaingan antar daerah dalam memperebutkan wisatawan melalui pembangunan pintu masuk;
Kurangnya pembinaan terhadap masyarakat, baik menyangkut penyediaan sarana dan prasarana pariwisata, penciptaan atraksi wisata budaya, pemanduan, penjualan souvenir hingga cara menerima wisatawan yang baik.
KESIMPULAN
Indonesia sebagai negara yang terletak di wilayah Ring of Fire, menjadi kaya dengan bentang alam yang sangat indah yang dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata.
Perubahan iklim global (global climate), mendorong kesadaran baru dikalangan warga dunia dan utamanya wisatawan kepada dorongan kepada trend pariwisata yang bergerak kearah green tourism, dan pariwisata yang berkelanjutan (sustainable tourism)
Kawasan geopark yang terbentuk sebagai hasil dari proses geologis merupakan bentang alam yang indah yang didalamnya memiliki kekayaan beragam dan dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata unggulan berbasis ekowisata.
Pengembangan geopark sebagai destinasi pariwisata haruslah berbasiskan kepada pelestarian yang berkelanjutan dengan mempertimbangkan kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.
Pengembangan kawasan geopark sebagai destinasi pariwisata menyangkut manajemen pengelolaan destinasi dan pemasaran pariwisata yang menyangkut seluruh stakeholder pariwisata baik pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat dan tidak menutup kemungkinan kawasan geopark meliputi berbagai pemerintah daerah, namun hingga sampai saat ini belum ada model pengembangan kelembagaan yang tepat dalam pengelolaan geopark sebagai destinasi pariwisata.
SARAN
Indonesia perlu terus mendorong geopark sebagai wisata andalan mengingat kebutuhan trend dunia yang cenderung kepada green tourism dan Indonesia memiliki ribuan kawasan geopark yang dapat dikembangkan sebagai destinasi pariwisata.
Upaya pemanfaatan geopark sebagai destinasi pariwisata harus memperhatikan prinsip konservasi dan sekaligus pemberdayaan masyarakat, sehingga dalam upaya pengembangan wisata geopark, masyarakat lokal harus menjadi fokus utama pembangunan kawasan.
Perlu rancangan kelembagaan yang tepat dalam pengelolaan geopark mengingat kompleksitas dalam pengelolaan kawasan geopark yang sangat rumit yang melibatkan berbagai lembaga baik pemerintah, usaha pariwisata dan masyarakat