You are on page 1of 27

TINEA KAPITIS

Pembimbing: Dr.Isma Aprita Lubis, SpKK

PENDAHULUAN
Tinea Capitis adalah penyakit yang disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Microsporum dan Trichopyton yang menyerang kulit dan rambut kepala. Gambaran klinisnya dapat bervariasi mulai dari yang ringan berupa lesi kemerahan dan bersisik, alopesia atau berat berupa kerion. Penyakit ini dianggap sebagai bentuk mikosis superfisial atau dermatofitosis, yaitu penyakit jamur pada jaringan yang mengandung zat tanduk seperti kuku,rambut, stratum korneum pada epidermis.(1,2,3,4,5,6)

Sinonim dari Tinea Capitis adalah Trichopyton Capitis, Tinea Tonsurans dan Ring worm of the scalp.(2,3) Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Trichopyton dan Microsporum, misalnya T.violaceum, T.gourvilli, T.mentagrophytes, T.tonsurans, M.audouini, M.canis, M.ferugineum.(1,2,3,4,5,6)

Pada umunya Tinea Capitis banyak menyerang anak-anak dari pada orang dewasa. Laki-laki lebih banyak terkena dari pada wanita, mungkin dikarenakan kontak secara langsung dengan penderita, terkontaminasi oleh alat-alat seperti sisir, topi atau mungkin juga oleh hewan peliharaan seperti kucing.(3,4,6)

Mikroorgansime penyebab penyakit ini adalah jamur keratofilik. Kemampuan jamur untuk menyerang dan hidup sebagai parasit tergantung pada kebutuhan keratin. Mula-mula jamur tersebut mengadakan kolonisasi pada permukaan kulit, reaksi peradangan yang terjadi tergantung pada hospes, genera/ spesies jamur penyebab dan lokalisasi daerah yang terkena. Organisme tersebut dapat menetap bertahun-tahun pada tubuh penderita, sehingga orang tersebut dapat menjadi carrier. Ketegangan dan trauma dapat menyebabkan eksaserbasi pada penyakit ini(2)

Infeksi pada tinea capitis dapat dibagi dalam 3 periode : Periode inkubasi dan perluasan Berlangsung 3 atau 4 bulan. Hifa tumbuh distratum korneum pada skalp dan orifisium folikel rambut dan menembus bagian tengah rambut. Periode refrakter Periode ini ditandai dengan menghilangnya hifa dan tidak terdapat lesi baru. Periode involusi Periode dimana rambut kembali normal. Ketegangan dan trauma dapat menyebabkan eksaserbasi pada penyakit ini(2)

Secara klinik Tinea Capitis dapat dilihat dalam 3 bentuk yang jelas ( Rippon, 1979 dan Conant dkk, 1971) yaitu : Grey patch Ringworm Bentuk ini sering dijumpai pada anak-anak dan jamur penyebabnya adalah Microsporum. Penyakit ini mulai dengan papul merah yang kecil disekitar rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita berupa gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi. Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa rasa nyeri.

Semua rambut di daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga dapat membentuk alopesia setempat. Tempat-tempat ini terlihat sebagai Grey patch. Grey patch yang dilihat dalam klinik tidak menunjukkan batas-batas daerah sakit dengan pasti. Pada pemeriksaan dengan lampu wood dapat dilihat fluoresensi hijau kekuningkuningan pada rambut yang sakit melampaui batas-batas grey patch tersebut. Pada kasus-kasus tanpa keluhan, pemeriksaan dengan lampu wood ini banyak membantu diagnosis (RIPPON,1974). Tinea Capitis yang disebabkan oleh Microsporum Audouini biasanya disertai tanda peradangan ringan,hanya sekali-kali dapat berbentuk kerion.(1)

Black dot ringworm Terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsuran dan Trichophyton violaceum. Rambut yang terkena infeksi sangat rapuh dan patah tepat pada muara folikel, dan yang tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam didalam folikel rambut ini memberikan gambaran yang khas, yaitu black dot.(1)

Kerion Adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang padat disekitarnya. tersering M.Canis dan M.gypseum, sedangkan T.tonsurans dan T.Violaceum jarang menimbulkan kerion. Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan berakibat alopesia yang menetap. (1,2)

Favus Bentuk ini merupakan bentuk yang kronik dan disebabkan oleh Trichophyton schoenleinii. Ditandai dengan adanya skutula yaitu krusta yang berbentuk mangkuk berwarna merah kuning dan berkembang menjadi warna kuning kecoklatan. Krusta dengan dasar yang cekung, merah, basah dan berbau seperti tikus (mousy odor). Pada favus ini dapat terjadi skar, atropi dan alopesia permanent.

Sebagai pemeriksaan penunjang pada tinea capitis dapat dilakukan antara lain : Pemeriksaan lampu wood Dilakukan di ruangan gelap, hasilnya memberikan fluoresensi hijau kekuningan.(1,2,3,5) Pemeriksaan KOH Bahan diambil dari kerokan kulit kepala dan pencabutan rambut kepala, kemudian dilakukan pemeriksaan dengan larutan KOH 10%. Pada infeksi ektotriks ( luar batang rambut terlihat artrospora yang kecil disekitar batang rambut dan pada infeksi endotriks ( dalam rambut) terlihat rantai artrospora di dalam batang rambut. Pada hasil pemeriksaan mikroskopik terlihat hifa atau spora.(1)

Kultur pada agar dekstrosa sabouraud Tujuannya adalah untuk menentukan spesies dermatofita penyebab tinea capitis. Jamur akan tumbuh dalam 5-14 hari pada mediaa, pertumbuhan dapat dilihat dengan adanya perubahan warna dari kuning ke merah yang dimulai setelah 24-48 jam, dapat dilihat jelas pada hari ke 3-7.(5)
Diagnosis Tinea Capitis dibuat berdasarkan anamnesis, gambaran klinik dan pemeriksaan penunjang.(2,5)

Diagnosis banding dari Tinea Capitis adalah : Alopesia Areata Dermatitis Seboroika Psoriasis

Adapun penatalaksanaan Tinea Capitis yaitu : Umum Jaga kebersihan kulit kepala dan rambut Hindari pemakaian topi dan alat-alat rambut bersamaan seperti sisir dan gunting Khusus Sistemik Griseofulvin 10-25 mg/kgBB/hari Dewasa: 500 mg/hari selama 6 - 12 minggu Anak anak : 250 mg/hari dibagi 4 dosis atau 10 mg/kgBB

Ketokonazol Dewasa : 200 mg/hari selama 7-14 hari Anak-anak : 5 mg/kgBB Topikal Obat anti mikotik seperti : Larutan as salisilat 2-4% Asam benzoat 6-12% Sulfur 4-6% Obat derivat imidazol 1-2% dalam krim, ketokonazol krim atau larutan 2%.(1,2,3,4,5) Shampoo : Shampoo selenium sulfide 1-1,8% (selsun) Shampoo ketokonazol 1-2 % diberikan 2(3,5)

Prognosa pada penyakit ini baik, jika penyembuhan telah dicapai dan faktor-faktor infeksi dapat dihindari.(3)

LAPORAN KASUS Telah datang seorang pasien perempuan bernama Nurhasimah Harahap usia 51 tahun, suku batak, pekerjaan pemulung, agama Islam, datang berobat ke Poliklinik Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU Dr.Pirngadi Medan pada tanggal 21 juni 2012 dengan keluhan utama bercak kemerahan disertai gatal pada kepala sejak 2 minggu ini. Awalnya berupa bintil bintil kemerahan pada sekitar rambut kepala, kemudian melebar membentuk bercak kemerahan yang bersisik disertai gatal dan rambut Os menjadi mudah dicabut, sehingga menyebabkan kebotakan pada sebagian kepala Os, sehingga Os memutuskan untuk berobat ke poliklinik Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU Dr.Pirngadi Medan.

Riwayat penyakit keluarga tidak dijumpai, riwayat penyakit terdahulu tidak dijumpai, riwayat pemakaian obat tidak dijumpai. Dari pemeriksaan fisik dijumpai keadaan umum dan status gizi baik. Pada pemeriksaan dermatologis dijumpai ruam berupa makula eritematosa, papul dan skuama rambut Os menjadi mudah dicabut . Lokalisasinya pada regio ocipitalis dan regio temporalis dextra et sinistra. Dari pemeriksaan laboratorium dengan KOH 10%, hifa negatif, spora positif.

Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik ,gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium maka diagnosis banding pasien ini adalah Tinea Capitis, Alopesia areata dan Dermatitis Seboroik. Sedangkan diagnosa sementara pada pasien ini adalah Tinea Capitis. Penatalaksanaan pada pasien ini secara umum adalah menjaga kebersihan kulit kepala dan rambut, menghindari pemakaian topi dan alat-alat rambut bersamaan seperti pemakaian sisir dan gunting rambut. Penatalaksanaan secara khusus pada pasien ini terdiri dari penatalaksanaan topikal dan sistemik. Secara topikal diberi shampoo desinfektan anti mikotik yaitu ketomed scalp solution ( ketokonazol 2%). Secara sistemik diberi griseofulvin tab 500 mg perhari. Selama 6-12 minggu Prognosis : baik

DISKUSI Diagnosa Tinea Capitis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium. Pada anamnesia didapatkan keluhan utama berupa bercak kemerahan disertai gatal pada kepala sejak 2 minggu ini. Awalnya berupa bintil bintil kemerahan pada sekitar rambut kepala, kemudian melebar membentuk bercak kemerahan yang bersisik disertai gatal dan rambut Os menjadi mudah dicabut, sehingga menyebabkan kebotakan pada sebagian kepala Os. Pada pemeriksaan laboratorium dilakukan test KOH 10% hifa (-), spora (+).

Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menjelaskan diagnosis Tinea Capitis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium bahwa keluhan utama dari tinea capitis berupa gatal disertai munculnya papul merah yang melebar membentuk bercak kemerahan yang menjadi pucat dan bersisik berlokalisasi pada daerah rambut kepala, disertai rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya sehingga dengan mudah dapat dicabut serta warna rambut menjadi keabu-abuan dan tidak berkilat lagi ( grey patch ringworm). Pada pemeriksaan laboratorium dengan melakukan KOH dijumpai hifa atau spora

Diagnosis banding dari pasien ini adalah Tinea Capitis, Alopesia Areata, Dermatitis Seboroik. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa diagnosis banding dari tinea capitis adalah alopesia areata dan dermatitis seboroik

Penatalaksanaan pada pasien ini ada dua yaitu secara umum dan khusus. Penatalaksanaan pada pasien ini secara umum adalah menjaga kebersihan kulit kepala dan rambut, menghindari pemakaian topi dan alat-alat rambut bersamaan seperti pemakaian sisir dan gunting rambut. Penatalaksanaan secara khusus pada pasien ini terdiri dari penatalaksanaan topikal dan sistemik. Secara topikal diberi shampoo desinfektan anti mikotik yaitu ketomed scalp solution (ketokonazol 2%). Secara sistemik diberi griseofulvin tab 500 mg perhari selama 6-12 minggu.

Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa pada penatalaksanaan umum yaitu menjaga kebersihan kulit dan kepala sertah menghindari kelembaban pada kulit. Penatalaksanaan secara khusus yaitu topikal dan sistemik dengan memberi shampoo desinfektan anti mikotik sedangkan sistemik diberi griseofulvin 500 mg/hari selama 6-12 minggu,ketokonazol 200 mg/hari selama 7-14 hari. Prognosis pasien ini baik, hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan prognosis dari penyakit ini adalah baik.

You might also like