You are on page 1of 22

PRESENTASI REFERAT

Oleh : T.M.Febriansyah

Pembimbing : dr. Sukristoro Wardoyo, Sp. KJ

Gangguan konversi juga disebut disosiatif karena dulu di anggap terjadi hilangnya asosiasi antara berbagai proses mental seperti identitas pribadi, memori, sensori dan fungsi motorik. Ciri utamanya adalah hilangnya fungsi yang tidak dapat dijelaskan secara medis. Gangguan konversi berkaitan dengan gangguan kecemasan, dari berbagai literatur mengatakan bahwa gangguan konversi merupakan bagian dari gangguan somatoform yang mengeluhkan gejala-gejala gangguan fisik yang kadang berlebihan, tetapi pada dasarnya tidak terdapat gangguan fisiologis.

DSM-IV

Gangguan konversi adalah gangguan yang ditandai oleh adanya satu atau lebih gejala neurologis yang tidak dapat dijelaskan oleh gangguan neurologis atau medis yang diketahui..

PPDGJ III

Gangguan konversi adalah adanya kehilangan (sebagian atau seluruh) dari integrasi normal antara : ingatan masa lalu, kesadaran akan identitas, penghayatan segera, dan kendali terhadap gerakan tubuh

Suatu survei masyarakat menemukan bahwa insidensi tahunan gangguan konversi adalah 22 per 100.000 orang Rasio wanita terhadap laki-laki pada pasien dewasa adalah sekurangnya 2 banding 1 dan sebanyaknya 5 banding 1

Gangguan konversi belum diketahui penyebab pastinya, namum biasanya akibat trauma masa lalu yang berat yang berulang-ulang, namun tidak ada gangguan organik yang dialami Dalam beberapa referensi menyebutkan bahwa trauma yang terjadi berupa Kepribadian yang labil Pelecehan seksual Pelecehan fisik Kekerasan rumah tangga (ayah dan ibu cerai) Lingkungan sosial yang sering memperlihatkan kekerasan

Orang dengan pengalaman gangguan psikis kronik, seksual ataupun emosional semasa kecil sangat beresiko besar mengalami gangguan konversi. Anak-anak dan dewasa yang juga memiliki pengalaman kejadian traumatik, misalnya perang, bencana, penculikan dan prosedur medis yang infasif.

Gejala Sensorik

-Parastesia -Anestesia -Fenomena sarung tangan atau kaos kaki (stocking and glove) - Kelainan cara berjalan (astasiaabasia ) - Kelemahan - Paralisis

Gejala

Gejala Motorik

Gejala Kejang

Kejang semu (pseudoseizure)

Gangguan konversi diklasifikasikan atas beberapa pengolongan : F44.0 Amnesia Disosiatif F44.1 Fugue Disosiatif F44.2 Stupor Disosiatif F44.3 Gangguan Trans dan Kesurupan F44.4 Gangguan motorik Disosiatif F44.5 Konvulsi Disosiatif F44.6 Anestesia dan kehilangan sensorik Disosiatif F44.7 Gangguan Disosiatif campuran F44.8 Gangguan Disosiatif lainnya F44.9 Gangguan Disosiatif YTT

Ciri utamanya adalah hilangnya daya ingat, biasanya mengenai kejadian penting yang baru terjadi yang bukan disebabkan gangguan mental organik

Diagnostik pasti memerlukan : Amnesia, baik total maupun parsial, mengenai kejadian baru yang bersifat stress atau traumatik. Tidak ada gangguan otak

Disosiasi fugue ditandai dengan perjalanan tak terduga yang tiba-tiba oleh seseorang dari rumah ataupun tempat kerjanya dengan disertai ketidakmampuan untuk mengingat sebagian atau keseluruhan masa lalunya. Disosiatif fugue memiliki semua ciri amnesia disosiatif ditambah gejala perilaku melakukan perjalanan meninggalkan rumah. Untuk diagnosis pasti harus ada : Ciri-ciri amnesia disosiatif Dengan sengaja melakukan perjalanan tertentu melampaui jarak yang biasa dilakukannya sehari-hari. Tetap memepertahankan kemampuan mengurus diri Masih bisa melakukan interaksi sosial sederhana dengan orang yang belum dikenalnya.

Stupor disosiatif bisa didefinisikan sebagai sangat berkurangnya atau hilangnya gerakan-gerakan voulunter dan respon normal terhadap rangsangan luar seperti cahaya, suara dan perabaan (sedangkan kesadaran dalam artian fisiologis tidak hilang). Untuk diagnosis pasti harus ada : Stupor, seperti yang sudah disebutkan tadi. Tidak ditemukan adanya gangguan fisik atau gangguan psikiatrik lain yang dapat menjelaskan keadaan stupor tersebut. Adanya masalah atau kejadian-kejadian baru yang penuh stress.

Merupakan gangguan-gangguan yang menunjukkan adanya kehilangan sementara penghayatan akan identitas diri dan kesadaran terhadap lingkungannya, dalam beberapa kejadian, individu tersebut berperilaku seakan-akan dikuasai oleh kepribadian lain, kekuatan gaib atau malaikat. Gangguan trans yang terjadi selama suatu keadaan skizofrenik atau psikosis akut disertai halusinasi atau waham atau kepribadian multipel tidak boleh dimasukkan dalam kelompok ini.

Bentuk yang paling lazim dari gangguan ini adalah kehilangan kemampuan untuk menggerakkan seluruh atau sebagian dari anggota gerak. Paralisis dapat bersifat parsial dengan gerakan yang lemah atau lambat atau total. Berbagai bentuk inkoordinasi dapat terjadi, khususnya pada kaki dengan akibat cara jalan yang bizarre. Dapat juga terjadi gemetar.

Dapat menyerupai kejang epileptic dalam hal gerakannya akan tetapi jarang disertai lidah tergigit, luka serius karena jatuh saat serangan dan inkontinensia urin, tidak dijumpai kehilangan kesadaran tetapi diganti dengan keadaan seperti stupor atau trans.

Bagian kulit yang mengalami anestesi sering kali mempunyai batas yang tegas yang menjelaskan bahwa hal tersebut lebih berkaitan dengan pemikiran pasien mengenai fungsi tubuhnya daripada dengan pengetahuan kedokterannya. Meskipun ada gangguan penglihatan, mobilitas pasien serta kemampuan motoriknya sering kali masih baik. Tuli disosiatif dan anosmia jauh lebih jarang terjadi dibandingkan dengn hilang rasa dan penglihatan.

Campuran dari gangguan-gangguan sebelumnya.

Sindrom Ganser Ciri-ciri dari gangguan ini adalah jawaban kira-kira, yang biasanya disertai beberapa gejala disosiatif lainnya, sering kali dalam keadaan yang menunjukkan kemungkinan adanya penyebab yang bersifat psikogenik dan harus dimasukkan di sini. Gangguan Kepribadian Multipel Ciri utama adanya dua atau lebih kepribadian yang jelas pada satu individu dan hanya satu yang tampil untuk setiap saatnya. Masingmasing kepribadian tersebut adalah lengkap, dalam arti memiliki ingatan, perilaku dan kesenangan sendiri-sendiri yang mungkin sangat berbeda dengan kepribadian premorbidnya. Gangguan Disosiatif sementara terjadi pada masa kanak dan remaja Gangguan Disosiatif lainnya YDT

Orang-orang dengan gangguan konversi beresiko besar mengalami komplikasi, yang terdiri dari : Mutilasi diri Gangguan seksual Alkoholisme Depresi Gangguan saat tidur,mimpi buruk, insomnia atau berjalan sambil tidur Gangguan kecemasan Gangguan makan Sakit kepala berat

Terapi obat
Benzodiazepine seperti lorazepam 0,5-1mg

Hipnosis Psikoterapi Terapi kesenian kreatif Terapi kognitif

Sebahagian besar pasien 90 sampai 100 persen, dengan gangguan konversi mengalami pemulihan gejala pertamanya dalam beberapa hari atau kurang dari satu bulan, dilaporkan 75 persen pasien tidak mengalami episode lain, tetapi 25 persen mungkin mengalami episode tambahan selama priode stres.

You might also like