Professional Documents
Culture Documents
INFEKSI PUERPERIUM
(INFEKSI NIFAS)
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI)* indikator keberhasilan layanan kesehatan
AKI (2007)228/100.000 kelahiran hidup. 2002 650/100.000 kelahiran hidup. Thailand (129/100.000) Malaysia (30/100.000) Singapura 6/100.000).
SDKI (2003) : perdarahan (28%) eklamsi (24%) infeksi (11%) komplikasi (8%) partus lama (5%) trauma obstetric (5%), Emboli obstetric (3%)
Kematian
Sepsis
The three most common causes of maternal death are hemorrhage, infection, and hypertensive disease faktor resiko infeksi puerpurium: Partus lama, Tindakan operasi persalinan, retensio placenta, sisa bekuan darah, PRM / pembukaan masih kecil melebihi 6 jam, Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum (APH, PPH, higiene, anemia, dll),manipulasi berlebihan
Kematian maternal : a. direct obstetric death b. indirect obstetric death -- rendahnya higiene saat proses persalinan atau -- akibat penyakit menular seksual yang tidak diobati sebelumnya -- asuhan persalinan yang bersih dan deteksi serta manajemen penyakit menular selama kehamilan -- Perawatan postpartum secara sistematik -- manajemen antibiotika secara tepat
DEFINISI
Infeksi masa nifas (pireksia nifas) di definisikan sebagai kenaikan suhu tubuh sampai 38C atau lebih, yang berlangsung selama 24 jam atau kambuh kembali sejak akhir hari 1 sampai akhir hari ke-10 setelah melahirkan atau abortus
Etiologi
About 70% of puerperal infections are caused by anaerobic organisms. Most of these are anaerobic cocci (Peptostreptococcus, Peptococcus, and Streptococcus), although mixed infections with Bacteroides fragilis are encountered in up to one-third of cases. Of the aerobic organisms, Escherichia coli is the most common pathogen
EPIDEMIOLOGI
WHO 80% kematian maternal , akibat dari komplikasi langsung kehamilan, persalinan dan masa nifas Sepsis/infeksi kontribusi 15% terhadap kematian maternal akibat higiene saat proses persalinan atau akibat penyakit menular seksual yang tidak diobati sebelumnya. insidensi metritis Persalinan normal 1-2% + korioamnionitis intrapartum insidensi 13% SC insidensi 13%
FAKTOR PREDISPOSISI
- Persalinan berlangsung lama - Tindakan operasi persalinan - Tertinggalnya placenta, selaput ketuban, dan bekuan darah - Ketuban pecah dini/pembukaan masih kecil melebihi 6 jam -Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum - Karioamnionitis - Kurang baiknya proses pencegahan infeksi - Manipulasi yang berlebihan
Manipulasi penolong
Infeksi nosokomial
INFEKSI NIFAS
infeksi intrapartum
Lokal
Infeksi pada luka episiotomi Infeksi pada vagina Infeksi pada serviks yang luka Infeksi pada endometrium
INFEKSI
Pembengkakan luka episiotomi Penanahan Perubahan warna lokal Pengeluaran lokea + nanah Mobilitas terbatas karena rasa nyeri Suhu dapat meningkat
General
Tampak sakit & lemah Suhu di atas 39C TD dapat & nadi RR dapat dan terasa sesak Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma Terjadi gangguan involusi uterus Lokea berbau dan bernanah serta kotor
METRITIS
Biasanya demam mulai 48 jam pascapersalinan dan bersifat naik turun Lokea bertambah banyak, berwarna merah atau coklat, dan berbau Sering ada subinvolusi Leukosit naik antara 15000-30000/mm3 Jika infeksi tidak meluas, suhu turun berangsur-angsur dan normal pada hari ke-710
METRITIS
Transfusi jika dibutuhkan Packed Red Cell. Berikan antibiotika broadspektrum dalam dosis yang tinggi. Ampisilin 2 g IV, kemudian 1 g setiap 6 jam ditambah gentamisisn 5 mg/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam. Lanjutkan antibiotika ini sampai ibu tidak panas dalam 24 jam. Pertimbangkan pemberian antitetanus profilaksis Bila dicurigai adanya sisa placenta, lakukan pengeluaran (digital atau dengan kuretase yang lebar) Bila ada pus lakukan drainase, ibu dalam posisi semi fowler. Bila tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dan ada tanda peritonitis generalisata lakukan laparatomi dan keluarkan pus. Bila pada evaluasi uterus nekrotik dan septik lakukan histerektomi subtotal.
TROMBOFLEBITIS
perluasan invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah vena di sepanjang vena dan cabang-cabangnya Penjalaran infeksi melalui vena sering terjadi dan merupakan penyebab terpenting dari kematian karena infeksi puerperalis
Tromboflebitis Pelvika/Pelviotromboflebitis
Mengenai vena-vena dinding rahim dan ligament latum (vena ovarika, vena uterin, dan vena hipogastrik). Yang paling sering meradang ialah vena ovarika Vena meradang trombosis&nanah (menghambat perjalanan mikroorganisme) emboli/sepsis menyumbat infark kematian Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping Penderita tampak sakit berat Menggigil berulang kali Suhu badan naik secara tajam (36C menjadi 40C) Cenderung terbentuk pus yang menjalar
Tromboflebitis Pelvika/Pelviotromboflebitis
Rawat inap: penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakitnya dan mencegah terjadinya emboli pulmonal. Terapi medik: pemberian antibiotika (lihat antibiotika kombinasi dan alternatif, seperti pada penatalaksaan korioamnionitis), heparin jika terdapat tanda atau dugaan adanya emboli pulmonum Terapi operatif: pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru, meskipun sedang dilakukan heparinasi.
Tromboflebitis Femoralis
Mengenai vena-vena tungkai (vena femoralis, poplitea, dan safena) KU baik, subfebris selama 7-10 hari, kemudian mendadak naik kira-kira pada hari ke 10-20, yang disertai dengan menggigil nyeri sekali pada tungkai Kaki yang sakit biasanya lebih panas dari kaki yang sehat. Timbul edema yang jelas sebelum atau setelah nyeri, yang biasanya mulai pada ujung kaki atau pada paha dan kemudian naik ke atas.
Tromboflebitis Femoralis
Perawatan: kaki ditinggikan untuk mengurangi edema, lakukan kompresi pada kaki. Setelah mobilisasi kaki hendaknya tetap dibalut elastik atau memakai kaos kaki panjang yang elastik selama mungkin. Mengingat kondidi ibu yang sangat jelek, sebaiknya jangan menyusui. Terapi medik: pemberian antibiotic dan analgesia
Sepsis Puerperalis
Port dentre: biasanya bekas insersi placenta Sarang sepsis primer: tromboflebitis pada vena uterine atau vena ovarika Sarang sepsis sekunder (metastasis): misalnya di paru sebagai abses paru atau pada katup jantung sebagai endokarditis ulserosa septika. disamping itu, dapat terjadi abses di ginjal, di hati, lien, dan otak
Manifestasi Klinis
Suhu tinggi (40C atau lebih, biasanya remittens), menggigil, keadaan umum memburuk (nadi kecil dan tinggi, nafas cepat, dan gelisah), dan Hb menurun karena hemolisis dan lekositosis
Peritonitis
Nyeri seluruh perut spontan maupun pada palpasi, demam menggigil, nadi tinggi dan kecil, perut kembung (kadang-kadang ada diare), muntah, pasien gelisah dan mata cekung dan sebelum mati ada delirium dan koma
Manifestasi Klinis
dicurigai bila suhu pasca persalinan tetap tinggi lebih dari 1 minggu Gejala berupa nyeri pada sebelah atau kedua belah perut bagian bawah sering memancar pada kaki. Setelah beberapa waktu pada pemeriksaan dalam, dapat teraba infiltrate dalam parametrium yang kadang-kadang mencapai dinding panggul. Infiltrat ini dapat diresorpsi kembali, tetapi lambat sekali, menjadi keras, dan tidak dapat digerakkan. Kadang-kadang infiltrate ini menjadi abses
Salpingitis (salfingo-ooforitis)
Diagnosis dan gejala klinis hampir sama dengan parametritis. Sering disebabkan oleh gonore, biasanya terjadi pada minggu ke-2. Pasien demam menggigil dan nyeri pada perut bagian bawah biasanya kiri dan kanan. Salpingitis dapat sembuh dalam 2 minggu
Abses Payudara
Infeksi mengenai jaringan parenkim dan besar, nanah Payudara yang sakit tidak boleh disusukan, sedangkan payudara yang sehat tetap disusukan Terjadi sebagai komplikasi dari mastitis Pemberian antibiotik dan analgesik Bila perlu lakukan insisi abses
Simpulan
Salah satu trias kematian maternal ialah infeksi selain perdarahan dan hipertensi. Infeksi nifas dapat menyebabkan sepsis-syok sepsis jika berlanjut. Infeksi nifas dapat dicegah dengan meningkatkan higienitas dan penggunaan profilaksis antimikroba broad spectrum pada pasien yang memiliki faktor risiko.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, Leveno K, Bloom SL, et al. 2010. Williams Obstetrics 23rd edition. USA: McGraw-Hill. Jones, DL. Dasar-Dasar Obstetri Dan Ginekologi edisi 6. Cetakan 1. 2002. Jakarta: Hipokrates Joseph, H. K dan Nugroho. 2010. Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri (Obsgyn). Yogyakarta: Nuha Medika. Krisnadi, Sofie. 2005. Obstetri Patologi ilmu kesehatan Reproduksi Edisi 2 FK Universitas Padjadjaran. Jakarta: EGC. Kusumaningrum I. Karakteristik kehamilan risiko tinggi sebagai penyebab kematian maternal di RSUP dr sardjito tahun 1993 - 1996. Fakultas kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 1999. Manuaba, Ida. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo. Prawihardjo Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka, Hal. 209-222 Saifudin AB. Issues in training for essential maternal healthcare in Indonesia. Medical Journal of Indonesia Vol 6 No. 3, 1997: 140 148. UNFPA, SAFE Research study and impacts. Maternal mortality update 2004, delivery into good hands. New York, UNFPA; 2004. WHO. Maternal mortality in 2000. Department of Reproductive Health and Research WHO, 2003. WHO. Reduction of maternal mortality.A joint WHO/UNFPA/UNICEF/World bank statement. Geneva, 1999.