You are on page 1of 76

GEJALA, TANDA &

PEMERIKSAAN PADA THT- KL

Dr. H. Sjahruddin Sp.THT- KL

Fakultas Kedokteran dan Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Jakarta

TEHNIK & PERALATAN DASAR PADA PEMERIKSAAN KEPALA DAN LEHER


KACA KEPALA, SUMBER CAHAYA, DAN POSISI
Posisi Pemeriksa : - berdiri/duduk, nyaman.

Pasien

: - duduk dengan posisi kepala sedikit lebih tinggi dari


kepala pemeriksa - sedikit bungkuk kedepan dgn punggung tetap lurus

- pemeriksaan telinga, pasien diputar ke kiri/kanan


Sumber Cahaya : - bola lampu, min.100 watt, ditempatkan sedikit di belakang pasien Kaca kepala : - sedekat mungkin pada mata kiri

HIDUNG DAN SINUS : paling sering terserang penyakit. Gejala2 : hidung tersumbat, pilek, sakit kepala, epistaksis, bersin2, penciuman hilang dll.

Panduan praktis utk menyelidiki keluhan2 diatas : 1. SEKRET : - dari satu sisi/ ke-dua2nya. - lamanya, terus2an/intermiten - encer/ kental, purulen/ berdarah - berhubungan dgn perubahan lingkungan/ musim

2. HIDUNG TERSUMBAT : - satu sisi/ ke-dua2nya. - lamanya, terus2an/ intermiten

- riwayat trauma, operasi hidung/ THT lain


- riwayat alergi - menggunakan obat semprot hidung dll.

PERDARAHAN : - brp lama, frekuensi, kapan serangan terakhir?


- unilateral/ bilateral - berasal dari nares anterior, posterior, ke-dua2nya. - ada riwayat trauma, hipertensi, pakai obat2 tertentu

ANOSMIA

: - riwayat trauma, penyakit hidung/ sinus, ISPA - sebagian / hilang sama sekali

PEMERIKSAAN SINUS PARANASAL


1. INSPEKSI Diperhatikan pembengkakan pada wajah : a. Pipi, kelopak mata bawah berwarna

kemerah-merahan
Maksilaris Akut b. Kelopak mata atas

mungkin Sinusitis
mungkin Sinusitis

Frontalis Akut

PEMERIKSAAN SINUS PARANASAL

2.

PALPASI

a. Nyeri tekan pada pipi, nyeri ketuk gigi bagian


atas Frontal c. Nyeri tekan di daerah kantus medius Sinusitis Etmoid Sinusitis Maksila Sinusitis b. Nyeri tekan medial atap orbita

PEMERIKSAAN SINUS PARANASAL


3. 4. Rinoskopi anterior Rinoskopi posterior

Pemeriksaan langsung cavum nasi dengan


menggunakan : Spekulum Hidung, Lampu Kepala Dan Cermin

Perhatikan sekret pada meatus nasi media dan


meatus nasi superior test konfirmasi Posture

PEMERIKSAAN SINUS PARANASAL


5. TRANS-ILUMINASI * Terbatas hanya untuk pem. Sinus maksila dan frontal * Sangat membantu bila fasilitas radiologi tidak ada 6. PEMERIKSAAN RADIOLOGIK DAN SINUSKOPI a. Posisi waters, terutama utk melihat kelainan pada sinus : maksila, frontal & etmoid b. Posisi P-A : untuk sinus frontal c. Posisi lateral : untuk sinus frontal, etmoid dan sfenoid

- terbaik : pemeriksaan CT- Scan


- pemeriksaan Sinuskopi dengan endoskop

TELINGA
ANAMNESIS : - Gangguan pendengaran - Kebisingan dalam kepala ( tinitus ) - Pusing ( vertigo ) - Ketidak seimbangan - Sekret telinga - Nyeri telinga

KERUSAKAN PENDENGARAN 1. Kejadiannya mendadak/ perlahan ? Lamanya ? 2. Telinga mana yang terkena / kedua-duanya

3. Apakah berhubungan dengan penyakit lain, trauma, obat2 an

KEBISINGAN KEPALA 1. Sifat-sifat bising : berdering, bernada tinggi, mendesis, denyut 2. Bising terus menerus/ pada saat sunyi 3. Setelah paparan bising PUSING 1. Kepala rasa ringan, tidak seimbang, berputar 2. Frekuensi dan lamanya serangan 3. Penyakit/ gejala lain, mual, muntah, tinitus, gangguan pendengaran

SEKRET TELINGA : - disertai gatal / nyeri - berdarah / purulen, berbau - sudah berapa lama - didahului ISPA

NYERI TELINGA : - Sifat-sifat nyeri, berulang, menyebar dll.

POTONGAN FRONTAL TELINGA

KELAINAN DAUN TELINGA


A. KELAINAN CONGENITAL

- Preaurikular Fistel
- Accessory Auricle - Kelainan ukuran / posisi

Anotia, Microtia, Macrotia, Loop Ear (Bat Ear)


- Syndroma Kongenital Treacher Collin Syndrome

KELAINAN DAUN TELINGA


B. TRAUMA - Othaematoma - Laserasi / abrasi - Avulsi - Frosbite - Combustio

di DD dengan pseudokista

KELAINAN DAUN TELINGA


C. INFEKSI

Perikondritis
Radang lap. Kulit - perikondrium Hiperemi, edema, nyeri, demam, regional adenopati R/ antibiotik + simptomatik Kondritis Radang lap. kulit, perikondrium dan kondrium Bila nekrosis tlg rawan cauliflower ear (telinga lisut)

KELAINAN DAUN TELINGA


D. TUMOR

Basal Cell Carcinoma


dewasa, tidak nyeri, ulcerated, batas tegas Squamous Cell Carcinoma

ulcus jelas, mudah berdarah, batas tidak tegas


Melanoma usia muda, prognosis jelek

KELAINAN LIANG TELINGA LUAR


A. KELAINAN KONGENITAL

- Atresia Meatus (unilateral / bilateral)


hanya jaringan lunak tulang

- Exostosis
B. ACQUIRED STENOSIS sikatriks akibat proses radang kronis pada lapisan kulit

KELAINAN LIANG TELINGA LUAR


C. BENDA ASING

Serangga hidup
otalgia, gaduh --> matikan serangga dengan minyak goreng

Benda mati
kecil --> tidak ada gejala besar --> otalgia, tinitus, tuli konduktif

Ekstraksi dengan kait halus, forceps, bilas air


hangat

KELAINAN LIANG TELINGA LUAR


D. CERUMEN OBTURAN CERUMEN (dalam keadaan normal): sekret kelenjar sebasea dan kel. Serumen pada 1/3 luar liang telinga konsistensi lunak padat Berfungsi proteksi ( Boies) pH asam sebagai pelumas (cegah kekeringan / fissura kulit) efek bakterisidal (lisosim, Ig, pH asam)

OTALGIA
OTALGIA (ear pain) : - kausa lokal - kausa regional - kausa distant REFERRED OTALGIA (Nyeri alih telinga) Referred pain = Pain experienced in a part of the body distant from its true source.

OTALGIA
DIAGNOSIS OTALGIA
Anamnesis : onset, sifat, faktor pencetus, waktu, frekuensi,

kondisi medis lainnya


Pemeriksaan fisis telinga Evaluasi aurikel, kulit sekitar, otoskopi,evaluasi NN

kranialis
Pemeriksaan : cavum oris, orofaring, nasofaring, laring, kepala, leher, hidung / sinus paranasalis, thorax.

TES PENDENGARAN
TUJUAN : Mengukur derajat /berat ringannya ketulian

Menentukan jenis/kualitas ketulian


PRINSIP : Menilai jawaban penderita terhadap bunyi tertentu yang disajikan/bahan tes Harus dimengerti istilah AC dan BC JENIS TES PENDENGARAN Tes bisik Tes Garpu Tala

KEMAMPUAN DENGAR MANUSIA


Bunyi ditentukan oleh : Frekuensi dan Amplitudo Frekuensi pendengaran ? Orang dewasa muda : 16 Hz 20.000 Hz (disebut frekuensi sonik) Subsonik > Sonik > Ultrasonik Frekuensi percakapan : 500 Hz 2000 Hz Frekuensi rendah : < 500 Hz Frekuensi tinggi : > 2000 Hz

INTENSITAS PENDENGARAN
Intensitas pendengaran ? Satuan Desibel
Intensitas pendengaran terhadap bunyi sehari-hari : Suara bisikan : 15 20 dB Bising ruang kantor : 35 40 dB Percakapan dekat : 60 dB Bising jalan raya : 80 dB Klakson mobil : 100 dB Bising pesawat jet : 120 dB Ambang nyeri : 130 dB

Derajat ketulian ditentukan dengan mengukur nilai


Rata-rata dari frekuensi percakapan (500-1000-2000 Hz) Derajat ketulian menurut ISO 1964 : - Normal - Tuli ringan = -10 s/d 26 dB = > 26 s/d 40 dB

- Tuli sedang
- Tuli sedang berat - Tuli berat

= > 40 s/d 55 dB
= > 56 s/d 70 dB = > 70 s/d 90 dB

- Tuli total

= > 90 dB
JENIS KETULIAN ????

AUDIOMETRI DEFINISI :
AUDIMETRI : Pengukuran pendengaran dengan audiometer AUDIOMETER : Alat elektroakustik yang mampu menghasilkan bunyi dengan sifat-sifat yang dikehendaki pemeriksa Bunyi tes disajikan lewat headphone BC disajikan lewat vibrator untuk ditempelkan di mastoid

Prinsip pengukuran : Menentukan intensitas minimal /


ambang pendengaran pada masing-masing frekuensi
HASILNYA DIGAMBARKAN DALAM BENTUK AUDIOGRAM

GANGGUAN PENDENGARAN
BEBERAPA ISTILAH :

1. Ketulian 2. Tinnitus 4. Autofonia

: Penurunan intensitas pendengaran : Persepsi abnormal adanya pendengaran kerusakan eksternal (-) : Persepsi abnormal, suara sendiri terdengar lebih keras

5. Displakusis : Gema setiap bunyi yang masuk

6. Disakusis
7. Parakusis

: Nyeri bila ada suara yang melengking


: Mendengar percakapan orang-orang lebih jelas pada suasana yang ramai

MULUT, FARING DAN KELENJAR LUDAH.


Gejala2 dpt berupa : nyeri, perdarahan, ada benjolan, sulit makan/ bicara, berlendir, gangguan mengecap Perlu pemeriksaan lebih rinci : 1. Gejalanya akut/ kronik 2. Riwayat trauma, tindakan pd gigi 3. Ada penyakit lokal/ sistemik penyerta

SAKIT TENGGOROKAN : - frekuensi, lama serangan - disertai demam, sekret, sulit menelan/ napas - ada nyeri alih - perokok

SEKRET DI TENGGOROKAN : - mukoid, purulen, berdarah - lamanya - jumlahnya banyak/ sedikit

DISFAGIA, sulit menelan : - lamanya - ada regurgitasi, berbau - BB menurun - letak sumbatan dll.

Pemeriksaan Faringoskopi
Mukosa tonsil hiperemis dan edematosa eksudat

Tonsilitis akut

Tonsilitis hipertrofi

Abses peritonsiler

PEMERIKSAAN ADENOID
1. Direkta

2. Indirekta
3. Palpasi 4. X-foto : True lateral RAN perbandingan jarak antara batas posterior palatum durum & sisi antero-inferior

sinkondrosis sfenoid basis oksiput

LARING DAN HIPOFARING : serak, batuk, disfagia, rasa penuh/ada massa, benda asing, pembengkakan.

Gejala2 tsb. perlu di teliti lebih lanjut : 1. Lamanya, lokasi

2. Intermiten/ terus2an
3. Ada nyeri/ tidak 4. Ada disfagia, odinofagia, sulit bernapas 5. Ada regurgitasi 6. BB menurun 7. Merokok dll.

Macam-macam Bronkoskop : 1. Bronkoskop kaku (rigid)

2. Bronkoskop lentur (fleksibel)

Observasi / manuver
Bronkoskop kaku Bronkoskop lentur - Trakea bronkus utama - Semua bronki peringkat III dapat dimasuki &

peringkat IV dapat dilihat


- Gerakan terbatas maju mundur - Ujung distal yang lemas dapat difleksikan ke

berbagai sudut

Laringitis akut

Laringomalasia

Gejala & Tanda


Gejala sumbatan b. asing di sal. napas tergtg : - Lokasi - Derajat sumbatan (total, sebagian) - Sifat, bentuk & ukuran 3 stadium aspirasi benda asing : Std. I : - Batuk-batuk hebat sec. tiba-tiba - Rasa tercekik (choking) - Rasa tersumbat di tenggorok (gagging) - Bicara gagap (sputtering) - Obstruksi jalan yg bisa terjadi segera Std. II : - Asimptomatis - Berbahaya keterlambatan diagnosis Std. III : - Terjadi komplikasi

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologik & Laboratorium : mengetahui ggn keseimbangan asam-basa serta tanda infeksi Untuk benda asing : - Yang bersifat radioopak dibuat rontgen foto segera setelah kejadian - Yang bersifat radiolusen dibuat rontgen foto setelah 24 jam kejadian (biasanya setelah 24 jam baru tampak tanda atelektasis atau emfisema) Posisi Rontgen Foto : - Leher posisi tegak - Toraks : PA & Lateral

Video Fluoroskopi - Utk melihat sal. napas secara keseluruhan - Dpt mengevaluasi saat inspirasi & ekspirasi - Mediastinal shift & pelebaran interkostal

dpt terlihat berupa pergeseran mediastinum ke sisi paru yg sehat saat inspirasi
Bronchogram : - Dengan kontras - Dapat menilai adanya bronkiektasi

4. Pemeriksaan Esofagoskopi :

- Esofagoskop rigid - Esofagoskop fiber optic fleksibel


5. Pemeriksaan manometrik : Menilai fungsi motorik esofagus

DISFAGIA
Definisi
Keadaan dimana ditemukan kesukaran menelan, baik terhadap makanan cair maupun makanan padat

DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis kelainan / penyakit yang menyebabkan disfagia : 1. Anamnesis 2. Pemeriksaan fisik 3. Pemeriksaan radiologis : - Foto polos atau dgn kontras (Esofagogram) - Fluoroskopi - Cine film (utk gangguan motilitas) - Tomogram & CT-Scan - M.R.I. (dpt membantu melihat kelainan di otak yang menyebabkan disfagia motorik)

You might also like