Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Laring memiliki kegunaan pentingyaitu (1) ventilasi paru (2) melindungi paru selama deglutisi melalui mekanisme sfingteriknya (3) pembersihan sekresi melalui batuk yang kuat (4) produksi suara
Fraktur laring dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas. Oleh karena itu, pasien-pasien yang diduga mengalami fraktur laring harus diperlakukan sebagai pasien gawat darurat.
Etiologi
Kehidupan sehari-hari seperti leher terpukul oleh tangkai pompa air, leher membentur dash board dalam kecelakaan waktu mobil berhenti tiba-tiba,,berkelahi, dicekik atau usaha bunuh diri dengan menggantung dir, dll. akibat tindakan medik
tindakan
pemasangan endotrakeal tube (ETT) oleh tenaga medis yang kurang terampil Pemakaian ETT yang terlalu lama juga sehingga terjadi stenosis pada laring atau trakea.
Gejala Klinis
Stridor Suara serak ( disfoni ) sampai suara hilang ( afoni ) timbul bila terdapat kelainan pada pita suara Hemoptisis: akibat laserasi mukosa jalan nafas dan bila jumlahnya banyak dapat menyumbat jalan nafas. Perdarahan ini biasanya terjadi akibat luka tusuk,luka tumpu, dl. Disfagia ( sulit menelan ) dan Odinofagia ( nyeri menelan ) dapat timbul akibat ikut bergeraknya laring yang mengalami cedera pada saat menelan.
Keterangan : pada saat rem mendadak dan tanpa sabuk pengaman, tubuh supir terdorong ke depan dan membentur stir, menyebabkan laring terjepit antara stir dan vertebra servikalis.
Grup I: Trauma endolaringeal ringan tanpa fraktur. Grup II: Edema sedang, hematoma dengan laserasi mukosa, tidak ada ekspose tulang rawan, fraktur nondislokasi. Grup III Edema berat, robekan mukosa dengan ekspose tulang rawan, disertai kord vokalis yang immobile. Grup IV sama dengan derajat 3 ditambah perlukaan berat endolaringeal disertai bentuk laring yang tidak beraturan. Grup V Terputusnya laringotrakeal komplit.
Komplikasi
jaringan parut dan terjadinya stenosis laring, paralisis nervus rekuren, Secara garis besarnya, komplikasi yang mungkin terjadi :
Akut Kronik
o Obstruksi jalan nafas o Afonia o Disfonia o Odinofagia o Disfagia o Komplikasi post operasi ( hematoma, infeksi) o Perubahan suara (21-25%) o Obstruksi kronik (15-17%) o Cedera kord vokalis (paralisis, terfiksasi) o Fistula (trakeoesofageal, esofageal, atau faringokutaneous) o Perubahan kosmetik o Aspirasi kronik
Prognosis
Sebagian besar trauma laring dapat sembuh secara spontan dan tidak memerlukan perhatian lebih lanjut. Trauma tajam laring diasosiasikan dengan 3-6 % angka kematian. Pasien dengan derajat trauma laring yang berada di grup I dan II sebagian besar sembuh sempurna meski demikian beberapa yang lebih parah (misalnya yang disertai dislokasi kartilago ataupun cedera saraf), memiliki prognosis yang buruk.
Pendahuluan
Kelumpuhan pita suara pita suara tidak dapat abduksi obstruksi laring penderita sesak nafas. Secara umum 5 posisi dari korda vokalis POSISI derajat ostium OSTIUM KORDA VOKALIS sesuai dengan laringeus
Median Paramedian Intermedia sedikit abduksi abduksi penuh. Kedua korda di garis tengah 3-5 mm 7 mm 14 mm 18-19 mm
Pendahuluan
Paralisis bilateral di tandai dengan mengamati ukuran celah glotis. Paralisis unilateral memperkirakan posisi garis tengah sebenarnya dan menghubungkannya dengan posisi korda vokalis. Gejala suara parau stridor atau kesulitan menelan
Bilateral vagal
Efek
Suara baik, aspirasi jalan nafas buruk terutama saat berkuat Korda vokalis tak bergerak ke lateral Korda vokalis berada dalam posisi intermedia
Pemeriksaan
Bilateral recurrent laryngeal nerve paralysis (Bilateral recurrent laryngeal nerve paralysis)
Pengobatan