You are on page 1of 28

Definisi: Infeksi akut SSP pd manusia dan mamalia yg disebabkan virus Rabies dan menginfeksi manusia melalui sekret

yg terinfeksi pada gigitan binatang. Nama lain: Hydrophobia Di Indonesia disebut penyakit anjing gila

Etiologi: Virus Rabies Prototype dari genus Lyssa virus dari famili Rhabdoviridae Termasuk golongan virus RNA. Virus berbentuk peluru. Ukuran 180 x 75 mm. Virus inaktif pd pemanasan ;pd suhu 56C waktu paruh kurang dari 1 menit, pd kondisi lembab pada suhu 37C dpt bertahan bbrp jam. Virus juga mati dg deterjen, sabun, etanol 45% dan solusi jodium

Distribusi dan Insidensi: Rabies tersebar diseluruh dunia, wp ada bbrp negara yg bebas Rabies a.l. Australia,Inggris, sebagian besar Skandinavia, Selandia Baru dll. Di Indonesia data th 2001 menunjukkan 7 provinsi bebas rabies, yi Jateng, Jatim, Kalbar, Bali, NTB, Maluku dan Irja. Jml kematian didunia akibat Rabies diperkirakan >50.000 orang/th. Binatang penggigit di Indonesia anjing (90%), kucing (6%), kera ,dll (4%).

Transmisi: Infeksi terjadi melalui kontak dg binatang spt anjing, kucing, kera, kelelawar,dll. Dan ditularkan melalui gigitan binatang atau kontak virus (saliva binatang) dg luka pada host atau melalui mukosa membran. Infeksi bisa terjadi secara inhalasi,bisa akibat vaksinasi virus rabies yg masih hidup, dan pernah dilaporkan pada transplantasi kornea.

Patogenesis: Setelah virus masuk tubuh, virus menetap 2 mg ditempat masuk , berkembang biak dijaringan otot sekitar dan mencapai ujung saraf perifer tanpa menunjukkanperubahan fungsi. Dari saraf perifer virus menyebar secara sentripetal melalui endoneurium sel Schwan danmelalui aliran aksoplasma mencapai ganglion dorsalis dlm waktu 60-72 jam dan berkembang biak.Selanjutnya virus menyebar ke SSP dg kecepatan 3mm/Jam melalui CSS. Di otak virus menyebar secara luas dan memperbanyak diri pd semua bagian neuron,

kemudian bergerak keperifer dlm serabut saraf eferen dan pd saraf volunter dan otonom. Penyebaran selanjutnya dari SSP ke saraf perifer termasuk saraf otonom,otot skeletal, otot jantung, kel.adrenal, ginjal, mata, pankreas. Tahap selanjutnya virus terdapat pd kel.ludah, kel.lakrimalis dan sistem respirasi. Virus juga terdapat pada urine dan ASI. Perubahan patologi berupa degenerasi sel ganglion, infiltrasi sel mononuklear dan perivaskuler, neuronofagia dan pembentukan nodul pada glia di otak dan medula spinalis

Dijumpai Negri bodies yaitu benda intrasitoplasmik yg berisi komponen virus. Negri bodies bisa ditemukan pada seluruh bagian otak. Pada 20% kasus Rabies tidak ditemukan Negri bodies.

Gejala klinik: Masa inkubasi 95% 3-4 bulan, bervariasi 7hr-7th, pd anak lebih pendek. Masa inkubasi dipengaruhi dalam dan besar gigitan, lokasi ( dekat /jauh dr SSP ). Luka dikepala inkubasi 25-48 hr, diekstremitas 46-78hr. Pd manusia secara teoritis, klinis ada 4 stadium, yg secara klinis sulit dipisahkan.

Stadium pada Rabies 1. Gejala prodromal non spesifik 2. Ensefalitis akut 3. Disfungsi batang otak 4. Koma dan kematian

Stadium Prodromal 1-4 hr , tdk ada gejala spesifik. Demam, menggigil, batuk, nyeri telan,nyeri perut, sakit kepala, myalgia, malaise, mual, muntah, diare. Gejala lebih spsefik yi gatal dan parestesia pd bekas gigitan yg sdh sembuh (50%) Bisa sp 10 hr berlanjut gejala neurologik akut berupa furious atau paralitik.

Stadium Neurologi akut Berupa gejala furious atau paralitik. Gejala furious berupa hiperaktif, disorientasi, halusinasi atau tingkah laku aneh. Setelah bbrp jam-hari gejala hiperaktif menjadi intermiten setiap 1-5 menit, berupa periode agitasi, ingin lari, menggigit diselingi periode tenang. Gejala hiperaktif bisa terjadi krn rangsangan suara, cahaya, tiupan udara dll, yg menimbulkan kejang fobia thd rangsangan. Bila diberi air utk diminum spasme hebat otot2 faring Hidrofobia (khas rabies).

Aerofobia terjadi akibat rangsangan udara pd wajah, Fotofobia bila ada sinar jatuh kemata. Gejala otonom berupa delatasi pupil, peningkatan lakrimasi, hipertermia, takhikardi, hipotensi postural, hipersalivasi. Gejala lain demam, fasikulasi otot, hiperventilasi, kejang. Penderita tetap sadar. Gejala diatas bs berlangsung sp penderita meninggal.

Sebab kematian krn : a. Gagal nafas akibat kontraksi hebat otot pernafasan dan disfungsi pusat pernafasan. b. Disfungsi jantung krn miokarditis, aritmia, henti jantung akibat stimulasi n.vagus. Bila stadium ini terlewati stadium paralitik. 20% penderita masuk stadium paralitik. Gejala stadium paralitik yi demam, sakit kepala, paralisis ekstremitas yg digigit, bisa difus atau simetris dan menyebar asenden spt GBS.

Pada stadium paralitik dapat tidak ditemui hidrofobia, aerofobia dan fotofobia, hiperaktifitas dan kejang. Kesadaran dapat utuh dapat memburuk secara gradual menjadi bingung, disorientasi, kelumpuhan, disfagi, kelumpuhan pernafasan meninggal. Stadium neurologik akut berlangsung 2-7 hr, dg fase paralitik lebih panjang.

Stadium Koma Bila penderita bisa melewati sadium neurologik akut stadium koma. Koma bisa terjadi 10 hr setelah gejala rabies tampak dan bs berlangsung bbrp jam bbrp bln. bbrp komplikasi bs terjadi dan menjadi penyebab kematian. Sampai saat ini semua penderita rabies meninggal, hanya dilaporkan 4 orang hidup.

Pemeriksaan laboratorium: -Pemeriksaan darah pd awal penyakit tidak spesifik, bisa terjadi lekositosis. -Urinalisa didapatkan albuminuria dan peningkatan lekosit pd sedimen. -Pemeriksaan CSS menunjukkan gambaran ensefalitis, lekosit 70/mm3, tekanan dapat normal atau meningkat, protein dan glukosa normal.

-Pemeriksaan EEG didapatkan gelombang lambat dengan penekanan aktifitas dan paroxismal spike. -CT Scan Dan MRI cerebral normal. -Isolasi virus sebaiknya dilakukan pd mg I dari sampel saliva, hapusan tenggorokan, kornea, biopsi kulit/otak, CSS. Isolasi >10-14 hr sering tdk berhasil krn adanya neutralizing antibody. Deteksi neutralizing antibody dlm serum bs sbg alat diagnostik utk penderita tanpa vaksinasi.

-Fluorescent Antibodies Test (FAT) dg cepat mengidentifikasi antigen virus rabies dijaringan otak, sedimen CSS, urine. Pd mg I FAT dr kulit leher merupakan tes yg paling sensitif. -Rapid Fluorescent Focus Inhibition Test(RFFIT) untuk mendeteksi antibodi spesifik, hasil diperoleh dlm 48 jam. -Negri bodies dapat ditemukan pd. pemeriksaan histologis post mortem pd jaringan otak. (71-90%).

Negri bodies berbentuk bulat, bersifat asidofilik pada yg klasik terdapat butir-butir basofilik didalamnya. -Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction ( RT-PCR) dapat dilakukan untuk mendeteksi RNA virus rabies.

Diagnosa banding: =Tetanus masa inkubasi lebih pendek, didapatkan trismus, kekakuan otot yg persisten, status mental normal, tdk ada hidrofobia. =Rabies stadium paralitik bisa menyerupai GBS, myelitis tranversa, ensefalitis virus, poliomyelitis.

Penanganan: -Tidak ada terapi untuk penderita yg sdh menunjukkan gejala rabies. -Penanganan hanya bersifat suportif untuk penanganan gagal nafas dan gagal jantung. -Isolasi penting utk menghindari rangsangan. -Analgetik dan sedatif bisa diberikan. -Jackson menuliskan perlunya pemberian vaksin antirabies, imunoglobulin. -Antiviral yg dianjurkan ribavirin, interferon alfa dan ketamin.

Pencegahan: Untuk penderita yg terpapar dg virus rabies harus dilakukan : = perawatan luka adekwat = pemberian vaksin anti rabies dan imunoglobulin. @ Perawatan luka Luka gigitan dicuci dg sabun, dilakukan debridemen diberikan desinfektan mis. alkohol 40-70%, tinktura yodii. Luka tdk dibenarkan dijahit kecuali jahit situasi.

@ vaksinasi vaksinasi post exposure Dasarnya adalah neutralizing antibody dpt segera terbentuk dlm serum setelah masuknya virus kedalam tubuh dan sebaiknya terdapat dalam titer tinggi selama setahun krn inkubasi yg lama. Neutralizing antibody dapat berasal dari imunisasi pasif dengan serum anti rabies atau secara aktif diproduksi oleh tubuh karena imunisasi aktif.

Pd luka gigitan ringan cukup diberikan vaksin, pd luka gigitan yg parah diberikan kombinasi vaksin dan serum. Vaksinasi pd paparan ringan diberikan vaksin secara intramuskuler 0,5 ml pd hr 0,3,7,14,28. (rekomendasi WHO) atau 0,5 ml pd hr 0,7,21. (rekomendasi DepKes RI).

Vaksinasi pre exposure Individu berisiko tinggi kontak dg virus rabies, mis. dokter hewan, petugas laboratorium atau wisatawan didaerah endemis. Vaksin anti rabies diberikan dosis 1 ml, intramuskuler pd hari 0,7,28 lalu boster setelah 1 th dan tiap 5 th.

Efek samping vaksinasi: - lokal , sakit, bengkak, gatal, ereitema pd tempat suntikan. - umum, panas, malaise, mual, muntah, diare, mialgia. - komplikasi neurologis yg berbahaya ensefalomielitis.

Prognosis Kematian krn infeksi virus rabies 100%. Penyebab kematian adalah gagal nafas dan henti jantung.

You might also like