Professional Documents
Culture Documents
Tokoh Gestalt
Max Wertheimer Wolfgang Kohler Kurt Koffka
Max Wertheimer
Dalam perjalanan liburan di awal karirnya sambil naik kereta api Wertheimer melihat sinar berkedip-kedip (hidup dan mati) dengan jarak tertentu, sinar itu memberi kesan sebagai satu sinar yang bergerak datang dan pergi tidak putus-putus. Dari kejadian tersebut Wertheimer memperoleh gagasan untuk satu eksperimen yang paling penting darinya ia mulai mengerjakan teka-teki yang menjadi titik awal memunculkan serangkaian khayalankhayalan gerakannya . jika mata melihat perangsang dengan cara tertentu, akan memberikan ilusi gerakan. Wertheimer menyebut gejala ini dengan istilah Phi Phenomenon. Pada tahun 1910, ketika berusia 30 tahun, Max memperlihatkan ketertarikannya untuk meneliti tentang persepsi setelah ia melihat sebuah alat yang disebut "stroboscope" (benda berbentuk kotak yang diberi alat untuk melihat ke dalam kotak tersebut) di toko mainan anak-anak. Setelah melakukan beberapa penelitian dengan alat tersebut, dia mengembangkan teori tentang persepsi yang sering disebut dengan teori Gestalt. Eksperimen Wertheimer mengenai Scheinbewegung
Max Wertheimer
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai bentuk atau konfigurasi. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.
Kohler lahir di Reval, Estonia pada 21 januari 1887. Ia mencapai gelar Ph.D dari Universitas Berlin tahun 1909, dan selanjutnya bersama Koffka, bekerja dengan Werheimer di Frankfurt academy sebagai asisten. Tahun 1913 sampai tahun 1920 dia menjadi direktur di Anthropologi Station di Pulau Tenerife yang berlokasi dipulau Canary. Selama Perang Dunia I, ia menghabiskan selama 4 tahun di pulau tersebut. Di pulau inilah ia mempelajari perilaku kera dan ayam. Hasil investigasinya kemudian diterbitkan dalam sebuah bukunya yang penting, The Mentality of Apes (1924). memuat tentang eksperimennya mengenai simpanse dan ayam untuk mengetes berbagai masalah yang berkaitan dengan belajar.
Menurut hasil percobaan Kohler, ada kera/ simpanse yang cerdas dan ada pula kera yang bodoh. Kera yang bodoh, nampak hanya belajar dengan asosiasi dan pengulangan, sambil melakukan perilaku berulang-ulang. Sebaliknya, kera yang cerdas, menurut Kohler bisa belajar sangat banyak seperti apa yang manusia lakukan, bisa mempertunjukkan sesuatu dan kadangkala memperlihatkan kemampuan proses mental yang lebih tinggi.
Pandangan Gestalt Tentang Belajar dan The Memory Trace (Kesan Ingatan)
Belajar menurut Gestalt prinsipnya berkaitan dengan proses berfikir (proses problem solving) dan persepsi. Persepsi adalah kemampuan manusia untuk mengenal dan untuk memahami apa yang tidak diketahuinya. Penerimaan sesuatu berarti bahwa manusia dapat mengingat pengalaman-pengalaman, objek atau kejadian masa lalu. Persepsi memerlukan proses lebih banyak dari sekedar kemampuan melakukan reaksi terhadap sesuatu, yaitu pemrosesan yang sungguh-sungguh untuk mengintegrasikan
Hukum Pragnanz yaitu suatu prinsip yang menyatakan kecenderungan terhadap apapun yang dipandang untuk menerima kemungkinan kondisi yang paling baik. Hukum pragnanz digunakan sebagai petunjuk prinsip dalam mempelajari persepsi belajar dan ingatan.
Belajar dg insight
Insight dipengaruhi oleh kemampuan dasar. Kemampuan dasar itu berbeda-beda dari individu yang satu ke individu yang lain. Pada umumnya anak yang masih sangat muda sukar untuk belajar dengan insight. Insight dipengaruhi oleh pengalaman belajar masa lampau yang relevan. Insight itu didahului oleh suatu periode mencoba-coba. Insight bukanlah hal yang dapat jatuh dari langit dengan sendirinya, tapi hal yang harus di cari. Sebelum dapat memperoleh insight orang harus sudah meninjau problemnya dari berbagai arah dan
Belajar dg insight
Belajar yang dengan Insight itu dapat diulangi. Jika sesuatu problem yang telah dipecahkan dengan insight lain kali diberikan lagi kepada pelajar yang bersangkutan, maka dia akan dengan langsung dapat memecahkan problem itu lagi. Insight yang telah sekali di dapatkan dapat dipergunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.
Mengajar
membaca dan menulis menggunakan metode mengeja vs metode global/ struktural analisis sintesis (menerapkan teori gestalt)
Pada awal belajar membaca, siswa diberikan cerita pendek yang telah dikenal anak dalam kehidupan keluarga. Cerita ini merupakan satu kesatuan yang telah dikenal anak. Maka dengan mudah anak itu segera dapat membaca seluruhnya secara hafalan. Biarkan siswa membaca sambil menunjuk kalimat yang tidak cocok dengan yang diucapkan.
Contoh pembelajaran yang cocok menerapkan teori gestalt ini selain pada pelajaran bahasa : seperti mengarang, menganalisis isi buku, juga pada pelajaran fisika, kimia atau biologi: yaitu dengan metode belajar yang berbasis masalah (studi kasus), eksperimen. Dan pada pelajaran IPS berupa observasi, wawancara dan membuat laporannya
Sangat penting artinya bagi siswa bila ia dapat menemukan pemahaman (insight) dengan caranya sendiri. Karena itu guru harus pandai mengatur strategi (membuat siasat) bagaimana cara mengajar untuk menimbulkan pemahaman (insight) oleh siswa sendiri tanpa siswa merasa digurui secara langsung. Buatlah siasat agar siswa menemukan pemahaman sendiri. Metode ini terkenal dengan metode problem solving (pemecahan masalah).
Kesimpulan
Salah satu aliran yang mempunyai pengaruh terhadap praktik belajar yang dilaksanakan di sekolah adalah aliran psikologi kognitif (termasuk di dlmnya Teori Gestalt). Aliran ini telah memberikan konstribusi terhadap penggunaan unsur kognitif atau mental dalam proses belajar. Berbeda dengan pandangan aliran behavioristik yang memandang belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respons, aliran ini memandang kegiatan belajar bukanlah sekedar stimulus dan respons yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam diri individu yang
Kesimpulan
Menurut aliran gestalt, belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan pengetahuan. Perilaku yang tampak pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan dan lain sebagainya.
Terima Kasih
materi dapat diunduh di: quls-edu.com