You are on page 1of 67

HUKUM

JAMINAN
KREDIT
Kelompok 2:
Bella Listya Cintya
Charity Olivia
Devyana Indah F
Dewita Rahmayana
Husna Aisyah
Risty Rahmaniatami
Pranata Jaminan dalam Hukum Perdata
Menurut Cara terjadinya



Lahir karena Undang-Undang
Jaminan yang keberadaannya ditunjuk
UU tanpa ada perjanjian para pihak.
segala kebendaan milik debitur baik
yang sudah ada maupun yang baru
akan ada dikemudian hari akan
menjadi tanggungan untuk segala
perikatannya (pasal 1131 KUHPer)
jika debitur tidak dapat memenuhi
kewajiban hutangnya maka
kebendaan milik debitur tersebut
akan dijual kepada umum dan hasil
penjualannya akan dibagi antara para
kreditur seimbang (Pasal 1132 BW)



Lahir karena Perjanjian
Perjanjian penjaminan: Perjanjian
tambahan yang melekat pada
perjanjian hutang piutang antara
debitur dan kreditur yang di tujukan
untuk menjamin pelunasan
kewajiban debitur.
Contoh: Hipotik, hak tangguhan,
fidusia, perjanjian penanggungan
hutang, perjanjian garansi, dll.
Sifat: Accesoir, yaitu timbul karena
adanya perjanjian pokok, sehingga
perjanjian jaminan tidak akan ada
bila tidak ada perjanjian pokok.
1
Menurut Objeknya
Benda Bergerak
Gadai (Pasal 1150 BW):
Hak yang diperoleh kreditur
atas benda bergerak yang
diserahkan oleh debitur
dan seorang lain atas nama
debitur yang memberikan
kekuasaan kepada kreditur
untuk mengambil
pelunasan dari barang
tersebut
Fidusia (UU No.4/1996):
hak tanggungan yang tetap
berada dalam penguasaan
pemberi fidusia sebagai
agunan bagi pelunasan
utang tertentu
Benda Tidak
Bergerak/Benda
Tetap
Rumah atau
bangunan yang
berada di atas tanah
orang lain tetapi bisa
diikat dengan
jaminan fidusia

2
Benda Berupa Tanah
Diikat dengan hak
tanggungan, yaitu hak
jaminan yang
dibebankan pada hak
atas tanah
sebagaimana dimaksud
dalam UU No.4/1996
terikat atau tidak
terikat, benda-benda
lain yang merupakan
satu kesatuan dengan
tanah itu.

Menurut Sifatnya
Jaminan Umum
Jaminan yang
diberikan bagi
kepentingan
semua kreditur
dan menyangkut
semua harta
debitur
sebagaimana
diatur dalam
Pasal 1131
KUHPer.
Jaminan Khusus
Jaminan dalam
bentuk
penunjukkan atau
penyerahan
benda tertentu
secara khusus
sebagai jaminan
atas pelunasan
kewajiban dari
debitur kepada
kreditur tertentu.
3
Jaminan Perorangan
Istilah jaminan
perorangan berasal
dari kata borgtocht
yaitu penangguhan
hutang dan ada juga
yang menyebutkan
dengan istilah
jaminan imateriil,
yaitu terdapat pihak
ketiga yang
mengikatkan diri
untuk memenuhi
perikatan si
berutang jika si
berutang tidak
mampu memenuhi
perikatannya.
Jaminan
Kebendaan
Adanya benda
tertentu yang
dijadikan
jaminan.
Kebendaan yang
dijaminkan
tersebut harus
merupakan milik
dari pihak yang
memberikan
jaminan
kebendaan.
Menurut Kewenangan Menguasai
Benda Jaminan
Menguasai Benda
Jaminan
Kreditur yang menguasai
benda jaminan merasa
lebih aman terutama
untuk benda bergerak
yang mudah
dipindahtangankan dan
berubah nilainya.
Contoh: Gadai


4
Tanpa Menguasai
Benda Jaminan
Hal ini menguntungkan
debitur karena tetap
dapat memanfaatkan
benda jaminan. Contoh:
Hak hipotik dan fidusia

Timbulnya jaminan khusus ini karena adanya perjanjian yang khusus
diadakan antara debitor dan kreditor yang dapat berupa :
Jaminan perorangan (personlijk), yaitu adanya orang tertentu yang
sanggup membayar atau memenuhi prestasi jika debitor cidera janji.
Jaminan perorangan ini tunduk pada ketentuan hukum perjanjian yang
diatur dalam Buku III Pasal 1830 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata.
Jaminan yang bersifat kebendaan yaitu adanya benda tertentu yang
dijadikan jaminan(zakelijk). Ilmu hukum tidak membatasi kebendaan
yang dapat dijadikan jaminan, hanya saja kebendaan yang dijaminkan
tersebut haruslah merupakan milik dari pihak yang memberikan
jaminan kebendaan tersebut(ingat asas jura in realiena); ataupun
JAMINAN PERSEORANGAN
Pengertian jaminan perseorangan menurut Sri Soedewi,
mengartikan jaminan imateriil (perorangan) adalah:
Jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada
perorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan
terhadap debitur tertentu,dan terhadap harta kekayaan
debitur umumnya.
Sedangkan menurut Soebekti:
Suatu perjanjian antara seorang kreditur dengan pihak
ketiga, yang menjamin dipenuhinya kewajiban si
berhutang (debitur) manakala orang ini sendiri tidak
memenuhinya. (Pasal 1820)

Jaminan perseorangan yang diatur dalam BUKU III
KUHPerdata adalah:
Penanggungan
Hutang
(borgtocht)
Perjanjian
Garansi
Penanggungan Hutang (borgtocht)
penanggungan hutang adalah suatu perjanjian dengan
mana seorang pihak ketiga guna kepentingan si
berpiutang mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan
si berhutang manakala orang ini sendiri tidak
memenuhinya. (Pasal 1820 KUHPer)
Penanggungan hutang diatur dalam Pasal 1820 sampai
dengan Pasal 1850 KUHPer.


Hak penanggung atau penjamin:
Hak untuk menuntut lebih dulu (Pasal 1831 BW)
Hak untuk membagi hutang (Pasal 1836 dan 1837 BW)
Hak untuk mengajukan tangkisan (Pasal 1847 BW)
Hak untuk di berhentikan dari penanggungan karena
terhalang untuk melakukan suborgasi yang diakibatkan dari
kesalahan kreditor. (Pasal 1848 BW)

Akibat-akibat penanggungan antara debitur dan si
penanggung:
Menurut Pasal 1831 BW, untuk melunasi hutang debitur, si penanggung
tidaklah diwajibkan membayar kepada si berpiutang selain jika si berutang
lalai, sedangkan barang kepunyaan debitur harus disita dan dijual terlebih
dahulu untuk melunasi hutangnya.
Pasal 1832 BW, Penanggung tidak dapat menuntut supaya barang milik
debitur lebih dulu disita dan dijual untuk melunasi hutangnya jika:
Ia telah melepaskan hak istimewanya untuk menuntut barang-barang
debitur lebih dahulu disita dan dijual
Apabila ia telah mengikatkan dirinya bersama-sama dengan si
berutang utama secara tanggung menanggung; dalam hal mana
akibat-akibat perikatannya diautr menurut asas-asas yang ditetapkan
untuk utang-utang tanggung menanggung
Debitur dapat memajukan suatu tangkisan yang hanya mengenai
dirinya sendiri secara pribadi
Debitur dalam keadaan pailit
Dalam hal penanggungan yang diperintahkan oleh Hakim



Akibat-akibat Penanggungan antara debitur dan
penanggung dan antara para penanggung:
Hubungan hukum antara penanggung dengan debitur utama
adalah erat kaitannya dengan telah dilakukannya pembayaran
hutang debitur kepada kreditur. Untuk itu, pihak penanggung
menuntut kepada debitur supaya membayar apa yang telah
dilakukan penanggung kepada kreditur. Penanggung juga
berhak menuntut uang pokok dan bunga, serta penggantian
biaya dan kerugian jika ada. (Pasal 1830 BW)
Jika si penanggung telah sekali membayar hutangnya, ia tidak
dapat menuntutnya kembali dari si berutang yang telah
membayar untuk kedua kalinya jika penanggung tidak
memberitahukan kepada si berutang tentang pembayaran
yang telah dilakukannya. (Pasal 1842 BW)

Jika berbagai orang telah mengikatkan dirinya sebagai
penanggung untuk seorang debitur dan untuk utang yang
sama, maka penanggung yang melunasi hutangnya
berhak untuk menuntut kepada penanggung yang
lainnya, masing-masing untuk bagiannya. (Pasal 1844
BW)

Hapusnya penanggungan hutang:
Hapusnya penanggungan hutang diatur dalam pasal 1845
sampai dengan pasal 1850 BW.
Di dalam Pasal 1845 BW disebutkan bahwa perikatan yang
timbul karena penanggungan, hapus karena sebab-sebab
yang sama dengan yang menyebabkan berakhirnya
perikatan lainnya seperti di sebutkan dalam Pasal 1381 BW,
bahwa terdapat 10 cara berakhirnya perjanjian
penanggungan hutang, yaitu pembayaran, penawaran
pembayaran tunai, diikuti dengan penitipan atau penitipan,
pembaruan hutang, kompensasi, pencampuran hutang,
pembebasan hutang, musnahnya barang yang terutang,
kebatalan atau pembatalas, dan berlakunya syarat
pembatalan.

Terhadap kreditur itu, penanggung utang dapat
menggunakan segala tangkisan yang dapat dipakai oleh
debitur utama dan mengenai utang yang ditanggungnya
sendiri. Akan tetapi, ia tidak boleh mengajukan tangkisan
yang semata-mata mengenai pribadi debitur itu (Pasal
1847 BW).
Dalam Ps 1848 BW, dikatakan bahwa penanggung berhak
untuk diberhentikan dari penanggungan jika karena
perbuatan kreditur sipenanggung menjadi terhalang atau
tidak dapat lagi bertindak terhadap hak-haknya, hak
tanggung- annya dan hak-hak utama dari kreditur.
PERJANJIAN GARANSI
Perjanjian Garansi adalah perjanjian penanggungan atau borgtocht
dimana Bank yang menjadi pihak ketiga (penanggung, guarantor,
borg) bersedia bertindak sebagai penanggung bagi nasabahnya
yang menjadi debitur dalam mengadakan suatu perjanjian (pokok)
dengan pihak lain sebagai kreditur.
Pasal 1233: Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan,
baik karena undang-undang. Dalam hal ini, perjanjian garansi lahir
karena adanya persetujuan
Pasal 1234 : Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan
sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu. Dalam
hal ini, perjanjian garansi adalah perikatan yang ada untuk berbuat
sesuatu, yaitu menjamin atau berbuat menjamin.
Dalam KUHPerdata perjanjian garansi serupa dapat kita
lihat juga pengaturannya pada Pasal 1820 sampai dengan
Pasal 1850 dengan juga memperhatikan Pasal 1831 atau
Pasal 1832 KUHPerdata
Untuk menjamin kelangsungan Bank Garansi, maka
penanggung mempunyai Hak istimewa yang diberikan
undang-undang, yaitu untuk memilih salah satu,
menggunakan pasal 1831 KUH Perdata atau pasal 1832
KUH Perdata.

Perbedaan antara Perjanjian Penanggungan dengan
Perjanjian Garansi adalah:

Bentuk Perjanjian Penanggungan tercantum dlm
perjanjian pokoknya sedangkan bentuk perjanjian
Garansi berdiri sendiri.
Kewajiban yang harus dipenuhi oleh penanggung dalam
perjanjian garansi adalah penggantian kerugian yang
timbul sedangkan dalam perjanjian penanggungan
adalah memenuhi perutangan yang tidak dipenuhi oleh
debitur.

JAMINAN KEBENDAAN
Jaminan kebendaan (zakelijk zekerheid/security
right in rem) adalah jaminan yang berupa hak
mutlak atas sesuatu benda, yang mempunyai
hubungan langsung atas benda tertentu dari
debitur, dapat dipertahankan terhadap siapa
pun, selalu mengikuti bendanya dan dapat
diperalihkan

Jenis-jenis Jaminan Kebendaan
Jaminan Kebendaan atas:
Benda Bergerak
Gadai/Pand
Fiducia
Resi Gudang
Benda Tidak Bergerak
UU Hak Tanggungan (Tanah)
Hipotik (Kapal 20m3)
JAMINAN KEBENDAAN
Jaminan kebendaan menurut bentuknya dapat
berupa :
Benda Bergerak
benda bergerak yang berwujud, pengikatanya dengan
gadai (pand), dan fidusia
benda bergerak yang tidak berwujud, yang
pengikatannya dengan gadai (pand), cessie dan account
receivable.
Benda Tidak Bergerak
Pengikatan terhadap jaminan dalam bentuk benda
bergerak berupa hak tanggungan (hipotik).
Bentuk-bentuk jaminan kebendaan diatur dalam
Buku II KUH Perdata serta Undang-undang lainnya
1. Gadai, diatur dalam KUH Perdata Buku II Bab XX Pasal
1150-1161,
2. Hak tanggungan, diatur dalam UU No.4/1996,
3. Fiducia, UU No.42/1999,
4. Hipotik Kapal yang diatur dalam Pasal 1162 sampai
dengan Pasal 1232 KUHPer serta Undang-Undang No.
17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (UU Pelayaran),
serta peraturan-peraturan pelaksananya;
5. Resi Gudang yang diatur dalam Undang-Undang No. 9
Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang No. 9 Tahun
2011 (UU Resi Gudang) serta peraturan-peraturan
pelaksananya.

Gadai
Gadai adalah hak yang diperoleh kreditor atas suatu barang
yang bergerak yang diberikan kepadanya oleh debitor atau orang
lain atas namanya untuk menjamin suatu utang.

Sifat-sifat gadai antara lain:
Benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud.
Bersifat accesoir
Adanya sifat kebendaan
Syarat inbezieztelling
Hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri
Hak preferensi sesuai dengan pasal 1130 dan pasal 1150 KUHP
Hak gadai tidak dapat dibagi-bagi

Objek dan Subjek Gadai
Objek Gadai : benda bergerak
benda bergerak berwujud : emas, arloji, sepeda
motor, dan lain-lain
Benda bergerak tidak berwujud : piutang atas bawah,
piutang atas tunjuk, hak memungut hasil atas benda
dan atas piutang

Subjek Gadai :
pemberi gadai (pandgever) : orang atau badan hukum
yang memberikan jaminan dalam bentuk benda
bergerak selaku gadai kepada penerima gadai untuk
pinjaman uang yang diberikan kepadanya
penerima gadai (pandnemer)
Hak pemegang gadai
mendapatkan ganti rugi berupa biaya-biaya yang telah dilakukan untuk
menyelamatkan benda gadai .
menahan benda gadai (hak retensi) sampai ada pelunasan hutang dari debitur
(jumlah hutang dan bunga).
mempunyai prefensi (hak untuk di dahulukan) dari kreditur lain.
menjual benda gadai dengan perantara hakim jika debitur menuntut di muka
hukum supaya barang gadai di jual menurut cara yang di tentukan oleh hakim untuk
melunasi hutang dan biaya serta bunga.
Atas izin hakim tetap menguasai benda gadai.

Kewajiban pemegang gadai
Pasal 1157 ayat 1 KUHP perdata pemegang gadai bertanggung jawab atas hilangnya
harga barang yang digadaikan yang terjadi atas kelalaiannya.
Pasal 1156 KUHP ayat 2 berkewajiban untuk memberitahukan pemberi gadai jika
barang gadai dijual.
Pasal 1159 KUHP ayat 1 beranggung jawab terhadap hasil penjualan barang gadai
Kewaijban untuk mengembalikan benda gadai jika debitur melunasi hutangnya.
Kewajiban untuk melelang benda gadai.


Hak gadai terjadi dalam dua fase yaitu :
Fase pertama : Perjanjian Pinjam Uang
Fase kedua : Penyerahan benda gadai dalam kekuasaan
penerima gadai

Hapusnya gadai :
Perjanjian pokok
Musnahnya benda gadai
Pelaksanaan eksekusi
Pemegang gadai telah melepaskan hak gadai secara
sukarela
Pemegang gadai telah kehilangan kekuasaan atas
benda gadai
Penyalahgunaan benda gadai.

Hak Tanggungan
Menurut Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor
4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas
Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan
Dengan Tanah :
Hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda
yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya
disebut hak tanggungan, adalah hak jaminan yang
dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana
dimaksud dalamUndang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut
atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan
satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan
utangtertentu, yang memberikan kedudukan yang
diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap
kreditor- kreditor lainnya.

Ciri dan Sifat Hak Tanggungan
Ciri hak tanggungan :
Memberikan kedudukan yang diutamakan atau
mendahului kepada pemegangnya (kreditor tertentu).
Selalu mengikuti objek yang dijaminkan di tangan
siapapun objek itu berada.
Memenuhi asas spesialitas dan asas publisitas
Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya.
Merupakan hak jaminan atas tanah yang mudah dan
pasti pelaksanaan eksekusinya.
Sifat Hak Tanggungan :
Hak Tanggungan tidak dapat dibagi-bagi
Hak tanggungan merupakan perjanjian accesoir


Objek dan Subjek Hak Tanggungan
Objek Hak Tanggungan
Sesuai dengan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1996 :
Hak milik;
Hak guna usaha;
Hak guna bangunan;
Hak pakai atas tanah negara, yang menurut ketentuan yang
berlaku wajib didaftar dan menurut sifatnya dapat dipindah
tangankan dapat juga dibebani dengan hak tanggungan.

Subjek Hak Tanggungan
Pemberi Hak Tanggungan
Pemegang Hak Tanggungan

Proses pembebanan hak tanggungan
Tahap pemberian Hak Tanggungan,
didahului dengan janji akan memberikan hak tanggungan sebagai jaminan
pelunasan utang tertentu
Tahap pendaftaran Hak Tanggungan,
hanya memenuhi syarat spesialitas, sampai pada tahap tersebut hak
tanggungan yang bersangkutan belum lahir dan kreditor pemegangnya
belum memperoleh kedudukan yang diutamakan
Pembebanan Hak Tanggungan Atas Tanah Hak Milik
Pasal 25 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria
Pembebanan Hak Tanggungan Atas Hak Guna Usaha
Pasal 33 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria
Pembebanan Hak Tanggungan Atas Hak Guna Bangunan
Pasal 39 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria
Pembebanan Hak Tanggungan Atas Hak Pakai
Pasal 52 dan Pasal 53 Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 1996 tentang Hak
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai.


Beralihnya Hak Tanggungan
Konsekuensi sifat accesoir hak tanggungan
Perjanjian accesoir adalah perjanjian yang mempunyai ciri-ciri:
a. Tidak dapat berdiri sendiri.
b. Adanya atau timbulnya maupun hapusnya bergantung dari
perikatan pokoknya.
c. Apabila perikatan pokoknya dialihkan, accesoir-nya turut beralih
Dasar beralihnya hak tanggungan menurut pasal 16
Undang-Undang Hak Tanggungan.
a. Cessie
b. Subrogatie
c. Merger

Hapusnya Hak Tanggungan
Dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996
disebutkan, sebagai berikut :
Hapusnya hutang yang dijamin dengan hak
tanggungan.
Dilepaskannya hak tanggungan oleh pemegang hak
tanggungan.
Pembersihan hak tanggungan berdasarkan penetapan
peringkat oleh
Ketua Pengadilan Negeri.
Hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak
tanggungan

HIPOTEK
Hipotek adalah suatu hak kebendaan atas
benda-benda tak bergerak untuk mengambil
penggantian daripadanya bagi pelunasan
suatu perikatan.

Lebih lanjut; pasal 1168, 1171, 1175,
1176 KUHPerdata

Atas dasar pasal-pasal tersebut diatas, unsur-unsur
hipotek:
1. Harus ada benda yang dijaminkan
2. Bendanya benda tak bergerak
3. Dilakukan oleh orang yang berhak
memindahtangankan benda jaminan
4. Ada sejumlah uang tertentu dalam perjanjian
pokok dan ditetapkan dalam suatu akta
akta autentik
5. Benda objek jaminan bukan untuk dimiliki,
hanya sebagai jaminan hutang saja.


Asas-asas Hipotek

1. Publisitas harus didaftarkan dalam register umum
agar masyarakat khususnya pihak ketiga dapat
mengetahui.
2. Asas spesialitas benda-benda yang dijaminkan
ditunjuk secara khusus
benda apa
letaknya dimana
luasnya berapa
berbatasan dengan apa saja
Objek Hipotek

Objek hipotek Ps. 1164 KUHPerdata

Sebelum berlaku UUHT
Tanah-tanah yang berstatus HM, HGB, HAU,
ps. 51 yunto ps. 57 UUPA

Setelah berlaku UUHT
Hipotek untuk kapal- kapal dalam bobot mati
20m Ps. 314 (1) KUHD
Hipotek pesawat udara UU No.15 Thn 1992
tentang penerbangan
Kapal laut objek hipotek UU No.21 thn 1992
tentang pelayaran

Pasal 1 angka 2 Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan
jenis apapun, yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga
angin, atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung
dinamis, kendaraan dibawah permukaan air, serta alat apung dan
bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah.
Pasal 309 (1) KUHD kapal adalah semua peralatan dengan
nama apapun dan dari macam apapun juga
Pasal 510 KUHPerdata Kapal termasuk benda bergerak
untuk dijadikan objek hipotek harus terdaftar dalam daftar kapal
indonesia
Pasal 314 (3) KUHD Atas kapal yang dibukukan dalam register
kapal, kapal-kapal dalam pembuatan seperti andil-andil dalam
kapal dan kapal dalam pembuatan itu dapat diletakkan hipotek
Pendaftaran kapal diatur dalam UU Pelayaran Bab II Bagian
ketiga tentang Pengukuran, Pendaftaran, dan Kebangsaan
kapal Ps. 45 s.d. 54
Isi Hipotek

Janji-janji (clausula) dalam perjanjian pembebanan
hipotek untuk melindungi kreditur (pemegang
hipotek) agar tidak dirugikan, harus secara tegas
dicantumkan dalam akta pembebanan hipotek
a. Janji untuk menjual atas kekuasaan sendiri
Ps. 1178 KUHPerdata
b. Janji tentang hak (Ps. 1185 KUHPerdata)
mengacu pada ps. 1576 KUHPerdata
c. Janji tentang asuransi (Ps. 297 KUHD)
d. Janji untuk tidak dibersihkan Ps. 1210
KUHPerdata
Peralihan Hipotek

Pasal 1172 KUHPerdata peralihan hanya
dapat dilakukan dengan akta notaris

Peralihan piutang yang dijaminkan dengan
hipotek tersebut harus diberitahukan pada
pegawai pendaftaran dan balik nama kapal
untuk dilakukan pencatatan
Hapusnya Hipotek

Pasal 1209 KUHPerdata:
1. Hapusnya perikatan pokok
2. Pelepasan hipotek oleh kreditur
3. Penetapan tingkat oleh hakim
Ketentuan diluar KUHPerdata:
1. Afstan hipotik
2. Lenyapnya benda hipotik
3. Pencampuran kedudukan pemegang dan pemberi hipotik
4. Pencoretan, karena pembersihan atau kepailitan
5. Pencabutan hak milik

Jika hipotek telah hapus, harus ada pemberitahuan
pada pejabat pendaftaran dan pencatatan balik nama
kapal di kantor Syahbandar untuk diadakan Roya /
pencoretan
RESI GUDANG
Resi Gudang adalah dokumen bukti kepemilikan
atas barang yang disimpan di Gudang yang
diterbitkan oleh Pengelola Gudang.
hak jaminan yang dibebankan pada Resi Gudang untuk
pelunasan utang, yang memberikan kedudukan untuk
diutamakan bagi penerima Hak Jaminan terhadap
kreditor yang lain (pasal 1 angka (9) UU SRG)
Hak Jaminan dalam undang-undang ini meliputi klaim
asuransi dalam hal barang sebagaimana tersebut dalam
Resi Gudang diasuransikan
(Penjelasan Pasal 12 ayat (1) UU SRG)

Subjek Jaminan atas Resi Gudang
Pemegang Resi Gudang adalah Pemilik barang atau
pihak yang menerima pengalihan dari pemilik
barang atau pihak lain yang menerima pengalihan
lebih lanjut.

Pengelola Gudang adalah Pihak yang melakukan
usaha pergudangan, baik gudang milik sendiri
maupun milik orang lain, yang melakukan
penyimpanan, pemeliharaan dan pengawasan
barang yang disimpan oleh pemilik barang serta
berhak menerbitkan Resi Gudang
Asas-Asas Hak Jaminan atas Resi Gudang

1). Asas-asas Hak Kebendaan (Asas Absolut, Asas Droit de Suite,
Asas Droit de Preference)
2). Bersifat Accesoir (Pasal 12 (1) UU SRG)
3). Asas Publiciteit (Pasal 13 UUSRG)
4). Asas Specialiteit
Akta perjanjian Hak Jaminan harus memuat
a. Identitas pihak pemberi dan penerima Hak Jaminan
b. Data perjanjian pokok yang dijamin dengan Hak Jaminan
c. Spesifikasi Resi Gudang yang diagunkan
d. Nilai Jaminan Utang; dan
e. Nilai barang berdasarkan harga pasar saat barang di
masukkan ke dalam gudang





Obyek Jaminan dalam Hak Jaminan atas Resi Gudang
Barang bergerak yang disimpan dalam jangka waktu tertentu dan
diperdagangkan secara umum
(Pasal 1 angka (5) UU SRG).

Peraturan Menteri Perdagangan RI No.26/M-DAG/Per/6/2007.
Pasal 3 : Barang dalam sistem Resi Gudang memiliki daya simpan paling
sedikit 3 (tiga) bulan, memiliki standar mutu tertentu, jumlah
minimum barang disimpan.
Pasal 4 (1) : Gabah, beras, jagung, kopi, kakao, lada, karet, rumput laut,
dengan catatan bahwa penetapan tentang Barang ini dapat
berkembang dengan rekomendasi Pemerintah Daerah, instansi
terkait, asosiasi komoditas, dengan tetap memperhatikan
persyaratan pada Pasal 3
(vide Pasal 4 ayat (2), Permendag No.26/M-DAG/Per/6/2007).



Obyek Jaminan
Hapusnya dan Eksekusi Hak Jaminan
atas Resi Gudang

Hapusnya Hak Jaminan atas Resi Gudang
(Pasal 15 UU SRG)
a. Hapusnya utang pokok yang dijamin dengan hak jaminan
dan;
b. Pelepasan Hak Jaminan oleh Penerima Hak Jaminan
Eksekusi dalam Hak Jaminan atas Resi Gudang
(Pasal 16 UU SRG)
(1) Apabila pemberi hak jaminan cidera janji, penerima hak
jaminan mempunyai hak untuk menjual obyek jaminan
atas kekuasaan sendiri melalui lelang umum atau
penjualan langsung.
Pembebanan
Benda Jaminan
Fiducia ( Pasal 5 )
Pendafataran
Benda Jaminan
Fiducia ( Pasal 11)
Pengalihan
Jaminan Fiducia
( Pasal 19 )
Penghapusan
Jaminan Fiducia
(Pasal 25)
HAK
MENDAHULUI
(Pasal 27)
KETENTUAN
PIDANA
(Pasal 35)

ATURAN TERKAIT

UU NO 42 TAHUN 1999
JAMINAN FIDUCIA

PP 86 TAHUN 2000
Tata Cara Pendaftaran
Jaminan Fidusia
Dan Biaya Pembuatan Akta
Jaminan Fidusia
OBJEK JAMINAN FIDUSIA
TIDAK BERGERAK
BERGERAK
PIUTANG
KHUSUSNYA BANGUNAN
YANG TIDAK DAPAT DIBEBANI
HAK TANGGUNGAN
SEBAGAIMANA DIMAKSUD
DALAM UU No 4 Thn 1996
TENTANG HAK TANGGUNGAN
OBJEK
JAMINAN
FIDUSIA
BENDA
BERWUJUD
TIDAK
BERWUJUD
SATU BENDA TERTENTU
TERTENTU BERDASARKAN
JENIS
TELAH ADA
AKAN ADA
OBJEK FIDUCIA
BENDA BERGERAK
(BERWUJUD MAUPUN
TIDAK BERWUJUD),
BENDA TIDAK BERGERAK
KHUSUSNYA BANGUNAN
YANG TIDAK DIBEBANI
HAK TANGGUNGAN YAKNI
DALAM KAITANNYA
DENGAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN (UU NO.16
TAHUN 1985 TTG RUSUN
ATURAN YANG
BERLAKU :
UU NO. 42 TAHUN
1999 TENTANG
JAMINAN
FIDUSIABENDA
DALAM
PENGUASAAN
PEMBERI
FIDUSIA
FIDUSIABENDA
DALAM
PENGUASAAN
PEMBERI
FIDUSIA



1. BAHWA KREDITUR PENERIMA FIDUSIA MERUPAKAN KREDITUR YANG
DIUTAMAKAN DIBANDINGKAN DENGAN KREDITUR-KREDITUR LAINNYA.
2. JAMINAN FIDUSIA TETAP MENGIKUTI BENDA YANG MENJADI OBJEK JAMINAN
FIDUSIA DALAM TANGAN SIAPAPUN BENDA TERSEBUT BERADA. (DROIT DE
SUIT / ZAAKSGEVOLG).
3. ASAS ASESORITAS ; (BAHWA PERJANJIAN FIDUSIA MERUPAKAN PERJANJIAN
IKUTAN DARI PERJANJIAN UTAMA/POKOK, YATU PERJANJIAN HUTANG-
PIUTANG, YANG MELAHIRKAN HUTANG YANG DIJAMIN DENGAN JAMINAN
FIDUSIA).
4. ASAS KONTINJEN ; JAMINAN FIDUSIA DAPAT DILETAKKAN ATAS HUTANG YANG
BARU AKAN ADA.
5. ASAS BAHWA JAMINAN FIDUSIA DAPAT DIBEBANKAN TERHADAP BENDA YANG
AKAN ADA.
6. ASAS PEMIDAHAN HORIZONTAL; BAHWA JAMINAN FIDUSIA DAPAT
DIBEBANKAN TERHADAP BANGUNAN / RUMAH YANG TERDAPAT DI ATAS
TANAH MILIK ORANG LAIN.




7. BAHWA JAMINAN FIDUSIA BERISI RINCIAN SECARA DETAIL TENTANG
SUBJEK DAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA.
8. PEMBERI JAMINAN FIDUSIA HARUS ORANG YANG MEMILIKI
KEWENANGAN HUKUM ATAS OBJEK JAMINAN FIDUSIA.
9. ASAS PUBLIKASI ; JAMINAN FIDUSIA HARUS DIDAFTAR DI KANTOR
PENDAFTARAN FIDUSIA.
10. ASAS PENDAKUAN ; BENDA YANG DIJADI OBJEK JAMINAN FIDUSIA
TIDAK DAPAT DIMILIKI DIMILIKI OLEH KREDITUR PENERIMA JAMINAN
FIDUSIA SEKALIPUN HAL TERSEBUT DIPERJANJIKAN.
11. JAMINAN FIDUSIA MEMBERIKAN HAK PRIORITAS KEPADA KREDITUR
PENERIMA FIDUSIA YANG TERLEBIH DAHULU MENDAFTARKAN KE
KANTOR FIDUSIA DARI PADA KREDITUR YANG MENDAFTARKAN
KEMUDIAN.
12. PEMBERI JAMINAN FIDUSIA YANG TELAH MENGUASAI BENDA
JAMINAN HARUS MEMPUNYAI ETIKAD BAIK.(TIDAK
MEMINDAHTANGANKAN, MENYEWAKAN, MENJUAL ATAU
MENGALIHKAN KEPADA ORANG LAIN)
13. JAMINAN FIDUSIA MUDAH DIEKSEKUSI.

AKTA
JAMINAN
FIDUCIA
IDENTITAS
PEMBERI
DAN
PENERIMA
FIDUCIA
Data Perjanjian
pokok
Penjelasan
mengenai
Benda
Nilai Penjamin
Nilai Benda
yang menjadi
objek penjamin
Fiducia
UTANG YANG DAPAT
DIJAMINKAN JAMINAN FIDUCIA
:
utang yang telah ada;

utang yang akan timbul di
kemudian hari yang telah
diperjanjikan dalam jumlah
tertentu;
Atau

utang yang pada saat
eksekusi dapat ditentukan
jumlahnya berdasarkan
perjanjian pokok
yang menimbulkan kewajiban
memenuhi suatu prestasi.
ALUR
Kantor pendaftaran
Fiducia
( Departemn
Kehakiman)
Permohonan
Pendaftaran Fiducia
oleh penerima Fiducia
Kantor Pendaftaran
Fiducia mencatat
Jaminan Fidusia dalam
Buku Daftar Fidusia
Dicatat sesuai tanggal
yang sama dengan
tanggal penerimaan
permohonan
pendaftaran.
SERTIFIAKT JAMINAN
FIDUCIA
ISI SURAT PERMOHONAN
identitas pihak Pemberi dan
Penerima Fidusia;
tanggal,nomor akta jaminan
Fidusia, nama, tempat
kedudukan notaris yang
membuat
akta Jaminan Fidusia;
data perjanjian pokok yang
dijamin fidusia;
uraian mengenai Benda yang
menjadi obyek Jaminan
Fidusia;
nilai penjaminan; dan
nilai benda yang menjadi
obyek Jaminan Fidusia.
PENGALIHAN JAMINAN
FIDUCIA
PENGALIHAN ( PASAL 19 24)

P
E
N
G
A
L
I
H
A
N
CESSIE
(PENGALIHAN HAK ATAS PIUTANG)
DENGAN AKTA
OTENTIK ATAU AKTA
BAWAH TANGAN
PENERIMA
FIDUSIA
PEMBERI
FIDUSIA
BERALIHANNYA DEMI HUKUM
SELURUH HAK DAN KEWAJIBAN
KEPADA KREDITUR BARU
PRINSIP DROIT DE SUIT
BENDA
PERSEDIAAN
MENJUAL/
MENYEWAKAN
PENERIMA FIDUSIA TIDAK MENANGGUNG
KEWAJIBAN ATAS AKIBAT TINDAKAN ATAU
KELALAIAN PEMBERI FIDUSIA BAIK YANG
TIMBUL DARI HUBUNGAN KONTRAKTUAL ATAU
YANG TIMBUL DARI PERBUATAN MELANGGAR
HUKUM SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN
DAN PENGALIHAN BENDA YANG MENJADI
OBJEK JAMINAN FIDUSIA
BUKAN BENDA
PERSEDIAAN
MESIN PRODUKSI,
MOBIL PRIBADI,
RUMAH PRIBADI
PASAL 19 UU NO 42 TAHUN 1999
Pengalihan hak
jaminan
Beralihnya segala
hak dan kewajiban
Penerima Fiducia
pada kreditor baru
PASAL 613 UU
KUHP
CESSIE
Pengalihan piutang
yang dialkukan
dengan Akta otentik.


PRINSIP DROIT DE SUITE
Hak Kebendaan mengikuti bendanya dimanapun
juga (dalam tangan siapapun juga) barang itu
berada. hak tersebut terus mengikuti orang yang
mempunyainya.


KETENTUAN PENGALIHAN
JAMINAN FIDUCIA
Benda Persediaan sbg objek jaminan
fiducia yang dapat dialihkan harus melaui
cara dan prosedur yang berlaku
Benda yang menajdi objek jaminan
fiducia yang telah dialihkan wajib diganti
oleh Pemberi fiducia dengan objek yang
sama
Semua perjanjian dianggap tidak sah bila
terjadi cidera janji
BERAKHIRNYA JAMINAN
FIDUCIA
Faktor Penyebab
Hapusnya utang yang
di jamin dengan
Fiducia
Pelepasan Hak atas
Jaminan Fiducia oleh
penerima Fiducia
Musnahnya Benda
yang menjadi objek
Jaminan FIducia
Penerima Fiducia
melaporkan ke Kantor
Pendaftaran Fiducia

Kantor Pendaftaran Fiducia
menghapus Jaminan Fiducia

Kantor Pendaftaran Fiducia
membuat pernyataan Sertifikat
Jaminan Fiducia tidak berlaku
lagi

HAK MENDAHULUI
( PASAL 27)

HAK MENDAHULU
PASAL 27 UUJF
(1) Penerima Fidusia memiliki hak yang didahulukan terhadap kreditor
lainnya.
(2) Hak yang didahulukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah
hak Penerima Fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas
hasil eksekusi Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia.
(3) Hak yang didahulukan dari Penerima Fidusia tidak hapus karena
adanya kepailitan dan atau likuidasi Pemberi Fidusia.


Hak yang didahulukan dihitung sejak tanggal pendaftaran Benda yang
menjadi objek Jaminan Fidusia pada Kantor Pendaftaran Fidusia.
Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia berada di luar kepailitan dan atau
likuidasi.
CONTD
PASAL 28 UUJF

Apabila atas Benda yang sama menjadi
Objek Jaminan Fidusia Lebih dari 1
perjanjian Jaminan Fidusia, maka hak yang
didahulukan Sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27, diberikan kepada pihak Yang
Lebih dahulu mendaftarkannyapada Kantor
Pendaftaran Fidusia.

EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA PASAL (29-34
UUJF)

PELAKSANAAN TITEL
EKSEKUTORIAL
PENJUALAN DIBAWAH
TANGAN
PELELANGAN
UMUM
DEBITUR
CIDERA JANJI
EKSEKUSI
EKSEKUSI (LANJUTAN)
Dalam hal Pemberi Fidusia tidak menyerahkan Benda yang menjadi objek Jaminan
Fidusia pada waktu eksekusi dilaksanakan, Penerima Fidusia berhak mengambil
Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia dan apabila perlu dapat meminta
bantuan pihak berwenang.

Setiap janji untuk melaksanakan eksekusi terhadap Benda yang menjadi objek
Jaminan Fidusia dengan cara yang bertentangan dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 dan Pasal 31, batal demi hukum.

Setiap janji yang memberi kewenangan kepada Penerima Fidusia untuk memiliki
Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia apabila debitor cidera janji batal demi
hukum.

Dalam hal hasil eksekusi melebihi nilai penjaminan, Penerima Fidusia wajib
mengembalikan kelebihan tersebut kepada Pemberi Fidusia.

Apabila hasil eksekusi tidak mencukupi untuk pelunasan utang, debitor tetap
bertanggung jawab atas utang yang belum terbayar.
KETENTUAN PIDANA

PASAL 35 UUJF
SETIAP ORANG YANG DENGAN SENGAJA
MEMALSUKAN, MENGUBAH, MENGHILANGKAN,
ATAU DENGAN CARA APAPUN MEMBERIKAN
KETERAANGAN SECARA MENYESATKAN YANG
JIKA HAL TERSEBUT DIKETAHUI OLEH SALAH
SATU PIHAK TIDAK MELAHIRKAN PERJANJIAN
JAMINAN FIDUSIA,


DIPIDANA DENGAN PIDANA PENJARA
PALING SINGKAT 1 TAHUN DAN PALING
LAMA 5 TAHUN DAN DENDA PALING
SEDIKIT Rp. 10.000.000,-DAN PALING
BANYAK Rp.100.000.000,-
PASAL 36 UUJF
PEMBERI FIDUSIA YANG MENGALIHKAN,
MENGGADAIKAN, ATAU MENYEWAKAN
BENDA YANG MENJADI OBJEK JAMINAN
FIDUSIA SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM
PASAL 23 ayat(2) YANG DILAKUKAN TANPA
PERSETUJUAN TERTULIS TERLEBIH DAHULU
DARI PENERIMA FIDUSIA.
DIPIDANA DENGAN PIDANA PENJARA
PALING LAMA 2 TAHUN DAN DENDA
PALING BANYAK Rp.50.000.000,-

You might also like