Identitas pasien Nama: Tn. Wagiman Hadi Jenis kelamin: laki-laki Usia: 42 tahun Alamat: dsn. rejosari 03/01 Tiba di IRD : 07/02/2014 21:40 Tiba di RBK: 07/02/2014 Tanggal pemriksaan: 18/02/2014 12:00 Secondary survey Anamnesis : pasien sudah tidak sesak, tidak ada pusing. Nyeri pada luka bekas WSD kanan yang baru dilepas, makan-minum baik, BAK BAB baik, tidak ada nyeri ataupun kelemahan pada kedua kaki. Pergelangan tangan kiri masih sakit dan nyeri bila digerakkan, bengkak, menekuk siki kiri tidak sakit. Riwayat trauma: pasien datang ke UGD tanggal 07/02/2014 dengan keadaan lemas setelah jatuh dari poho kelapa setinggi 20 meter, pasie jatuh dengan posisi setengah duduk dan tangan kiti sebagai tumpuhan, kepala tidak terbentur, setelah jatuh pasien sadar, badan pasien terbentur tanah berbatu. setelah kejadian pasien tidak dapat menggerakkan pergelangan tangan karena sangat nyeri. Kemudian pasien dibawa ke bidan setempat dengan keadaan lemah dan dari bidan setelah di tensi ternyata tensi pasien rendah, disarankan untuk dibawa ke RS segera, kemudian pasien sempat dibawa ke RS PKU rogojampi, lalu dirujuk ke RSUD blambangan. Riwayat penanganan di UGD: setibanya di UGD RSUD blambangan Primary survey (?) KU: lemah, TD 80/50, Nadi: 96x/m, RR: 28x/m, perfusi baik, GCS 456, anemis(+), jejas pada dada(-),suara nafas kanan menurun dan perkusi hemithorax kanan menurun, jejas di abdomen (-), nyeri tekan abdomen(+), defans muscular(?), BU(+), senoris distal baik, motorik distal baik. pemeriksaan penunjang: thorax XRAY, BOF, Pelvis XRAY, Antebrachii S,DL,RFT,LFT,GDA,Hb serial Diagnosis UGD: Suspect internal bleeding+hematothorax S+close fracture Distal radius S hasil pemeriksaan penunjang: thorax XRAY: hematothorax S, close fracture distal radius S, HB serial 9,8 - 8,8. Terapi di UGD: O2 masker 10-12 lpm, double IV line grojok RL 2500cc, posisi setengah duduk, pro transfusi WB 2 kolf sampai HB >10, ceftriaxone inj 2x1, kalnex inj 3x1, antrain inj 3x1,DC, bidai tangan kiri, observasi ketat. KIE keluarga keadaan pasien gawat Respon terapi: sesak tetap ada, RR: 40x/m, hemodinamik membaik TD: 120/90, HR:80x/m. Kemudian pasien dikirim ke RBK. 08/02/2014 Anamnesis: Pasien masih sesak, tangan pergelangan tangan kiri masih sakit, perut masih sakit. TD 100/60, nadi: 100x/m, RR: 30x/m, HB 8,2, produksi urin 600cc/24jm bening hasil pemeriksaan Radiologis: USG abdomen: hematome hepar, kesan ruptur lien, internal bleeding, hematothorax bilateral, ruptur organ berongga tidak dapat disingkirkan. BOF+Pelvic: dilatasi Usus Diagnosis: Internal bleeding ec ruptur lien+hematothorax bilateral+ close fracture Distal radius S Terapi: Pro cito operasi laparotomy ( pro konsul dr. Radhi SpB), O2 masker 8 lpm, IVFD RL 30 tpm, cefo inj 3x1, ketorolac inj 3x1, kalnex inj 3x1, DC, tranfusi 2 kolf PRC, bidai fracture, Reposisi fracture colles S under GA+gips setelah KU membaik Respon terapi: hasil konsul: konservatif, hemodinamik membaik, tetap sesak nafas, nyeri pada pergelangan berkurang dengan bidai. 09/02/2014 Anamnesis: Pasien masih sesak, tangan pergelangan tangan kiri masih sakit, perut tidak sakit, batuk darah sedikit TD 130/90, nadi: 90x/m, RR: 36x/m, HB 9,2, produksi urin 700cc/24jm bening hasil pemeriksaan Radiologis: USG abdomen: hematome hepar, kesan ruptur lien, internal bleeding, hematothorax bilateral, ruptur organ berongga tidak dapat disingkirkan. BOF+Pelvic: dilatasi Usus Diagnosis: Internal bleeding ec ruptur lien+suspect kontusio pulmonum+ close fracture distal radius S Terapi: O2 masker 8 lpm, IVFD RL 30 tpm, cefo inj 3x1, ketorolac inj 3x1, kalnex inj 3x1, transfusi 2 kolf PRC, DC, thorax XRAY posisi setengah duduk, pro pemasangan WSD D bidai fracture, Reposisi fracture colles S under GA+gips setelah KU membaik Respon terapi: hemodinamik membaik, tetap sesak nafas, nyeri pada pergelangan berkurang dengan bidai. Thorax Xray 09/02/2014 10/02/2014 Anamnesis: Pasien masih sesak, tangan pergelangan tangan kiri masih sakit, perut tidak sakit, batuk darah sedikit TD 130/80, nadi: 96x/m, RR: 30x/m, HB 10,2 , produksi urin 700cc/24jm bening Diagnosis: Internal bleeding ec ruptur lien+suspect kontusio pulmonum+ close fracture distal S Terapi: O2 masker 8 lpm, IVFD RL 30 tpm, cefo inj 3x1, ketorolac inj 3x1, kalnex inj 3x1, drip adona,DC thorax XRAY posisi setengah duduk, bidai fracture, Reposisi fracture colles S under GA+gips setelah KU membaik, evaluasi foto thorax XRAY, EKG,konsul anastesi. Respon terapi: hemodinamik membaik, tetap sesak nafas, nyeri pada pergelangan berkurang dengan bidai. Thorax Xray 10/02/2014 11/02/2014 Anamnesis: Pasien masih sesak, tangan pergelangan tangan kiri masih sakit, perut tidak sakit, batuk darah sedikit TD 130/80, nadi: 96x/m, RR: 38x/m, HB 11,0 , produksi urin 900cc/24jm bening Diagnosis: Post Internal bleeding ec ruptur lien+suspect kontusio pulmonum+ close fracture distal radius S Evaluasi foto thorax XRAY: tidak jelas contusio pulmonum, pelebaran mediastinum Hasil EKG: Ischemia pro konsul penyakit dalam Hasil konsul anastesi: operasi ditunda, pro konsul paru Hasil konsul paru: efusi pleura bilateral ec contusio pulmonum (suspect hematothorax) D>S+ suspect pneumoni S, trial pungsi (+) darah minimal, mohon pertimbangan pemasangan WSD D, ceftaxidime inj 3x1 Terapi: O2 masker 8 lpm, IVFD RL 30 tpm, cefo inj 3x1, ketorolac inj 3x1, kalnex inj 3x1, drip adona,DC, thorax XRAY posisi setengah duduk, bidai fracture, Reposisi fracture colles S under GA+gips setelah KU membaik, observasi RR, evaluasi thorax XRAY. Respon terapi: hemodinamik baik, tetap sesak nafas, nyeri pada pergelangan berkurang dengan bidai. Thorax Xray 11/02/2014
13/02/2014 Anamnesis: Sesak berkurang, tangan pergelangan tangan kiri masih sakit, perut tidak sakit, batuk darah sedikit TD 130/80, nadi: 96x/m, RR: 30x/m, HB 12,0 , produksi urin 1000cc/24jm bening Diagnosis: Post Internal bleeding ec ruptur lien+hemathotorax bilateral ec kontusio pulmonum post WSD D hr-2+ close fracture distal radius WSD D: +200cc= 1300cc Evaluasi foto thorax XRAY: thorax drain D terpasang Terapi: O2 masker 8 lpm, IVFD RL 20 tpm, ceftazidime inj 3x1, ketorolac inj 3x1, kalnex inj 3x1, drip adona,DC, ISDN 3x1, aspilet 1x, thorax XRAY posisi setengah duduk, bidai fracture, Reposisi fracture colles S under GA+gips setelah KU membaik, observasi RR, evaluasi thorax XRAY Respon terapi: hemodinamik baik, tetap sesak nafas, nyeri pada pergelangan berkurang dengan bidai. Thorax Xray 13/02/2014
15/02/2014 Anamnesis: sesak , tangan pergelangan tangan kiri masih sakit, perut tidak sakit, batuk darah sedikit TD 130/80, nadi: 96x/m, RR: 38x/m, HB 11,0 , produksi urin 1100cc/24jm bening Diagnosis: Post Internal bleeding ec ruptur lien+hemathotorax bilateral ec kontusio pulmonum post WSD D hr-3+ close fracture distal radius S WSD D : produksi 2 hari +200cc Evaluasi foto thorax XRAY: sisa hematothorax D (+), Hematothorax S (+) Terapi: O2 masker 8 lpm, IVFD RL 18 tpm, cefo inj 3x1, ketorolac inj 3x1, kalnex inj 3x1, drip adona,DC, ISDN 3x1, aspilet 1x, thorax XRAY posisi setengah duduk, bidai fracture, Reposisi fracture colles S under GA+gips setelah KU membaik, observasi RR, evaluasi thorax XRAY, Pro aff WSD D, Pro pemasangan WSD S, chest fisioterapi (tiup-tiup) Respon terapi: hemodinamik baik, tetap sesak nafas, nyeri pada pergelangan berkurang dengan bidai. Thorax Xray 15/02/2014 17/02/2014 Anamnesis: sesak jauh berkurang , tangan pergelangan tangan kiri masih sakit, perut tidak sakit, batuk darah sedikit TD 130/80, nadi: 96x/m, RR: 20x/m, HB 12,0 , produksi urin 1000cc/24jm bening Diagnosis: Post Internal bleeding ec ruptur lien+hemathotorax bilateral ec kontusio pulmonum post WSD S hr-2+ close fracture distal radius S WSD S: produksi 2 hari 300cc Terapi: O2 masker 8 lpm, IVFD RL 18 tpm, cefo inj 3x1, ketorolac inj 3x1, kalnex inj 3x1, drip adona,DC, ISDN 3x1, aspilet 1x, thorax XRAY posisi setengah duduk, bidai fracture, Reposisi fracture colles S under GA+gips setelah KU membaik, observasi RR, evaluasi thorax XRAY, Pro aff WSD S Respon terapi: hemodinamik baik, tetap sesak nafas, nyeri pada pergelangan berkurang dengan bidai. 18/02/2014 Anamnesis: sesak jauh berkurang , tangan pergelangan tangan kiri masih sakit, perut tidak sakit, kateter dilepas, WSD kiri dilepas. VS: N: 90x/menit, TD: 120/80, RR: 20x/menit, temp: 36,1, perfusi: baik, GCS: 456 K/L: Jejas pada kepala(-), pupil bulat isokor 3mm/3mm, anemis(-), ikterus(-),cyanosis(- ),dyspneu(-) jejas pada leher (-), nyeri pada leher(-), nyeri gerak pada leher (-) kaku kuduk (-) Dada: Jejas dada (-), bekas luka pemasangan WSD (+) D et S, gerak dada simetris, RR: 20x/menit, suara nafas vesikuler ki-ka simetris, suara jantung 1 dan 2 normal, murmur (-), gallop(- ) Perut: Jejas (-),distended(-), bising usus normal, nyeri tekan (-), defans muscular (-), perkusi tympani Status lokalis Regio Antebrachii S Look: terpasang bidai, edema(+),dinner fork appearence (+), perfusi jaringan distal bagus Feel: Krepitasi (+) distal end radius, nyeri tekan (+), pulsasi a. radialis (+), a. superficial palmaris (+) Movement: fleksi siku (+) nyeri (-) ekstensi siku (+) nyeri (-), fleksi wrist (+) minimal nyeri (+), ekstensi wrist (+) minimal nyeri (+), fleksi phalang (+) nyeri (+), extensi phalang (+) nyeri(+)
QuickTime and a H.264 decompressor are needed to see this picture. QuickTime and a H.264 decompressor are needed to see this picture. Foto klinis Antebrachii S
Thorax Xray 18/02/2014 Antebrachii AP/LAT
Diagnosis 18/02/2014 Post terapi konservatif internal bleeding ec ruptur lien hemodinamik baik+ Post pemasangan WSD D-S ec hematothorax bilateral+ Distal comminuted radius fracture Ptx: IVFD RL 18tpm, Cefotaxim inj 3x1, Ketorolac inj 3x1, ISDN 3x1, Aspilet 1x1, persiapan operasi close reduction external fixation 19/02/2014 Edukasi: Rencana operasi patah tulang pergelangan tangan besok pagi Post-Op
Landasan teori
Jatuh dari ketinggian Pasien dengan MOI jatuh dari ketinggian mempunya banyak sekali kemungkinan cidera Mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala Ketinggian, berat badan, posisi jatuh merupakan hal peting dalam penentuan kemungkinan cidera pasien Dengan 3 faktor diatas ditambah dengan biomeknisme penyaluran gaya kita dapat memprediksi cidera dari pasien Dengan memahami poin-poin diatas kita akan lebih bisa memprediksi cidera-cidera yang tidak terlihat oleh mata Prinsip penaganan Prinsip penagan ATLS Setelah kondisi-kondisi yang mengancam jiwa pasien teratasi baru lanjutkan terapi ke cidera lain yang menyertai secara berkesinambungan Hematothorax Perdarahan yang terjadi pada cavum thorax Perdarahan berasal dari robekan pembuluh darah yang mengisi cavum torak Sesak nafas akibat penekanan pada paru sehingga pengembangan paru tidak sempurna Bila terjadi perdarahan yang banyak maka akan terjadi syok dan klinis menunjukkan adanya anemis Penanganan Apabila terjadi hematothorax yang massive langkah penagananya adalah dengan pemasangan WSD Post pemasangan dilihat produksi apabila >1000 dilakukan Cito thoracotomy Bila < 1000 maka tetap dilakukan observasi produksi drain, bila drain bertambah dengan cepat dilakukan Cito thoracotomy, bisa dilakukan klem drain tiap 15 menit sambil menunggu operator Kriteria pelepasan WSD: RR (menurun) Radiologis ( terjadi perbaikan ) Kuantitas produksi (<100cc/hr) Kualitas (darah-serous) Contusio paru Memar paru Keadan ini terjadi karena adanya benturan pada paru yang menyebabkan memar pada jaringan parenkim paru Keadaan ini biasanya timbul dan baru disadari belakangan, ketika keluhan sesak yang berlanjut setelah penanganan hematothorax dilakukan Atau bisa juga ditemukan diawal pasien datang dimana dalam perjalanannya contusio paru ini menyebabkan terjadinya hematothorax sehingga perlu pemasangan WSD Prinsip penganan ATLS Primary survey Airway Breathing Circulation Disability Exposure Assesment Terapi Reevaluasi respons terapi Masalah pada pasien kita Bila tidak ada respon yang baik maka penaganan/ penganan yang lebih lanjut harus dilakukan, segera konsulkan pasien XRAY Cervical, thorax, dan pelvis Setelah primary survey tertangani dan pasien stabil baru dilanjutkan ke pemeriksaan yang lebih lanjut SECONDARY SURVEY dimana dilakukan pemeriksaan yang lebih lengkap secara menyeluruh Kedua keadaan diatas harus ditangani dengan baik terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke penanganan yang lebih lanju karena merupakan keadaan yang mengancam jiwa Anatomy of wrist joint
Biomechanism of distal radius fracture
Three-column model of the distal end of the forearm konsep ini sangat membantu kita untuk mengerti beberapa bentuk fracture dari distal radius dan membantu untuk pertimbangan terapi internal fixation. Radial column : radial styloid + scaphoid facet Intermediate column : lunate facet + sigmoid notch Ulnar column (ulnar head): DRUJ+ulnar styloid+triangular fibrocartilage Intermediate column bisa terpisah menjadi 2 fragmen intraartikuler (Melone, 1984): palmarulnar fragment (4), dorsoulnar fragment (3). Untuk fragmen akan lebih jelas dengan pemeriksaan CTScan Radial styloi(2) seringnya terpisah dari shaft dan menjadi 1 fragmen terpisah. Jarang terjadi joint impaction pada fragmen ini. Pada tahun 1980 ada sebuah artikel yang diposting tentang Force transmission and pressure distribution at the radioulnar joint Percobaan itu dilakukan pada pergelangan tangan dari cadaver, dimana dimasukkan alat alat pengukur khusus kedalam sendi melalui dorsal approach dengan membuat insisi pada capsular ligament Kemudian diberikan force langsung dari axial ataupun dengan penarikan pada tendon ekstensor Hasilnya menunjukkan bahwa force terbesar terdapat pada Radial column dan intermediate column ( scaphoid fossa dan lunate fossa ) Bila dengan force yang sama posisi wrist dirubah menjadi ekstensi maka terjadi pergeseran tekanan ke arah dorsal IN Vivo Measurment Setelah penelitian terdahulu maka dilakukanlah penelitian lagi, namun kali ini dilakukan pada orang hidup (Rikli DA et al, JHS 2007). Penelitian ini dilakukan dengan alat pengukur tekanan yang sengaja didisain untuk penelitian ini. Alat ini sama seperti alat yang biasanya digunakan untuk Gait analysis (novel GmbH, munich) Sensor dimasukkan pada pergelangan pasien coba yang sehat dalam general anasthesia. Pendekatan dilakukan melalui anatomi snuff box, tidak seperti yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang melakukan insisi pada capsular ligament cara ini mempunyai keuntungan lebih karena meningkatkan sensitivitas hasil karena tidak mengganggu fisiologis dari wrist. Dengan memasukkan alat tersebut Dynamic real-time measurement dari force dan pressure distribution pada radioulnocarpal joint dapat direkam dalam keadaan wrist yang aktif bergerak Hasil dari percobaan ini didapatkan 2 area yang mendapatkan transmisi tekanan terbesar yaitu Ulna column dan Intermediate column dan hanya sedikit yang diterima pada Radial column Ketika wrist diekstensikan tidak didapatkan adanya pergeseran tekanan kearah dorsal Pada penampang sagital tekanan dengan sempurna terkumpul dan terakumulasi di tengah dari wrist joint Oleh sebab itu keseimbangan otot-otot fleksor dan ekstensor wrist berperan penting dalam proses mempertahankan akumulasi tekana pada wrist tetap berada di tengah Dengan dilakukan deviasi ulna atau radial tekanan bergeser kearah ulnar. Radial column: hanya menerima tekana yang kecil, dan berfungsi utama sebagai tulang penyangga pada gerakan yang mengarah radial, menjaga deviasi kearah radial, dan sebagai insersi dari capsular ligament, dan juga membantu gerakan kearah ulna melalui tension band mechanism Intermediate column: bagian yang paling besar mendapatkan tekanan. Tekanan dari arah axial dari os. lunate dan proximal pole os. scaphoid diteruskan sepenuhnya pada column ini. Ulnar column: kurang lebih 50% dari tekanan diteruskan ke column ini melewati triangular fibrocartilage. Column ini berguna untuk menstabilisasi gerakan pivot dari wrist. Pathomechanism (Pechlaner) Semua tipe distal radial fracture bisa disebabkan oleh hiperekstensi dari wrist, termasuk die punch injury dan palmar shear fracture Oleh sebab itu hiperekstensi adalah mekanisme cidera yang paling sering menyebabkan distal radius fracture. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya: Arah pasti dari vektor gaya Kualitas tulang (osteoporosis) Kedua faktor diatas dapat menghasil formasi patah yang berbeda Fernandez classification Type I bending. Bending forces are slow and low energy forces. A typical example is the dorsally displaced extraarticular fracture of the elderly lady (Colles fracture). These respond well to ligamentotaxis. Type II shear. A typical injury due to shear forces is the palmar rim fracture or Bartons Fx. Shear forces may also produce articular impaction either in the palmar shear fragment, or in the remaining main articular fragment, or in both. These fractures need buttressing of the sheared fragment with a plate after elevation of impacted fragments. Type III axial compression. Melones die punch fragments are the result of axial compressive forces. Articular fragments, typically dorsoulnar and palmoulnar, i.e. the intermediate column, may be impacted into the metaphysis in such a way that they do not respond to ligamentotaxis. They may need direct reduction. Type IV avulsion. These are fracture dislocations of the wrist. Avulsion forces lead to disruption and/or osseous avulsion of the stabilizing ligaments. The radial styloid often is avulsed as a big fragment representing an osseous avulsion of the radiocarpal ligaments. Ligament repair and reattachment is the key element of treatment. Type V complex. Combinations of the above.
Text Dx: Comminuted Distal radius fracture (TYPE 4 Fernandez classification) Radio-carpal fracture (Apley 9th edition) Fracture radial styloid Fracture-subluxation (BARTONS Fracture) Volar subulxation Dorsal subluxation Comminuted fracture of distal radius Fracture Radial styloid Mekanisme terjadinya adalah tekanan tinggi kearah radial deviasi Terapi : bila ada displacement maka dilakukan reduksi, lalu diposisikan ulnar deviasi, dan dipasang gips circular mulai metacarpal neck hingga below elbow Fracture-subluxation (BARTONS Fracture) Volar subluxation Distal radius fracture yang disertai volar subluxation dari carpus Sering salah diagnosis dengan Smiths fracture Terapi: mudah direduksi namun susah untuk dipertahankan, maka pilihan yang tepat adalah ORIF dengan anterior buttress plate Dorsal subluxation: sering disebut dorsal Bartons fracture garis fracture terdapat pada bagian dorsal distal radius, yang menyebabkan dorsal subluxation carpus terapi: lebih mudah dari pada volar subluxation, Close reduction+forearm cast selama 6 minggu, bila terjadi re-displace bisa dilakukan percutaneus K-wire atau dilakukan ORIF. Comminuted fracture of distal radius Die punch fragment dari fossa lunate Pada patah tulang seperti ini harus direduksi dan difiksasi dengan benar bisa dengan closed reduction + percutaneous K-Wire, bila perlu dilakukan internal fixation Pemilhan terapi (Rockwood and Greens fracture in adult 6th edition) Segi keilmuan Keuntungan vs Kerugian terapi Outcome yang dari terapi Pertimbangan pasien Kebutuhan pasien, lifestyle, faktor komorbid, status kesehatan Harus terjadi kecocokan dari kedua hal tersebut diatas, dimana dari segi keilmuan dengan hasil dan resiko yang bisa terjadi harus sesuai dengan outcome yang diharapkan oleh pasien sesuai dengan berbagai faktor tersebut diatas (Rockwood and Greens fracture in adult 6th edition) The literature reflects the controversy regarding nonoperative management. Young et al reported that at 7 years, there was overall good function with nonoperative management, and no apparent advantage was seen with external fixation. Young and Rayan indicated that in patients over the age of 60, radiographic appearance at union had a poor correlation with patient-reported outcomes. Other investigators noted persistent disability after nonoperative management and have proposed more aggressive treatment in elderly patients to avoid collapse. Future prospective randomized studies will need to address whether patient needs and expectations should affect the operative indications. REDUCTION and Fixation of Communited distal radius fracture (Rockwood and Greens fracture in adult 6th edition) Under anathesia Reduction and fixation Dilakukan traksi dengan arah longointudinal untuk mereduksi Dorsal angulasi dari metafisis Percutaneus K-wire bisa dipasang kearah comminuted fragmen dan bisa digunakan untuk membantu reposisi dari fragmen Forearm diposisikan nuetral-30 derajat supinasi lalu dipasang circular gips mulai proximal metacarpal-below elbow Lalu diposisikan palmar flexi 30 derajat agar memberikan efek tekanan sekaligus fiksasi untuk comminuted fragmen dari distal radius. Evaluasi Xray wrist AP/LAT post reduction dan fixation Pitfall dari Reduction (Rockwood and Greens fracture in adult 6th edition) longintudinal traction yang kurang, sehingga angulasi kearah dorsal tidak tereduksi dengan baik. Posisi forearm yang pronasi, menyebabkan terjadi Dorsal ulnar displacement Posisi full supinasi, menyebabkan Radius subluxation Flexi palmar >30derajat, menyebabkan acute CTS ( N. medianus tejepit) Dari poin-poin diatas inilah kita mengevaluasi hasil reduksi dan fiksasi kita
Kepustakaan Apleys System of orthopaedics and fractures ATLS book Rockwood and Greens fracture in adult 6th edition Textbook of disorders and injuries of the musculoskeletal system TERIMA KASIH