You are on page 1of 64

Case presentation

Bramta putra manyakori


Identitas pasien
Nama: Tn. Wagiman Hadi
Jenis kelamin: laki-laki
Usia: 42 tahun
Alamat: dsn. rejosari 03/01
Tiba di IRD : 07/02/2014 21:40
Tiba di RBK: 07/02/2014
Tanggal pemriksaan: 18/02/2014 12:00
Secondary survey
Anamnesis : pasien sudah tidak sesak, tidak ada pusing.
Nyeri pada luka bekas WSD kanan yang baru dilepas, makan-minum
baik, BAK BAB baik, tidak ada nyeri ataupun kelemahan pada kedua
kaki. Pergelangan tangan kiri masih sakit dan nyeri bila digerakkan,
bengkak, menekuk siki kiri tidak sakit.
Riwayat trauma: pasien datang ke UGD tanggal 07/02/2014 dengan
keadaan lemas setelah jatuh dari poho kelapa setinggi 20 meter, pasie
jatuh dengan posisi setengah duduk dan tangan kiti sebagai tumpuhan,
kepala tidak terbentur, setelah jatuh pasien sadar, badan pasien
terbentur tanah berbatu. setelah kejadian pasien tidak dapat
menggerakkan pergelangan tangan karena sangat nyeri. Kemudian
pasien dibawa ke bidan setempat dengan keadaan lemah dan dari bidan
setelah di tensi ternyata tensi pasien rendah, disarankan untuk dibawa
ke RS segera, kemudian pasien sempat dibawa ke RS PKU rogojampi,
lalu dirujuk ke RSUD blambangan.
Riwayat penanganan di UGD: setibanya di UGD RSUD blambangan
Primary survey (?)
KU: lemah, TD 80/50, Nadi: 96x/m, RR: 28x/m, perfusi baik, GCS
456, anemis(+), jejas pada dada(-),suara nafas kanan menurun dan
perkusi hemithorax kanan menurun, jejas di abdomen (-), nyeri tekan
abdomen(+), defans muscular(?), BU(+), senoris distal baik, motorik
distal baik.
pemeriksaan penunjang: thorax XRAY, BOF, Pelvis XRAY,
Antebrachii S,DL,RFT,LFT,GDA,Hb serial
Diagnosis UGD: Suspect internal bleeding+hematothorax S+close
fracture Distal radius S
hasil pemeriksaan penunjang: thorax XRAY: hematothorax S, close
fracture distal radius S, HB serial 9,8 - 8,8.
Terapi di UGD:
O2 masker 10-12 lpm, double IV line grojok RL 2500cc, posisi
setengah duduk, pro transfusi WB 2 kolf sampai HB >10, ceftriaxone
inj 2x1, kalnex inj 3x1, antrain inj 3x1,DC, bidai tangan kiri, observasi
ketat. KIE keluarga keadaan pasien gawat
Respon terapi: sesak tetap ada, RR: 40x/m, hemodinamik membaik TD:
120/90, HR:80x/m. Kemudian pasien dikirim ke RBK.
08/02/2014
Anamnesis: Pasien masih sesak, tangan pergelangan tangan kiri masih sakit, perut masih sakit.
TD 100/60, nadi: 100x/m, RR: 30x/m, HB 8,2, produksi urin 600cc/24jm bening
hasil pemeriksaan Radiologis: USG abdomen: hematome hepar, kesan ruptur lien, internal
bleeding, hematothorax bilateral, ruptur organ berongga tidak dapat disingkirkan. BOF+Pelvic:
dilatasi Usus Diagnosis: Internal bleeding ec ruptur lien+hematothorax bilateral+ close fracture
Distal radius S
Terapi: Pro cito operasi laparotomy ( pro konsul dr. Radhi SpB), O2 masker 8 lpm, IVFD RL 30
tpm, cefo inj 3x1, ketorolac inj 3x1, kalnex inj 3x1, DC, tranfusi 2 kolf PRC, bidai fracture,
Reposisi fracture colles S under GA+gips setelah KU membaik
Respon terapi: hasil konsul: konservatif, hemodinamik membaik, tetap sesak nafas, nyeri pada
pergelangan berkurang dengan bidai.
09/02/2014
Anamnesis: Pasien masih sesak, tangan pergelangan tangan kiri masih sakit, perut tidak sakit,
batuk darah sedikit TD 130/90, nadi: 90x/m, RR: 36x/m, HB 9,2, produksi urin 700cc/24jm bening
hasil pemeriksaan Radiologis: USG abdomen: hematome hepar, kesan ruptur lien, internal
bleeding, hematothorax bilateral, ruptur organ berongga tidak dapat disingkirkan. BOF+Pelvic:
dilatasi Usus
Diagnosis: Internal bleeding ec ruptur lien+suspect kontusio pulmonum+ close fracture distal
radius S
Terapi: O2 masker 8 lpm, IVFD RL 30 tpm, cefo inj 3x1, ketorolac inj 3x1, kalnex inj 3x1, transfusi
2 kolf PRC, DC, thorax XRAY posisi setengah duduk, pro pemasangan WSD D bidai fracture,
Reposisi fracture colles S under GA+gips setelah KU membaik
Respon terapi: hemodinamik membaik, tetap sesak nafas, nyeri pada pergelangan berkurang
dengan bidai.
Thorax Xray 09/02/2014
10/02/2014
Anamnesis: Pasien masih sesak, tangan pergelangan tangan kiri masih sakit, perut tidak sakit,
batuk darah sedikit TD 130/80, nadi: 96x/m, RR: 30x/m, HB 10,2 , produksi urin 700cc/24jm
bening
Diagnosis: Internal bleeding ec ruptur lien+suspect kontusio pulmonum+ close fracture distal S
Terapi: O2 masker 8 lpm, IVFD RL 30 tpm, cefo inj 3x1, ketorolac inj 3x1, kalnex inj 3x1, drip
adona,DC thorax XRAY posisi setengah duduk, bidai fracture, Reposisi fracture colles S under
GA+gips setelah KU membaik, evaluasi foto thorax XRAY, EKG,konsul anastesi.
Respon terapi: hemodinamik membaik, tetap sesak nafas, nyeri pada pergelangan berkurang
dengan bidai.
Thorax Xray 10/02/2014
11/02/2014
Anamnesis: Pasien masih sesak, tangan pergelangan tangan kiri masih sakit, perut tidak sakit,
batuk darah sedikit TD 130/80, nadi: 96x/m, RR: 38x/m, HB 11,0 , produksi urin 900cc/24jm
bening
Diagnosis: Post Internal bleeding ec ruptur lien+suspect kontusio pulmonum+ close fracture distal
radius S
Evaluasi foto thorax XRAY: tidak jelas contusio pulmonum, pelebaran mediastinum
Hasil EKG: Ischemia pro konsul penyakit dalam
Hasil konsul anastesi: operasi ditunda, pro konsul paru
Hasil konsul paru: efusi pleura bilateral ec contusio pulmonum (suspect hematothorax) D>S+
suspect pneumoni S, trial pungsi (+) darah minimal, mohon pertimbangan pemasangan WSD D,
ceftaxidime inj 3x1
Terapi: O2 masker 8 lpm, IVFD RL 30 tpm, cefo inj 3x1, ketorolac inj 3x1, kalnex inj 3x1, drip
adona,DC, thorax XRAY posisi setengah duduk, bidai fracture, Reposisi fracture colles S under
GA+gips setelah KU membaik, observasi RR, evaluasi thorax XRAY.
Respon terapi: hemodinamik baik, tetap sesak nafas, nyeri pada pergelangan berkurang dengan
bidai.
Thorax Xray 11/02/2014

13/02/2014
Anamnesis: Sesak berkurang, tangan pergelangan tangan kiri masih sakit, perut tidak sakit, batuk
darah sedikit TD 130/80, nadi: 96x/m, RR: 30x/m, HB 12,0 , produksi urin 1000cc/24jm bening
Diagnosis: Post Internal bleeding ec ruptur lien+hemathotorax bilateral ec kontusio pulmonum
post WSD D hr-2+ close fracture distal radius
WSD D: +200cc= 1300cc
Evaluasi foto thorax XRAY: thorax drain D terpasang
Terapi: O2 masker 8 lpm, IVFD RL 20 tpm, ceftazidime inj 3x1, ketorolac inj 3x1, kalnex inj 3x1,
drip adona,DC, ISDN 3x1, aspilet 1x, thorax XRAY posisi setengah duduk, bidai fracture,
Reposisi fracture colles S under GA+gips setelah KU membaik, observasi RR, evaluasi thorax
XRAY
Respon terapi: hemodinamik baik, tetap sesak nafas, nyeri pada pergelangan berkurang dengan
bidai.
Thorax Xray 13/02/2014

15/02/2014
Anamnesis: sesak , tangan pergelangan tangan kiri masih sakit, perut tidak sakit, batuk darah
sedikit TD 130/80, nadi: 96x/m, RR: 38x/m, HB 11,0 , produksi urin 1100cc/24jm bening
Diagnosis: Post Internal bleeding ec ruptur lien+hemathotorax bilateral ec kontusio pulmonum
post WSD D hr-3+ close fracture distal radius S
WSD D : produksi 2 hari +200cc
Evaluasi foto thorax XRAY: sisa hematothorax D (+), Hematothorax S (+)
Terapi: O2 masker 8 lpm, IVFD RL 18 tpm, cefo inj 3x1, ketorolac inj 3x1, kalnex inj 3x1, drip
adona,DC, ISDN 3x1, aspilet 1x, thorax XRAY posisi setengah duduk, bidai fracture, Reposisi
fracture colles S under GA+gips setelah KU membaik, observasi RR, evaluasi thorax XRAY, Pro
aff WSD D, Pro pemasangan WSD S, chest fisioterapi (tiup-tiup)
Respon terapi: hemodinamik baik, tetap sesak nafas, nyeri pada pergelangan berkurang dengan
bidai.
Thorax Xray 15/02/2014
17/02/2014
Anamnesis: sesak jauh berkurang , tangan pergelangan tangan kiri masih sakit, perut tidak sakit,
batuk darah sedikit TD 130/80, nadi: 96x/m, RR: 20x/m, HB 12,0 , produksi urin 1000cc/24jm
bening
Diagnosis: Post Internal bleeding ec ruptur lien+hemathotorax bilateral ec kontusio pulmonum
post WSD S hr-2+ close fracture distal radius S
WSD S: produksi 2 hari 300cc
Terapi: O2 masker 8 lpm, IVFD RL 18 tpm, cefo inj 3x1, ketorolac inj 3x1, kalnex inj 3x1, drip
adona,DC, ISDN 3x1, aspilet 1x, thorax XRAY posisi setengah duduk, bidai fracture, Reposisi
fracture colles S under GA+gips setelah KU membaik, observasi RR, evaluasi thorax XRAY, Pro
aff WSD S
Respon terapi: hemodinamik baik, tetap sesak nafas, nyeri pada pergelangan berkurang dengan
bidai.
18/02/2014
Anamnesis: sesak jauh berkurang , tangan pergelangan tangan kiri masih sakit, perut tidak sakit,
kateter dilepas, WSD kiri dilepas.
VS: N: 90x/menit, TD: 120/80, RR: 20x/menit, temp: 36,1, perfusi: baik, GCS: 456
K/L: Jejas pada kepala(-), pupil bulat isokor 3mm/3mm, anemis(-), ikterus(-),cyanosis(-
),dyspneu(-) jejas pada leher (-), nyeri pada leher(-), nyeri gerak pada leher (-) kaku kuduk (-)
Dada: Jejas dada (-), bekas luka pemasangan WSD (+) D et S, gerak dada simetris, RR:
20x/menit, suara nafas vesikuler ki-ka simetris, suara jantung 1 dan 2 normal, murmur (-), gallop(-
)
Perut: Jejas (-),distended(-), bising usus normal, nyeri tekan (-), defans muscular (-), perkusi
tympani
Status lokalis
Regio Antebrachii S
Look: terpasang bidai, edema(+),dinner fork appearence (+), perfusi
jaringan distal bagus
Feel: Krepitasi (+) distal end radius, nyeri tekan (+), pulsasi a. radialis
(+), a. superficial palmaris (+)
Movement: fleksi siku (+) nyeri (-) ekstensi siku (+) nyeri (-), fleksi wrist
(+) minimal nyeri (+), ekstensi wrist (+) minimal nyeri (+), fleksi phalang
(+) nyeri (+), extensi phalang (+) nyeri(+)

QuickTime and a
H.264 decompressor
are needed to see this picture.
QuickTime and a
H.264 decompressor
are needed to see this picture.
Foto klinis Antebrachii S

Thorax Xray 18/02/2014
Antebrachii AP/LAT

Diagnosis 18/02/2014
Post terapi konservatif internal bleeding
ec ruptur lien hemodinamik baik+ Post
pemasangan WSD D-S ec hematothorax
bilateral+ Distal comminuted radius
fracture
Ptx: IVFD RL 18tpm, Cefotaxim inj 3x1, Ketorolac inj 3x1, ISDN 3x1,
Aspilet 1x1, persiapan operasi close reduction external fixation
19/02/2014
Edukasi: Rencana operasi patah tulang pergelangan tangan besok
pagi
Post-Op

Landasan teori

Jatuh dari ketinggian
Pasien dengan MOI jatuh dari ketinggian mempunya banyak sekali
kemungkinan cidera
Mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala
Ketinggian, berat badan, posisi jatuh merupakan hal peting dalam
penentuan kemungkinan cidera pasien
Dengan 3 faktor diatas ditambah dengan biomeknisme penyaluran gaya
kita dapat memprediksi cidera dari pasien
Dengan memahami poin-poin diatas kita akan lebih bisa memprediksi
cidera-cidera yang tidak terlihat oleh mata
Prinsip penaganan
Prinsip penagan ATLS
Setelah kondisi-kondisi yang mengancam
jiwa pasien teratasi baru lanjutkan terapi
ke cidera lain yang menyertai secara
berkesinambungan
Hematothorax
Perdarahan yang terjadi pada cavum thorax
Perdarahan berasal dari robekan pembuluh darah yang mengisi cavum
torak
Sesak nafas akibat penekanan pada paru sehingga pengembangan paru
tidak sempurna
Bila terjadi perdarahan yang banyak maka akan terjadi syok dan klinis
menunjukkan adanya anemis
Penanganan
Apabila terjadi hematothorax yang massive langkah penagananya
adalah dengan pemasangan WSD
Post pemasangan dilihat produksi apabila >1000 dilakukan Cito
thoracotomy
Bila < 1000 maka tetap dilakukan observasi produksi drain, bila drain
bertambah dengan cepat dilakukan Cito thoracotomy, bisa dilakukan
klem drain tiap 15 menit sambil menunggu operator
Kriteria pelepasan WSD:
RR (menurun)
Radiologis ( terjadi perbaikan )
Kuantitas produksi (<100cc/hr)
Kualitas (darah-serous)
Contusio paru
Memar paru
Keadan ini terjadi karena adanya benturan pada paru yang
menyebabkan memar pada jaringan parenkim paru
Keadaan ini biasanya timbul dan baru disadari belakangan, ketika
keluhan sesak yang berlanjut setelah penanganan hematothorax
dilakukan
Atau bisa juga ditemukan diawal pasien datang dimana dalam
perjalanannya contusio paru ini menyebabkan terjadinya hematothorax
sehingga perlu pemasangan WSD
Prinsip penganan ATLS
Primary survey
Airway
Breathing
Circulation
Disability
Exposure
Assesment
Terapi
Reevaluasi respons terapi
Masalah pada pasien
kita
Bila tidak ada respon yang
baik maka penaganan/
penganan yang lebih lanjut
harus dilakukan, segera
konsulkan pasien
XRAY Cervical, thorax, dan pelvis
Setelah primary survey tertangani dan
pasien stabil baru dilanjutkan ke
pemeriksaan yang lebih lanjut
SECONDARY SURVEY dimana
dilakukan pemeriksaan yang lebih
lengkap secara menyeluruh
Kedua keadaan diatas harus ditangani
dengan baik terlebih dahulu sebelum
melanjutkan ke penanganan yang
lebih lanju karena merupakan keadaan
yang mengancam jiwa
Anatomy of wrist joint




Biomechanism of distal
radius fracture



Three-column model of the distal end of the forearm
konsep ini sangat membantu kita untuk mengerti beberapa bentuk fracture dari
distal radius dan membantu untuk pertimbangan terapi internal fixation.
Radial column : radial styloid + scaphoid facet
Intermediate column : lunate facet + sigmoid notch
Ulnar column (ulnar head): DRUJ+ulnar styloid+triangular fibrocartilage
Intermediate column bisa terpisah menjadi 2 fragmen intraartikuler (Melone, 1984):
palmarulnar fragment (4), dorsoulnar fragment (3). Untuk fragmen akan lebih jelas
dengan pemeriksaan CTScan
Radial styloi(2) seringnya terpisah dari shaft dan menjadi 1 fragmen terpisah. Jarang
terjadi joint impaction pada fragmen ini.
Pada tahun 1980 ada sebuah artikel yang diposting tentang Force transmission
and pressure distribution at the radioulnar joint
Percobaan itu dilakukan pada pergelangan tangan dari cadaver, dimana dimasukkan
alat alat pengukur khusus kedalam sendi melalui dorsal approach dengan membuat
insisi pada capsular ligament
Kemudian diberikan force langsung dari axial ataupun dengan penarikan pada
tendon ekstensor
Hasilnya menunjukkan bahwa force terbesar terdapat pada Radial column dan
intermediate column ( scaphoid fossa dan lunate fossa )
Bila dengan force yang sama posisi wrist dirubah menjadi ekstensi maka
terjadi pergeseran tekanan ke arah dorsal
IN Vivo Measurment
Setelah penelitian terdahulu maka dilakukanlah penelitian lagi, namun kali ini dilakukan pada orang hidup (Rikli DA et
al, JHS 2007).
Penelitian ini dilakukan dengan alat pengukur tekanan yang sengaja didisain untuk penelitian ini. Alat ini sama seperti
alat yang biasanya digunakan untuk Gait analysis (novel GmbH, munich)
Sensor dimasukkan pada pergelangan pasien coba yang sehat dalam general anasthesia. Pendekatan dilakukan
melalui anatomi snuff box, tidak seperti yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang melakukan insisi pada capsular
ligament cara ini mempunyai keuntungan lebih karena meningkatkan sensitivitas hasil karena tidak mengganggu
fisiologis dari wrist.
Dengan memasukkan alat tersebut Dynamic real-time measurement dari force dan pressure distribution pada
radioulnocarpal joint dapat direkam dalam keadaan wrist yang aktif bergerak
Hasil dari percobaan ini didapatkan 2 area yang mendapatkan transmisi tekanan terbesar yaitu Ulna column dan
Intermediate column dan hanya sedikit yang diterima pada Radial column
Ketika wrist diekstensikan tidak didapatkan adanya pergeseran tekanan kearah dorsal
Pada penampang sagital tekanan dengan sempurna terkumpul dan terakumulasi di tengah dari wrist joint
Oleh sebab itu keseimbangan otot-otot fleksor dan ekstensor wrist berperan penting dalam proses mempertahankan
akumulasi tekana pada wrist tetap berada di tengah
Dengan dilakukan deviasi ulna atau radial tekanan bergeser kearah ulnar.
Radial column: hanya menerima tekana yang kecil, dan berfungsi
utama sebagai tulang penyangga pada gerakan yang mengarah radial,
menjaga deviasi kearah radial, dan sebagai insersi dari capsular
ligament, dan juga membantu gerakan kearah ulna melalui tension band
mechanism
Intermediate column: bagian yang paling besar mendapatkan tekanan.
Tekanan dari arah axial dari os. lunate dan proximal pole os. scaphoid
diteruskan sepenuhnya pada column ini.
Ulnar column: kurang lebih 50% dari tekanan diteruskan ke column ini
melewati triangular fibrocartilage. Column ini berguna untuk
menstabilisasi gerakan pivot dari wrist.
Pathomechanism (Pechlaner)
Semua tipe distal radial fracture bisa disebabkan oleh hiperekstensi dari wrist,
termasuk die punch injury dan palmar shear fracture
Oleh sebab itu hiperekstensi adalah mekanisme cidera yang paling sering
menyebabkan distal radius fracture. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya:
Arah pasti dari vektor gaya
Kualitas tulang (osteoporosis)
Kedua faktor diatas dapat menghasil formasi patah yang berbeda
Fernandez classification
Type I bending. Bending forces are slow and low energy forces.
A typical example is the dorsally displaced extraarticular fracture of
the elderly lady (Colles fracture). These respond well to
ligamentotaxis.
Type II shear. A typical injury due to shear forces is the palmar rim fracture or
Bartons Fx. Shear forces may also produce articular impaction either in the
palmar shear fragment, or in the remaining main articular fragment, or in both.
These fractures need buttressing of the sheared fragment with a plate after
elevation of impacted fragments.
Type III axial compression. Melones die punch fragments are the result of
axial compressive forces. Articular fragments, typically dorsoulnar and
palmoulnar, i.e. the intermediate column, may be impacted into the metaphysis in
such a way that they do not respond to ligamentotaxis. They may need direct
reduction.
Type IV avulsion. These are fracture dislocations of the wrist. Avulsion forces
lead to disruption and/or osseous avulsion of the stabilizing ligaments. The radial
styloid often is avulsed as a big fragment representing an osseous avulsion of
the radiocarpal ligaments. Ligament repair and reattachment is the key element
of treatment.
Type V complex. Combinations of the above.

Radial column radial styloid
shear
Intermediate column
dorsoulnar and/or palmoulnar
fragment


Text
Dx: Comminuted Distal
radius fracture (TYPE 4
Fernandez classification)
Radio-carpal fracture
(Apley 9th edition)
Fracture radial styloid
Fracture-subluxation (BARTONS
Fracture)
Volar subulxation
Dorsal subluxation
Comminuted fracture of distal radius
Fracture Radial styloid
Mekanisme terjadinya adalah tekanan tinggi
kearah radial deviasi
Terapi : bila ada displacement maka dilakukan
reduksi, lalu diposisikan ulnar deviasi, dan
dipasang gips circular mulai metacarpal neck
hingga below elbow
Fracture-subluxation
(BARTONS Fracture)
Volar subluxation
Distal radius fracture yang disertai volar
subluxation dari carpus
Sering salah diagnosis dengan Smiths
fracture
Terapi: mudah direduksi namun susah untuk
dipertahankan, maka pilihan yang tepat
adalah ORIF dengan anterior buttress plate
Dorsal subluxation:
sering disebut dorsal Bartons fracture
garis fracture terdapat pada bagian dorsal
distal radius, yang menyebabkan dorsal
subluxation carpus
terapi: lebih mudah dari pada volar
subluxation, Close reduction+forearm cast
selama 6 minggu, bila terjadi re-displace bisa
dilakukan percutaneus K-wire atau dilakukan
ORIF.
Comminuted fracture of distal radius
Die punch fragment dari fossa lunate
Pada patah tulang seperti ini harus direduksi
dan difiksasi dengan benar bisa dengan closed
reduction + percutaneous K-Wire, bila perlu
dilakukan internal fixation
Pemilhan terapi (Rockwood and
Greens fracture in adult 6th edition)
Segi keilmuan
Keuntungan vs Kerugian terapi
Outcome yang dari terapi
Pertimbangan pasien
Kebutuhan pasien, lifestyle, faktor komorbid, status kesehatan
Harus terjadi kecocokan dari kedua hal tersebut diatas, dimana dari
segi keilmuan dengan hasil dan resiko yang bisa terjadi harus
sesuai dengan outcome yang diharapkan oleh pasien sesuai
dengan berbagai faktor tersebut diatas
(Rockwood and Greens fracture in adult 6th edition)
The literature reflects the controversy regarding nonoperative
management. Young et al reported that at 7 years, there was
overall good function with nonoperative management, and no
apparent advantage was seen with external fixation. Young and
Rayan indicated that in patients over the age of 60,
radiographic appearance at union had a poor correlation with
patient-reported outcomes. Other investigators noted persistent
disability after nonoperative management and have proposed
more aggressive treatment in elderly patients to avoid collapse.
Future prospective randomized studies will need to address
whether patient needs and expectations should affect the
operative indications.
REDUCTION and Fixation of Communited distal
radius fracture (Rockwood and Greens fracture in adult 6th edition)
Under anathesia
Reduction and fixation
Dilakukan traksi dengan arah longointudinal untuk mereduksi Dorsal angulasi dari metafisis
Percutaneus K-wire bisa dipasang kearah comminuted fragmen dan bisa digunakan untuk
membantu reposisi dari fragmen
Forearm diposisikan nuetral-30 derajat supinasi
lalu dipasang circular gips mulai proximal metacarpal-below elbow
Lalu diposisikan palmar flexi 30 derajat agar memberikan efek tekanan sekaligus fiksasi
untuk comminuted fragmen dari distal radius.
Evaluasi Xray wrist AP/LAT post reduction dan fixation
Pitfall dari Reduction (Rockwood
and Greens fracture in adult 6th edition)
longintudinal traction yang kurang, sehingga angulasi kearah dorsal tidak
tereduksi dengan baik.
Posisi forearm yang pronasi, menyebabkan terjadi Dorsal ulnar
displacement
Posisi full supinasi, menyebabkan Radius subluxation
Flexi palmar >30derajat, menyebabkan acute CTS ( N. medianus tejepit)
Dari poin-poin diatas inilah kita mengevaluasi hasil reduksi dan
fiksasi kita

Kepustakaan
Apleys System of orthopaedics and fractures
ATLS book
Rockwood and Greens fracture in adult 6th
edition
Textbook of disorders and injuries of the
musculoskeletal system
TERIMA KASIH

You might also like