You are on page 1of 28

Bells Palsy

Kelompok 13:
Barokah umu Sholihah ( J100110014 )
Karnila ( J100110022 )
Agung Basuki ( J100110040 )
Septian Aditya Candra ( J100110058 )
Khoiririn Dwi Septiyas ( J100110062 )
Rafiqa Kumala Dewi ( J100110067 )


Definisi
Bell's palsy adalah kelumpuhan saraf kranial VII
(saraf wajah) yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk mengontrol otot-otot
wajah di sisi yang terpengaruh
Anatomi dan Fisiologi
1.Anatomi
Saraf otak ke VII mengandung 4 macam serabut, yaitu :
Serabut somato motorik, yang mensarafi otot-otot wajah (kecuali m.
levator palpebrae (n.III), otot platisma, stilohioid, digastrikus bagian
posterior dan stapedius di telinga tengah).
Serabut visero-motorik (parasimpatis) yang datang dari nukleus
salivatorius superior. Serabut saraf ini mengurus glandula dan mukosa
faring, palatum, rongga hidung, sinus paranasal, dan glandula
submaksilaris serta s ublingual dan lakrimalis.
Serabut visero-sensorik, yang menghantar impuls dari alat pengecap di
dua pertiga bagian depan lidah.
Serabut somato-sensorik, rasa nyeri (dan mungkin juga rasa suhu dan rasa
raba) dari sebagian daerah kulit dan mukosa yang dipersarafi oleh nervus
trigeminus.
Nervus fasialis (N.VII) terutama merupakan saraf motorik yang
menginervasi otot- otot ekspresi wajah. Di samping itu saraf ini membawa
serabut parasimpatis ke kelenjar ludah dan air mata dank ke selaput
mukosa rongga mulut dan hidung, dan juga menghantarkan sensasi
eksteroseptif dari daerah gendang telinga, sensasi pengecapan dari 2/3
bagian depan lidah, dan sensasi visceral umum dari kelenjar ludah,
mukosa hidung dan faring, dan sensasi proprioseptif dari otot yang
disarafinya.
Anatomi Otot Wajah
2. Fisiologi
Angin yang masuk ke dalam tengkorak atau
foramen stilomastoideum. Angin dingin ini
membuat syaraf di sekitar wajah sembab lalu
membesar. Pembengkakan syaraf nomor tujuh
atau nervous fascialis ini mengakibatkan pasokan
darah ke syaraf tersebut terhenti. Hal itu
menyebabkan kematian sel sehingga fungsi
menghantar impuls atau rangsangnya terganggu.
Akibatnya, perintah otak untuk menggerakkan
otot-otot wajah tidak dapat diteruskan.

Etiologi
a. Teori Infeksi Virus Herpes Zoster
Salah satu penyebab munculnya Bells Palsy adalah karena adanya
infeksi virus herpes zoster.
b. Teori Iskemia Vaskuler
Menurut teori ini, terjadinya gangguan sirkulasi darah di kanalis
falopii, secara tidak langsung menimbulkan paralisis pada nervus
facialis
c. Teori Herediter
Bells Palsy yang disebabkan karena faktor herediter berhubungan
dengan kelainan anatomis pada canalis facialis yang bersifat
menurun.
d. Pengaruh udara dingin
Udara dingin menyebabkan lapisan endotelium dari pembuluh darah
leher atau telinga rusak, sehingga terjadi proses transdusi (proses
mengubah dari suatu bentuk kebentuk lain) dan mengakibatkan
foramen stilomastoideus bengkak. Nervus facialis yang melewati
daerah tersebut terjepit sehingga rangsangan yang dihantarkan
terhambat yang menyebabkan otot-otot wajah mengalami
kelemahan atau lumpuh

Modalitas Fisioterapi
a. Infra Red
Dengan tujuan untuk melamcarkan sirkulasi darah pada kulit
dan otot sisi wajah yang terkena.
b. Electrical Stimulation
Menimbulkan efek terapeutik berupa:
- Fasilitasi kontraksi otot.
- Mendidik kembali kerja otot
- Melatih otot-otot yang paralysis
c. Mirror Exercise
-mencegah kontraktur
- melatih kembali gerakan volunter pada wajah

Laporan Status Klinik
I. KETERANGAN UMUM PENDERITA
Nama : Ny. S
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Sumbersari, Rt 12/ Rw 04,
Bakalrejo, Semarang

I. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT
DIAGNOSA MEDIS : Bells Palsy Dextra
Diagnosa klinis : kelemahan otot wajah kanan
Diagnosa topis : wajah kanan
Diagnosa etiologi : idiopatic

- CATATAN KLINIS
Tanggal 21 Februari 2014 pasien mengeluh wajahnya merot ke
kanan dan mata kanan tidak bisa menutup rapat, lalu tanggal
26 Februari 2014 pasien periksa ke RSUD Salatiga Dari dokter
saraf kemudian pasien dirujuk ke poliklinik fisioterapi RSUD
Salatiga.
- TERAPI UMUM (GENERAL TREATMENT) :
Dokter : Medika mentosa
Fisioterapi : IR,ES, Mirror Exercise
- RUJUKAN FISIOTERAPI DARI DOKTER :
Ada rujukan dari dokter saraf mohon untuk dilakukan tindakan
Fisioterapi pada pasien atas nama Ny. S dengan diagnosa
Bells Palsy Dextra
III. SEGI FISIOTERAPI
ANAMNESIS (AUTO)
KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluhkan wajah dan mulutnya merot ke
sebelah kiri, pasien kesulitan untuk bicara, tersenyum,
menutup mata, dan aktifitas makan dan minum pun terganggu.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pada tanggal 21 Februari 2014 pasien mulai merasakan mulut
mencong ke kiri, tidak lama setelah kejadian langsung di bawa ke
Bidan setempat. Pada tanggal 22 Februari 2014 di rujuk ke
Pukesmas dan 2 hari setelah di bawa ke pukesmas di diagnosa Bells
Palsy kemudian dirujuk ke RSUD Salatiga.
Pada tanggal 26 Februari 2014 Dokter Saraf menganjurkan
pada pasien untuk melakukan terapi ke Poli Fisioterapi dengan
keluhan wajah merot ke kiri dan terasa berat jika pasien berbicara
dan melakukan aktifitas makan dan berkumur.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Trauma Capitis (-) dan Sakit Gigi (-)
RIWAYAT PENYAKIT PENYERTA
Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), Stroke (-)
RIWAYAT PRIBADI DAN KELUARGA
Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit serupa
seperti yang diderita pasien.
ANAMNESIS SISTEM
Kepala & Leher: ( - )
Kardiovaskuler: ( - )
Respirasi: ( - )
Gastrointestinalis: ( - )
Urogenitalis: ( - )
Muskuloskeletal: ( - )
Nervorum: Kesulitan menggerakkan wajah sisi kanan
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN FISIK
VITAL SIGN
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Denyut nadi : 79 kali / menit
Pernapasan : 20 kali / menit
Temperatur : 36 C
Tinggi Badan : 156 cm
Berat Badan : 50kg
INSPEKSI
Inspeksi statis: kondisi umum pasien baik, wajah tampak asimetris,
mulut merot ke kiri.
Inspeksi dinamis: saat mengangkat alis kerutan dahinya hanya
terlihat pada sisi yang sehat, saat menutup mata sisi yang lesi belum
dapat menutup dengan sempurna dan terlihat pergerakan bola
matanya, saat bersiul dan tersenyum wajah kiri belum bisa simetris.

PALPASI
Suhu wajah antara sisi kanan dan kiri teraba sama
Pada sisi yang lesi terasa lebih kendor daripada yang sehat
Kelemahan pada otot wajah sisi kanan
PERKUSI
Tidak dilakukan
AUSKULTASI
Tidak dilakukan
GERAKAN DASAR
Gerak Aktif :
Menutup mata sebelah kanan masih belum rapat
Bersiul asimetris ke kiri
Saat tersenyum bibir atau sudut bibir asimetris ke kiri
Mengerutkan dahi belum mampu
Mengangkat alis belum mampu


Gerak Pasif
Tidak dilakukan
Gerak Isometrik Melawan Tahanan :
Tidak dilakukan
KOGNITIF, INTRA PERSONAL & INTERPERSONAL
Kognitif: memori jangka panjang, jangka pendek, atensi dan konsentrasi baik,
sehingga pasien mampu menceritakan perjalanan penyakitnya secara runtut.
Intra personal: pasien memahami kondisi dan keadaannya dengan baik serta
mempunyai motivasi dan semangat untuk sembuh.
Inter personal: pasien komunikasi dengan terapis baik, kerjasama pasien dengan
terapis baik dan dapat berinteraksi dengan baik terhadap lingkungannya.
KEMAMPUAN FUNGSIONAL & LINGKUNGAN AKTIFITAS:
Kemampuan Fungsional Dasar :
Pasien belum mampu mengerutkan dahi
Pasien belum mampu mengangkat alis secara simetris antara sisi kiri dan kanan
Pasien belum mampu menutup mata dengan sempurna
Pasien belum mampu bersiul, meniup belum simetris
Aktivitas Fungsional
Pasien masih dapat membedakan bermacam-macam rasa seperti manis,
pahit, asin, asam
Saat makan masih kesulitan, terutama saat mengunyah makanan masih
mengumpul disisi yang lesi
Saat minum dan berkumur masih bocor
Belum mampu bersiul
Mata kanan belum mampu menutup dengan sempurna
Lingkungan Aktivitas
Lingkungan tempat tinggal pasien kurang mendukung untuk kesembuhan
pasien, karena suhu di tempat tinggal pasien cenderung lebih dingin.

PEMERIKSAAN SPESIFIK
Tanda Bells Palsy
Tanda bells palsy yang terlihat pada pasien yaitu saat mengerutkan dahi,
lipatan kulit dahi hanya terlihat pada sisi lesi, dan saat memejamkan mata,
bola mata masih terlihat sedikit pada sisi yang sehat.

Ugo Fisch Scale
Tujuannya untuk pemeriksaan fungsi motorik dan mengevaluasi
kemajuan motorik otot wajah pada penderita bells palsy.
Ada 4 penilaian dalam % untuk posisi tersebut antara lain :
0 % (Zero) : Asimetris komplit, tidak ada gerakan
30 % (Poor) : Simetris ringan, kesembuhan cenderung
keasimetris, ada gerakan volunter
70 % (Fair) : Simetris sedang, kesembuhan cenderung normal
100 % (Normal): Simetris komplit (Normal)
Angka persentase masing-masing posisi:
Saat istirahat : 20
Tutup mata : 30
Tersenyum : 10
Mengangkat alis : 30
Bersiul : 10

Hasil pemeriksaan pasien yaitu:Hasil
Saat istirahat: 20 x 30% = 6
Mengerutkan dahi: 10 x 30 % = 3
Mengangkat Alis: 30 x 30 % = 9
Tersenyum: 30 x 30 % = 9
Bersiul: 10 x 30 % = 3
Jumlah: 30
Keterangan :
Derajat I : Normal = 100 point
Derajat II : Kelumpuhan ringan = 75 99 point
Derajat III : Kelumpuhan sedang = 50 75 point
Derajat IV : Kelumpuhan sedang berat = 25 50 point
Derajat V : Kelumpuhan berat = 1 25 point
Derajat VI : Kelumpuhan total = 0 point
Jadi dari hasil pemeriksaan, pasien mengalami bells palsy dengan
hasil 30 yang berarti pasien mengalami kelumpuhan sedang berat.
MMT Otot Wajah
M.Frontalis (Mengangkat alis) :3
M.Orbicularis Oculi (Menutup mata) : 3
M.zigomaticus (Tersenyum) : 1
M.Orbicularis Oris (Mendekatkan dan menekankan kedua
bibir seperti gerakan mencucu dan bersiul) : 1
M.Risorius (Meringis) : 1
M.Buccinator (Meniup dengan kedua bibir rapat) : 1
Penilaiannya yaitu :
0 (Zero) : tidak ada kontraksi
1 (Trace) : kontraksi minimal
3 (Fair) : kontraksi, dilakukan susah payah
5 (Normal) : kontraksi dan terkontrol

DIAGNOSA FISIOTERAPI
Impairment
Adanya penurunan kekuatan otot-otot wajah kanan
Adanya penurunan sensibilitas pada wajah sisi kanan
Adanya kekakuan pada wajah sisi kanan
Fungsional Limitations
Adanya keterbatasan fungsi seperti mata kanan tidak bisa menutup rapat,
makanan cenderung mengumpul disisi kanan saat mengunyah oleh karena
kelemahan otot wajah pada sisi kanan.
Disability
Pasien merasa kurang Pecaya diri pada saat bertemu dengan orang lain.

PROGRAM / RENCANA FISIOTERAPI
Tujuan
Jangka Pendek
Meningkatkan kekuatan otot sisi kanan
Mengembalikan sensibilitas
Mengembalikan kemampuan fungsional dasar dari wajah
Jangka Panjang
Melanjutkan tujuan jangka pendek
Meningkatkan aktifitas fungsional semaksimal mungkin
seperti makan agar tidak mengumpul pada sisi yang lesi,
minum atau berkumur agar tidak bocor
Meningkatkan kepercayaan diri pasien

TINDAKAN FISIOTERAPI
Teknologi Fisioterapi:
Teknologi Alternatif :
IR (Infra Red)
Electrical Stimulation
Mirror Exercise
Teknologi Yang terpilih
IR (Infra Red)
Electrical Stimulation
Mirror Exercise

Pelaksanaan Fisioterapi
Infra Red
waktu : 15 menit
jarak : 35cm
Electrical Stimulation
katoda : C7
anoda : motor point otot wajah kanan
(20kontraksi)
phase duration : 20ms
phase interval : 700ms
Time : 25menit
Mirror Exercise
Pasien duduk tegak lurus di depan cermin,
terapis berada di belakang pasien kemudian
diminta untuk berkonsentrasi dan
mendengarkan apa yang di jelaskan oleh
terapis, pasien diminta untuk melakukan
gerakan-gerakan wajah yang diperintahkan
oleh terapis seperti mengerutkan dahi,
mengangkat alis, menutup mata, tersenyum,
dan bersiul / mencucu, pengulangan 4-5 kali
setiap latihan.

Edukasi
Pasien disarankan menghindarkan wajahnya dari paparan
udara dingin secara langsung seperti, jangan
menggunakan kipas angin secara langsung dihadapan
muka, naik sepeda motor memakai masker dan helm
standar.
Pasien disarankan melindungi matanya dari terpaan debu
dan angin secara langsung untuk menghindari terjadinya
iritasi.
Pasien dianjurkan untuk tidak tidur dilantai tanpa
menggunakan alas dan bantal.
Pasien dianjurkan untuk membasuh muka dengan air
hangat.

MMT Otot Wajah
No Otot Fungsi T1 T6
1 M.Frontalis Mengangkat alis
3 4
2 M.Orbicularis
Oculi
Menutup mata
3 4
3 M.Zigomaticu
m
Tersenyum
1 3
4 M.Orbicularis
Oris
Mendekatkan dan
menekankan kedua bibir
separti gerakan mencucu
atau bersiul
1 3
5 M.Buccinator
Meniup dengan kedua
bibir rapat
1 3
Skala Ugo Fisch Scale
NO POSISI NILAI T1 T6
1 Posisi diam
20 x 30% = 6
6 6
2 Mengerutkan dahi
10 x 30 % = 3
3 5
3 Menutup mata
30 x 30 % = 9
9 9
4 Tersenyum
30 x 30 % = 9
9 9
5 Bersiul
10 x 30 % = 3
3 5
Jumlah 30
30 34
HASIL EVALUASI TERAKHIR
Pasien yang bernama Ny. S yang berusia 42 tahun dengan
Diagnosa Bells Palsy dextra. Setelah dilakukan intervensi
tarapi berupa Infra Red, Electrical Stimulation dan Miror
Exercise sebanyak 6 kali terapi didapatkan hasil sebagai
berikut:
Peningkatan kekuatan otot wajah
Peningkatan sensibilitas wajah
Peningkatan kemampuan fungsional wajah

TERIMA KASIH

You might also like