You are on page 1of 20

HIPERTENSI EMERGENSI

Pembimbing:
Kolonel CKM dr. Djoko Wibisono Sp.PD
KGH

Referat Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam
RSPAD Gatot Soebroto DITKESAD
Presentan:
Selena Christy

Pendahuluan
Angka kematian akibat penyakit tidak menular
adalah 59,5% pada tahun 2007.
Penyebab kematian tertinggi dari seluruh
penyebab kematian adalah stroke (15,4%),
disusul hipertensi, diabetes, kanker, dan
PPOK.
Sementara itu prevalensi PTM lainnya cukup
tinggi, yaitu: hipertensi (31,7%), arthritis
(30.3%), penyakit jantung (7.2%), dan cedera
(7,5%).
Pendahuluan
Hasil Riset Kesehatan Dasar th.2007
Sebagian kasus hipertensi di masyarakat tidak
terdiagnosis.
Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%
Hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui
memiliki hipertensi.
Hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi.
Klasifikasi Hipertensi
Menurut JNC VII
Klasifikasi
Tekanan Darah
Tekanan Darah
Sisitolik (mmHg)
Tekanan Darah
Distolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120 139 80 89
Hipertensi derajat 1 140 159 90 99
Hipertensi derajat 2 >160 >100
Kerusakan Organ Target
Kerusakan organ akibat hipertensi dapat
terjadi secara langsung maupun tidak.
Organ target yang umum ditemui pada pasien
hipertensi adalah :
Jantung: Hipertrofi ventrikel kiri, angina atau infark
miokardium, gagal jantung
Otak: Stroke atau transient ischemic attack
Ginjal: Penyakit ginjal kronik
Pembuluh darah: Penyakit arteri perifer
Mata: Retinopati

Krisis Hipertensi
Keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan
darah yang sangat tinggi dengan
kemungkinan akan timbulnya atau telah
terjadinya kelainan pada organ target.
Pada umumnya keadaan krisis hipertensi
terjadi pada pasien yang tidak teratur dalam
mengkonsumsi obat-obatan antihipertensinya
Krisis Hipertensi
Faktor Resiko
Penderita hipertensi tidak minum obat atau
tidak teratur minum obat.
Kehamilan
Penderita hipertensi dengan penyakit
parenkim ginjal.
Pengguna NAPZA
Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi.
(luka bakar, trauma kepala, penyakit vaskular/
kolagen)

Krisis Hipertensi
Hipertensi Mendesak
Hipertensi Darurat
Krisis Hipertensi
Hipertensi Mendesak
Disebut juga hipertensi urgensi atau urgency
hypertension
TD sangat tinggi namun tidak disertai kerusakan
target organ yang progresif --> penurunan
tekanan darah dapat dilakukan dalam hitungan
jam sampai hari.


Krisis Hipertensi
Hipertensi Darurat
Disebut juga hipertensi emergensi atau
emergency hypertension.
TD sangat tinggi, kerusakan pada organ target (+)
progresif.
TD harus segera diturunkan lebih cepat dalam
hitungan menit sampai jam untuk mencegah
kerusakan target organ yang terjadi.


Pengelompokan Hipertensi
Kelompok Biasa Mendesak Darurat
Tekanan Darah >180/110 mmHg >180/110 mmHg >220/140 mmHg
Gejala Tidak ada atau
Terkadang sakit
kepala dan gelisah
Sakit kepala disertai
sesak nafas
Sesak nafas, nyeri
dada, kacau dan
gangguan kesadaran
Pemeriksaan Fisik Organ target tidak ada Gangguan organ
target
Ensefalopati, edema
paru, gangguan fungsi
ginjal, CVA, iskemia
jantung.
Pengelompokan Hipertensi
Kelompok Biasa Mendesak Darurat
Pengobatan Diawasi 1-3 jam, mulai
atau teruskan obat oral,
naikkan dosis
Awasi 3-6 jam, berikan
obat oral dengan jangka
kerja pendek
Pasang jalur intravena,
pemeriksaan
laboratorium standar,
terapi obat melalui
intravena.
Rencana Pemeriksaan ulang
dalam 3 hari
Periksa ulang dalam 24
jam
Rawat di ruangan atau
ICU
Gejala
Umumnya, sakit kepala dan nyeri tengkuk namun
terdapat beberapa gejala terget organ yang
mungkin terjadi, diantaranya adalah:
Sesak nafas dan nyeri dada pada gangguan jantung
dan diseksi aorta.
Penglihatan kabur pada edema papil.
Sakit kepala hebat, penurunan kesadaran dan
lateralisasi pada gangguan otak.
Gagal ginjal akut, dan sebagainya

Diagosis ditegakkan berdasarkan gejala, tekanan
darah dan tanda keterlibatan organ target.

Diagnosis
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
dapat menjadi pendukung dari diagnosis.
Pada pemeriksaan urinalisis dapat ditemukan
adanya proteinuria, hematruria, silinder,
kreatinin dan ureum pada gangguan ginjal
akibat hipertensi.
Diagnosis
Gangguan elektrolit juga dapat terjadi pada
hipertensi sekunder dan berpotensi
menyebabkan aritmia.
Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) dapat
dilakukan untuk menunjukkan adanya
hipertrofi ventrikel kiri atau adanya gangguan
koroner.
Ultrasonografi (USG) dilakukan untuk melihat
struktur ginjal.

Manifestasi Klinis
Hipertensi Emergensi
Tekanan
Darah
Funduskopi Status
Neurologis
Jantung Ginjal GIT
>200/140
mmHg
Perdarahan Sakit
kepala,
kacau
Denyut jelas Uremia Mual,
muntah
Eksudat Gangguan
kesadaran
Jantung
membesar
Proteinuria
Edema
papil
Kejang,
Lateralisasi
Dekompensa
si
Oliguria
Tatalaksana Hipertensi
Emergensi
Obat Dosis Efek Lama Kerja Perhatian
Khusus
Klonidin IV
150 g
6 ampul/250 cc
Glukosa 5%
mikrodrip
30-60 menit 24 jam Ensefalopati
dengan
gangguan
koroner
Nitrogliserin
IV
10-50 g
100 g/cc per
500cc
2-5 menit 5-10 menit
Tatalaksana Hipertensi
Emergensi
Nikardipin IV 0,5-6
g/kgBB/menit
1-5 menit 15-30 menit
Diltiazem IV 5-15
g/kgBB/menit
1-5 menit
Nitroprusid IV 0,25
g/kgBB/menit
Langsung 2-3 menit Selang infus
lapis perak
Obat Dosis Efek Lama Kerja Perhatian
Khusus
Pencegahan
Hentikan rokok
Turunkan BB
Turunkan konsumsi alkohol
Latihan fisik
Turunkan asupan garam
Tingkatkan konsumsi buah dan sayur serta
menurunkan asupan lemak.
Kesimpulan
Dua jenis krisis hipertensi yaitu hipertensi darurat dan
hipertensi mendesak .
Hipertensi darurat adalah hipertensi dengan tekanan
darah diatas 220/140 mmHg, tanda-tanda klinis
kerusakan organ target (+)
Organ-organ target adalah jantung, pembuluh darah,
otak, mata dan ginjal.
Apabila hipertensi darurat tidak segera ditangani,
akan terjadi perburukan dan difungsi organ target
tersebut.
Tatalaksana segera sangat diperlukan untuk
menurunkan tekanan darah secara cepat dengan
pemberian obat-obatan.

You might also like