You are on page 1of 21

Low Back

Pain

Oleh :
Retno A. ( 36 )
Rifki R.Z. ( 37 )
Riska P. ( 38 )
Rohqimatul H. ( 39 )
Sendi F.L. ( 40 )

Pengertian
Low back pain adalah nyeri di daerah punggung
antara sudut bawah kosta (tulang rusuk) sampai
lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa
menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian
atas dan pangkal paha (Rakel, 2002).
Low back pain merupakan salah satu gangguan
muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas
tubuh yang kurang baik (Maher, Salmond & Pellino,
2002).

Etiologi
Proses degeneratif : HNP
Osteoporotik
Gangguan Sirkulatorik
Infeksi
Problem Psikoneurotik

Faktor Resiko

Faktor resiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis


kelamin, berat badan, etnis, merokok sigaret,
pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang
berat yang berulang-ulang, membungkuk, duduk
lama, geometri kanal lumbal spinal dan faktor
psikososial.

Klasifikasi
Berdasarkan durasi gejala :
LBP akut 4-12 minggu
LBP kronik lebih dari 12 minggu
Menurut Macnab :
LBP viserogenik
LBP neurogenik
LBP vaskulogenik
LBP psikogenik
LBP spondilogenik

Manifestasi Klinis

Pasien biasanya mengeluh nyeri punggung akut maupun nyeri punggung kronis
dan kelemahan. Selama wawancara awal kaji lokasi nyeri, sifatnya dan
penjalarannya sepanjang serabut saraf (sciatica), juga dievaluasi cara jalan pasien,
mobilitas tulang belakang, refleks, panjang tungkai, kekuatan motoris dan persepsi
sensoris bersama dengan derajat ketidaknyamanan yang dialaminya. Peninggian
tungkai dalam keadaan lurus yang mengakibatkan nyeri menunjukkan iritasi
serabut saraf.
Pemeriksaan fisik dapat menemukan adanya spasme otot paravertebralis
(peningkatan tonus otot tulang postural belakang yang berlebihan) disertai
hilangnya lengkungan lordotik lumbal yang normal dan mungkin ada deformitas
tulang belakang. Bila pasien diperiksa dalam keadaan telungkup, otot paraspinal
akan relaksasi dan deformitas yang diakibatkan oleh spasme akan menghilang.
Kadang-kadang dasar organik nyeri punggung tak dapat ditemukan. Kecemasan
dan stress dapat membangkitkan spasme otot dan nyeri. Nyeri punggung bawah
bisa merupakan anifestasi depresi atau konflik mental atau reaksi terhadap
stressor lingkungan dan kehidupan. Bila kita memeriksa pasien dengan nyeri
punngung bawah, perawat perlu meninjau kembali hubungan keluarga, variable
lingkungan dan situasi kerja.

Pemeriksaan Diagnostik
Prosedur diagnostik perlu dilakukan pada
pasien yang menderita nyeri punggung
bawah. Sinar X- vertebra mungkin
memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi,
infeksi, osteoartritis atau scoliosis. Computed
Tomografi (CT) berguna untuk mengetahui
penyakit yang mendasari, seperti adanya lesi
jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna
vertebralis dan masalah diskus
intervertebralis. USG dapat membantu
mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis.
MRI memungkinkan visualisasi sifat dan
lokasi patologi tulang belakang.

Penatalaksanaan Medis
Kebanyakan nyeri punggung bisa hilang sendiri dan akan
sembuh dalam 6 minggu dengan tirah baring,
pengurangan stress dan relaksasi. Pasien harus tetap
ditempat tidur dengan matras yang padat dan tidak
membal selama 2 sampai 3 hari. Posisi pasien dibuat
sedemikian rupa sehingga fleksi lumbal lebih besar yang
dapat mengurangi tekanan pada serabut saraf lumbal.
Bagian kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat dan
pasien sedikit menekuk lututnya atau berbaring miring
dengan lutu dan panggul ditekuk dan tungkai dan sebuah
bantal diletakkan dibawah kepala. Posisi tengkurap
dihindari karena akan memperberat lordosis. Kadangkadang pasien perlu dirawat untuk penanganan
konservatif aktif dan fisioterapi. Traksi pelvic intermiten
dengan 7 sampai 13 kg beban traksi. Traksi memungkinkan

Pengkajian
Anamnesis : Pasien nyeri pungung dibimbing untuk menjelaskan
ketidaknyamanannya (misal lokasi, berat, durasi, sifat, penjalaran
dan kelemahan tungkai yang berhubungan). Penjelasan mengenai
bagaimana nyeri timbul dengan tindakan tertentu atau dengan
aktifitas dimana otot yang lemah digunakan secara berlebihan dan
bagaimana pasien mengatasinya. Informasi mengenai pekerjaan
dan aktifitas rekreasi dapat membantu mengidentifikasi area untuk
pendidikan kesehatan.
Selama wawancara ini, perawat dapat melakukan observasi
terhadap postur pasien, kelainan posisi dan cara jalan. Pada
pemeriksaan fisik, dikaji lengkungan tulang belakang, Krista iliakan
dan kesimetrisan bahu. Otot paraspinal dipalpasi dan dicatat
adanya spasme dan nyeri tekan. Pasien dikaji adanya obesitas
karena dapat menimbulkan nyeri punggung bawah.

Lanjutan

Riwayat kesehatan sekarang :


Klien merasakan nyeri pada pinggang bagian
bawah.
Riwayat kesehatan sebelumnya :
klien pernah jatuh dan trauma tulang belakang.

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi : Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana


yang membuat nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya
lordosis serta adanya skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal
dapat disebabkan oleh spasme otot paravertebral.
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
1.
Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan
nyeri pada tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan
artritis lumbal
2.
Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan
menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada HNP

Lanjutan
Palpasi : Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa
menunjukkan adanya kemungkinan suatu keadaan
psikologis di bawahnya (psychological overlay).
Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang
menyebabkan nyeri dengan menekan pada ruangan
intervertebralis.
Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya
ketidak-rataan (step-off) pada palpasi di tempat/level yang
terkena.
Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis
dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada vertebra.

Lanjutan
Pemeriksaan motorik : Harus dilakukan dengan seksama dan
harus dibandingkan kedua sisi untuk menemukan abnormalitas
motoris.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
- Berjalan dengan menggunakan tumit.
- Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.
- Jongkok dan gerakan bertahan ( seperti mendorong tembok )

Lanjutan
Pemeriksaan Sensorik.
Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena
membutuhkan perhatian dari penderita dan tak jarang keliru
- Nyeri dalam otot.
- Rasa gerak.
Refleks.
Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah
Achilles dan Patella, respon dari pemeriksaan ini dapat
digunakan untuk mengetahui lokasi terjadinya lesi pada
saraf spinal.

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d masalah muskuloskeletal
2. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, dan
berkurangnya kelenturan
3. Kurang pengetahuan b.d teknik mekanika tubuh
melindungi punggung
4. Perubahan kinerja peran b.d gangguan mobilitas dan
nyeri kronik
5. Gangguan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh b. d
obesitas

Intervensi
1.
2.
3.
4.
5.

Meredakan Nyeri
Memperbaiki mobilitas fisik
Meningkatkan mekanika tubuh yang tepat
Pendidikan kesehatan
Memperbaiki kinerja peran

Evaluasi
1.
2.
-

Mengalami peredaan nyeri


Istirahat dengan nyaman
Mengubah posisi dengan nyaman
Menghindari ketergantungan obat
Menunjukkan kembalinya mobilitas fisik
Kembali ke aktifitas secara bertahap
Menghindari posisi yang menyebabkan yang
menyebabkan ketidaknyamanan otot
- Merencanakan istirahat baring sepanjang hari

3.
4.
-

Menunjukkan mekanika tubuh yang memelihara punggung


Perbaikan postur
Mengganti posisi sendiri untuk meminimalkan stress punggung
Memperlihatkan penggunaan mekanika tubuh yang baik
Berpartisipasi dalam program latihan
Kembali ke tanggung jawab yang berhubungan dengan peran
Menggunakan teknik menghadapi masalah untuk menyesuaikan diri
dengan situasi stress
Memperlihatkan berkurangnya ketergantungan kepada orang lain
untuk perawatan diri
Kembali ke pekerjaan bila nyeri punggung telah sembuh
Kembali ke gaya hidup yang produktif penuh

5. Mencapai BB yang diinginkan


- Mengidentifikasi perlunya penurunan BB
- Berpartisipasi dalam pengembangan rencana penurunan
BB
- Setia dengan program penurunan BB

Daftar Pustaka
1. Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ;
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1,
EGC, Jakarta, 2002
2. Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ;
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3,
EGC, Jakarta, 2002
3. Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing,
Edisi II, Lippincot, Philadelphia, 2000
4. Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi,
Cetakan I, EGC, Jakarta, 1997

You might also like