You are on page 1of 24

MENINGOENSEFALITIS

OLEH :
Dyan Pratiwi (101001051)
Mutya Wirda (101001151
PEMBIMBING:
dr. Ervina Susanti Sp.S
dr. Abdul Muis, Sp.S

Anatomi (Meningens Dan


Encephalon)

Meningoensefalitis
Meningitis adalah infeksi akut pada selaput

meningen (selaput yang menutupi otak dan


medulla spinalis). Encephalitis adalah
peradangan jaringan otak yang dapat
mengenai selaput pembungkus otak dan
medulla spinalis.
Meningoencephalitis adalah peradangan
yang terjadi pada encephalon dan
meningens. Nama lain dari
meningoencephalitis adalah
cerebromeningitis, encephalomeningitis, dan
meningocerebritis.

Etiologi
Golongan usia
Neonatus

>1 bulan

Bakteri Penyebab
Meningitis
Paling sering
Streptokokus Grup B
Escherichia coli

Jarang
Listeria monocytogenes
Coagulase-negative
staphylococci

Klebsiella
Enterobacter

Enterococcus faecalis
Citrobacter diversus
Salmonella
Pseudomonas aeruginosa
Haemophilus influenzae types
a, b, c, d, e, f, dan nontypable

Streptococcus pneumonia
Neisseria meningitides

H. influenzae type b
Group A streptococci
Gram-negatif bacilli
L. monocytogenes

Penyebab Ensefalitis Akut


Adenovirus
Arbovirus: St. Louis encephalitis,

California encephalitis, West Nile


encephalitis, Venezuelan equine
encephalitis, Japanese encephalitis
Enterovirus
Herpesvirus: Herpes simplex viruses,
Epstein-Barr virus, Varicella-zoster virus
Lain-lain: Influenza virus, Lymphocytic
choriomeningitis virus, Measles virus,
Mumps virus, Virus rabies, Virus rubella

Penyebab Ensefalitis Subakut


HIV
JC virus
Prion-associated encephalopathies

(Creutzfeldt-Jakob disease, kuru)

Epidemiologi
Insidens tertinggi meningitis

bakterialis terjadi pada anak


berusia kurang dari 1 tahun.
Ensefalitis akibat arbovirus dan
enterovirus memiliki karakteristik
timbul sebagai kelompok kejadian
atau sebagai epidemi pada
pertengahan musim panas sampai
awal musim gugur.

Patofisiologi
ISPA, Sinusitis, Mastoiditis, Otitis
Media atau Fraktur Tulang Kepala

Kolonisasi bakteri atau virus

Invasi secara hematogen

Ruang Subaraknoid

Bakteri dan Virus penetrasi ke Cairan Serebrospinal


(CSS)
Penetrasi melalui pleksus Choroideus

CSS berespon kurang baik pada invasi


(komplemen rendah dan antibodi sedikit)

Muncul respon inflamasi yang menyebabkan lisisnya


dinding bakteri

Zat patogen dibebaskan dalam CSS

Manifestasi klinis
Temuan pada pemeriksaan fisik

bervariasi berdasarkan pada usia dan


organisme penyebab infeksi.
Indikasi terjadinya inflamasi
meningens adalah timbulnya gejala
sakit kepala, iritabilitas, mual, kaku
kuduk, letargia, fotofobia dan
muntah. Umumnya juga timbul
demam.

MANIFESTASI KLINIS

MENINGOENSEFALITIS
MENINGITIS

ENSEFALITIS

Kesadaran

Compos Mentis sampai


Somnolen

Somnolen sampai
Koma

Demam

Hipotermia atau
Hiperpireksia

Hiperpireksia

Tanda Rangsang
Meningeal

Kaku Kuduk (+)


Kernig Sign (+)
Brudzinski Sign (+)

Tidak ada tanda


rangsang meningeal
apabila peradangan
tidak mencapai
meningen

Kejang

Ada, Kejang umum atau fokal

Peningkatan Tekanan
Intra Kranial (TIK)

Muntah, diplopia, sakit kepala, ptosis, ubunubun membumbung, bradikardi dengan


hipertensi, apneu.

Gejala Prodromal

Apatis, iritabilitas,
nyeri kepala, malaise,
anoreksia

Batuk , sakit
tenggorokan, demam,
sakit kepala

Pemeriksaan Penunjang
Prosedur pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan

serebrospinal (CSS) rutin


Pemeriksaan kultur bakteri pada
CSS perlu dilakukan, dan bila
memungkinkan dilakukan pula
kultur jamur, virus dan
mikobakterium.
Pemeriksaan PCR (polymerase

Pemeriksaan

Elektroencephalogram (EEG)
Biopsi otak jarang
dilakukan, namun berguna
untuk mengetahui kelainan
pada pasien dengan
kelainan neurologis fokal.

Pungsi lumbal
JENIS INFEKSI

HASIL PEMERIKSAAN

Bakterial meningitis

Pleositosis neutrophilic, kadar


protein tinggi, kadar glukosa
rendah

Viral meningitis

Pleositosis limfositik ringan


sampai sedang, kadar protein
normal, kadar glukosa normal

Encephalitis

Pleositosis limfositik, kadar


protein meningkat, kadar glukosa
normal

Infeksi HSV

Peningkatan jumlah eritrosit dan


protein

Infeksi tuberkulosis, infeksi


kriptokokus.

Peningkatan protein dan kadar


glukosa rendah

Diagnosis Banding
Meningitis
Ensefalitis
Kejang demam
Abses intracranial
Sekuele edema otak
Infark serebral
Perdarahan
Vaskulitis

Penatalaksanaan
Observasi dan monitoring cairan
Terapi cairan
Cairan rendah natrium :
Glukosa 5-10% : Nacl 0,9 % = 3:1
Terapi deksametason (0,6 0,8 mg/kg

per hari dibagi menjadi 2-3 dosis


selama 2 hari) sebagai terapi tambahan
dimulai tepat sebelum atau bersamaan
dengan dosis pertama antibiotik.

Initial Antimicrobial Therapy by Age for Presumed


Bacterial Meningitis
Age
Newborns (0-28 days)

Recommended
Alternative Treatments
Treatment
Cefotaxime or ceftriaxone Gentamicin plus
plus ampicillin with or
ampicillin
without gentamicin

Infants and toddlers (1


mo-4 yr)

Ceftazidime plus
ampicillin
Ceftriaxone or cefotaxime Cefotaxime or ceftriaxone
plus vancomycin
plus rifampin

Children and adolescents


(5-13 yr) and adults

Ceftriaxone or cefotaxime Ampicillin plus


plus vancomycin
chloramphenicol

Pemberian asiklovir intravena merupakan

terapi pilihan untuk ensefalitis HSV dan


virus varicella zoster.
Infeksi sitomegalovirus diterapi dengan
gansiklovir.
Infeksi HIV dengan kombinasi agen
antiretroviral.
M. Pneumonia dapat diberikan doksisiklin,
eritromisin, azitromisin atau klaritromisin
Terapi suportif mencakup terapi terhadap
dehidrasi, kejang, peningkatan tekanan
intracranial, demam dan koma

Prognosis
Pada pasien yang bertahan hidup, gejala

umumnya membaik setelah beberapa hari


sampai dengan 2-3 minggu. Penderita yang
berhasil selamat, 35% diantaranya
mengalami gejala sisa seperti ketulian,
kejang, kebutaan, kelumpuhan atau
hidrosefalus.
Prognosis yang buruk berkaitan dengan
usia muda, durasi sakit sebelum
pemberian, obat, kejang, syok dan koma
saat datang ke rumah sakit

Kesimpulan
Meningoensefalitis berarti peradangan pada otak

(enchepalon) dan selaput pembungkusnya (meningen).


Bakteri, virus, jamur, dan proses autoimun dapat
menyebabkan meningoensefalitis.
Indikasi terjadinya inflamasi meningens adalah timbulnya
gejala sakit kepala, iritabilitas, gangguan kesadaran, mual,
kaku kuduk, letargia, fotofobia dan muntah. Umumnya juga
timbul demam.
Penatalaksanaan pada meningoensefalitis adalah dengan
menghilangkan gejala- gejala yang ada dan memberikan
obat sesuai factor penyebab, yaitu antibiotic atau antivirus.
Pada banyak kasus penderita meningitis yang ringan dapat
sembuh sempurna walaupun proses penyembuhan
memerlukan waktu yang lama.
Sedangkan pada kasus yang berat, dapat terjadi kerusakan
otak dan saraf secara permanen dan biasanya memerlukan
terapi jangka panjang.

Daftar Pustaka
Mardjono, M, Sidharta, P. Neurologi Klinis Dasar. Penerbit

Dian Rakyat. Jakarta: 2004.


Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta: 2003.
Saharso, D. Meningitis. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak
FK Unair RSU Dr. Soetomo. Surabaya: 2006.
Mumenthaler, M. Penyakit - penyakit Inflamasi Pada Otak
dan Selaput OtakDalam Neurologi Jilid I. Binarupa Aksara.
Jakarta: 1995
Marcdante, J. Karen dkk. Ilmu Kesehatan Anak Esensial
Edisi ke Enam. Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta: 2014
Anonim. Referat, Meningoencephalitis (diambil dari scribd
http://www.scribd.com/doc/135114596).

TERIMAKASIH

You might also like