You are on page 1of 16

Pendidikan Agama

Kristen
Evan Leonardus Michelle Kapoyos
1412000170 - 1412000176
S1 Manajemen
Perbanas Institute, 2015

Masyarakat
Sebagai

orang Kristen, kita tidak boleh bersikap abstain,


melainkan terpanggil untuk ikut ambil bagian dalam dimensi
kehidupan masyarakat. Ajaran yang diajarkan-Nya tentang
Garam Dunia dan Terang dunia secara nyata menunjukkan
keterikatan pengikut-pengikut Kristus dengan dunia dimana ia
hidup. Atas segala ketawaran dan kebusukan yang semakin
marak, orang Kristen harus menjadi garam, dan terang atas
segala kegelapan yang membelenggu.

A. Keprihatinan Terhadap Masalah


Sosial

Selama berabad-abad, pertanyaan tentang hubungan gereja,


negara, dan masyarakat menjadi pergumulan yang berlarutlarut. Ada dua persepsi mengenai hubungan gereja dengan
persoalan kemasyarakatan.

1. Persepsi

pertama mengatakan bahwa bidang cakup gereja tidak


boleh dicampuradukkan dengan masalah-masalah masyarakat
seperti politik. Misal; Gereja harus dibatasi kegiatannya pada urusan
theologi. Pandangan ini dipegang teguh oleh kaum injili (evangelical).

2. Disisi lain, ada yang mengatakan bahwa kegiatan gereja tidak dapat
dipersempit hanya pada urusan yang abstrak. Gereja justru harus
memperlihatkan keprihatinannya pada persoalan sosial yang sangat
konkrit; persoalan keadilan, hak asasi manusia, kekerasan politik, dll.

B. Alkitab dan Kepedulian terhadap


Masyarakat

Tuhan

Allah dengan umat bangsa Israel yang hidup diperbudakan, karena itu Ia
mengutus Musa untuk membebaskan(Kel 3:7-10) dan Allah juga peduli dengan
cara kerja Musa dalam mengelola kepemimpinannya, dan mengutus mertuanya
untuk memberikan pengarahan (Kel 18:13-24), dan juga penindasan sosial yang
dialami orang kecil ditengah bangsa Israel, mengundang campur tangan Tuhan
Allah. Allah selalu berpihak pada orang yang tertindas/terhinda (Amos 2:6-16).
Perjanjian lama memberikan dorongan kepada orang Kristen;
Semua manusia diciptakan Allah sama menurut gambar dan rupa Allah. Manusia
diberi kuasa atas semua yang ada di dunia ini tetapi tidak untuk menguasai
orang lain. (Kej 1:27-31)
Umat Israel sudah lebih dulu dididik untuk memiliki rasa simpati pada orang
orang yang tersingkir/terabaikan.
Hukum Allah yang mengajar mereka untuk melakukan keadilan terhadap pekerja
rendahan, orang asing, anak-anak yatim piatu, serta janda. (Ul 24:14-22)

B. 1. Perjanjian Baru
Di

era Perjanjian Baru pun, kepedulian Tuhan Yesus akan


masyarakat-Nya jelas tertulis dalam pemaparan ke-4 Injil.
Bahwa Ia peduli dengan mereka yang lapar sesudah seharian
mengikuti Dia untuk mendengar pengajaran-Nya yang
diuraikan dalam Injil Yohanes 6:1-12. Demikian juga terhadap
orang sakit (Yoh 4:46-53)
Orang yang menderita sakit selama 38 tahun, (Yoh 5:5-15),
dan sebagainya.

Beberapa

masalah yang harus menjadi pergumulan orang


Kristen dihubungkan dengan krisis multi dimensional yang
sekarang ini sedang dihadapi oleh masyarakat Indonesia,
antara lain;
Kemiskinan
Kebodohan dan keterbelakangan
Penyakit
Keterasingan/alienasi
Diskriminasi
Konflik dan Kekerasan
Pelanggaran HAM
Ketidakadilan Gender.

Penyakit sosial yang sekarang ini sangat menonjol ditengah

Masyarakat baik dalam ruang lingkup Indonesia maupun di


Dunia, yaitu Kekerasan atau violence.
Kekerasan telah menjadi bagian kehidupan di masyarakat kita
sekarang ini. Baik di Lokal, maupun global dan
perkembangannya semakin hebat. Kita seperti hidup didalam
kecemasan, kekuatiran, serta ketakutan atas tempat yang
akan/kita kunjungi atau bahkan bisa meledak sewaktu-waktu
dengan berbagai ancaman. Pergumulan ini sebenarnya
menjadi bagian yang harus dihadapi perguruan tinggi kristen.

Gereja, Masyarakat, dan Kekerasan


Gereja

pun sebenarnya tidak steril dari tindakan kekerasan.


Di Atambua NTT, pernah terjadi kekerasan yang dilakukan
warga sebuah gereja terhadap seseorang yang mengikuti
acara Perjamuan Kudus hanya karena orang tersebut belum
resmi diterima sebagai warga gereja. Orang tersebut ketika
melakukan upacara ini, merasa canggung karena belum
pernah melakukan hal yang sama sehingga ia diamankan di
rumah pastor. Dengan kekerasan, orang tersebut dipukuli
hingga menemui ajalnya.

Penyakit Sosial dan Kekerasan


Kekerasan

hanyalah satu bentuk dari penyakit


sosial yang sekarang ini sedang marak di tengah
masyarakat dunia termasuk Indonesia. Bentuk lain
dari penyakit sosial adalah; korupsi, judi, free-sex,
porn, penyalahgunaan-narkoba, dsb. Penyakit
Sosial adalah keadaan sakit ditengah-tengah
masyarakat yang pada umumnya melibatkan
faktor ekonomis, sosiologis, pendidikan, psikologis,
politis, dll yang berakibat pada ketidakharmonisan
dan
mengganggu
nilai
moralitas
dan
kesejahteraan rakyat. Kekerasan sendiri dipahami
sebagai penggunaan kekuatan secara individual
atau komunal yang mengakibatkan orang lain atau
komunitas lain terancam/cidera.

Bentuk-bentuk Kekerasan

Kekerasan bukan sekedar perilaku tetapi


menyangkut
proses
konteks
dan
sikap.
Kekerasan biasanya selalu diartikan dengan
perbuatan atau tindakan yang menyangkut
pembunuhan,
pemukulan,
penyiksaan,
pemotongan salah satu tubuh. Contoh yang
sangat nyata adalah; peperangan, tawuran
massal, penculikan dan penyiksaan. Fokus
perhatian kita tentang kekerasan biasanya
disekitar peristiwa seperti ini. Kekerasan harus
bisa dilihat dengan sisi konteks dan strukturnya.
Pemahaman
tentang
kekerasan
harus
bertambah, karena kekerasaan juga mencakup
bentuk bentuk yang kurang nyata tetapi dapat
merusak dan bahkan mungkin sulit diatasi.

Bentuk-bentuk Kekerasan

Masyarakat sulit membedakan antara, misalnya


dengan
pistol
dengan
pembunuhan
karena
kekurangan pangan dan bahan hidup pokok lainnya.
Kekerasan seperti ini dapat disengaja atau hanya
karena lalai dalam memperhitungkan kebutuhan orang
atau masyarakat lainnya. Dengan demikian, kekerasan
dapat kita pahami mulai dari kekerasan fisik, hingga
kekerasan
struktural,
atau
kekerasan
yang
melembaga, atau kekerasan yang terlihat dan
kekerasan yang tidak terlihat.
Dalam sektor keuangan internasional, juga disebut
sebagai contoh dari struktur kekerasan, dimana
beberapa bangsa sengaja membuat bangsa lain
menderita. Pinjaman yang diberikan kepada suatu
bangsa pada suatu ketika akan membuat penderitaan
sendiri bagi bangsa penerima pinjaman. Mereka
menata kehidupan ekonominya tidak untuk memenuhi
kebutuhan dasar rakyatnya saja, melainkan untuk
membayarkan hutangnya. Dari segi kematian dan
runtuhnya kehidupan, efek yang diakibatkan oleh
kekerasan struktural seperti ini sering sama seriusnya
dengan akibat yang ditimbulkan oleh peperangan.

Kekerasan dalam Rumahtangga

Rumahtangga adalah lembaga dimana anak-anak


dididik dan dibentuk menjadi pelaku damai atau
nirkekerasan atau dipersiapkan secara sengaja atau
tidak menjadi pelaku kekerasan. Adolf Hitler adalah
salah satu korban serta produk dari sebuah
rumahtangga yang hidup dalam kekerasan. Anak
yang bercita-cita menjadi penyanyi tenor di gereja
ini akhirnya menjadi seorang diktator mahakejam
akibat kekerasan yang dilakukan ayahnya semasa ia
kecil. Penderita kekerasan yang paling utama ialah
anak-anak dan perempuan yang seharusnya
mendapat perhatian dan perlindungan keluarga
serta masyarakat.
Undang-undang nomor 23 tahun 2004 mengatur
tentang bentuk kekerasan dalam keluarga, yaitu;
kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual,
serta penelantaraan rumahtangga. Ketentuan pidana
dalam undangundang tersebut menyebutkan bahwa
hukuman penjara antara 5-15tahun atau denda
paling banyak Rp15.000.000 hingga Rp45.000.000
tergantung dari beratnya kekerasan.

Kekerasan dan Alkitab

Dalam pengajaran Alkitab, kita menangkap bahwa Tuhan Allah


sendiri tidak menyukai kekerasan (Yes 53:9a), nubuatnya tentang
Mesias Abdi Yahwe itu ... ia tidak berbuat kekerasan dan tidak ada
dalam mulutnya. Ia bahkan membenci orang yang mencintai
kekerasan (Mzm 11:5, TUHAN menguji orang benar dan orang fasik,
dan Ia membenci orang yang mencintai kekerasan. Ketika Bumi ini
penuh dengan kekerasan, maka Tuhan merencanakan air bah untuk
memusnahkannya. (Kej 6:13). Akan tetapi, pada pihak lain kita
merasa terusik dengan membaca nats-nats Alkitab yang juga
mempunyai indikasi mengajar umat Tuhan melakukan kekerasan;
seperti di ayat (Yos 21), (Ul 20:16), (Im 24:16), (1 Sam 15:3). Ayat
Alkitab ini harus dilihat dari konteksnya, yaitu ketika umat israel akan
memasuki negeri Kanaan. Tuhan Allah tidak menghendaki umat-Nya
hidup berdampingan dengan orang Kanaan itu, karena dapat
mengadaptasi cara hidup orang Kanaan yang jahat, seperti
pengurbanan anak-anak., misalnya; perilaku hidup mereka kacau
sekali seperti terlihat dalam kota Sodom dan Gomora. Namun
sesungguhnya, dalam Perjanjian Lama, hukuman Tuhan ini tidak
hanya dilakukan terhadap musuh-musuh Israelm namun juga secara
adil terhadap orang Israel sendiri bila mereka menjadi musuh Tuhan
seperti dalam kasus penyembahan berhala lembu emas (Kel 32).

Banyak

orang yang mengemukakan pendapatnya


bahwa kekerasan bisa membawa suatu perubahan.
Hal itu memang benar. Mao Tse Tung dan Karl Max
mengakui besarnya peran kekerasan dalam sejarah
manusia, Kekerasan politik tumbuh dari laras
senapan ujar Mao. Kekerasan, kata Marx. adalah
dukun beranak bagi setiap masyarakat lama yang
tengah mengandung masyarakat baru.
Akan tetapi, kekerasan tidak pernah membawa
pembaharuan. Kekerasan selalu akan diikuti oleh
kekerasan yang lain. Masalah kekerasan hanya
dapat
diatasi
dengan
kasih.
Yesus
telah
menunjukkan keteladanan-Nya akan hal ini, baik
melalui ajaran-Nya, maupun melalui perbuatanNya. Tuhan Yesus datang membawa jalan kasih,
jalan nirkekerasan (non-violence), dan ini membawa
perubahan serta pembaharuan. Dunia kita lebih
banyak memperhatikan serta membicarakan jalan
kekerasan sambil lupa bahwa sebenarnya jalan
nirkekerasanlah yang telah membaharui dunia ini.

Jika

kita ingin berbicara tentang kiat


mengatasi
kekerasan,
maka
jawabannya ada dalam kesediaan kita
melakukan apa yang pernah dilakukan
oleh Tuhan kita itu. Seperti apa yang
diakui oleh Mahatma Gandhi, Ahimsa,
adalah adaptasi dari kasih yang
diajarkan
Tuhan
Yesus
itu.
Perbedaannya, menurut orang ini,
adalah bahwa pengikut Yesus tidak
mampu untuk melakukan ajaran yang
sangat indah tersebut, sementara
kaum Hinduis telah melakukannya
dalam menghadapi Inggris ketika
bangsa ini menuntut kemerdekaannya.

Kesimpulan
Masyarakat

adalah komunitas terbesar yang memiliki


dinamika beragam dan oleh karenanya, keragaman tersebut
melahirkan berbagai penyakit sosial yang cenderung
merugikan. Karena itu, sangat penting bagi intelektual muda
mengkritisi serta mencermati perkembangan masyarakat
masa kini beserta nilai-nilai yang ada didalamnya. Dalam
upaya tersebut, maka Injil merupakan alat filter yang tepat
yang dapat digunakan sebagai acuan.

You might also like