Professional Documents
Culture Documents
Oleh
Marini Tandarto
0910015036
Pembimbing:
dr. H. Jaya Mualimin, Sp.KJ,
M.Kes
Dipresentasikan pada
Kegiatan Kepaniteraan Klinik
Laboratorium Ilmu
Kesehatan Jiwa.
Pemeriksaan dilakukan pada
Hari Senin, 08 Desember
2014 pukul 14.00 WITA di
IGD. RSJD Atma Husada
Mahakam Samarinda.
Sumber Anamnesa :
autoanamnesa dan
heteroanamnesa.
LAPORAN
KASUS
RIWAYA
T
PSIKIAT
RI
1.1
DATA UMUM
Identitas Pasien
Nama
:Tn. R
Umur
:20 tahun
Jenis kelamin
:Laki-laki
Agama
:Islam
Status perkawinan :Belum Menikah
Pendidikan
:SMP
Pekerjaan
: Suku
:Jawa
Alamat
:Jl. Yos Sudarso III Gang SBY RT. 001 No. 21 Teluk
Lingga Sangatta
Pasien datang berobat ke IGD RSJD Atma Husada Mahakam
Samarinda diantar oleh keluarga pasien.
Nama
: Ny.J / Tn.B
Jenis Kelamin : Perempuan /
Laki-Laki
Usia
: 42 tahun / 48 tahun
Hub dengan pasien: Ibu / Ayah
Alamat
: Jl. Yos Sudarso III
Gang SBY RT. 001 No. 21 Teluk
Lingga Sangatta
Identitas
Keluarga
Anamnesis
Keluhan Utama : Pasien mengamuk
Riwayat Penyakit Sekarang
Autoanamnesis
Pasien mengaku datang ke RSJD Atma Husada karena
keinginannya sendiri, ingin berobat dan bertobat. Pasien
mengaku pernah mendengar suara-suara dan bisikan. Pasien
juga mengaku pernah melihat bayangan berupa bayangan
hitam.
Pasien mengaku bahwa dirinya sudah mulai bermasalah
sejak usia 8 tahun. Dia mengaku bahwa dia mulai kecewa,
bingung, sedih dan terpukul karena mendengar kabar dari
tetangganya bahwa dia bukan anak dari orangtuanya.
Pasien kemudian mencari penjelasan dari orangtuanya
mengenai kebenaran hal ini namun tidak orangtuanya hanya
diam dan selalu menghindar. Setelah pasien usia SMP/SMA
barulah orang tuanya membenarkan kabar itu, dan kembali
berusaha menghindari pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Heteroanamnesis
Pasien mengamuk sejak 1 hari SMRS dan memecahkan
kaca. Menurut pengakuan keluarga, pasien tiba-tiba saja
mengamuk tanpa ada sebab yang jelas. Sebelumnya,
pasien juga pernah mengaku bahwa dirinya mendengar
suara-suara dan melihat bayangan hitam. Pasien juga
mengaku kepada orangtuanya bahwa pasien
mengonsumsi obat-obatan .Pasien juga menunjukkan
gejala selalu ketakutan karena merasa bersalah.
Sejak 5 hari yang lalu, pasien cenderung meminta maaf
terus, kepada siapa saja yang ia temui, terutama kepada
orangtuannya. Pasien juga cenderung berbicara
melantur. Ibu juga melihat bahwa pasien mencoba
menyetrumkan dirinya, sehingga ibu mematikan arus
listrik, namun pasien tidak mengetahui akan hal ini dan
heran mengapa tidak tersetrum.
Nenek
Nenek
69 tahun
2.
Baba
Ayah
48 tahun
3.
Juneda
Ibu
42 tahun
4.
Rahmat
Os
20 tahun
Peramah
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki tanpa gangguan jiwa
: Laki-laki sudah meninggal
: Pasien
: Perempuan tanpa gangguan jiwa
Gambaran Premorbid
Pasien merupakan orang yang sedikit tertutup, namun
pasien juga merupakan orang yang ramah dan mudah untuk
bersosialiasi sehingga pasien memiliki banyak teman.
Riwayat Hidup Pasien
Masa Anak-Anak Awal (5 hari -3 Tahun)
Pasien merupakan anak yang di adopsi oleh kedua orang
tuanya. Pasien merupakan anak dari seorang kenalan
orangtuanya. Pasien diadopsi lantaran orangtuanya belum
juga mendapatkan anak sehingga memutuskan untuk di
adopsi. Pasien diberikan susu formula hingga usia 4 tahun.
Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya. Tidak ada
keterlambatan dalam proses tumbuh kembang. Pasien mulai
dilatih menggunakan toilet ketika berusia 2 atau 3 tahun.
Awalnya selalu ditemani, dan sejak usia 4 tahun, pasien
sudah berani sendiri ke toilet.
Masa Dewasa
Pasien termasuk orang yang mudah bergaul. Pasien putus sekolah pada
saat pasien kelas II STM dengan alasan pasien malas untuk melanjutkan.
pasien hanya dirumah tanpa pekerjaan, terkadang membantu orang
tuanya ataupun keluarganya, selebihnya hanya di rumah atau
nongkrong dengan temannya. Orang tua sama sekali tidak tau bahwa
pasien sempat mengalami depresi dan mengalami penyalahgunaan zat.
Faktor Pencetus
Pencetus pertama episode depresif yakni ketika pasien mengetahui
bahwa dirinya adalah anak angkat. Hal ini lah yang menjadi pencetus
pasien mengalami penyalahgunaan zat.
Riwayat Pekerjaan
Pasien belum bekerja
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki gangguan seperti yang dialami
oleh pasien.
Hubungan Dengan Keluarga Dan Lingkungan
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan anggota keluarga. Pasien
juga memilik hubungan yang baik dengan tetangga dan lingkungan
sekitar.
Status Internus
Keadaan Umum
: Sakit Ringan
Kesadaran : Composmentis, GCS E4 V5
M6
Status Gizi
Berat Badan
: 54 Kg
Tinggi Badan : 165 cm
BMI
: 19.4 Kg/m2
Pemeriksaan
Fisik
Tanda Vital
Tekanan Darah
: 110/80mmHg
Nadi
: 82 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu
: 36,50C
Kepala
Bentuk normal
Konjungtiva anemis (-/-)
Pupil isokor, OD/OS 3 mm,refleks cahaya (+/+)
Bibir sianosis (-)
Leher
Pembesaran KGB (-)
Trakea teraba di tengah
Thoraks
Paru
Jantung
Abdomen
Inspeksi : Bentuk flat
Palpasi : Soefel, nyeri tekan epigastrium (-), organomegali (-), Massa (-),
Jejas/Bekas Trauma (-)
Perkusi
: Timpani di seluruh abdomen
Auskultasi
: Bising usus normal
Ekstremitas atas dan bawah
Akral hangat, Oedem (-).
Status Neurologikus
Kesadaran
Kepala
Leher
STATUS PSIKIATRIK
Kesan umum : Rapi, tenang, kooperatif
Kontak
: Verbal (+), visual (+)
Kesadaran : Compos mentis, atensi(+), orientasi tempat, waktu
dan ruang baik, Daya ingat (+)
Emosi / afek : Labil , Afek Sesuai
Proses berpikir : Normal, Koheren, waham (-)
Intelegensi : cukup
Persepsi
: Halusinasi auditori (+) visual (+), ilusi (-)
Psikomotor : Dalam batas normal
Kemauan : ADL mandiri
Pemeriksaan Penunjang
Lab Darah
Leukosit : 7.200
Hb : 14.6
Hct : 47.8
Trombosit :234.000
LED : 4mm / jam
GDS : 89
Kreatinin : 0,71
Ureum : 21
SGOT : 30
SGPT : 23
DIAGNOSA MULTIAKSIAL
Diagnosis Multiaksial
Aksis I
: Gangguan Mental Dan Perilaku Akibat
Penggunaan Zat Psikoaktif, Dengan Gejala Psikotik
Aksis II : Tidak terdapat diagnosis
Aksis III : Tidak terdapat diagnosis
Aksis IV : Masalah Psikososial
Aksis V : GAF 61-70
PENATALAKSANAAN
Psikoterapi
Memberi dukungan dan motivasi pada pasien agar dapat
menahan keinginan untuk menggunakan NAPZA kembali
dan mencari teman yang dapat membawa kepada arah
yang lebih baik dan menjauhi NAPZA.
Menyarankan kepada pasien untuk menjauhi temanteman pasien yang cenderung untuk mengajak pasien
menggunakan NAPZA kembali.
Memberikan informasi kepada keluarga terhadap
pentingnya dukungan keluarga dalam membantu
kesembuhan pasien.
Psikofarmakologi IGD:
Risperidone 2 x 2 mg
Diazepam 5 mg 0-0-1
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Tinjauan
Pustaka
Farmakokinetik Alkohol
Absorpsi
Setelah diminum, alkohol kebanyakan diabsorpsi di
duodenum melalui difusi. Kecepatan absorpsi bervariasi,
tergantung beberapa faktor:
Volume, jenis, dan konsentrasi alkohol yang dikonsumsi.
Alkohol dengan konsentrasi rendah diabsorpsi lebih lambat.
Namun alkohol dengan konsentrasi tinggi akan
menghambat proses pengosongan lambung. Selain itu,
karbonasi juga dapat mempercepat absorpsi alkohol.
Kecepatan minum, semakin cepat seseorang meminumnya,
semakin cepat absorpsi terjadi.
Makanan. Makanan memegang peranan besar dalam
absorpsi alkohol. Jumlah, waktu, dan jenis makanan sangat
mempengaruhi. Makanan tinggi lemak secara signifikan
dapat memperlambat absorpsi alkohol. Efek utama
makanan terhadap alkohol adalah perlambatan
pengosongan lambung.
Metabolisme lambung, seperti juga metabolisme hati, dapat
secara signifikan menurunkan bioavailabilitas alkohol
sebelum memasuki sistem sirkulasi.
Distribusi
Alkohol didistribusikan melalui cairan
tubuh. Terdapat perbedaan komposisi
tubuh antara pria dan wanita, dimana
wanita memiliki proporsi cairan tubuh yang
lebih rendah dibandingkan pria, meskipun
mereka memiliki berat badan yang sama.
Karena itu, meskipun seorang wanita
dengan berat badan yang sama,
mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang
sama dengan pria, wanita tersebut akan
memiliki kadar alkohol darah yang lebih
tinggi
Metabolisme
Metabolisme primer alkohol adalah di hati, dengan melalui 3 tahap.
Pada tahap awal, alkohol dioksidasi menjadi acetaldehyde oleh
enzim alkohol dehydrogenase (ADH). Enzim ini terdapat sedikit
pada konsentrasi alkohol yang rendah dalam darah.
Kemudian saat kadar alkohol dalam darah meningkat hingga tarap
sedang (social drinking), terjadi zero-order kinetics, dimana
kecepatan metabolisme menjadi maksimal, yaitu 7-10 gram/jam
(setara dengan sekali minum dalam satu jam).
Namun kecepatan metabolisme tersebut sangat berbeda antara
masing-masing individu, dan bahkan berbeda pula pada orang yang
sama dari hari ke hari.
Farmakodinamik Alkohol
Alkohol lebih banyak bekerja pada sistem saraf,
terutama otak. Pada otak, alkohol mengakibatkan
depresi yang menyerupai depresi akibat narkotik,
kemungkinan melalui gangguan pada transmisi
sinaptik, dimana impuls saraf akan mengalami
inhibisi. Terjadi pembebasan pusat otak yang lebih
rendah dari kontrol pusat yang lebih tinggi dan
inhibisi.
Efek pada sistem GABA
Alkohol menimbulkan efek seperti kerja GABA-A
dengan berinteraksi dengan GABA-A reseptor, namun
melalui tempat yang berbeda dari tempat
berikatannya GABA ataupun benzodiazepine.
Interaksi ini akan mengaktifkan neuron DA di sistem
mesolimbik. Akibatnya muncul efek sedatif,
anxiolytic, dan hyperexcitability.
hormone)
Alkohol menghambat reseptor NMDA, tidak dengan
berikatan langsung pada glutamate binding site,
namun dengan mengubah jalan glutamate menuju
tempatnya berikatan pada reseptor (allosteric
effect). Interaksi ini juga memfasilitasi munculnya
efek sedatif/hypnotic alkohol, seperti halnya
neuroadaptation.
Sistem serotonin juga berperanan dalam
farmakologi alkohol. Meskipun mekanisme kerja
belum jelas, namun membantu dalam pelepasan
DA. Peningkatan kadar serotonin pada sinap
menurunkan pengambilan alkohol.
Konsumsi alkohol akut juga memiliki efek terhadap
hypothalamic-pituitary axis, kemungkinan dengan
melibatkan hormone CRF (corticotrophin releasing
factor). Kerja pada tempat ini kemungkinan
mendasari efek penekanan stress pada alkohol.
Obat Anestesi
Konsumsi alkohol secara kronik meningkatkan dosis propofol yang
diperlukan untuk menurunkan kesadaran pasien. Konsumsi alkohol dalam
jangka lama akan meningkatkan risiko kerusakan hati oleh pemakaian gas
anestesi seperti enflurane dan halotan.
Antikoagulan
Adanya konsumsi alkohol akut mengubah kemampuan warfarin,
menyebabkan pasien berpeluang mengalami pendarahan yang mengancam
nyawa. Konsumsi alkohol secara kronik menurunkan kerja warfarin,
menimbulkan gangguan pembekuan darah.
Antidepressant
Alkohol meningkatkan efek sedasi dari tricyclic anti-depressant seperti
amitriptyline, menurunkan kemampuan yang diperlukan dalam mengemudi.
Konsumsi alkohol kronic meningkatkan kerja beberapa tricyclic dan
menurunkan kerja tricyclic lainnya. sebuah substansi kimia yang disebut
tyramine terdapat dalam beberapa bir dan wine, berinteraksi dengan
beberapa antidepresan, seperti monoamine oxidase (MAO) inhibitor
menyebabkan peningkatan tekanan darah yang berbahaya.
Antihistamin
Alkohol bersifat meningkatkan efek sedasi pada antihistamin. Obat ini
menyebabkan kelebihan sedasi dan nyeri kepala pada orang tua. Efek
kombinasi dengan alkohol akan sangat signifikan berbahaya pada kelompok
ini.
Gejala Klinis
Penyalahgunaan atau ketergantungan alcohol ini dapat dimenimbulkan
gangguan mental organic yaitu gangguan dala fungsi berpikir,
perasaan dan perilaku. Berikut geala-gejala gangguan mental organic
yang terjadi pada seseorang :
Terdapat dampak perubahan beruba perubahan perilaku, misalnya
berkelahi, atau tindak kekerasan lain.
Terdapat gejala fisiologik sebagai berikut: pembicaraan cadel.
Ganggua koordinasi, cara berjalan yang tidak mantap, mata jereng,
muk merah.
Tampak gejala psikologik sebagai berikut : perubahan alam perasaan
(euphoria atau disforia), mudah marah dan tersingga, banyak bicra,
gangguan perhtian atau konsentrasi
Bagi mereka yang sudah ketagihan akan menimbulkan sindrom putus
alcohol, ditandai gejala-gejala tersebut antara lain :
Gemetaran (tremor), kasar pada tangan, lidah dan kelopak mata.
Ampak gejala fisik sebagai berikut, yaitu mual muntah, lemah letih
lesu, hiperaktif saraf otonom, hipotensi ortostatik.
Tampak gejala psikologik sebagai berikut: kecemasan dan ketakutan,
perubahan alam perasaan, mengalami halusinsi dan delusi.
Putus Alkohol
Diagnosis dan Gambaran Klinis
Kriteria DSM-IV untuk putus alkohol memerlukan
dihentikannya atau penurunan penggunaan
alkohol yang sebelumnya adalah berat dan lama,
dan juga adanya gejala fisik atau neuropsikiatrik
spesifik. Diagnosis DSM IV juga memungkinakna
untuk menentukan dengan gangguan persepsi.
Tanda Klasik dari putus alkohol adalah gemetar,
walaupun spectrum dari gejala dapat meluas
sampai termasuk gejala psikotik dan persepsi (cth:
waham dan halusinasi), kejang, dan gejala
delirium tremens, atau delirium putus alkohol.
akibat
akibat
akibat
akibat
akibat
akibat
alkohol
opioida
kanabinoida
sedativa atau hipnotika
kokain
penggunaan stimulansia lain termasuk
akibat halusinogenika
akibat tembakau
akibat penggunaan pelarut yang mudah
akibat penggunaan zat multipel dan psikoaktif
Axsis I
BAB II3 : PEMBAHASAN
Axsis
Untuk Axsis II, berdasarkan anamnesia tidak
didapatkan kelainan.
Axsis III : Untuk Axsis III, berdasarkan anamnesa tidak
didapatkan kelainan.
Axsis IV
Untuk Axsis IV, berdasarkan anamnesa didapatkan bahwa
terdapat masalah dari psikososial pasien yaitu permasalahan
bahwa pasien bukan anak kandung membuat pasien menjadi
terpukul dan depresif
Axsis V
Pada pasien terlihat gejala yang muncul seperti mendengar
bisikan-bisikan, melihat bayangan, berbicara melantur, dan
pernah mengamuk sekali. Gejala lain yang terlihat juga
bahwa pasien tampak gelisah, terutama saat malam hari
pasien tidak bisa tidur. Oleh karena itu GAF Scale : 70-61,
Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum masih baik
Pedoman Diagnostik
Pada
pasie
n
x
dan berat
Dua
atau
lebih
tanda
berikut
ini,
yang
berkembang
dalam
Insomnia
Agitasi psikomotor
Kecemasan
Penatalaksa
naan
Pada penatalaksanaan pasien dengan
gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan alkohol, dengan sindroma
putus zat, selain psikoterapi, medikasi
utama untuk mengendalikan gejala putus
alkohol adalah benzodiazepine. Selain itu
bila pasien dengan gejala psikotik dapat
diberikan obat antipsikotik. Oleh karena itu,
kami merekomendasikan untuk pemberian
Risperidon 2 mg 2x1 dan Diazepam 5 mg 00-1.
Terima Kasih