You are on page 1of 50

Attention Defisit

Hiperactivity Disorder
(ADHD)

A. PENDAHULUAN
Definisi hiperaktifitas:
Suatu pe aktifitas motorik hingga pada tingkatan
tertentu yang menyebabkan gangguan perilaku yang
terjadi setidaknya pada 2 tempat dan suasana yang
berbeda.(National Medical Series)
Aktifitas anak yang tidak lazim dan cenderung
berlebihan, yang ditandai dengan gangguan
perasaan gelisah, selalu menggerak-gerakkan jarijari tangan, kaki, pensil, tidak dapat duduk dengan
tenang dan selalu meninggalkan tempat duduknya
meskipun pada saat dimana dia seharusnya duduk
dan tenang. (Larry B Silver)

ADHD

ditandai o/ ber kemampuan u/


mempertahankan perhatian wa!aupun tidak ada
stimulus pengalihan perhatian dari luar.
Anak dengan gangguan ADHD mengalami
hiperaktifitas (karena adanya impulsivitas), dan
tampak resah dan gelisah.

U/

memenuhi kriteria diagnostik gangguan harus


ada sekurangnya 6 bulan gangguan dalam
fungsi akademik atau sosial, dan terjadi sebelum
usia 7 tahun.
Menurut DSM IV diagnosis dibuat dengan
menegakkan sejumlah gejala dalam bidang
inatensi atau bidang hiperaktifitas-impulsifitas
atau keduanya.

DSM-IV menuliskan 3 subtipe gangguan


defisit-atensi/hiperaktifitas:
1. tipe predominan inatentif,
2. tipe predominan hiperaktif-impulsif,
3. tipe kombinasi.

B. EPIDEMIOLOGI
Insidensi

ADHD di USA bervariasi dari 2-20 %

anak SD.
Rasio kejadian antara laki-Iaki dan perempuan
yaitu 4:I secara epidemiologis, secara klinis 9:1.
angka prevalensi ADHD di seluruh dunia adalah
8-12 %.

Gangguan

paling sering ditemukan pada anak


laki-Iaki yang pertama. Orangtua dari anak-anak
dengan ADHD menunjukkan pe insidensi dari
hiperkinesis, sosiopati, gangguan penggunaan
alkohol, dan gangguan konversi
Onset biasanya pada usia 3 tahun (Kaplan dan
Saddock,1997)

C. ETIOLOGI
Penyebab

pasti hiperaktivitas tidak diketahui


Beberapa referensi bahwa penyebab terjadinya
hiperaktivitas bersifat multifaktorial dimulai dari:
1. faktor genetik,
2. perkembangan otak saat kehamilan,
3. perkembangan otak saat perinatal,
4. tingkat kecerdasan (IQ),

5.
6.
7.
8.

terjadinya disfungsi metabolisme,


ketidakteraturan hormonal,
lingkungan fisik, sosial
pola pengasuhan anak oleh orang tua, guru
dan orang-orang yang berpengaruh di
sekitamya.

CEDERA OTAK
Adanya

suatu lesi di daerah lobus frontalis,


anterior dan medial dari pre sentral motor
korteks, diduga sbg kelainan neuroanatomi dari
ADHD.
Ditemukan adanya hipoperfusi dari CBF pada
lobus frontalis dan nukleus kaudatus.
Hasil PET (Positron Emission Tomography)
scan pada orangtua anak ADHD menunjukkan
adanya penurunan metabolisme glukosa pada
daerah frontal kiri dan parietal.

Penyebab terjadinya hiperaktifitas dibagi dalam 3


kelompok :
Terjadinya kelainan perkembangan yang ditandai
dengan penyimpangan struktural dari bentuk
normal karena sebab yang bermacam-macam
selain o!eh trauma.
Kerusakan SSP secara anatomis seperti halnya
yang disebabkan oleh infeksi, perdarahan,
peradangan,trauma dan hipoksia.
Terjadinya malfungsi tanpa disertai perubahan
struktur dan anatomis yang jelas, menyebabkan
terjadinya hambatan stimulus atau justru timbulnya
stimulus yang berlebihan penyimpangan yang
signifikan dalam perkembangan hubungan anak
dengan orang tua dan lingkungan sekitamya.

NEUROKIMIAWI
Telah

ditemukan adanya kelainan metabolisme


neurotransmitter dopamine dan norephineprine.
Dugaan faktor neurotransmitter ini juga diperkuat
dari keadaan anak ADHD yang membaik dengan
pemberian obat stimulant yang mempengaruhi
dopamin dan norephineprine.
Secara keseluruhan, tidak ada bukti-bukti yang
jelas yang meIibatkan satu neurotransmitter
tunggal dalam perkembangan gejala ADHD, tetapi
banyak neurotransmitter yang terlibat di dalamnya.

GENETIK
10-35

% anggota ke!uarga dekat dari anak ADHD


memiliki resiko kelainan, dimana resiko saudara
kandung sekitar 32 %.
Anak yang diadopsi oleh orang tua yang hiperaktif juga
memiliki resiko tinggi ADHD walaupun tidak setinggi
anak kandung.
1/3 ayah penderita hiperaktif juga menderita gangguan
yang sama pada masa kanak-kanak mereka
Anak kembar monozygote memiliki resiko lebih tinggi
(80-90%) dibandingkan anak kembar dizygote (20-30%).

FAKTOR NEUROLOGIS

Terdapat pula suatu korelasi fisiologis dgn


ditemukannya
berbagai
pola
EEG
abnormal yang terdisorganisasi dan
karakteristik untuk anak kecil
Teori
maturation
lack
atau
developmental delay yaitu adanya suatu
kelambanan dalam proses perkembangan
anak-anak dengan ADHD.

Anak-anak tersebut akhimya dapat


mengejar
'keterlambatan'-nya
dan
keadaan ini dipostulasikan akan terjadi
sekitar usia pubertas, hal ini berarti gejala
ADHD tidak menetap tetapi hanya
sementara sebelum 'keterlambatan' yang
terjadi dapat dikejar. (Kaplan dan
Saddock,1997)

FAKTOR LINGKUNGAN
Kehamilan

dan
trauma
lahir
mungkin
mempengaruhi perkembangan otak
Kelainan prenatal dan postnatal, infeksi SSP,
ketergantungan gula dan makanan tertentu,
keracunan timbal, disfungsi thyroid, kekurangan
nutrisi seperti asam lemak omega-3, trauma,
BBLR, hipoksia, paparan toksin seperti kokain dan
nikotin perlu diperhatikan dalam kasus ADHD.
Penelitian lain menemukan adanya korelasi
antara agents toxic/kekurangan nutrisi dan
kemampuan belajar.

FAKTOR PSIKOSOSIAL
Faktor

psikososial yang mempengaruhi


antara lain adalah pemutusan emosional
yang lama sehingga menyebabkan overaktif
dan gangguan atensi
Faktor
predisposisi mungkin termasuk
temperamen anak, faktor genetik-familial,
dan tuntutan sosial untuk mematuhi cara
berkelakuan dan bertindak yang rutin.
(Kaplan dan Saddock,1997)

D. DIAGNOSIS
Tanda

utama hiperaktivitas harus menyadarkan


klinisi tentang kemungkinan ADHD.
Hiperaktivitas
tidak merupakan manifestasi
perilaku yang tersendiri, singkat dan transien di
bawah stres tetapi ditemukan selama waktu
yang lama.
Menurut DSM IV gejala harus ditemukan pada
sekurangnya dua keadaan (contohnya sekolah,
rumah) untuk memenuhi
kriteria diagnostik
untuk ADHD.

Pemeriksaan status mental menunjukkan mood


terdepresi sekunder, distraktibilitas yang besar,
kekerasan hati dan cara berfikir yang konkrit dan
harfiah.
Juga ditemukan indikasi masalah visual-perseptual,
auditorik-perseptual, bahasa, kognisi.
Kadang-kadang bukti menunjukkan kecemasan
dasar meresap dan dengan dasar organik seringkali
dinamakan sebagai kecemasan tubuh.
Kecepatan dan penyimpangan perkembangan dan
reaksi parental terhadap transisi perilaku yang
bermakna harus ditegakkan untuk menentukan
derajat mana orang tua telah berperan atau
bereaksi terhadap inefisiensi atau disfungsi anak.
(Kaplan dan Saddock,1997)

KRITERIA DIAGNOSTIK UNTUK


ADHD DARI DSM IV
A.Salah satu (1) ATAU (2)
1. INATENSI : enam atau lebih gejala inatensi
berikut ini telah menetap selama sekurangnya
enam bulan sampai tingkat yang maladaptif
dan
tidak
konsisten
dengan
tingkat
perkembangan.
a.

b.
c.

Sering gagal memberikan perhatian terhadap perincian


atau melakukan kesalahan yang tidak berhati-hati
dalam tugas sekolah, pekerjaan atau aktivitas lain.
Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan
atensi terhadap tugas atau aktivitas permainan.
Sering tidak mendengarkan jika berbicara langsung

d.

e.
f.

g.

h.
i.

Sering
tidak
mengikuti
intruksi
dan
gagal
menyelesaikan tugas, pekerjaan, atau kewajiban di
tempat kerja (bukan karena perilaku opposional atau
tidak dapat mengerti instruksi)
Sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas
dan aktifitas.
Sering menghindari, membenci, enggan untuk terlibat
dalam tugas yang memerlukan usaha yang lama
(seperti tugas sekolah atau pekerjaan rumah)
Sering menghindari hal-hal yang perlu untuk tugas
dan aktifitas (misalnya tugas sekolah, pensil, buku
atau peralatan).
Sering mudah dialihkan perhatiannya oleh stimuli luar.
Sering lupa dalam aktifitas sehari-hari.

2. HIPERAKTIFITAS-IMPULSIVITAS. : enam atau


lebih gejala hiperaktivitas-impulsivitas berikut
ini telah menetap selama sekurangnya enam
bulan sampai tingkat yang maladaptif dan tidak
konsisten dengan tingkat perkembangan:
HIPERAKTIVITAS

Sering gelisah dengan tangan dan kaki atau


menggeliat-geliat di tempat duduk
Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau
dalam situasi lain dimana diharapkan tetap duduk.
Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan
dalam situasi yang tidak tepat (pada remaja atau
dewasa mungkin terbatas pada perasaan subjektif
kegelisahan)
Sering mengalami kesulitan bermain atau terlibat
dalam aktifitas waktu luang secara tenang.

Sering siap-siap pergi atau bertindak seakan-akan


didorong oleh suatu motor.
Sering bicara berlebihan.

IMPULSIVITAS

Sering menjawab tanpa pikir terhadap pertanyaan


sebelum pertanyaan selesai.
Sering sulit menunggu gilirannya
Sering memutus atau mengganggu orang lain

B.Beberapa gejala hiperaktif impulsif atau inatensi


yang menyebabkan gangguan telah ada
sebelum usia 7 tahun
C. beberapa gangguan akibat gejala ada selama
dua atau lebih situasi ( misalnya di sekolah ,
pekerjaan atau di rumah.)
D.Harus terdapat bukti yang jelas adanya
gangguan yang bermakna secara klinis dalam
fungsi sosial, akademik, dan fungsi pekerjaan.
E.Gejala tidak terjadi semata-mata selama
perjalanan gangguan perkembangan pervasif,
skizofrenia, atau gangguan psikotik lain dan
tidak diterangkan lebih baik oleh gangguan
menatal lain (misalnya gangguan mood,
gangguan kecemasan, gangguan disosiatif atau
gangguan kepribadian)

Penulisan didasarkan pada tipe:


Gangguan Defisit Atensi-Hiperaktifitas , tipe
kombinasi: jika memenuhi kriteria 1 dan 2
selama enam bulan terakhir.
Gangguan
Defisit
Atensi-Hiperaktifitas,
predominan tipe inatensi : jika memenuhi
kriteria A1 tetapi tidak memenuhi kriteria A2
selama enam bulan terakhir.
Gangguan
Defisit
Atensi-Hiperaktifitas
predominan tipe hiperaktif-impulsif : jika
memenuhi kriteria A2 tetapi tidak memenuhi
kriteria A1 selama enam bulan terakhir.

KRITERIA DIAGNOSTIK
UNTUK ADHD DARI PPDGJ III

Kriteria

umum mengenai kriteria


hiperkinetik (ciri utama berupa
berkurangnya perhatian dan aktivitas
erlebih) telah dipenuhi, tetapi kriteria untuk
gangguan tingkah laku tidak terpenuhi

E. GAMBARAN KLINIS
Attention

Defisit Hiperactivity Disorder (ADHD)


mungkin memiliki onset pada masa bayi.
Bayi dengan ADHD peka terhadap stimuli dan
mudah dimarahkan oleh suara, cahaya,
temperatur dan perubahan lingkungan lain.
Kadang-kadang terjadi kebalikannya, anakanak
tenang dan Iemah, banyak tidur dan tampaknya
berkembang lambat pada bulanbulan pertama
kehidupan.
Tetapi, bayi dengan ADHD lebih sering bersikap
aktif di tempat tidumya, sedikit tidur dan banyak
menangis

Karakteristik anak-anak dengan ADHD


yang tersering (dalam urutan frekuensi) :
Hiperaktivitas
Gangguan motorik perseptual
Labilitas emosional
Defisit koordinasi menyeluruh
Gangguan atensi (rentang atensi yang
pendek, distraktibilitas, keras hati, gagal
menyelesaikan suatu pekerjaan, inatensi,
dan konsentrasi yang buruk)
Gangguan daya ingat dan pikiran.

Impulsivitas

(bertindak sebelum berpikir,


mengubah perilaku dengan tiba-tiha, tidak
memilki organisasi , meloncat-Ioncat di
sekolah)
Ketidakmampuan belajar spesifik
Gangguan bicara dan pendengaran
Tanda neurologis dan iregularitas EEG
yang samar-samar.

Gejala-gejala yang ditemukan pada anak


ADHD yaitu :
Sering menghilangkan peralatan sekolahnya,
dan lupa mengerjakan pekerjaan rumah.
Kesulitan untuk mengerjakan pekerjaan di
kelas dan pekerjaan rumah.
Sulit untuk mengikuti berbagai perintah dari
orang yang lebih tua.
Sering kali menjawab tanpa berpikir lebih
lanjut.
Tidak sabar dan terburu-buru
Gelisah dan terus menggeliat
Meninggalkan bangkunya dan berlarian
tanpa arah

Selalu

kelihatan sibuk dengan dirinya sendiri


Berbicara terlalu banyak dan sulit untuk
bermain dengan tenang.
Menyela pembicaraan orang lain dan
mengganggu orang lain.
Mudah bingung dan kesulitan dalam menyimak
Suka memotong pembicaraan dan ikut campur
pembicaraan orang lain
Sering melakukan aktivitas fisik yang
berbahaya tanpa mempertimbangkan
akibatnya,

Anak

dengan ADHD seringkali mudah marah


secara meledak. lritabilitas dapat ditimbulkan
oleh stimuli yang relatif kecil, yang mungkin
membingungkan dan mencemaskan anak
Tes psikologis menemukan bahwa anak
dengan ADHD memiliki kemampuan rata-rata
yang pencapaiannya hanya sedikit di bawah
rata-rata. Tidak terdapat pemeriksaan fisik
yang karakteristik pada anak dengan ADHD

Impulsivitas

dan ketidakmampuan menunda


kegembiraan sangat karakteristik pada
ADHD. Anak dengan ADHD juga sangat
rentan terhadap kecelakaan.
Kesulitan sekolah baik belajar maupun
perilaku sering ditemukan, kadang-kadang
berasal dari gangguan komunikasi atau
gangguan belajar yang ada bersama-sama
atau distraktibilitas anak dan atensi yang
berfluktuasi, yang menghalangi perolehan,
penahanan,
dan
penunjukan
ilmu
pengetahuan.

F. PEMERIKSAAN PATOLOGI
DAN LABORATORIUM
Tidak

ada pemeriksaan lab yang patognomonik


untuk gangguan defisit atensi-hiperaktifitas.
Beberapa pemeriksaan lab sering menemukan
hasil abnormal yang tidak spesifik pada anakanak hiperaktif, spt hasil EEG yang
terdisorganisasi dan imatur, dan tomografi
emisi positron (PET) mungkin menunjukkan
penurunan aliran darah serebri di daerah
frontalis.

Tes

kognitif yang membantu dalam


menegakkan inatensi dan impulsivitas anak
adalah tugas kinerja kontinu, dimana anak
diminta memijat tombol tiap kali urutan huruf
atau angka tertentu ditampilkan layar

G. DIAGNOSA BANDING
Kumpulan

temperamental yang terdiri dari


tingkat aktifitas yang tinggi dan rentang
perhatian yang pendek harus dipertimbangkan
pertama kali.
Namun
membedakannya
dengan
gejala
gangguan defisit atensi-hiperaktifitas sblm usia
3 tahun adalah sulit terutama karena sistem
saraf pusat yang imatur secara normal dan
timbulnya tanda gangguan visual-motorikperseptual yang sering ditemukan pada
gangguan defisit atensi-hiperaktifitas

Kecemasan

mungkin menyertai gangguan


defisit atensi-hiperaktifitas sebagai ciri sekunder
dan dimanifestasikan oleh overaktifitas dan
distrakbilitas.
Depresi sekunder pada anak dengan gangguan
defisit atensi-hiperaktifitas harus dibedakan dari
gangguan depresi primer yang kemungkinan
dibedakan oleh hipoaktivitas dan menarik diri.
Pada gangguan defisit atensi-hiperaktifitas juga
mesti dibedakan dengan gangguan konduksi
dimana anak-anak tidak mampu membaca atau
mengerjakan matematika karena gangguan
belajar bukan inatensi.
(Kaplan dan Saddock,1997)

H. PERJALANAN PENYAKIT DAN


PROGNOSIS
Perjalanan

penyakit ADHD agak bervariasi.


Gejala dapat menetap sampai masa remaja
atau
kehidupan
dewasa,
gejala
dapat
menghilang pada pubertas, atau hiperaktivitas
mungkin menghilang tetapi penurunan rentang
atensi dan masalah pengendalian impuls
mungkin menetap.
Overaktivitas
biasanya merupakan gejala
pertama yang menghilang dan distrakbilitas
adalah yang terakhir
Remisi biasanya terjadi antara usia 12 dan 20
tahun.

Remisi

dapat disertai dengan masa remaja dan


kehidupan dewasa yang produktif, hubungan
interpersonal yang memuaskan, dan relatif
sedikit sequele yang bermakna.
Pd pasien ADHD mengalami remisi parsial dan
rentan
terhadap
gangguan
kepribadian
antisosial dan gangguan kepribadian anti sosial
dan gangguan kepribadian lain dan gangguan
mood. Masalah belajar seringkali terus ada.
Hasil akhir ADHD pada anak berhubungan
dengan jumlah gangguan konduksi yang
menetap dan faktor keluarga yang kacau.
Hasil
yang
optimal
diperoleh
dengan
menghilangkan agresi anak dan memperbaiki
fungsi keluarga sedini mungkin

I. TERAPI
Terapi

farmakologi hanya dipakai sebagai


penunjang
dan sebagai kontrol terhadap
kemungkinan timbulnya impuls-impuls hiperaktif
yang tidak terkendali.
Agen farmakologis untuk ADHD adalah stimulan
sistem
saraf
pusat,
terutama
dextroamphetamine
(Dexedrine),
methylphenidate dan pemoline (Cylert).
Pada
sebagian besar pasien, stimulan
menurunkan
overaktifitas,
distrakbilitas,
impulsivitas, eksplosivitas dan irritabilitas.
(Kaplan dan Saddock,1997)

FDA

mengijinkan pemakaian methylphenidate dan


dextroamphetamine untuk anak berusia 6 tahun
atau lebih karena keduanya adalah obat yg paling
sering digunakan dan terbukti sangat efektif dengan
efek samping yang relatif kecil.
Mekanisme kerja yang tepat dari stimulan tetap
tidak diketahui namun terdapat hipotesis bahwa
obat ini meningkatkan katekolamin dengan
mempermudah
pelepasannya
dan
dengan
menghambat ambilannya.
Efek samping obat yang paling sering adalah nyeri
kepala, nyeri lambung, mual dan insomnia.
Beberapa anak mengalami efek "rebound" dimana
mereka menjadi agak mudah marah dan tampak
agak hiperaktif

Selain

methylphenidate juga dipakai Ritalin


dalam bentuk tablet, memiliki efek terapi yang
cepat, setidaknya untuk 3-4 jam dan diberikan 2
atau 3 kali dalam sehari.
Methylphenidate juga tersedia dalam bentuk
dosis tunggal. Dexedrine (Dextroamphetamine)
merupakan obat lain yang dipergunakan dan
diijinkan FDA untuk digunakan pada anak usia 3
tahun atau lebih
Penggunaan antidepresan termasuk imipramine
(Tofranil), desipramine,
dan nortriptyline
(Pamelor) dilakukan apabila terdapat gangguan
kecemasan atau gangguan depresi komorbid
dan pada anak-anak dengan gangguan tik yang
menghalangi pemakaian stimulant

Penelitian

terakhir pada anak-anak dengan


pemakaian kombinasi methylphenidate dan
desipramine menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan anak untuk menggunakan strategi
pelacakan visual (visual search) pada tugas
kognitif
tertentu
seperti
membandingkan
beberapa gambar dengan perbedaan yang
tersembunyi.
Desipramine
(Norpramine) menurunkan 3methoxy-4-hydroxyphenylglycol (MPHG) urin,
yang merupakan metabolit dari norephineprine.
Clonidine
(Catapres),
suatu
antagonis
norephineprine,
adalah
berguna
untuk
mengobati hiperaktivitas serta apabila pasien
juga rnenderita gangguan tik. Obat-obat trisiklik
dan inhibitor monoamin oksidase (MAOI) juga
dapat menurunkan hiperaktivitas.

Terapi diet
Penelitian ilmiah yang pernah dilakukan tentang
pengaruh diet tertentu terhadap terjadinya
hiperaktifitas termasuk dengan eliminasi konsumsi
gula guna memperkecil terjadinya hiperaktifitas tidak
menunjukkan hasil yang memuaskan.
Suatu substansi asam amino (protein), L-Tyrosine,
telah diuji-cobakan dengan hasil yang cukup
memuaskan, karena kemampuan L-Tyrosine
mampu mensintesa (memproduksi) norepinephrin
(neurotransmitter) yang juga dapat ditingkatkan
produksinya dengan menggunakan golongan
amphetamine

Psikoterapi
Terapi

ADHD tidak cukup dengan


farrnakologi saja, namun harus dibarengi
dengan psikoterapi. Adapun psikoterapi
yang dapat dilakukan antara lain
psikoterapi individual, modifikasi perilaku,
konseling orang tua, terapi tiap gangguan
belajar yang menyertai, dll.

Nasehat

untuk orangtua, sebaiknya orang tua


selalu
mendampingi
dan
mengarahkan
kegiatan yang seharusnya dilakukan si-anak
dengan melakukan modifikasi bentuk kegiatan
yang menarik minat, sehingga lambat laun
dapat
mengubah
perilaku
anak
yang
menyimpang. Orang tua juga harus diberi
pengertian bahwa sikap serba mengijinkan
,adalah tidak membantu bagi anak-anak
mereka.
Umpan balik, dorongan semangat, dan disiplin,
hal ini merupakan pokok dari upaya perbaikan
perilaku anak dengan memberikan umpan balik
agar anak bersedia rnelakukan sesuatu
dengan benar disertai dengan dorongan
semangat dan keyakinan bahwa dia mampu
mengerjakan,

Modifikasi perilaku
Merupakan

pola penanganan yang paling efektif


dengan pendekatan positif dan dapat
menghindarkan anak dari perasaan frustrasi,
marah, dan berkecil hati menjadi suatu
perasaan yang penuh percaya diri.
www.nimh.nih.gov/publicat/adhd.cfm

ADHD YANG TIDAK DITENTUKAN


DSM

IV memasukkan ADHD yang tidak


ditentukan (NOS : Not Otherwise
Specified) sebagai kategori residual untuk
gangguan dengan gejala yamg menonjol
adalah inatensi atau hiperaktivitas yang
tidak memenuhi kriteria untuk ADHD.

Pada

orang dewasa tanda residual dari


gangguan adalah impulsivitas dan defisit
atensi (contohnya, kesulitan menyusun
dan
menyelesaikan
pekerjaan,
ketidakmampuan untuk berkonsentrasi,
peningkatan distraktibilitas dan mengambil
keputusan dengan mendadak tanpa
memikirkan akibatnya).

Terapi

gangguan yaitu amphetamin (5-60


mg sehari) atau methylphenidate (5-60 mg
sehari). Tanda respon yang positif adalah
peningkatan rentang perhatian, penurunan
impulsivitas, dan perbaikan mood. Terapi
psikofarmakologis
mungkin
perlu
diteruskan secara tidak terbatas. Karena
potensi penyalahgunaan obat, klinisi harus
memonitor respon obat dan kepatuhan
pasien. (Kaplan dan Saddock,1997)

You might also like