You are on page 1of 18

PPOK / COPD

Definisi
Keadaan yang di dalamnya terdapat
obstruksi
kronik
aliran
udara
pernapasan yang disebabkan oleh
bronkitis kronik dan atau emfisema

PPOK eksaserbasi akut


Sebagai penyebab kematian, PPOK
menduduki peringkat ke empat
setelah penyakit jantung, kanker dan
serebro vaskular.
Merokok merupakan faktor resiko
terpenting penyebab PPOK di
samping faktor resiko lainnya seperti
polusi udara, faktor genetik dll

Diagnosis PPOK eksaserbasi


akut
Pasien PPOK dikatakan mengalami eksaserbasi akut bila
kondisi pasien mengalami perburukan yang bersifat akut
dari kondisi sebelumnya yang stabil dan dengan variasi
gejala harian normal sehingga pasien memerlukan
perubahan pengobatan yang biasa digunakan.
Eksaserbasi akut disebabkan oleh infeksi bakteri atau
virus, bronkospasme, polusi udara atau obat golongan
sedatif
Ditandai dengan gejala khas seperti sesak nafas yang
bertambah, batuk produktif dengan perubahan volume
atau purulensi sputum dapat memberikan gejala yang
tidak khas seperti malaise, fatigue, dan gangguan susah
tidur.

PPOK Eksaserbasi akut


Roisin membagi gejala klinis PPOK eksaserbasi
akut menjadi:
1. Gejala respirasi
berupa sesak nafas yang semakin berat,
peningkatan volume, dan purulensi sputum,
batuk yang semakin sering, dan nafas yang
dangkal dan cepat
2. Gejala Sistemik
peningkatan suhu tubuh, peningkatan denyut
nadi seta gangguan status mental pasien

Penatalaksanaan

Pemeriksaan yang diperlukan untuk menilai tingkat keparahan pasien PPOK yang
mengalami eksaserbasi akut adalah :
Tes fungsi paru (Sukar dilakukan bila kondisi pasien parah)
PEF < 100 L/menit atau FEV1 < 1L mengindikasikan adanya eksaserbasi yang
parah
Pemeriksaan analisis darah
PaO2 < 8,o kPa (60 mmHg)dan atau Sa O2 < 90% dengan atau tanpa Pa CO2 >6,7
kPa (50 mmHg) , saat bernafas dalam udara ruangan, mengindikasikan adanya
gagal nafas.
PaO2 < 6,7 kPa (50mmHg), Pa CO2 > 9,3 kPa (70 mmHg) dan pH < 7,30 memberi
kesan episode yang mengancam jiwa dan perlu dilakukan monitor ketat serta
penanganan yang intensif
Foto Toraks
Dilakukan untuk melihat adanya komplikasi seperti pneumoni
Elektrokardiograf
Pemeriksaan EKG dapat membantu penegakan diagnosis hipertrofi ventrikel kanan,
aritmia dan iskemia
Kultur dan sensitivasi kuman
Diperlukan untuk mengetahui kuman penyebab serta resistensi kuman terhadap
antibiotik yang dipakai.

Manajemen PPOK
eksaserbasi akut
Manajemen di Rumah
- Bronkodilator
yang sering digunakan adalah : -2 agonis,
antikolinergik dan metilxantin. Obat dapat diberikan
secara monoterapi atau kombinasi. Pemberian secara
inhalasi lebih menguntungkan daripada pemberian
secara oral atau parenteral karena efeknya cepat pada
organ paru dan efek sampingnya minimal.
Bronkodilator kerja cepat (fenoterol, salbutamol,
terbutalin) lebih menguntungkan daripada kerja lambat
(salmeterol, formeterol), Krena efeknya sudah mulai
dalam beberapa menit dan efek puncaknya terjadi
setelah 15-20 menit dan berakhir setelah 4-5 jam.Bila
tidak ada perbaikan dapat ditambah dengan
pemakaian kolinergik.

- Glukokortisteroid
Jika FEV1 < 50% prediksi, dapat diberikan 40mg
prednisolon (oral)per hari selama 10-14 hari bersamaan
dengan pemberian bronkodilator. Budesonid nebulizer
bisa dipakai untuk terapi selain oral. Glukortikosteroid
dipakai untuk pengobatan yang non asidosis.
- Antibiotik
Diberikan jika gejala sesak nafas dan batuk disertai
peningkatan volume dan purulensi sputum. Antibiotik
hendaknya diberikan dengan spektrum yang luas untuk
H.influenzae, S.pneumoniae, dan M.catarrhalis
( kuman penyebab eksaserbasi akut yang paling sering
ditemukan) sambil menunggu hasil kultur sensitivitas
kuman.

Indikasi rawat inap untuk


eksasaerbasi
Peningkatan gejala seperti sesak nafas mendadak
waktu istirahat
Riwayat PPOK berat
munculnya gejala fisik yang baru (siamiosis, edema
perifer)
Eksaserbasi yang tidak responsif terhadap pengobatan
Kormobiditas signifikan
Aritmia baru
Diagnosis
Usia lanjut
Perawatan rumah tidak memadai

Obat2 bronkodilator yang sering digunakan


untuk penanganan PPOK
Obat

Antikolinergik
Ipratropium
Brom
tiotropium
2-agonis
Fenoterol
Salbutamol
Terbutalin
Procaterol
Formoterol
Salmeterol

Inhaler (g)

Nebulis
er
(mg/ml)

40-80 (MDI)

0,25-0,5

Oral (mg)

6-8

18 (DPI)
100-200 (MDI)
100-200 (MDI&DPI)
250-500 (DPI)
10
12-24(MDI&DPI)
50-100 (MDI&DPI)

24
0,5-0,20
2,5-5,0
5-10

2-4
2,5-5
0,25-0,5

Metilxantin
Aminofilin
Teofilin SR

200
100-400

Glukokortikoste
roid Sistemik
Prednison
Metilprednisolon

5-60 (pil)
4,8,16 (pil)

10-2000mg

Lama kerja
(jam)

4-6
4-6
4-6
6-8
12
12
4-6
12-24

Obat

Inhaler (g)

Nebuliser
(mg/ml)

Glukokortikosteroid
inhaler
Beklometason
Budesonide
Flutikasone
Triamsinolon

100,250,400
(MDI&DPI)
100,200,400 (DPI)
50-500 (MDI&DPI)
100(MDI)

0,2-0,4
0,2:0,25:
0,5

Kombinasi 2-agonis
(short acting dengan
antikolinergik dalam
satu inhaler
200/800 (MDI)
Fenoterol / Ipratropium
75/15 (MDI)
Salbutamol / Ipratoprium
Kombinasi 2-agonis
(short acting dengan
antikolinergik dalam
satu inhaler
Formoterol /

4,5/80,160 (DPI)
(9/320) (DPI)

Or
al
(m
g)

Lama
kerja
(jam)

40

1,25/0,5
0,75/4,5

6-8
6-8

Manajemen PPOK
eksaserbasi akut
Manajemen di Rumah sakit
Terapi farmakologi pada PPOK akut eksaserbasidi rumah
sakit adalah:
- Bronkodilator kerja cepat :2-agonis dan anti kolinergik
dosis ditinggikan dan frekuensi pemberian dinaikkan
- Steroid : oral atau intravena
- Antibiotik : oral atau intravena
- Pertimbangkan teofilin oral atau intra vena (masih
kontroversial)
- Pertimbangkan ventilator mekanik invasif
Pada keadaan berat seperti ancaman gagal nafa akut,
kelainan asam basa berat atau perburukan status mental,
maka pemasangan ventilator mekanik invasif dapat
dioertimbangkan.

Obat2 tambahan lainnya


1 Antitripsin
Diberikan pada pasien emphisema muda, bila terdapat
defisiensi zat ini. Obat agak mahal dan belum banyak
tersedia dibeberapa negara.
Mukolitik
Diberikan pada pasien dengan sputum kental hanya
memberi sedikit keuntungan, terutama pada keadaan
akut eksaserbasi, sehingga jarang dipakai secara rutin.
Antioksidan
Hanya bermanfaaat dpada keadaan akut eksaserbasi dan
tidak dipakai pada penggunaan secara rutin
Imunoregulator
Obat2 ini dapat menurunkan beratnya akut eksaserbasi.
Penggunaan secara rutin belum dianjurkan
Antitusif dan narkotik
Prnggunaan secara rutin merupakan kontra indikasi

Stop merokok
Menghentikan kebiasaan merokok pada pasien PPOK mengurangi
progestivitas penyakit. Bila pasien dapat berhenti merokok maka
progestivitas penurunan FEV1-nya dapat diperkecil. Pasien PPOK yang
merokok akan mengalami penurunan FEV 1 >50ml per tahun (pada
orang normal yang tidak merokok, penurunan FEV 1 hanya 18 ml per
tahun).
Strategi yang dianjurkan oleh Public Health Service Report USA:
Ask: lakukan identifikasi perokok pada setiap kunjungan
Advice : terangkan tentang keburukan / dampak merokok sehingga
pasien didesak mau berhenti merokok
Assess : yakinkan pasien untuk berhenti merokok
Assist : bantu pasien dalam program berhenti merokok
Arrange : jadwalkan kontak usaha berikutnya yang lebih intensif, bila
usaha pertama masih belum memuaskan
Beberapa usaha untuk berhenti merokok seperti : pemakaian nikotin
gum, spray/inhaler, obat2an klonidin, bupropion.

intubasi endotrakhea dan


trakeostomi

Emfisema
Definisi
Distensi rongga udara di sebelah
distal bronkiolus terminslis dengan
disertai destruksi septum alveolaris.

Patologi
Perubahan morfologi meliputi :
bronkiolus pernapasan dan duktus
alveolaris dipusat asinus (emfisema sentriasinar) dan perubahan di seluruh
asinus (emfisema panasinar).
Pada emfisema sentriasinar pengembangan dan pengrusakan terutama
terbatas pada bronkiolus pernapasan dan duktus alveolaris, disertai
dengan perubahan yang relatif sedikit pada bagian perifer asinus.
Bagian sentral asinus yang rusak memiliki rasio ventilasi / perfusi yang
tinggi karena tidak ditemukan lagi kapiler sedangkan ventilasi terus
berlangsung. Keadaan ini menyebabkan peningkatan ventilasi buangan
Bagian perifer asinus terdiri atas alveolus kecil dan padat, dengan kapiler
yang kecil dan mengalir sehingga menghasilkan rasio ventilasi / perfusi
yang rendah. Keadaan ini menyebabkan aliran darah buangan yang dapat
meningkatkan perbedaan PO2 alveolar-arteri yang tinggi (PAO2-PaO2)
Emfisema sentriasinar tingakat ringan, sering terbatas pada apeks paru
Emfisema panasinar mencakup bagian sentral dan perifer asinus, yang bila
prosesnya luas mengakibatkan pengurangan permukaan pertukaran udara
alveolar-kapiler dan hilangnya sifat daya pegas elastik.
Bila emfisemanya berat, sulit untuk membedakan kedua tipe yang timbul.

Faktor Kontributor Merokok

Penelitian experimental menunjukkan bahwa merokok :


Mengganggu pergerakan silia
Menghambat fungsi makrofag alveolar
Menyebabkan hipetrofi dan hiperplasia kelenjar pensekresi
mukus
Menghambat antiprotease
Menyebabkan leukosit PMN melepaskan enzim proteolitik
secara tiba2
Obstruksi jalan nafas kecil merupakan cacat mekanik paling
cepat ditunjukkan pada perokok muda dan obstruksi dapat
menghilang secara menyeluruh bila berhenti merokok.
Walaupun berhenti merokok tidak dapat menyebabkan
berulangnya seluruh obstruksi yang lebih berat, ditemukan
penurunan fungsi paru secara perlahan yang bermakna
pada semua perokok yang berhenti merokok.

Penyakit paru obstruktif menahun


Emfsema predominan

Bronkitis predominan

Usia saat diagnosis


(tahun)

60

50 ditegakkan

Dispnea

berat

Ringan

Batuk

Setelah dispnea dimulai

Sebelum dispnea dimulai

SputuIm

Jarang, muoid

Banyak, purulen

Infeksi Bronkial

Lebih jarang

Lebih sering

Episode insufisiensi
respirasi

Sering terminal

Berlang-ulang

Foto toraks

hiperinflasi, perubahan
bulosa, jantung kecil

Peningkatan corakan
bronkovaskular pada
basis paru, jantung besar

Pa CO2 kronik,mmHg
Pa O2 kronik ,mmHg
Nilai Hematokrit ,%

35-40
65-75
35-45

50-60
45-60
50-55

Tidak ada - hipertensi


ringan
Sedang

Hipertensi sedang berat


memburuk

Cor pulmonal

Jarang, kecuali keadaan


terminal

Sering

Rekoil elastik

Sangat menurun

Normal

Hipertensi Pulmonalis :
- Istirahat
- Latihan jasmani

You might also like