You are on page 1of 11

Model-model Sistem

Peradilan Pidana
I Wayan Puspa

Sistem Inkuisitur

Merupakan
bentuk
proses
penyelesaian
perkara pidana yang semula berkembang di
daratan Eropa sejak abad ke-13 sampai
dengan awal pertengahan abad ke-19.
Proses penyelesaian perkara pada masa itu
dimulai dengan adanya inisiatif penyidik atas
kehendak sendiri untuk menyelidiki kejahatan.
Cara penyelidikan dan pemeriksaan dilakukan
secara rahasia.
Tahap pertama yang dilakukan oleh penyidik
ialah meneliti apakah suatu kejahatan telah
dilakukan, dan melakukan identifikasi para
pelakunya.
Apabila tersangka pelaku kejahahatan telah
diketahui dan ditangkap, maka tahap kedua
ialah memeriksa pelaku kejahatan tersebut.
Dalam tahap ini tersangka ditempatkan
terasing
dan
tidak
diperkenankan
berkomunikasi
dengan pihak lain atau
keluarganya.
Pemeriksaan atas diri tersangka dan para

Kepada tersangka tidak diberitahukan dengan


jelas isi tuduhan dan jenis kejahatan yang telah
dilakukan serta bukti yang memberatkannya.
Satu-satunya
tujuan
pemeriksaan
ialah
memperoleh
pengakuan
(confesion)
dari
tersangka.
Khususnya dalam kejahatan berat, apabila
tersangka tidak mau secara sukarela mengakui
perbuatannya atau kesalahannya, maka petugas
pemeriksa akan memperpanjang penderitaan
tersangka melalui cara penyiksaan (torture).
Setelah
selesai,
petugas
pemeriksa
akan
menyampaikan berkas hasil pemeriksaannya ke
pengadilan.
Pengadilan akan memeriksa perkara tersangka
hanya
atas
dasar
hasil
pemeriksaan
sebagaimana tercantum dalam berkas dimaksud.
Walaupun pada masa itu penuntut umum telah
ada, namun tidak memiliki peranan yang berarti
dalam proses penyelesaian perkara.

Selama pemeriksaan berkas perkara berlangsung,


tertuduh tidak dihadapkan ke muka sidang pengadilan.
Dalam pelaksanaannya persidangan dilaksanakan
secara tertutup.
Selama penyelesaian perkara berlangsung, tertuduh
tidak berhak didamping pembela.
TAMPAK PROSES PENYELESAIAN PERKARA PIDANA PADA
MASA ITU (ABAD KE-13 SD KE-19) SINGKAT DAN
SEDERHANA, TIDAK TAMPAK SAMA SEKALI
PERLINDUNGAN DAN JAMINAN AKAN HAK ASASI
SESEORANG YANG TERSANGKUT DALAM PERKARA
PIDANA.

Penyebab : kejamnya hukum, kekaburan pengertian


tentang proses peradilan pidana yang dikenal dan
disebut sebagai
THE HOLY INQUISITION. Adanya
anggapan yang keliru bahwa lembaga penyiksaan
merupakan hal yang sangat penting dan harus selalu
ada dalam sistem inquisitur.

Gerakan Revolusi Perancis


: banyak
bentuk prosedur lama dalam peradilan
pidana dianggap tdk sesuai dengan
perubahan sosial dan politik semasa
revolusi.
Muncullah bentuk baru yakni the

mixed type yang menggambarkan


suatu sistem peradilan pidana modern
didaratan Eropa, yang dikenal dengan
the modern continental procedure

Gambaran the mixed type


Tahap pemeriksaan pendahuluan, pada
dasarnya
menggunakan
bentuk
inkuisitur,
akan
tetapi
proses
penyelidikan dapat dilaksanakan oleh
the public prosecutor.
Dalam pelaksanaan penyelidikan ini
terdapat seorang investigating judge
atau pejabat yang ditunjuk untuk itu dan
tidak memihak untuk melaksanakan
pengumpulan bukti-bukti.
Aktivitas pengambilan bukti dilakukan
dan dapat dihadiri oleh para pihak yang
terlibat dlm perkara.
Tertuduh
dapat
diperiksa
oleh

Pada akhir proses pemeriksaan pendahuluan atau


sebelumnya tertuduh dan penasehat hukum
memperoleh hak yang tidak terbatas untuk meneliti
berkas perkara
Tahap pemeriksaan pendahuluan. Yang dimulai
dengan menyampaikan berkas perkara kepada
public prosecutor yg harus menentukan apakah
perkara akan diteruskan ke pengadilan. Tidak
terdapat
suatu
proses
yang
dinamakan
arraignment (salah satu prosedur penyelesaian
perkara pidana menurut Adversary system di mana
tersangka
hadir
dalam
persidangan
untuk
mengajukan
pernyataannya
(dapat
mengakui
bersalah atau tidak bersalah atas tuduhan pentuntut
umum) dan juga dalam tahap ini tersangka/tertuduh
diperkenankan memilih atas kehendak sendiri
peradilan mana yang dikehendakinya (peradilan
oleh hakim saja atau peradilan juri).

Peradilan dilakukan secara terbuka;


kedua belah pihak hadir di persidangan
dan memperoleh hak dan kesempatan
yang sama untuk saling mengajukan
argumentasi dan berdebat.
Semua bukti yang telah dikumpulkan
dari hasil pemeriksaan pendahuluan,
diajukan oleh para pihak
dan diuji
kembali
kebenarannya.
Pelaksanaan
pengujian kembali dilaksanakan oleh
seorang hakim profesional khusus untuk
keperluan tersebut.
Pada tahap proses pemeriksaan di
persidangan tidak dibedakan dalam fase
penentuan
kesalahan
dan
fase
penghukuman.

HIR (Stb.1941 No.44), sesungguhnya menganut


sistem campuran (the mixed type) tidak lagi
menganut sistem inkuisitur.
Ciri-cirinya :
Diberikannya peranan yang besar kepada jaksa
penuntut umum, baik sbg penyidik maupun sbg
penuntut umum.
Sidang dilakukan secara terbuka, tertuduh hadir di
persidangan bersama-sama jaksa
penuntut
umum.
Baik tertuduh maupun PH masih diperkenankan
mempelajari berkas perkara sebelum sidang
pengadilan dimulai.
Tertuduh diperkankan didampingi PH, bahkan
diharuskan dalam hal kejahatan yang dpt diancam
dengan hukuman mati. Namun dilain pihak
terdapat ketentuan yang mengatur pentingnya
pengakuan (confesion) sebagai salah satu alat
bukti yang sah.

Sistem campuran nampak lebih baik dari


sistem inkuisitur, akan tetapi dlm
kenyataannya banyak mendapat
kecaman.
DALAM SISTEM CAMPURAN, TUGAS
PENYIDIKAN DAN PENUNTUTAN BERADA DALAM
SATU TANGAN; HAL MANA DITINJAU DARI
PERPEKTIF ADVERSARY (YANG BERKEMBANG DI
NEGARA ANGLO AMERIKA) DIANGGAP
MEMBAHAYAKAN OBJEKTIVITAS PENEMUAN FAKTA
DARI SUATU PERKARA PIDANA
Pada abad ke-19 timbul kehendak mengadakan
perubahan cara pengungkapan fakta dan
penuntutan oleh penuntut umum. Sejak saat itu
para ahli hukum di Eropa lebih sering
menggunakan sifat akusatorial dlm tindakan
penuntutan dimana sifat ini dijadikan landasan
bagi aktivitas suatu penyidikan serta sekaligus
dianggap garis batas dari ruang lingkup aktivitas

Dalam sistem akusatur tidak terdapat


sama sekali pembatasan bagi aktivitas
ruang
gerak
penyelidikan
atau
pemeriksaan.
Dalam sistem akusatur tertuduh berhak
mengetahui dan mengikuti setiap tahap
dari proses peradilan, dan juga berhak
mengajukan
sanggahan
atau
argumentasinya.
Sedangkan
dalam
sistem inkuisitur, proses penyelesaian
perkara dilakukan sepihak dan tertuduh
dibatasi
dalam
mengajukan
pembelaannya.

You might also like