You are on page 1of 31

KARSINOMA

NASOFARING
(KNF)
Indra Setiawan

Perlu diketahui oleh dokter umum


oleh karena:
1. Sering dijumpai di Indonesia
2. Tumor ganas terbanyak di bidang THT
3. Sebagian besar awalnya datang pd dokter
umum
4. Sebagian besar datang sdh dlm kondisi
stadium lanjut / terlambat

EPIDEMIOLOGI KNF
Angka kejadian tinggi di Asia, rendah di
Eropa dan Amerika
Di RRC (Prov. Guang Dong) prev. 4050 per 100.000 penduduk
Pernah dilaporkan prevalensi berdasarkan
histopatologi mencapai 4,7 per 100.000

Anatomi
Nasofaring = rinofaring = epifaring
Ruang yg terletak langsung di bwh tengkorak, di
belakang kavum nasi, di atas palatum
anterior
posterior
inferior
superior
lateral

: koane / nares posterior


: setinggi kolumna vertebra C1-2
: dinding atas palatum mole
: basis kranii (os occipital & sfenoid)
: fossa Rosenmlleri kanan & kiri

Anatomi (lanjutan)

Anatomi (lanjutan)
fossa Rossenmlleri resesus faringealis
epitel peralihan
foramen laserum
aliran limfe tdk mengindahkan garis tengah
tubuh metastasis ke leher kontralateral

Tumor ganas nasofaring (TGN) adalah


keganasan yang berasal dari epitel mukosa,
jaringan penyangga / lunak atau kelenjar yang
terdapat pada nasofaring
:
Umur rata-rata

=2:1
= 30 50 th

Etiologi
Virus Epstein Barr (EBV)
Bahan karsinogenik
Iritasi menahun
Ras
Faktor sosial

Lokalisasi
fosa Rosenmlleri
sekitar tuba Eustachius
dinding belakang nasofaring
atap nasofaring

Klasifikasi
A. Patologi Anatomi, menurut WHO sbb:

1. Karsinoma nasofaring
a. sel skwamosa dg penandukan
= WHO tipe 1
diferensiasi baik, sedang dan jelek
b. sel skwamosa tanpa penandukan
= WHO tipe 2
c. karsinoma tanpa diferensiasi
(undifferentiated Ca) = WHO tipe 3
transisional & limfoepitelial

Klasifikasi (lanjutan)
A. Patologi Anatomi:
1. Karsinoma nasofaring
2. Adenosarkoma
3. Karsinoma adenokistik (= silindroma)
4. Jenis yang lain
B. Bentuk & cara tumbuh:
ulseratif, eksofitik, endofitik

Diagnosis:
1. Ax & Gejala Klinik
Gejala dini:
Telinga
Hidung

: mendenging/grebek2 (tinitus),
pendengaran menurun, otalgi
: pilek lama, ingus/dahak campur
darah, buntu hidung

Gejala lanjut:
Ekspansif:
ke depan: menutup koane, terjadi buntu
hidung
ke bawah: mendesak palatum, terjadi
bombans palatum mole

Gejala lanjut (lanjutan)


Infiltratif:
ke atas, lewat foramen laserum ke
endokranium (sindroma petrosfenoidal)
sakit kepala
parese N. VI (m. rektus lateralis)
strabismus, diplopi
parese N. V & cabang2nya
trigeminal neuralgi
parese N. III, IV
ptosis & oftalmoplegi
Lewat for. jugulare (sind. retroparotidean)
---- parese N. IX, X, XI, XII

Gejala lanjut (lanjutan)


Infiltratif:
ke samping, lewat spatium parafaring
parese N. IX, X
parese palatum mole, faring, laring
parese N. XII
deviasi lidah, ggn menelan

Gejala lanjut (lanjutan)


Metastasis:
Melalui aliran getah bening (limfogen) ke:
kgb servikalis profunda laterokranialis
(letak: kaudal dari ujung mastoid, dorsal
dari angulus mandibula dan medial dari
m. sternokleidomastoideus)
Tumor koli merupakan keluhan utama pdrt
datang berobat ke dokter (65-85%)
Melalui aluiran darah (hematogen) ke hati,
tulang, ginjal, limpa

Waspada TGN bila dijumpai TRIAS GEJALA

Tumor leher
Gejala telinga
Gejala hidung

Gejala intrakranial
Gejala telinga
Gejala hidung
Tumor leher
Gejala intrakranial
Gejala hidung

2. Pemeriksaan Radiologis
Menentukan:
besar / luas tumor primer
invasi tumor ke organ sekitar
adanya destruksi tulang dasar tengkorak
metastasis jauh

2. Pemeriksaan Radiologis (lanj.)


Pemeriksaan foto:
a. foto tengkorak (AP, lateral, dasar tengkorak,
Waters)
b. CT scan kepala (dengan kontras)
c. foto toraks (PA), USG abdomen & bone
scintigraphy

3. Pemeriksaan Neuro-Oftalmologi
Untuk melihat adanya penekanan atau infiltrasi
ke saraf otak

Diagnosis TGN sulit tidak khas, sebaiknya


didasarkan pada:
A. Diagnosis klinik yg didasarkan pd:

1. umur
2. gejala klinik / subyektif (gejala dini/lanjut)
3. pemeriksaan / obyektif: RA/RP
B. Diagnosis histopatologi dg cara biopsi
dan/atau sitologi

Diferensial Diagnosis
angiofibroma nasofaring juvenilis
adenoid hipertrophi
TBC nasofaring

Terapi
Radiasi (radiosensitif, terutama utk tumor anaplastik / WHO tipe III), dan
Sitostatika (kemoterapi)
Kombinasi

Prognosis
Stadium dini : cukup baik (5 ysr: 70%)
Stadium lanjut : jelek (5 ysr : 0 20%)

OFTALMOPLEGI

Kel leher

Selamat
Belajar

You might also like