You are on page 1of 30

TINEA KRURIS

Pembimbing : dr.Andri Catur Jatmiko, Sp.KK

Oleh: Rizdianis Devi Masyithoh


201520401011110

BAB I PENDAHULUAN
Definisi
Tinea
kruris
adalah
penyakit
infeksi
dermatofita yang menyerang epidermis
superfisialis.

jamur
bagian

Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun.


Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genito-krural
saja atau bahkan meluas ke daerah sekitar anus,
daerah gluteus dan perut bagian bawah atau bagian
tubuh yang lain.
Tinea
cruris
mempunyai
nama
lain
eczema
marginatum, jockey itch, ringworm of the groin,
dhobie itch

Epidemiologi
Tinea kruris tersebar diseluruh dunia,
lebih sering didaerah tropis dan
subtropis.
Penyakit ini lebih sering pada orang
dewasa terutama lebih banyak
menyerang pria dari pada wanita
Sering terjadi pada orang yang
kurang memperhatikan kebersihan
diri atau lingkungan sekitar yang
kotor dan lembab

ETIOLOGI
Penyebab utama dari tinea kruris adalah
Trichopyhton rubrum dan Epidermophython
fluccosum (90%) , Trichophyton tonsurans (6%),
Trichophyton mentagrophytes (4%).

DIAGNOSIS
Effloresensi: Didapatkan Makula eritematosa
berbatas tegas, tepi polisiklis, aktif, central healing
tertutup skuama di atas lesi dan kadang kadang
disertai dengan banyak papul eritema dan vesikel
kecil kecil.
Predileksi: Dapat terbatas pada daerah
genito-krural saja atau bahkan meluas
ke daerah sekitar anus, daerah gluteus
dan perut bagian bawah atau bagian
tubuh yang lain

Pemeriksaan penunjang
1.

Kerokan + KOH 10-20% Hifa bersepta, Atrokonidia / athrospora


untuk mengetahui adanya elemen elemen jamur,
Hasil KOH negative tidak menyingkirkan diagnosis dermatofitosis

2.

Kultur sediaan dengan media: Sabourods Dextrose Agar (SDA) +


khloramfenikol + sikloheksimid (actidion): Mycobiotik mycosel,
tumbuh rata-rata 10-14 hari. Untuk menentukan spesies jamur.

3.

Lampu wood
Dermatofita yang menyebabkan fluoresens umumnya anggota
genus Microsporum. Gambaran tinea kruris tidak terlihat pada
pemeriksaan ini.

Diagnosis banding
1.

Psoriasis vulgaris
Psoriasis adalah peradangan menahun dan
residif yang ditandai dengan plak eritematosa
dengan skuama lebar, kasar, berlapis dan putih
seperti mika.
Perempuan maupun laki-laki dengan resiko yang
sama
Mengenai semua umur terutama 30-40 tahun.
Lokai tersering daerah ekstensor, skalp, siku,
lutut, dan anus. Dapat juga mengenai lipatan
(psoriasis inversa) atau palmo-plantar (psoriasis
plamoplantar). Selain kulit badan, psoriasis juga
menyerang kulit kepala, kuku, sendi dan mukosa.

2.

Kandidosis intertriginosa
Kandidosis adalah penyakit jamur, yang
bersifat akut atau subakut disebabkan oleh
candida albicans
Kandidosis lesi intertrigenosa, didaerah
lipatan ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat
payudara, antara jari tangan atau kaki, glands
penis dan umbilikus
Berupa bercak yang berbatas tegas, skuama,
basah, dan eritematosa. Lesi tersebut
dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel
dan pustul-pustul kecil atau bulla yang bila
pecah meninggalknan daerah yang erosi,
dengan pinggir yang kasar dan berkembang
seperti lesi primer. (Djuanda, 2007).

3.

Eritrasma
Eritrasma adalah penyakit bakteri kronik pada stratum
korneum yang disebabkan oleh Corynebacterium
minitussismum
Lesi berupa eritema dan skuama halus terutama di
daerah ketiak dan lipat paha. Gejala klinis lesi berukuran
sebesar milier sampai plakat.
Tempat predileksi kadang di daerah intertriginosa lain
terutama pada penderita gemuk. Perluasan lesi terlihat
pada pinggir yang eritematosa dan serpiginose. Lesi
tidak menimbul dan tidak terlihat vesikulasi. Skuama
kering yang halus menutupi lesi dan pada perabaan
terasa berlemak.
Pada pemeriksaan dengan lampu wood lesi terlihat
berfluoresensi merah membara (coral red) (Rasad,
2005).

TATALAKSANA
1.

Topikal
Indikasi lesi tidak luas pada Tinea korporis, Tinea kruris, Tinea manum et
pedis ringan
Salep Whitfield sehari 2 kali (=AAV I/Half Strengh Whitfield ointment)
(AAI Acidum salicylicum 3% + Acidum benzoic 6%)
(dapat AAV II Acidum salicylicum 6% + Acidum boricum 12%)

Salep 2-4/3-10 2x1 hari


(Acidum salicylicum 2-3% + Sulfur prespitatum 4-10%)

Miconazole sehari 2 kali


Pengobatan umumnya minimal selama 3 minggu (2 minggu sesudah klinis
membaik), untuk mencegah kekambuhan pada obat fungistatik.

2.

Sistemik
Indikasi : Tinea kapitis, Tinea imbrikata, Tinea unguium
Tinea korporis / kruris / pedis / manum yang berat / luas /
sering
kambuh / tidak sembuh dengan obat topikal /
mengenai daerah
rambut
Lamanya :
Obat fungistatik
: 2-4 minggu
Obat fungisidal
: 1-2 minggu

Obat oral :
Ketokonazol
Dosis anak
: 3-6mg/kgBB/hari
Dosis dewasa : 1 tablet (200mg)/hari

Griseofulvin
Dosis anak
: 10mg/kgBB/hari (microsize)
5,5 mg/kgBB/hari (ultra microsize)
Dosis dewasa : 500-1000 mg/hari

Itrakonazol
Dosis anak
: 3-5mg/kgBB/hari
Dosis dewasa : 1 kapsul (100mg)/hari

Terbinafine
Dosis anak
10-20kg
20-40kg
Dosis dewasa

: 3-6mg/kgBB/hari
: 62,5mg (1/4tablet)/hari
: 125mg (1/2tablet)/hari
: 1 tablet (250mg)/hari

KOMPLIKASI
Tinea kruris dapat terinfeksi sekunder oleh candida atau
bakteri yang lain. Pada infeksi jamur yang kronis dapat
terjadi likenifikasi dan hiperpigmentasi kulit.

Prognosis
Prognosis penyakit ini baik dengan diagnosis dan terapi
yang tepat asalkan kelembapan dan kebersihan kulit
selalu dijaga

BAB II LAPORAN KASUS


Identitas
Nama
:
TTL
1978 (40 thn)
Agama
:
Alamat
:
Pendidikan
Pekerjaan
Anyar
No. RM
:

Tn. AK
: Jombang, 7 February
Islam
Jl. Lawu gg. II No.2, Jombang
: SMA
: Sekuriti Pondok Den
31-02-08

Anamnesis
Keluhan utama :
Gatal di daerah selangkangan
Riwayat penyakit sekarang :
Gatal sudah 5 bulan ini
Gatal bertambah banyak dan kumat-kumatan
Gatal bertambah parah saat berkeringat
Riwayat penyakit dahulu:
Pasien baru pertama kali sakit seperti ini, riwayat diabetes
mellitus disangkal.

Riwayat penyakit keluarga

Anggota keluarga yang tinggal serumah tidak ada yang menderita


keluhan seperti ini.

Riwayat Pengobatan:

Sudah pergi ke balai pengobatan dan diberi obat salep tapi lupa
namanya

Riwayat Alergi:

Alergi terhadap makan-makanan laut disangkal. Alergi obat


disangkal

Riwayat Sosial :
Lingkungan rumah: tidak ditanyakan
Higinitas diri & anggota keluarga lainnya: tidak ditanyakan

Pemeriksaan Generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Kepala

: Tidak dilakukan

Leher : Tidak dilakukan

Thorax

: Tidak dilakukan

Abdomen

: Tidak dilakukan

Extremitas

: Sesuai status dermatologis

Pemeriksaan Lokalis

Sifat efloresensi

Makula hiperpigmentasi, disertai skuama putih halus, tepi aktif, terdapat central healing
Lokasi:
Et regio inguinal

Diagnosis
Tinea kruris

Diagnosis Banding
Psoriasis vulgaris
Kandidosis interginosa
Eritrasma

Planning
Topikal
Ketokonazole cream 2%,
dioleskan sehari 2 kali selama 2-3 minggu

Sistemik
Ketokonazole tablet 200mg,
2 x sehari selama 1 minggu

Loratadin tablet 10mg, 1 x sehari selama 10 hari


Monitoring
Datang kembali ke dokter apabila keluhan gatal tidak kunjung reda dan
dirasa sangat mengganggu, serta mengevaluasi hasil pengobatan.

Edukasi

Anjurkan agar menjaga daerah lesi tetap kering.

Bila gatal, jangan digaruk karena garukan dapat menyebabkan


infeksi.

Jaga kebersihan kulit dan kaki bila berkeringat keringkan dengan


handuk dan mengganti pakaian yang lembab.

Gunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang dapat menyerap


keringat seperti katun, tidak ketat dan ganti setiap hari.

Untuk menghindari penularan penyakit, pakaian dan handuk yang


digunakan penderita harus segera dicuci dan direndam air panas.

Prognosis

Dubia ad bonam

Foto Kasus

Lesi di inguinal

BAB III PEMBAHASAN


Laki-laki, 40 tahun

Menurut
wiederkher
Angka
kejadian
lebih sering pada
orang
dewasa,
terutama
lakilaki
dibandingkan
perempuan.

Pasien datang ke poli


kulit dan kelamin RSUD
Jombang dengan
keluhan gatal di
selangkangannya sudah
sejak 5 bulan ini.
Gatal bertambah
banyak dan kumatkumatan. Rasa gatal
bertambah apabila
berkeringat.

Menurut buku pedoman


diagnosis dan terapi BAG/SMF
ilmu penyakit kulit dan
kelamin. Gambaran klinis dan
khas dalam buku tersebut
yang sesuai dengan gejala
klinis pasien ialah :
gatal bila berkeringat,
lokasi lesi pada di kedua lipat
paha, di bagian bawah perut
dan sekitar anus
bentuk makula eritematosa
berbatas tegas, tepi polisiklis,
aktif, central healing tertutup
skuama di atas lesi.

Pada kasus ini terapi


medikamentosa yang diberikan
adalah antifungi topikal maupun
sistemik.

Topikal
Ketokonazole cream
2%, dioleskan sehari 2
kali selama 2-3 minggu

Sistemik
Ketokonazole tablet
200 mg, 2 x 1 tablet
selama 1 minggu
Loratadin tablet 10mg,
1 x 1 tablet selama 10
hari

Dalam buku pedoman diagnosis


dan terapi BAG/SMF ilmu
penyakit kulit dan kelamin,
dituliskan bahwa terapi sistemik
dapat digunakan bila sering
kambuh sedangkan terapi topikal
digunakan bila lesi tidak terlalu
luas.
obat topikal diberikan
Ketokonazole cream 2%, dioleskan
sehari 2 kali selama 2-3 minggu
obat sistemiknya diberikan
Ketokonazole tablet 200mg, 2 x
sehari selama 1 minggu
Loratadin tablet 10mg, 1 x sehari
selama 10 hari.

BAB IV KESIMPULAN
Tinea
kruris
merupakan
infeksi
jamur
dermatofita yang mengenai daerah lipat paha,
daerah perineum dan sekitar anus.
Tinea kruris terutama disebabkan oleh
Epidermophyton floccosum, diikuti Trichophyton
rubrum
dan Trichophyton mentagrophytes.
Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun.
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan
keluhan tambahan: rasa gatal hebat pada daerah
kruris (lipat paha), lipat perineum, bokong dan
dapat ke genitalia dan semakin hebat jika banyak
berkeringat.

Diagnosis tinea kruris ditegakkan berdasarkan


karakteistik gambaran klinis yang khas yaitu
gambaran polisiklik, bagian tepi lesi tampak lebih
aktif dibanding bagian tengah yang tampak seperti
menyembuh (central healing) terdiri dari papula atau
pustule
pemeriksaan elemen jamur dengan penambahan
larutan KOH 10%-20%, tampak hifa panjang,
bereskat, dan bercabang, atau dengan pemeriksaan
kultur. Jika kronik makula menjadi hiperpigmentasi
dengan skuama diatasnya.
Tinea kruris dapat didiagnosis banding dengan
kandidosis intertriginosa, eritrasma, psoriasis vulgaris.

Penatalaksanaan tinea kruris dibagi menjadi dua, yaitu


umum dan khusus. Terapi umum berupa edukasi kepada
pasien untuk mejaga menjaga kebersihan area lesi dan
tidak lembab. Penatalalaksanaan khusus tinea kruris
dibagi menjadi topikal dan sistemik. Terapi topikal dapat
diberikan dengan Alilamin, Imidasol, Naftionat, ataupun
golongan lain. Terapi antifungal sistemik dapat diberikan
dengan pemberian griseofulvin, terbinafin, itrakonasol,
ketokonasol ataupun flukonasol.
Prognosis bagus jika diagnosis tepat dan pengobatan yang
teratur. Rekurensi dapat terjadi apabila di daerah
predileksi kelembapannya tidak terjaga.

You might also like