Professional Documents
Culture Documents
Novita Nathasia
Waktu &
Tanggal
3/6/201
6
Jumat
(UGD)
Pasien
munta
h 1 x,
isi
cairan
3/6/2016
15.00
(HCU)
Kes
: Penurunan
somnolen
kesadaran e.c
T
: DD/ IMA
&
70/palpasi
syok
N : 68 x/m
kardiogenik
R : 21 x/m
-Sepsis
S : 32,5 c
Lab :
Hb : 12
HT : 38
Leu : 11.200
Tr : 216.000
GDS : 349
Ur : 31,9
Cr : 1,12
SGOT : 99
SGPT : 25
T:71/54
mmHg
N : 83 x/m
R : 23 x/m
P
Advis dr. Desy Sp.PD :
-ulang
EKG,
pasang
kateter
-cek SGOT, SGPT, urin
lengkap
-infus NaCl 3000 cc/24
jam
-ceftriaxone 1x2 gr iv
-Aspilet 1x2 tab
-CPG 1x 4 tab
-Laxadine syr 2xC1
-Atrovastatin 1x1
-jika loading 2000 NaCl
TD tdk naik beri dobu 5
mikrogr/mnit target MAP
>65
-Rawat HCU
Penurunan
Lapor dr. Desy Sp.PD via
kesadaran e.c WA
DD/ IMA
&
syok
Waktu &
Tanggal
3/6/2016
17.00
(HCU)
Pasien
T : 102/77
muntah 1
MAP : 90
x, isi cairan N : 81
R : 23
SpO2 : 100%
A
Penurunan
kesadaran e.c
DD/ IMA
&
syok
kardiogenik
- DD/Sepsis
P
-
Opigran 1x1 iv
Lapor dr.IDG (dr. Tresna)
Loading NaCl 500 cc
Dobutamin 36 tpm
Observasi urin output
Nyeri ulu
hati, nyeri
tenggoroka
n mual
perut
kembung
T : 109/80
MAP : 85
N : 79
R : 31
SpO2 : 98%
Urine output
24 jam <
100 cc
-IMA + syok
kardiogenik
(perbaikan)
-NSTEMI lateral
-DD/ sepsis
Waktu &
Tanggal
Kes: cm
T : 104/68
MAP : 75
N : 79
R : 26
SpO2 : 90%
-IMA + syok
kardiogenik
(perbaikan)
-NSTEMI
lateral
-DD/ sepsis +
Susp. CAP
T : 106/68
N : 76
R : 26
SpO2 : 95%
Urine output <
100 cc dlm 24
jam
IMA + syok
kardiogenik
(perbaikan)
-NSTEMI
lateral
-DD/ sepsis +
Susp. CAP
Ekspertise
Posisi asimetris :
-Cor sedikit membesar.Kalsifikasi aorta
-Sinuses tajam.diafragma normal
-Pulmo : hilus kanan melebar. Corakan
bronkhovaskuler ramai
-Tampak bercak di lapang bawah paru
kanan
Kesan : Kardiomegali ringan dengan curiga
hipertensi pulmonal .Bronkhopneumonia
kanan
Waktu
&
Tanggal
5/6/201
6
Minggu
00.30
Nyeri dada
yang tembus
ke punggung
Kes: CM
T : 145/93
N : 69
R : 26
SpO2 : 95%
Urine output 14.00
s/d 01.00 : 800 cc
Thx :
cor BJ I, II MR
Pulmo : VBS kanan =
kiri, Wh -/-, Rh -/-
IMA + syok
kardiogenik
-NSTEMI
lateral
-DD/ sepsis
+ Susp.
CAP
ISDN 5 mg SL
CPG 4 x 75 mg p.o
Aspilet 2 x 80 mg p.o
Ottozol 1x 40 mg IV
(ekstra)
01.00
Nyeri
punggung
Nyeri dada (-)
Ketorolac 1 amp IV
(ekstra)
EKG ulang besok pagi
08.00
visite
Sesak ,
Kes: CM
Nyeri dada , T : 122/77
batuk
N : 78
R : 28
SpO2 : 96%
Thx :
cor BJ I, II MR
Pulmo : VBS kanan =
kiri, Wh -/-, Rh +/+
Waktu &
Tanggal
5/6/201
6
Minggu
21.30
Sulit tidur,
nyeri dada
Kes: CM
T : 162/125
N : 83
R : 25
SpO2 : 97%
21.50
Nyeri kepala
Sesak (-)
nyeri dada
(-)
T : 189/128
N : 85
R : 25
SpO2 : 97%
MAP : 148
Thx :
cor BJ I, II MR
Pulmo : VBS
kanan = kiri,
Wh +/+, Rh
-/-
Waktu &
Tanggal
6/6/2016
Senin
08.00
visite
Sesak
nafas,
batuk,
mual, perut
kembung
Kes: CM
T : 107/82
N : 85
R : 31
Thx :
cor BJ I, II MR
Pulmo : VBS kanan =
kiri, Wh -/-, Rh -/Abd : soepel, BU (+),
hipertimpani
Ekstr : akral hangat,
CRT < 2 detik
10.00
Pasien
penurunan
kesadaran
10.30
Pasien
meninggal
P
-Nacl 500 cc/ 24 jam +
dobutamin 36 tpm
-Ceftriaxone 1x 2 gr IV
-Arixtra 1x 2,5 cc
-Opigran 1x1
-Aspilet 1x 80 mg
-CPG 1x75 mg
-Laxadin 2x 10 cc
-Atrovastatin 1x1
-OBH syr 3x 10 cc
Inform consent
keluarga
Advis dr. jajang Sp.An
Pasang :
-WSD
-lakukan RJP
-Intubasi
-Ventilator
TTV di monitor (-)
SpO2 (-)
EKG flat
Pupil midriasis
DX dr. Jajang
Sp.An : ventil
pneumothorax
bilateral +
TINJAUAN PUSTAKA
PNEMOTHORAKS
Definisi
Pnemothoraks adalah keadaan
terdapatnya udara di dalam rongga
pleura
Etiologi
Dibagi menjadi :
1. Pnemothoraks Spontan
2. Pnemothoraks Traumatik
Pnemothoraks Spontan
Dibagi menjadi :
1.Primer terjadi secara idiopatik
2.Sekunder kelanjutan penyakit
TBC Paru,PPOK,Ca Paru,Asma &
Pnemonia
Pnemothoraks Traumatik
Dibagi menjadi :
1.Pnemothoraks Traumatik Iatrogenic
Accidental terjadi akibat tindakan
medis
karena
kesalahan
atau
komplikasi dari tindakan tersebut.Misal :
parasintesis dada & biopsi pleura
2.Pnemothoraks Traumatik Artificial
sengaja
dilakukan
dengan
cara
mengisikan udara ke dalam rongga
pleura
Klasifikasi Pnemothoraks
Berdasarkan Fistulanya :
1.Tertutup ( Simple Pnemothoraks )
2.Terbuka ( Open Pnemothoraks )
3.Ventil ( Tension pnemothoraks )
Pnemothoraks Tertutup
Tidak terdapat hubungan antara
dunia luar dengan rongga pleura
termasuk udara bronkus dan tekanan
di rongga pleura tetap negatif.
Udara di dalam rongga pleura lama
kelamaan akan diserap oleh jaringan
sekitarnya.
Pnemothoraks Terbuka
Terdapat hubungan antara dunia luar dengan
rongga pleura sehingga tekanan
di dalam
rongga pleura sama dengan udara luar.
Pada saat inspirasi tekanan rongga pleura
menjadi negatif dan saat ekspirasi menjadi
positif seperti keadaan normal.
Namun karena ada hubungan dengan udara
luar maka udara akan keluar masuk dari rongga
pleura dan bukan dari rongga alveoli oleh
karena elastisitas paru yang menyebabkan paru
mengkerut.Pada saat ekspirasi mediastinum
akan terdorong ke sisi yang sakit karena
tekanan pada sisi yang sakit lebih rendah.
Tension Pnemothoraks
Fistel pada pleura bersifat ventil.Pada
waktu inspirasi dapat masuk ke rongga
pleura sedangkan saat ekspirasi udara di
dalam rongga pleura tertangkap.Keadaan
tersebut menyebabkan tekanan di rongga
pleura semakin bertambah setiap kali
inspirasi sehingga paru dan mediastinum
dapat
terdesak
ke
sisi
yang
sehat.Pnemothoraks seperti ini sangat
mungkin terjadinya gagal nafas dan
gangguan hemodinamik.
Patofisiologi
Paru paru dibungkus oleh dua lapisan
yang terdiri dari satu membran yang
membentuk pleura viseralis dan
pleura parietalis.
Diantara pleura viseralis dan parietalis
terdapat cavum pleura.Dalam cavum
pleura terdapat sekitar 1 cc cairan
pleura yang berguna sebagai pelumas
paru saat mengembang.
Patofisiologi
Tekanan intra pleura selalu negatif dalam
keadaan normal.Tekanan negatif pada
intrapleura membantu dalam proses
respirasi.
Mekanisme pada saat insipirasi oleh
karena tekanan negatif pleura maka
apabila ada hubungan antara dunia luar
dengan cavum pleura maka udara akan
masuk ke dalam pleura dan paru tidak
akan mengembang.
Patofisiologi
Pada pnemothoraks tekanan dalam cavum
pleura menjadi semakin positif oleh karena
terdapatnya udara di dalam rongga pleura.
Pada keadaan tersebut paru akan terganggu
ekspansinya oleh karena tekanan di rongga
pleura yang negatif diperlukan untuk menjaga
supaya paru mengikuti gerak dinding dada.
Bila jumlah udara cukup banyak maka pada
saat inspirasi terjadi hiperekspansi cavum
pleura yang akan mengakibatkan penekanan
pada mediastinum yang kemudian menekan
sisi dada yang sehat
Manifestasi Klinis
1. Sesak Nafas.
Sesak dirasakan mendadak & dapat
bertambah makin berat
2. Nyeri Dada.
Nyeri dirasakan tajam pada sisi yang
sakit,terasa berat,tertekan dan terasa
lebih nyeri pada gerak pernafasan
3. Batuk
4. Denyut jantung dan frekuensi nafas
meningkat
Manifestasi Klinis
5. Sianosis
6. Tanpa gejala,biasanya pada
pnemothoraks spontan primer
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
a)Dapat terjadi pencembungan pada
sisi yang sakit ( hiperekspansi
dinding dada )
b)Pada waktu respirasi bagian yang
sakit gerakannya tertinggal.
c)Trakea dan jantung terdorong ke sisi
yang sehat.
Pemeriksaan Fisik
Palpasi :
a)Pada sisi yang sakit,ruang antar iga
dapat normal atau melebar
b)Iktus jantung terdorong ke sisi
thoraks yang sehat.
c)Fremitus suara melemah atau
menghilang pada sisi yang sakit.
Pemeriksaan Fisik
Perkusi :
a)Suara ketok pada sisi
sakit,hipersonor sampai timpani dan
tidak menggetar
b)Batas jantung terdorong ke arah
thoraks yang sehat apabila tekanan
intrapleura tinggi
Pemeriksaan Fisik
Auskultasi :
a)Pada bagian yang sakit,suara nafas
melemah sampai menghilang
b)Suara vokal melemah dan tidak
menggetar serta bronkofoni negatif
Pemeriksaan Penunjang
Foto Rontgen
Bagian pnemothoraks akan tampak
lusent,rata dan paru yang kolaps
akan tampak garis yang merupakan
tepi paru.
Pemeriksaan Penunjang
Foto Rontgen
b) Paru yang mengalami kolaps
hanya tampak seperti massa
radioopaq yang berada di daerah
hilus.Keadaan ini menunjukkan
kolaps paru yang kolaps luas sekali
Pemeriksaan Penunjang
Foto Rontgen :
Jantung
dan
trakea
mungkin
terdorong ke siis yang sehat,spatium
interkostalis
melebar,diafragma
mendatar dan tertekan ke bawah
Bila disertai adanya cairan di dalam
rongga pleura,maka akan tampak
permukaan cairan sebagai garis datar
di atas diafragma
Rontgen Pnemothoraks
Penatalaksanaan
1.Observasi dan pemberian O2.
2.Tindakan Dekompresi
Hal ini sebaiknya dilakukan seawal
mungkin pada kasus pnemothoraks
yang luasnya >15 %.
Tindakan
ini
bertujuan
untuk
mengurangi
tekanan
intra
pleura
dengan membuat hubungan antara
rongga pleura dengan udara luar
dengan cara :
Dekompresi
Menusukkan jarum melalui dinding
dada terus masuk rongga pleura
dengan demikian tekanan udara yang
positif di rongga pleura akan berubah
menjadi negatif karena mengalir ke
luar melalui jarum tersebut.
Dengan demikian tekanan berubah
menjadi negatif karena mengalir ke
luar melalui jarum tersebut.
2.Jarum Abbocath
Jarum abbocath merupakan alat yang
terdiri
dari
gabungan
jarum
dan
kanula.Setelah jarum ditusukkan pada
posisi sela iga II midklavikula yang tetap
di dinding toraks sampai menembus ke
rongga pleura,jarum dicabut dan kanula
tetap ditinggal.Kanula ini kemudian
dihubungkan dengan pipa plastik infus
set.
Pemasangan WSD
Alat yang diperlukan :
Handscoon steril
Doek steril
Spuit 5 cc steril
Pisau bedah steril
Klem arteri lurus 15-17 cm steril
Neddle holder
Benang steril
Selang untuk drain steril.Untuk dewasa
minimal diameter 8 mm untuk anak 6 mm
Pembedahan
Pada pembedahan apabila ditemukan
penebalan pleura yang menyebabkan paru
tidak bisa mengembang maka dapat
dilakukan dekortikasi.
Dilakukan reseksi bila terdapat bagian paru
yang mengalami robekan atau terdapat
fistel dari paru yang rusak.
Pleurodesis.Masing-masing lapisan pleura
yang tebal dibuang kemudian kedua pleura
dilekatkan satu sama lain di tempat fistel.
Non Medikamentosa
Apabila terdapat proses lain di paru maka
pengobatan
tambahan
ditujukkan
terhadap penyebabnya. Misalnya terdapat
proses TB paru diberi OAT
Istirahat total untuk menghindari kerja
paru yang berat.
Pemberian antibiotik profilaksis setelah
tindakan bedah untuk mengurangi insiden
komplikasi.
Rehabilitasi
Penderita
yang
telah
sembuh
dari
pnemothoraks harus dilakukan pengobatan
secara tepat untuk penyakit dasarnya.
Untuk sementara waktu, penderita dilarang
mengejan batuk atau bersin terlalu keras.
Bila mengalami kesulitan defekasi karena
pemberian antitusif berilah laksan ringan
Kontrol penderita pada waktu tertentu
terutama kalau ada keluhan sesak nafas.
WSD