You are on page 1of 55

OLEOKIMIA DASAR DAN

TURUNAN SERTA
PEMANFAATANNYA
Oleh

Dr. Ir. Ani Suryani,


DEA
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

OLEOCHEMICAL PROCESS
TECHNOLOGY

Basic Oleochemistry

Fatty Acid

Gliserol

Metil
Ester

Fatty
Alkohol

FATTY ACID

Hidrolisis (Produksi Fatty Acid)


O
R1

O
OCH2

HOCH2

R1

O
R2

OH

O
OCH

+ 3H2O

HOCH

R2

O
R3

OH

O
OCH2

Trigliserida

HOCH2
Gliserin

R3

OH

Fatty Acid

Fatty Acid Structure

Fatty Acids

Saturated Fatty Acid

Unsaturated Fatty Acid


1. Monounsaturated (MUFA)
a. There is one unsaturated bond between two
of
the carbons
b. oleic acid (C18:1)

2. Polyunsaturated (PUFA)
a. There is more than one unsaturated bond
b. linoleic acid (C18:2), linolenic acid (C18:3),
arachidonic acid (C20:4)

Saturated Fatty Acid

Monounsaturated Fatty Acid

Beberapa Asam Lemak Yang Penting

Asam
lemak

Titik leleh

Jumlah
atom C

Ikatan
rangkap

Butirat

18

-8

Butter

Laurat

12

111

44

Minyak kelapa

Miristat

14

129

54

Butter, minyak kelapa, minyak sawit

palmitat

16

145

63

Minyak sawit, butter, lemak ayam, lard, tallow

Stearat

18

157

69

Tallow, lemak coklat, lard, butter

Oleat

18

58

14

Olive, kacang, lard, sawit, tallow, jagung,


rapeseed, canola

Linoleat

18

23

-5

Kedelai, safflower, biji bunga matahri, jagung, biji


kapas

Linolenat

18

12

-11

Kedelai, canola

Gadoleat

20

Minyak ikan

Arakidona
t

20

-40

-40

Lard, tallow

20

Minyak ikan

Behenat

22

176

80

Kacang, rapeseed

Erukat

22

91

33

Rapeseed

22

Sumber : Lawson (1995)

Banyak terdapat pada sumber alami


minyak/lemak

Minyak ikan

Konsumsi Asam Lemak pada Berbagai Industri

Jenis Industri

Persentase (%)

Deterjen

33

Turunan nitrogen

18

Karet

10

Cat

10

Pelumas

Tekstil

Plastik

Pangan

Kosmetik

Farmasi

13

Fatty Acid

+ amonia,
hidrogen

Fatty amine

amidasi
(+
ethanolamine)

Fatty
amide

Etoksilasi

Fatty
acid
ethoxylate

Esterifikasi

Ester
Epoksidasi

Alkyl
epoxy ester

FATTY ALCOHOL

Diagram Alir Proses Produksi


Fatty Acid dan Fatty Alcohol
Distillation

CFA

Fatty Acid

Splitting

Sing
le
cut
Mix.

Fractionation
Olein
Stearine
CNO
PKO

C. Glycerine

Purification Usp grade.


Hydrogenation

Transesterifikasi

Esterification
FAME Fractionation Hydrogenation

Saponification

Soap
Noddle

Fatty
Alcohol

Produksi Fatty Alkohol


a. Hidrogenasi Asam Lemak
O
R2

OH

+ H2

ROH

+ H2O

ROH

+ CH3OH

b. Hidrogenasi Metil Ester


O
R2

OCH3

+ H2

Fatty
Alcohol

+ ethylene

sulfatasi
(+ asam sulfat)

oxide

Polyglycol
ether

Fatty
alkohol
sulfat

Sulfitation

Phosphatization

Fatty
alcohol
sulfosuccinate

Fatty
alcohol ether
phosphate

Fatty
alcohol
ether
sulfat

Etoksilasi

Fatty
alkohol
ethoxylate

Sulfation

Propoxilation

Fatty
alkohol
alkoxylate

Methyl Ester

Transesterifikasi (Produksi Metil Ester)


O
R1

O
OCH2

HOCH2

R1

O
R2

OCH3

O
OCH

+ 3CH2OH

HOCH

R2

O
R3

OCH3

O
OCH2

Trigliserida

HOCH2
Metanol

Gliserin

R3

OCH3

Metil Ester

Metil Ester

Hidrogenasi
(+ hidrogen)

Fatty Alcohol

Sulfonasi

Metil
Ester
Sulfonat

Amidasi

Fatty
acid
alkanolamide

Fat /Oil

Minyak/
Lemak

Hidrolisis

Gliserol,
Asam lemak

Transesterifikasi

Methyl ester

Fatty acid
alkanolamide

Sulfation

Turkey red oil

Amidasi

Epoxided
triglyceride

Hidrogenasi

Hydrogenated
oil

Epoksidasi

Etoksilasi

Ethoxylated
triglyceride

REAKSI KIMIA UMUM


PADA MINYAK/LEMAK

Reaksi Hidrolisis (Splitting)


Hidrolisis adalah reaksi air dengan minyak/lemak yang menyebabkan
putusnya beberapa ikatan ester dari minyak/lemak, sehingga menghasilkan
gliserol dan asam lemak bebas.
Hidrolisis parsial dapat menghasilkan monogliserida dan digliserida.
Reaksi hidrolisis dapat dipercepat oleh suhu dan tekanan tinggi dengan
sejumlah air berlebih.

H
H

H
O

Asam lemak

Asam lemak +

Asam lemak

3 HOH

H
Trigliserida

panas

OH

OH +

OH

H
Air

Gliserol

3 Asam lemak
bebas

Laju hidrolisis atau pembentukan asam lemak bebas bergantung pada


beberapa hal :
1. Jumlah air pada minyak. Semakin banyak jumlah air maka
semakin cepat terjadi laju hidrolisis.
2. Suhu pemanasan. Semakin tinggi suhu, semakin cepat laju produk
asam lemak bebas.
3. Frekuensi penggantian minyak. Pada kondisi penggorengan yang
sama, makin sering minyak diganti dengan minyak baru maka laju
pembentukan asam lemak bebas makin rendah.
4. Jumlah siklus pemanasan/pendinginan minyak.
5. Banyaknya sisa partikel hasil pemanasan yang tersisa.

Reaksi Hidrogenasi
Reaksi hidrogenasi dilakukan untuk menjenuhkan ikatan rangkap pada asam
lemak.
Caranya : gas hidrogen direaksikan secara langsung pada ikatan rangkap
yang dituju dengan bantuan katalis Ni dan panas.
Hidrogenasi digunakan untuk mengkonversi minyak yang berbentuk cair
hingga menjadi berbentuk semipadat ataupun padat (untuk produk
shortening, margarin, sabun, dll)

panas

OH +

H2

R
Ni/CuCr

H
Asam Lemak

H
Asam Lemak
terhidrogenasi

OH

Laju reaksi hidrogenasi tergantung pada :


- Bahan baku yang akan dihidrogenasi. Makin banyak kandungan ikatan
rangkap, makin cepat laju reaksi hidrogenasi.
- Konsentrasi katalis. Umumnya peningkatan konsentrasi katalis akan
meningkatkan laju reaksi.
- Konsentrasi hidrogen.
reaksi hidrogenasi.

Peningkatan hidrogen akan meningkatkan laju

- Suhu reaksi. Peningkatan suhu akan meningkatkan laju reaksi,


selektivitas, dan pembentukan asam trans.
- Tekanan. Umumnya peningkatan tekanan akan meningkatkan laju reaksi,
mengurangi selektivitas, dan mengurangi pembentukan asam trans.
- Pengadukan. Peningkatan pengadukan akan meningkatkan laju reaksi,
serta mengurangi selektivitas dan pembentukan asam trans.

Kondisi proses hidrogenasi bervariasi, tergantung pada produk yang akan


dihasilkan.
Contoh : untuk memproduksi fatty alcohol,
- Tekanan = 20.000 - 30.000 kP
- Suhu = 200 - 300 oC
- Jenis katalis = CuCr

Reaksi Oksidasi
Reaksi oksidasi terjadi pada ikatan rangkap akibat adanya oksigen.
Reaksi ini menyebabkan terjadinya kerusakan pada minyak, ditandai dengan
terbentuknya peroksida dan timbulnya flavor yang tidak menyenangkan
pada minyak/lemak.
Untuk mencegah terjadinya oksidasi pada minyak/lemak digunakan
antioksidan.

OH +

O2

cahaya,
panas

R
waktu

Asam Lemak
Peroksida

OH

Aditif Pelindung Minyak/Lemak dari Oksidasi

Aditif

Fungsi

Tokoferol

Antioksidan, menghambat ketengikan

Butylated hydroxyanisole
(BHA)

Antioksidan, menghambat ketengikan

Butylated hydroxytoluene
(BHT)

Antioksidan, menghambat ketengikan

Tertiary butylhydroquinone
(TBHQ)

Antioksidan, menghambat ketengikan

Karoten (pro-vitamin A)
Methyl silicone
Lecithin
Asam sitrat
Asam fosfat
Sumber : Lawson (1995)

Aditif pewarna, meningkatkan warna produk akhir


Mencegah oksidasi dan pembusaan pada minyak/lemak
selama proses penggorengan
Menghilangkan air untuk mencegah lipolytic rancidity
agen pengkelat logam, menghalangi oksidasi akibat
katalisasi oleh logam

Reaksi Polimerisasi

Reaksi polimerisasi adalah reaksi pada molekul - molekul minyak/lemak


yang kecil bergabung membentuk molekul yang lebih besar (karena
banyaknya ikatan tidak jenuh)

Polimerisasi dapat terjadi pada bagian tidak jenuh di asam lemak


ataup pada ikatan terkonjugasi molekul asam lemak dan gliserol.

Reaksi polimerisasi terjadi pada metode deep frying makanan.

Faktor yang mempercepat reaksi polimerisasi : penggorengan pada suhu


yang terlalu tinggi (> 350 oF, 176.6 oC), adanya oksigen, penggunaan
minyak berkualitas rendah, dan waktu pemanasan yang terlalu lama.

Polimerisasi menyebabkan :
-

peningkatan kekentalan/viskositas minyak hasil penggorengan

penurunan bilangan iod

kerusakan pada minyak

Reaksi Esterifikasi
Secara sederhana, reaksi esterifikasi merupakan kebalikan dari reaksi
hidrolisis.
Reaksi esterifikasi adalah proses penggabungan atau penggabungan
kembali asam lemak dengan gliserol untuk membentuk trigliserida.
Monogliserida dan digliserida juga dapat diproduksi melalui esterifikasi.

H
H

C O C
O

H C O C

C OH

R + H C OH

H
katalis
basa

C O C
O

H C O C

C O C

R + H C OH

O
H C O

H
Trigliserida

H C OH
H
Gliserol

H C OH
H
Digliserida

H C OH
H
Monogliserida

Reaksi esterifikasi juga diterapkan untuk menghasilkan ester dengan cara


mereaksikan asam lemak dengan alkohol.
Reaksi dipercepat dengan bantuan katalis asam, umumnya digunakan
katalis asam sulfat.
Reaksi esterifikasi bersifat bolak-balik (reversible).

RCOOH
Asam
lemak

ROH
Alkohol

katali
s
asam

RCOOR
Ester

H 2O
Air

Reaksi Transesterifikasi
Transesterifikasi merupakan proses yang menyerupai hidrolisis. Namun
berbeda dengan hidrolisis, pada proses transesterifikasi yang digunakan
bukanlah air melainkan alkohol
Transesterifikasi diterapkan untuk menghasilkan metil ester.

O
R1
R2
R3

C
O

OCH2

C
O

OCH

OCH2

R1

HOCH2
3 CH3OH

HOCH

R2

HOCH2
Metanol

OCH3

katalis

Trigliserida

OCH3

NaOCH

Gliserin

R3

OCH3

Metil ester

Transesterifikasi dapat berupa penggantian gugus alkohol dari suatu


ester dengan alkohol lain membentuk ester baru.
Konversi metil ester dipengaruhi oleh suhu.

NaOCH

RCOOR + ROH

RCOOR +

ROH

katalis

Ester

Alkohol

Ester

Alkohol

Reaksi Interesterifikasi

Reaksi interesterifikasi yaitu perpindahan atau pertukaran asam lemak dari


satu minyak/lemak ke minyak/lemak lainnya dengan karakteristik spesifik
Dibedakan atas dua macam, yaitu :
a. Interesterifikasi acak (random interesterification)
Dilakukan pada suhu yang sangat tinggi (> 480 oF, 249 oC) tanpa katalis.
Pada suhu yang lebih rendah harus digunakan katalis alkali metal.
b. Interesterifikasi langsung (directed interesterification)
Dilakukan pada kisaran suhu 90-100 oF atau 32,2-37,8 oC, dengan
menggunakan katalis sodium methylate.

Reaksi Halogenasi

Halogenasi yaitu reaksi penambahan halogen (klorin, bromine, iodine) ke


ikatan rangkap pada asam lemak yang tidak jenuh.
Digunakan untuk mengukur derajat ketidakjenuhan minyak/lemak
(bilangan iod).

Asam lemak tidak


jenuh

OH +

I2

Asam Lemak
teriodisasi

OH

Isomerisasi
Isomer adalah dua atau lebih senyawa yang terdiri atas elemen penyusun
yang sama, sehingga memiliki rumus molekul yang sama namun struktur
molekulnya berbeda.
Dua macam tipe isomer pada minyak atau lemak :
a. Geometric isomerism
Asam lemak tidak jenuh dapat berupa bentuk cis atau trans berdasarkan
pada konfigurasi atom H yang terikat pada atom C yang digabungkan oleh
ikatan rangkap.
Cis = atom H pada rantai karbon berada pada sisi yang sama.
Trans = atom H pada rantai karbon berada pada sisi yang berlawanan.

Trans

H
C

Cis

b. Positional isomerism
-

Pada kasus ini, lokasi ikatan rangkap sepanjang rantai asam lemak
berbeda diantara masing-masing isomer.

- Posisi ikatan rangkap berdampak pada titik leleh asam lemak hingga
batas tertentu.
- Proses hidrogenasi dapat menyebabkan terjadinya pergeseran lokasi
ikatan rangkap pada rantai asam lemak sebagaimana pada isomerisasi
cis-trans.
- Jumlah positional dan geometric isomer makin meningkat dengan
meningkatnya jumlah ikatan rangkap.
Contoh : rantai asam lemak dengan dua ikatan rangkap, memiliki 4
geometric isomer, yaitu cis-cis, cis-trans, trans-cis, dan trans-trans.

Fraksinasi

Fraksinasi yaitu pemisahan fraksi padatan pada suhu tertentu.


Bentuk fraksinasi yang paling luas penerapannya adalah kristalisasi, yaitu
campuran trigliserida dipisahkan menjadi dua atau lebih fraksi yang
berbeda titik lelehnya pada suhu yang ditentukan.
Dry fractionation seringkali digunakan untuk menerangkan proses fraksinasi
berupa winterisasi (winterization) atau pressing.
Winterisasi yaitu proses dimana sejumlah kecil material dikristalkan dan
dipisahkan dari minyak pangan dengan cara filtrasi untuk mencegah
terjadinya clouding pada fraksi cair pada suhu pendinginan (refrigerating
temperatures).

Titik Leleh Beberapa Asam Lemak

Titik leleh

Jumlah
atom C

Ikatan
rangkap

Butirat

18

-8

Laurat

12

111

44

Miristat

14

129

54

palmitat

16

145

63

Stearat

18

157

69

Oleat

18

58

14

Linoleat

18

23

-5

Linolenat

18

12

-11

Gadoleat

20

Arakidonat

20

-40

-40

Behenat

22

176

80

Erukat

22

91

33

Asam lemak

INDUSTRI KIMIA BERBASIS


MINYAK KELAPA SAWIT

Penampang
Melintang
Buah Sawit

Pohon Kelapa Sawit


(Elaeis guineensis Jacq)
Tandan Buah
Segar Sawit

Penampang Melintang Buah Sawit

Kriteria Panen Tandan Buah Segar (Buah Normal)

Buah Matang
Buah Agak Matang
(26-50% buah luar
(12,5-25% buah luar
membrondol, berwarna
membrondol, berwarna
merah mengkilat)
kemerahan)
Buah Mentah
(Buah tidak membrondol,
berwarna hitam pekat)

Kematangan Panen

Buah Lewat Matang


(51-100% buah luar
atau sebagian buah
bagian dalam
membrondol)

Rendemen Minyak (%)

Kadar ALB (%)

Buah mentah

14 - 18

1,6 - 2,8

Buah agak matang

19 - 25

1,7 - 3,3

Buah matang

24 - 30

1,8 - 4,9

Buah lewat matang

28 - 31

3,8 - 6,1

Kriteria Buah Abnormal

Buah Banci
(Muncul bunga jantan atau bunga
betina dalam satu tandan)

Buah Mantel
(Buah berlapis dan
tidak memiliki inti)

Peta Penyebaran Industri Sawit di


Indonesia

Skala 1 : 35.000.000

Keterangan :

Industri penghasil CPO


Industri penghasil CPO + PKO
Industri penghasil CPO + produk hilir
Industri penghasil produk hilir

Persentase Industri Berbasis Kelapa Sawit di


Indonesia
Sulteng
Kaltim 2.00%
5.26%
Kalsel
2.90%

Sultara
0.36%

Sulsel
3.45%

Papua
3.45%

Kalteng
7.08%
Kalbar
10.34%
Jateng
1.63%
Jatim
Lampung
1.27%
Bengkulu
Jabar
2.18%
Riau
1.81%
2.00% DKI Jaya
14.34%
2.72%

NAD
2.72%
Sumut
15.79%
Sumbar
5.99%

Sumsel
10.89%
Jambi
3.81%

Pengelompokkan Industri Turunan Kelapa Sawit

P o h o n In d u s tr i P r o d u k
K e la p a S a w it

T A N D A N B U A H S E G A R (T B S ) K E L A P A S A W IT

B U A H K E L A P A S A W IT

TANDAN KOSONG

D A G IN G K E L A P A S A W IT

B IJ I K E L A P A S A W IT

M IN Y A K K E L A P A S A W IT

KAROTEN

C ocoa
B u tte r
S u b s titu te

TOKOFEROL

M in y a k
G o re n g

M in y a k
S a la d

O L E IN

M a r g a r in

S T E A R IN

S h o r te n in g

M e ta lic S a lt

P a lm ita t /P r o p a n d

P a lm ita t S te a r a t/
Ca, Zn

S te a ra t/B u ta n o l
O c ta n o l
S te a r a t/G ly c o l
O le a t/G ly c o l
P r o p y l e n e G ly c o l
O le a t /M e ta n o l
B u ta n o l
O le a t / O l e o a lk o h o l

SERAT

IN T I K E L A P A S A W IT

F a t ty A lk o h o l ( E s te r )

P a lm i t a t / B u t a n o l
O c ta n o l

TEM PURUNG

SLU D G E

S te a ra t/C a , M g
S te a r a t/ A l, L i
O le a t / Z n , P b
O le a t/B a

FREE FATTY
A C ID ( F F A )

V e g e ta b le s
G hee

M in y a k
Padat

P o ly e th o x y la te d
D e r iv a te s
P a lm i t a t / E t h y l e n e
P r o p y l e n e O x id e
S t e a r a t / E t h y le n e
P r o p y l e n e O x id e
O l e ic A c i d D im e r
E t h y l e n e P r o p y le n e
O x id e

SOAP
STOCK

G l is e r i n

B U N G K IL

Sabun

F a tty A m in e s
P rim a r y C 1 6 & C 1 8
H y d r o c h lo r id e s
A c e ta ts
C 16 & C 18 /
E th o x y la te d
S e c o n d a ry C 1 6 &
C 1 8 / E t h o x y la t e d
Q u a te rn a ry C 1 6 &
C 18

Pakan
T e rn a k

M IN Y A K IN T I
S A W IT ( P K O )

TEPUNG
TEMPURUNG

ARANG

A sam Lem ak
( F a t t y A c id s )

B rik e t
A ra n g

K a rb o n
A k tif

E s t e r o f D ib a s ic A c i d

O x y g e n a te d F a tty
A c id / E s t e r

A z e la i z / B u t a n o l
O c ta n o l a s e s te r

E p o x y S t e a r ic /
O c ta n o l E s te r

A z e la iz /G ly c o l
E s te rs

E p th io S t e a r in M o n o
& P o l y h y d r i c A lc o h o l
E s te r

O l e i c A c id D i m e r /
B u ta n o l & O c ta n o l
E s te r

BAHAN
BAKAR

A sam
O r g a n ik

BAHAN
SELULO SA

K e rta s

F a t t y A lk o h o l

F a t t y A c i d s A m id e s

C 1 6 & C 1 8 A l c o h o l/
S u lp h a te d

S te a r a m id e

C 1 6 & C 1 8 A l c o h o l/
E s t e r i f ie d w it h
H ig h e r S a tu r a te d
F a tty A c id
C 16&C 18& C 19
A lc o h o l
C 1 6 & C 1 9 A l c o h o l/
E t h o x y l a t io n
M o n o g lis e r id a
M o n o g lis e r id a
E t h o x y l a t io n
C 1 6 A ld e h y d e

O le a m id e
S u lp h a t e d
A lc a n o la m id e o f
P a lm ita t, S te a r ic &
O le ic A c i d s
A l k a n o la m i d e s

P O H O N IN D U S T R I K E L A P A S A W IT

Tangkai
Bunga

D aun
Bahan
K e r a jin a n

Buah

Bunga

N ir a

N u t r ie n
O r g a n ik
L ip id
I s o e n z im

B ij i/ I n t i K e la p a S a w it
(P K )

D a g in g
Buah

E s tra g o l

G u la
M e ra h
Anggur
S a w it
V it a m in B
k o m p le k
C uka
K e la p a

T o k o fe ro l

K E L A P A S A W IT

C angkang
S a w it

T e s ta
B u n g k il I n t i
S a w it

Pangan
M in y a k
S a w it ( C P O )
S e lu lo s a

T e p u n g In ti
S a w it

M in y a k In ti
S a w it (P K O )
G lu k o s a

K u e - k u e In ti
S a w it

M e d ia
P e rtu m b u h a n
Kapang
M akanan
te rn a k
B a h a n V e r n is ,
M in y a k
R engas
Bahan
Bakar

A ra n g

K a r b o n A k t if

K a r b o n A k t if

P u lp

P e le t K a r b o n

A s e to n B u t a n o lE ta n o l

S e lu lo s a

P e le t

L i g n in

Bahan
Bangunan

S ilo s e

A b s o rb e r
P o lip o t T K S
(P o t T a n a m a n )
B io g a s

P a s ta
P a ti

G a s b io

S ilit o l

M e ta n

A lk o h o l

B a h a n K e r a jin a n
K a y u K e la p a
S a w it

B u n g k il
M akanan
A yam
M a k a n T e rn a k
R u m in a n s ia

M e ta n
M e d ia
P e n g e m b a n g b ia k a n
C a c in g
M e d ia
P e rtu m b u h a n
kapang

Tam bang/
T a li

A ra n g

L im b a h
c a ir

M e d ia
P e rtu m b u h a n

E n z im E k s t r a
Sekunder

P u lp

P o lib le n
L ig n in

L ig n in

S u rfa k ta n

A b u J a n ja n g

C a m p u ra n P u p u k

A s a m le m a k

S i lit o l

S u rfa k ta n

S ilo s e

Bahan
K o s m e t ik

L im b a h
Padat

Akar

B rik e t A ra n g

R ansum
T e rn a k

E s k r im

Non
Pangan

Tepung
T e m p u ru n g

M o n o G lis e r id a

M in y a k K e la p a S a w it
K a s a r (C P O )

D ig lis e r id a

O le o k im ia
D asar

Tandan
K osong

D a g in g B u a h

P akan D om ba

P u lp

L u m p u r K e la p a S a w it

B a ta n g

M in y a k
G o re n g

K a ro te n

A sam
A m in o

M e til e s te r

E s t e r S e lu lo s a

A l k a li E t e r

T r ig l is e r id a ,
D ig lis e r id a ,
M o n o g lis e r id a

P r o t e in S e l
Tunggal

V it a m in A

A sam
Lem ak

S t e a r in

O le in

L ip a s e

M e t il e s t e r
M e n te g a

M in y a k
S a la d

G li s e r in

Bahan
D asar
Sabun

A sam
Lem ak

A sam
S te a ra t

M e t il
E s te r

Komposisi Asam Lemak Minyak Inti Sawit (PKO) dan Minyak Sawit Kasar (CPO)
Asam Lemak

PKO ( %)a

CPO (%)b

Asam Lemak Jenuh :


- Kaproat

0,1 1,5

- Kaprilat

35

- Kaprat

37

- Laurat

40 52

- Miristat

14 18

0,5 5,9

- Palmitat

79

32 59

- Stearat

13

1,5 8

0,1 1

< 1,0

- Oleat

11 19

27 52

- Palmitoleat

0,1 1

< 0,6

- Linoleat

0,5 2

5,0 14

- Arakhidat, dll

< 1,2

Asam Lemak Tak Jenuh :

- Linolenat
Sumber :
b

< 1,5

Swern (1979).
Godin dan Spensley (1971) dalam Salunkhe et al. (1992).
a

PROSES PENGOLAHAN TBS


MENJADI CPO DAN PKO

You might also like